Fenomena Geng Motor di Kota Medan: Satu Konstruksi Model Sosio Psikologi Komunikasi
Dr. Sakhyan Asmara, MSP, Hatta Ridho, S.Sos, MSP Universitas Sumatera Utara
JURNAL ILMIAH ILMU KOMUNIKASI
COMMUNIQUE
VOLUME 1, No. 1 , Mei 2018
PENGARAH H. Tribuana Said, MDS
Hj. Ida Tumengkol, B. Comm, M.Hum
PENANGGUNG JAWAB Dr. H. Sakhyan Asmara, M.SP
KETUA REDAKSI
Dr. H. Iskandar Zulkarnain, M.Si
DEWAN REDAKSI Prof. Dr. H. Suwardi Lubis, MS Dra. Hj. Nadra Ideyani Vita, M.Si
Dr. H. Dedi Sahputra, MA Austin E.A Tumengkol, S.Sos M.I.Kom
Suprapti Indah Putri, SP, M.I.Kom
ADMINISTRASI
Febry Ichwan Butsi, S.Sos, M.A Fina Rosa, S.Sos
Agung Prabowo, S.Kom
ALAMAT REDAKSI
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi “Pembangunan”
Jalan Sisingamangaraja No. 84, Medan
–
20217
Telp. 061- 7361898
PENERBIT
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
19 Volume I No. 1 Mei 2018
MEMBANGUN KOMUNlKASI LINTAS BUDAYA DALAM
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN EKOSISTEM
LEUSER
Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Studi komunikasi lintas budaya muncul karena didasari ketidakmompuan individu-individu untuk saling memahami pihak lain. Pada konteks pembangunan, fenomena ini bermuara pada perlunya saling mengerti, soling mengetahui, dan saling memahami antar sesama untuk menghindari terjadinya konflik (chaos) atau kesalapahaman. Seringkali, perilaku komunikatif gagal memenuhi tujuan komunikasi tertentu dalam proses pembangunan, sebab mereka tidak memiliki pengetahuan yang dalam mengenat latar belakang budaya pihak lain (mitra berkomunikasinya) Para ilmuwan kemudian mengawinkan "budaya" dan "komunikasi" serta menjadikan komuuikasi lintas budaya sebagai suatu bidang studi yang berperan penting dalam proses pembungunan. Pada sisi lain, selain sebagai alternatif ekonomi. kegiatan ekowisata Juga merupakan usaha melestarikan sumber daya alam dan budaya Sebaliknya keguuan ekowitsata dapat juga menimbulkan efek negatif. yaitu terjadinya degradasi pada . alam dan sosial budaya masyarakatnya. apabila tidak direncanakan dengan balk. Pada posisi inilah, peran komunikasi lintas budaya dapat m e m a i n k a n perannya sebagai jembatan/penghubung (pomuf) diantara pelaku wtsata dengan warga setempat yang mengkomunikasikan daerahnya sebagal tujuan ekowisata. Komunikasi lintas budaya dalam pengembangan ekowisata pada kawasan ekosistem Leuser menjadi suatu kemestian. Ini karena dalam implementasi pencanangan agenda pembangunan akan selalu berhadapan dengan kondisi realitos kultural suatu masyarakat, maka memahami anatomi kultural menjadi keniscayaan yang kemudian dijadikan dasar utama dalam proses komunikasi lintas budaya sebagai instrumen pembangunan
Kata Kunci : komunikasi lintas budaya, ekowisata Leuser
1. Pendahuluan
Konsepsi pembangunan yang dicanangkan oleh sebuah bangsa, dalam bidang apapun serta
bagaimanapun bagusnya, tentunya
tidaklah dapat diimplementasikan
jika masyarakatnya tidak rnerniliki
kesamaan orientasi dan visi yang sarna terhadap pembangunan yang dicanangkan tersebut. Upaya penyamaan persepsi dan kesepahaman tentang tujuan dan bagaimana suatu pembangunan dapat dilaksanakan, menjadi sebuah keharusan
bagi keberhasilannya. Pada konteks ini, tidak dapat dipungkiri, pendekatan komunikasi menjadi instrumen penting di dalam proses pembangunan itu. Melalui proses komunikasi, upaya penyamaan persepsi dan kesepahaman tentang tujuan dan bagaimana suatu
pembangunan dapat dilaksanakan,
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
"komunikasi" serta menjadikan
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id
https: www.ejurnal.stikpmedan.ac.id lintas budaya. Bahkan, adalah keajaiban
untuk bisa terlepas darinya serta
dan kepercayaan serta perilaku,
pemupukan sikap toleran terhadap
kesalahpahaman, benturan, dan akhirnya proses komunikasi lintas budaya dalam memainkan peran dan fungsinya pada proses pembangunan dapat berj alan baik dan berhasil optimal.
Communication For Development.
Oxford & IBH Publishing Co.,
Unit Manajemen Leuser. Sekilas Tentang