Daripada Berdebat Lebih Baik Berkarya Berkreativitas & Berinovasi
BERDEBAT bukan hal yang baru. Bisa diadakan di mana saja, di TV, radio, blog/website/portal dan lain-lainnya termasuk media sosial Twitter dan Facebook. Walaupun merupakan hal yang biasa, tetapi menjadi tidak biasa manakala pemahaman tentang berdebat itu tidak pada tempatnya sehingga bisa menimbulkan konflik pribadi atau kelompok. Tapi kalau berdebat dipahami dalam konteks yang benar, tentu bisa dipetik
manfaatnya karena bisa menambah dan memperluas wawasan berpikir.
Apakah berdebat itu?
Berdebat dalam arti umum yaitu adu argumentasi dan adu penalaran tentang sesuatu hal yang biasanya sudah ditentukan tema/masalah/judul di mana selalu ada pihak yang pro dan kontra. Masing-masing harus memberikan pendapatnya secara konsekuen dan konsisten.
Arti debat yang positif
kesepakatan masing-masing akan mengambil sudut pandang yang berbeda. Misalnya yang pro akan melihat dari sudut ilmu agama sedangkan yang kontra akan mengambil sudut pandang ilmu filsafat. Argumentasi harus berbasiskan rasio atau penalaran. Biasanya
perdebatan ini diselenggarakan secara formal di tempat yang telah ditentukan. Peserta perdebatanpun idealnya memiliki keahlian atau pengetahuan dalam bidangnya.
Tujuan debat yang positif
Antara lain membahas sebuah topik yang menarik tetapi belum dipahami secara sepenuhnya sehingga supaya jelas duduk persoalannya maka harus ada pihak yang pro dan kontra. Dengan argumentasi yang rasional, apalagi didukung fakta atau contoh-contoh kongkrit, maka perdebatan untuk bisa memperluas cakrawala pemikiran bagi para penontonnya. Tidak ada pihak yang kalah atau menang karena kesimpulan diserahkan pada masing-masing penonton.
Ciri-ciri debat yang positif
-Ada tema atau masalah tertentu
-Dilakukan oleh mereka yang menguasai bidang ilmu yang beersangkutan -Argumentasi disertai penalaran
-Bersifat objektif
-Kesimpulan diserahkan kepada para penonton Contoh:
Arti debat yang negatif
Yaitu sebuah perdebatan yang kadang-kadang atau seringkali tanpa judul tetapi masalahnya sudah diketahui bersama. Ada pihak yang pro dan yang kontra di mana masing mengemukakan pendapatnya yang biasanya lebih banyak emosionalnya daripada rasionalnya. Biasanya salah satu atau keduanya bukanlah pakar dibidangnya masing-masing. Sifatnya debat kusir yang biasaanya terjadi secara spontanitas, tanpa tema dan tanpa tempat yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan debat yang negatif
Tujuannya seringkali tidak jelas sebab biasanya masing-masih pihak ingin mempertahankan pendapatnya dan ingin menang. Biasanya bersifat
emosional dan lebih cenderung menyerang pribadi lawan bicaranya daripada apa yang dibicarakannya. Bahkan argumentasinya bisa
cenderung melecehkan lawan bicara baik secara eksplisit maupun implisit.
Ciri-ciri debat negatif
-Sering kali tidak ada tema atau ada tema tetapi dadakan. Biasanya hanya menyangkut masalah tertentu
-Dilakukan oleh mereka yang bukan ahlinya di bidang ilmu yang relevan -Argumentasi bersifat emosional
-Bersifat subjektif dan cendeung melecehkan lawan bicara dan berpolemik -Masing-masing mengambil kesimpulan sendiri-sendiri dan merasa dirinya yang benar dan menang sedangkan pihak lain sebagai pihak yang kalah
Contoh:
Biasanya berdebat tentang hal-hal yang sepele, bersifat pribadi, relatif dan biasanya bukan merupakan masalah—masalah yang up to date di masyarakat.
Tidak ada tindak lanjutnya
Di Indonesia, perdebatan (termasuk diskusi, tukar pikiran, seminar) seringkali tidak ada tindak lanjutnya. Selesai berdebat, ya sudah. Titik. Artinya, sebuah perdebatan yang tidak ada tindak lanjutnya boleh dikattegorikan sebagai perdebatan yang tidak produktif.
Dari sudut psikologi, memang, ada orang yang mempunyai “kepribadian” suka berdebat. Motivasinya antara lain ingin dianggap hebat, ingin
dianggap pintar, ingin dianggap tahu segala-galanya,ingin menunjukkan bahwa pendapatnya sendirilah yang benar. Biasanya orang yang banyak bicara seperti ini, tidak punya karya apa-apa, baik berupa artikel, produk atau karya-karya kreatif dan inovatif lainnya.Bahkan tak jarang suka melecehkan lawan bicaranya. Biasanya, mereka termasuk orang yang mengalami gangguan emosional ataupun gangguan kepribadian.
Lebih baik berkarya:
Bagi mereka yang termasuk pribadi yang produktif, tentu akan menghindari perdebatan yang tidak produktif. Bukan karena takut, melainkan karena mereka berpandangan lebh baik berkarya,
berkreativitas dan berinovasi. Tidak mau buang-buang waktu. Sikapnya yang produktif akan bisa menghasilkan banyak karya, baik berupa artikel, buku, motor modif, membuat desain rumah anti-banjir dan karya—karya lainnya yang bermanfaat bagi banyak orang.