PENGARUH PEMBERIAN JENIS DAN
KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP
HASIL JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae)
Oleh Risyad luthfianto
1510631090090
USULAN PENELITIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami persembahkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga saya telah menyelesaikan Proposal Usulan Penelitian. Proposal Usulan Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas tertulis mata kuliah MPPS
Dengan Proposal Usulan Penelitian ini, kami berharap pembaca mendapatkan informasi dan pemahaman singkat tentang
Tidak lupa saya ucapan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang banyak membantu dalam penyusunan Proposal Usulan Penelitian.ini. Saya menyadari didalam penyusunan Proposal Usulan Penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Harapan saya mudah-mudahan apa yang bisa saya susun ini bisa memberikan manfaat untuk diri saya sendiri, teman-teman, serta orang lain.
Karawang, 15 Januari 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...iv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi Masalah...2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...3
1.4 Kegunaan Penelitian...3
1.5 Kerangka Pemikiran...3
1.6 Hipotesis...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Jamur Merang...5
2.2 Syarat Tumbuh...6
2.3 Pupuk Organik...6
2.4 Konsentrasi Pupuk Organik Cair...6
2.5 Limbah Ampas Tahu...7
BAB III METODE PENELITIAN...8
3.1 Tempat dan Waktu...8
3.2 Alat dan Bahan...8
3.3 Metode penelitian...8
3.4 Analisa Data Hasil...9
3.5 Pelaksanaan Percobaan...10
3.5.1 Bibit...10
3.5.2 Pembuatan larutan...10
3.5.3 Media...10
3.5.4 Pasteurisasi...10
3.5.5 Penanaman...11
3.5.6 Penyemprotan...11
3.5.7 Pemeliharaan...11
3.5.8 Pemanenan...11
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya jamur merang di Indonesia relatif baru dibandingkan dengan Negara Cina, Taiwan, Jepang, Prancis, Italia, dan Amerika. Padahal, wilayah Indonesia memiliki mikroklimat dengan kelembaban udara tinggi yang ideal untuk pertumbuhan jamur merang. Selain itu, bahan baku untuk budidaya jamur merang sebagian besar berasal dari limbah pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan yang jumlahnya sangat melimpah.
Pemahaman masyarakat tentang peranan makanan bergizi bagi kesehatan semakin tinggi, maka semakin tinggi pula kebutuhan masyarakat terhadap bahan makanan yang berprotein tinggi. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat adalah mengembangkan budidaya jamur
merang.Budidaya jamur merang mempunyai panen yang relatif singkat yaitu sekitar satu bulan sampai dengan tiga bulan sehingga perputaran modal yang ditanam pada usaha ini, berlangsung cukup cepat. Selain itu, bahan baku untuk produksi jamur merang relatif mudah didapat, dan pengusahaannya tidak
2
Jamur merang Jamur merang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, dalam setiap 100gr bahan segar terkandung air 93,3%, karbohidrat 2,68%, lemak 0,3%, protein 1,8%, abu 1,2%, kalsium 30 mg, fosfor 37 mg, zat besi 0,9mg, vitamin B 0,03 mg, vitamin B 12 0,01 mg, niasin 1,7 mg, kalori 24 mg, dan asam amino 37,4 mg (Suharjo, 2008). Jamur merang juga berkhasiat sebagai anti racun, mencegah kurang darah (anemia), kanker, dan menurunkan tekanan darah tinggi (Parjimo dan Andoko,2008).
Pasar jamur Jakarta misalnya, dipasok dari Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Dari Cisarua-Bandung saja, setiap hari, tidak kurang dari 3 ton jamur tiram masuk Jakarta. Petani jamur merang di Karawang, memprediksi, kebutuhan pasar Jakarta terhadap jamur merang sekitar 15 ton/hari. Sementara Karawang baru mampu memasok 3 ton (Berbisnisjamur, 2011).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh nyata pemberian jenis dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap hasil jamur merang Volvariella volvaceae.? 2. Jenis dan konsentrasi pupuk organik cair manakah yang memberikan
3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian jenis dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap hasil jamur merang Volvariella volvaceae. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi pupuk organik cair terbaik, sehingga dapat meningkatkan produksi jamur merang Volvariella volvaceae
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dilakukannya percobaan ini untuk dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pemberian jenis dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap hasil jamur merang Volvariella volvaceae dan mempercepat pada percobaan selanjutnya tentang jenis dan konsentrasi pupuk organik cair.
1.5 Kerangka Pemikiran
Jamur merang memerlukan persyaratan lingkungan yang khusus serta media tanam dan pemupukan (Sinaga, 2007). Budidaya jamur merang sebenarnya dapat dilakukan oleh semua orang. Budidaya tersebut dapat memanfaatkan limbah organik yang dihasilkan oleh industri rumah tangga atau limbah organik lainnya sebagai pengganti pupuk buatan, misalnya ampas tahu cair, ampas tempe dan blotong.
4
Padahal apabila ditelusuri lebih lanjut ampas tahu cair mengandung zat-zat seperti protein, kalori, lemak, dan karbohidrat. Bahan-bahan organik tersebut dapat didaur ulang oleh mikrobia, sehingga dapat menjadi unsur hara potensial bagi pertumbuhan dan hasil tanaman budidaya. Hal yang serupa ditunjukkan dari hasil penelitian Ernawati (2003), bahwa pemberian limbah cair tahu sebagai pupuk berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatife tanaman kedelai seperti tinggi tanaman dan jumlah daun.
1.6 Hipotesis
1. Terdapat pengaruh nyata pemberian jenis dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap hasil jamur merang Volvariella volvaceae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Jamur Merang
Jamur merang merupakan jenis jamur yang pertama kali dapat
dibudidayakan di Cina sekitar tahun 1650, dan mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 1950. Secara taksonomi menurut Singer(1975) jamur merang masuk dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agricales
Family : Plutaceae
Genus : Volvariella
Species : Volvariella volvaceae
Jamur merang yang masih muda berbentuk bulat telur, berwarna cokelat gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung sedangkan jamur merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna cokelat tua keabu-abuan dengan bagian batang berwarna cokelat muda. Jamur merang yang dijual untuk keperluan konsumsi adalah jamur yang masih muda yang tudungnya belum berkembang (Rossi, 201
6
2.2 Syarat Tumbuh
Jamur mendapat makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari jerami yang merupakan media utama dan juga media yang umum digunakan dalam budidaya jamur merang. Jamur merang akan menyerap nutrisi lebih tinggi jika kondisi lingkungan dan syarat tumbuh yang dibutuhkan terpenuhi. Suhu dalam kumbung dan suhu media tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur merang, kisaran suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur merang antara 30 - 35°C dan suhu paling sesuai adalah 32°C (Chang dan Miles, 1987). Jika dilihat dari syarat tumbuh jamur merang kelembaban udara yang dibutuhkan didalam kumbung berkisar antara 80 - 90% (Genders, 1986),
2.3 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa dapat berbentuk cair atau padat yang digunakan untuk mensuplai bahan oragnik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit, 2006)
2.4 Konsentrasi Pupuk Organik Cair
7
Konsentrasi pupuk cair yang rendah tidak optimal untuk pertumbuhan dan hasil jamur (Indra, 2008).
2.5 Limbah Ampas Tahu
Produksi tahu menghasilkan limbah baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat dihasilkan dari hasil proses penyaringan dan penggumpalan, limbah padat sebagian besar oleh pada pembuat tahu diolah menjadi tempe gembus, pakan ternak, dan hanya dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan lebih lanjut. Limbah cair dapat dihasilkan dari proses perendaman, pencucian, perebusan, pengepresan, dan pencetakan. Melimpahnya limbah ampas tahu yang dihasilkan dari proses produksi menjadi salah satu permasalahan yang harus ditangani karena dapat memicu pencemaran lingkungan (Kaswinarni, 2007).
2.6 Limbah Ampas Kelapa
Santan kelapa adalah cairan putih yang dihasilkan dari daging kelapa yang diparut dan kemudian diperas setelah ditambahkan air. Santan kelapa mempunyai kadar air 86.41%, kadar lemak 10.22%, kadar protein 1.96% dan kadar
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Percobaan akan di lakukan di Desa Panyingkiran, Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat 41382. Ketinggian tempat 751 mdpl (6°13'52.6"S
107°21'23.2"E). Percobaan akan dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2018 sampai
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Hand sprayer, neraca, thermohigrometer, sekop, rumah jamur (kumbung), plastik, drum, kompor, dan sendok.
Air, parutan kelapa hasil perasan santan 3x perasan, ampas tahu, bibit jamur merang, dan kapur.
3.3 Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor 1 adalah jenis pupuk organic cair (ampas tahu dan parutan kelapa yng sudah diperas sebnyak 3 kali) dan faktor 2 adalah konsentrasi pupuk organic cair ( sehingga diperoleh 8 perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. (Gomez dan Gomez 1995)
Model linear yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + γk + (αγ)ik + εijk
9
Keterangan:
Yijk = nilai peubah yang diamati pada perlakuan jenis POC ke-i, ulangan ke j dan konsentrasi POC ke-k.
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh jenis POC ke-i(ampas tahu, parutan kelapa yang sudah diperas 3x)
βj = pengaruh ulangan ke-j(j=1,2,3,4)
γk = pengaruh konsentrasi POC ke-k(25%, 50%, 75%)
(αγ)ik = pengaruh interaksi jenis POC ke-i dan konsentrasi POC ke-k
εijk = pengaruh galat jenis jenis POC ke-i, konsentrasi POC ke-k, dan ulangan ke-j
3.4 Analisa Data Hasil
Data dianalisis menggunakan analisa ragam (Uji F). Uji nilai tengah yang digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez 1995).
Table 1.Anova
Sumber DB JK KT Fh F tab.
Ulangan r-1 JK ul KT ul KT ul/KTG F (a, dbUl, dbg)
Perlakuan t-1 JK perl KT perl KT perl/KTG F (a, dbp, dbg)
P1 P1-1 JK P1 KT P1 KT P1/KTG F (a, dbP1, dbg)
P2 P2-1 JK P2 KT P2 KT P2/KTG F (a, dbP2, dbg)
P1 x P2 (P1-1) (P2-1) JK P1P2 KT P1P2 KT P1P2/KTG F (a, dbP1P2, dbg)
Galat (t-1) (r-1) Jtot-JKU-JK perl.
Total rt-1 JK tot
10
3.5 Pelaksanaan Percobaan 3.5.1 Bibit
Bibit jamur berasal dari kelompok tani mitra usaha jamur merang.
3.5.2 Pembuatan larutan
Untuk pembuatan larutan ampas tahu konsentrasi larutan 75%, dilakuan pencampuran antara 1 kg ampas tahu dengan 250 ml air. Untuk konsentrasi 50%, dilakukan pencampuran 1 kg ampas tahu dengan 500ml air. Dan untuk
konsentrasi 25% diambil dari pencampuran 1kg ampas tahu dengan 750ml air. Pembuatan larutan santan perasan ke 4 untuk mendapatkan larutan 75%, 50% dan 25% caranya seperti yang sudah disebutkan di atas.
3.5.3 Media
Kombinasi limbah kapas dan jerami dengan perbandingan 2:1 atau 1:1 dan ditambah dengan 3-4% kapur pertanian. Rendam di dalam air selama seharian. Setelah seharian, ambil kombinasi tadi kemudian peras dan tumpukkan bahan-bahan tersebut di atas lantai dengan volume 5 m3 dan ditutup dengan
menggunakan plastik selama 3-4 hari untuk menjalani fermentasi alami.
Sebelum ditempatkan di rak-rak, kompos fermentasi ini ditambahkan lagi dengan dedak 10%, superfosar 10% dan kapur pertanian 1%..
3.5.4 Pasteurisasi
11
Setelah dipanaskan, biarkan udara di kumbung kembali menjadi normal dengan menunggunya 24 jam.
3.5.5 Penanaman
Suhu normal, dan tanam benih-benih jamur merang. Bibit yang
dibutuhkan hanya sektiar 1-6% dari berat basah media. Bibit itu disebarkan pada semua permukaan kompos. Untuk rack bedengan dengan panjang 3 mtr. serta lebar 1 mtr, diperlukan 4-6 botol bibit berkapasitas 500 ml. Delapan hari sesudah bibit ditempatkan, upayakan supaya sinar masuk ke kumbung agar mempercepat pembentukan primodia jamur. Sesudah primodia terbentuk, aliran hawa fresh amat dibutuhkan untuk mempercepat perubahan badan buah jamur
3.5.6 Penyemprotan
Penyemprotan larutan memakai sprayer ke permukaan rak, penyemprotan ini dilakukan apabila rak-rak sudah kering, artinya tidak perlu terlalu sering.
3.5.7 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur merang hanyalah melindungi suhu serta kelembapan. Upayakan suhu di kumbung selalu stabil pada 30-35 derajat celcius, sedang kelembapan sekitar 80-90%. Selain itu, jamur-jamur liar, terlebih type coprinus, mesti dibuang.
3.5.8 Pemanenan
Jamur pertama akan tampak dalam kurun waktu 15-25 hari sesudah bibit ditempatkan. Jamur merang tak boleh dibiarkan hingga mencapai ukuran
DAFTAR PUSTAKA
Alex, S. M. 2011. Untung Besar Budi Daya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Berbisnisjamur.2011.Pasar Jamur Terbuka Lebar. [Online].
Tersedia:.https://berbisnisjamur.com/pasar-jamur-terbuka-lebar/. Diakses pada tanggal 14 Januari 2018
Ernawati, P. 2003. Manfaat Limbah Cair Ampas Tahu Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmiah Sains. Universitas Semarang.
Genders, R. 1986. Bercocok Tanam Jamur. Pioner. Bandung.
Gomez KA., Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian.Sjamsuddin E., Baharsjah JS, penerjemah.Jakarta (ID): UI Pr.Terjemahan dari Statistical Prosedurs for Agricultural Research.
Hagutami, Y. 2001. Budidaya Jamur Merang. Yapentra Hagutani. Cianjur. Indra, N. 2008. Jamur Merang dan Budidayanya. Angkasa. Jakarta.
Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Mahmud, Z. dan Ferry, Y. 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Kelapa.
Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor
Parjimo & Andoko, A., 2007. Budidaya Jamur; Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan Jamur Merang. Ciganjur-Jagakarsa Jakarta Selatan:Agromedia pustaka. Rosyadi, Hammad. 2015. 8 Teknik Simpel Budidaya Jamur Merang.[Online].
Tersedia: https://www.satujam.com/budidaya-jamur-merang-2/. Diakses pada tanggal 15 Januari 20118
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor.
Sinaga, M.S. 2007. Jamur Merang dan Budidayanya (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hlm
Suharjo Enjo, 2008, Budi Daya Jamur Merang Dengan Media Kardus, Jakarta: Agromedia Pustaka.