BAB V
KEUANGAN DAN
RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN
5.1 Petunjuk Umum
Dengan diberlakunnya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Batu
mempunyai kewajiban untuk menyelengarakan dan melaksanakan urusan
Pemerintah Daerah yang menjadi kewenangnnya. Urusan Pemerintahan daerah
dimaksud meliputi : Urusan Wajib dan Urusan pilihan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi
dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum
berperan menjalankan fungsi utama yaitu fungsi pelayanan. Fungsi
pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Dengan unit organisasi
pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan
dengan masyarakat. Fungsi utamanya pelayanan publik yang langsung
berhubungan dengan masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan
organisisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintah daerah
Function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan
rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan
umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan Fungsi ini lebih pada
fungsi pengaturan. Guna melaksanakan ketiga fungsi utamanya secara optimal
diperlukan dukungan anggaran yang memadai tertuang dalam APBD untuk
melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan
pemerintah Kota Batu. APBD merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaran pemerintah daerah dalaam kurun wakiu satu
tahun. APBD merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka
pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam
rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi
tercapainya kesinambungan serta kosistensi pembangunan daerah secara
keseluruhan nenuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.
Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dengan
memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan
sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai
pengawasan dan pengendalian sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
Sebagaimana dimaklumi bahwa setelah melewati paruh tahun
pertama penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan Tahun
Anggaran 2008 terdapat berbagai target sasaran yang perlu penyesuaian dengan
kondisi objektif dan trend perubahan baik pengaruh faktor eksternal maupun
internal.
Salah satu faktor internal yang mendorong Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah adalah perkiraaan terjadinya kenaikan pendapatan daerah
(Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi dan Bantuan Keuangan Dari Propinsi)
serta dana bagi hasil dari pemerintah pusat (misalnya Bagi Hasil Cukai).
Selain itu, dengan disahkannya Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPIJMD) Kota Batu tahun 2007-2012 diperlukan
penyesuaian-penyesuaian dalam prioritas program pembangunan dalam rangka
mendukung pencapaian visi dan misi sebagaimana yang tertuang di dalam
RPJMD. Penyesuaian prioritas pembangunan tentunya akan membawa
konsekwensi di dalam arah pendanaan prioritas pembangunan.
Sedangkan faktor eksternal yang mendorong dilakukannya APBD
adalah adanya kebijakan nasional untuk mengurangi subsidi BBM karena beban
subsidi yang membengkak di APBN, sebagai akibat kenaikan harga minyak
dunia yang sangat tinggi. Dampak kebijakan tersebut tentunya berdampak pada
melemahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya jumlah pengangguran dan
kemiskinan. Oleh karena itu, goverment expenditure (pengeluaran pemerintah)
baik pemerintah pusat maupun daerah (APBD) perlu ditambah untuk
memperkuat daya beli masyarakat sebagai upaya penanggulangan kemiskinan,
penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pelayanan publik.
5.1.1 Komponen Keuangan
5.1.1.1 Komponen Penerimaan Pendapatan
Sumber penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah seluruh Pemerintah daerah di Kota Batu Tahun 2004
adalah Dana Perimbangan baik dari Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Propinsi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal
dari pendapatan daerah setempat.
5.1.1.1.1 Pendapatan Asli Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah. Struktur
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. APBD merupakan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah juga
sebagai pembiayaan pembangunan suatu daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Batu Tahun 2004 sebesar
Rp. 138.531.148.558,- jika dibandingkan dengan APBD
tahun sebelumnya terjadi peningkatan yaitu dari Rp.
114.488.805.291,-.
5.1.1.1.2 Dana Perimbangan
Jumlah Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana
Perimbangan dari Propinsi, dan Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak Kota Batu pada tahun 2004 mencapai Rp.
128.942.186.558,- atau meningkat 19,30 % dari alokasi
Dana Perimbanagn pada tahun sebelumnya. Sedangkan
penerimaan dari total PAD sebesar Rp. 7.388.962.000,-
atau naik 2,71 % dibandingkan dengan pendapatan asli
daerah tahun sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan
mulai berkurangnya ketergantungan keuangan
Pemerintah Kota Batu terhadap Pemerintah pusat
dengan mulai mengembangkan sumber-sumber
pendapatan di daerah, sebagian besar dari realisasi
penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah
Kota Batu, disumbang dari Sub Pajak Daerah yaitu
sebesar Rp. 4.464.500.000,-, selebihnya berasal dari
Sub Pos Retribusi Daerah sebesar Rp. 1.874.462.000,-,
Sub Pos Bagian Laba dari Badan Usaha Milik Daerah
sebesar Rp. 150.000.000,- dan dari Sub Pendapatan
Laiin-lain sebesar Rp. 900.000.000,-.
Agar keuangan Pemerintah Kota Batu dapat
dikelola dengan baik, maka perlu dilakukan
pendapatan, melakukan efesiensi belanja serta
mengembangkan sumber pembiayaan. Mengingat
sumber-sumber pendapatan daerah pertumbuhannya
dipengaruhi oleh trend konsumsi masyarakat dan
perencanaannya didasarkan pada asumsi indikator
ekonomi makro, seperti pertumbuhan inflasi, PDRB,
tarif dan pertumbuhan penduduk serta pertimbangan
realisasi pertumbuhan selama 5 tahun terakhir dan
rencana kinerja pendapatan daerah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 5.1
Mengingat rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 13,85 %
sampai dengan 15,24 %, maka untuk rencana belanja yang melebihi
14,24% akan disamakan dengan 14,54%. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari anggaran defisit yang ekstrim, karena belum ada alternatif
pembiayaan lainnya. Dengan menggunakan asumsi di atas, maka untuk
2007 – 2010 pertumbuhan pendapatan diproyeksikan sebesar 13% sampai
dengan 16% pertahunnya.
Pembangunan ekonomi yang telah ditempuh di masa lalu telah
menghasilkan berbagai kemajuan yang cukup berarti namun sekaligus juga
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat utamanya terhadap
ekonomi masyarakat, mengakibatkan beberapa kendala dalam pelaksanaan
pembangunan. Sebagai pedoman dalam pengelolaan belanja daerah,
Pemerintah Kota Batu berusaha mengarahkan anggaran belanja
dipergunakan untuk mengurangi angka kemiskinan serta pemberdayaan
masyarakat, reviltalisasi sektor pertanian, serta pengembangan sumber daya
alam Kota Batu dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem.
5.1.3 Komponen Pembiayaan
Mengingat semakin besarnya biaya pembangunan di Kota Batu,
namun dengan terbatasnya sumber pendanaan pembangunan di atas, maka
Pemerintah Kota Batu perlu mencari alternatif sumber pembiayaan
pembangunan daerah lainnya. Dan untuk menjamin pembangunan yang
berkesimnambungan, maka dialkukan upaya alternative pembiayaannya,
yaitu :
A. Intensifikasi Dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah
Upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dilakukan melalui upaya intensifikasi pajak maupun retribusi daerah
dengan optimalisasi aset daerah, optimalisasi BUMD, optimalisasi
pelayanan. Sedangkan upaya ekstensifikasi diupayakan melalui
perluasan sumber-sumber pendapatan daerah tanpa harus membebani
masyarakat.
B. Pinjaman Daerah
Peraturan mengenai pinjaman daerah ini selengkapnya dapat dilihat
pada UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah pasal 49 perihal batasan pinjaman, PP
107/2000 tentang Pinjaman Daerah dan KMKRI No. 35/ KMK.07/
2003 tentang Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan, penerusan
Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Kepada Daerah.
Dalam menggunakan dana pinjaman ini hendaknya lebih hati-hati,
a. Syarat pinjaman hendaknya dengan bunga lunak dan ada masa
tenggang
b.Tunjuan pinjaman, hendaknya mempunyai multiplier effect yang
besar dan cost recovery;
c. Sumber dana pinjaman dari pihak lain yang tidak mempunyai
persyaratan politik;
d.Tata cara pengesahan pinjaman tidak berbelit-belit, sehingga akan
mengakibatkan biaya yang mahal/ kebocoran yang mengakibatkan
kerugian bagi peminjam; dan
e. Pengawasan yang efektif dan efisien.
C.Obligasi Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 107 tahun 2000 tentang
pinjaman daerah dikatakan bahwa Pemerintah Propinsi maupun
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pinjaman yang
bersumber dari dalam negeri dan luar negeri. Pinjaman dalam negeri
dapat berasal dari Pemerintah Pusat, lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan bukan bank, masyarakat dan sumber lainnya. Pinjaman dari
masyarakat untuk pendanaan pembangunan yang dikenal dengan
obligasi daerah (Municipal Bond), juga dapat digunakan sebagai
alternatif pendanaan pembangunan daerah.
Obligasi dapat dimengerti sebagai surat berharga atau
sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan
yang diberi pinjaman (emiten). Sehingga, sertifikat obligasi sebenarnya
adalah surat pengakuan hutang, dengan demikian obligasi sama dengan
hutang pada umumnya yang diperoleh dari lembaga keuangan, hanya
saja obligasi penjualannya dipublikasikan dan dijual pada investor
langsung di pasar modal dengan menawarkan tingkat bunga (Rate)
tertentu dan jangka waktu pengembalian (maturity) tertentu pula.
D.Memperkuat dan Memperluas Kemitraan
Kemitraan dengan swasta sudah merupakan tuntutan jaman sekarang
peranan swasta semakin meningkat terutama dalam sektor
perekonomian. Prinsip kerjasama (kemitraan) yang saling
menguntungkan bagi pemerintahan, swasta dan masyarakat
dilaksanakan melalui langkah-langkah:
1.Perumusan model-model kemitraan yang paling tepat dilakukan ;
2.Perumusan kriteria mitra yang potensial sebagai mitra pemerintah
propinsi ; dan
3.Terciptanya model-model kerjasama antara pemerintah dengan
swasta, pemerintah dengan masyarakat, dan antar swasta dengan
masyarakat dalam kegiatan usaha ekonomi, penyediaan dan
pengelolaan prasarana dan sarana pelayanan.
F. Pembiayaan Pembangunan Dengan Pola Cost-Sharing Antara Pemerintah Pusat-Propinsi-Kabupaten/Kota
Pola pembiayaan model cost sharing ini dilakukan melalui
kesepakatan pengalokasian belanja antara Pemerintah Pusat-Propinsi
dengan Kabupaten / Kota.
G. Optimalisasi Pemanfaatan Zakat
Optimalisasi pemanfaatan Zakat sebagai sumber alternatif pembiayaan
pembangunan dioptimalkan melalui pengelolaan sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku. Tata cara pengumpulan Zakat dapat
dilakukan melalui lembaga-lembaga pengumpulan zakat yang
terakreditasi.
5.2. Profil Keuangan Kota Batu 5.2.1 Keuangan Daerah
Dalam penyelenggaraan kepemerintahan,Kota Batu telah menetapkan indikator-indikator kinerja sebagaimana termuat di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batu
2007-2012. dengan ditetapkannya RPJMD Kota Batu, maka
penyelenggraan pembangunan yang dilakukan harus mengacu pada
RPJMD. Salah satu ukuran keberhasilan pemerintahan adalah
kinerja. Beberapa indikator ekonomi yang harus dicapai oleh Pemerintah
Kota Batu untuk tahun 2008 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table 5.2
Tabel 5.2 Indikator Kinerja
Tahun 2008
NO. INDIKATOR TARGET
1 Pertumbuhan investasi (%) 2,5
2 Pertumbuhan ekonomi (%) 6,10
3 Tingkat penganguran (%) 8,5
4 Tingkat Kemiskinan (%) 11
5 Jumlah PAD (Rp. Milyar) 18
6 PDRB Per kapita ADHK (Rp.Juta) 6 Sumber: RPJMD Kota Batu 2008
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2008,
investasi Kota Batu telah ditargetkan untuk mengalami pertumbuhan
sebesar 2,5%. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, Pemerintah
Kota Batu mentargetkan perekonomian untuk tumbuh hingga mencapai
angka 6,1%.
Selanjutnya, Pemerintah Kota Batu mentargetkan tingkat
pengangguran menurun hingga mencapai angka 8,5% dan tingkat
kemiskinan mencapai angka 11%. Untuk meningkatkan kemampuan
daerah dan pendapatan masyarakat Kota Batu, pemerintah mentargetkan
Pendapatan Asli Daerah sampai pada angka Rp. 18. Milyar untuk
pertumbuhan PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
hingga mencapai angka Rp. 6 juta.
Untuk mencapai target tersebut, terdapat tantangan eksternal
yang cukup besar. Kebijakan nasional untuk mengurangi subsidi BBM
dapat mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat sehingga upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat akan sedikit lebih berat. Namun,
salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai target-target di atas
(goverment expenditure). Oleh karena itu, untuk mencapai visi, misi,
target pembangunan dan menjawab tantangan pembangunan baik internal
maupun eksternal maka dilakukan Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kota Batu Tahun Anggaran 2008.
5.2.2Keuangan Perusahaan Daerah
a) Kondisi Keuangan PDAM Kota Batu
Kondisi keuangan PDAM Kota Batu saat ini dalam memenuhi
kewajiban serta kemampuan dalam menutup biaya operasional dan
pemeliharaan bulanan belum mencukupi.
Penyebab Kelemahan Kinerja Keuangan
Uraian tentang penyebab rendahnya kinerja keuangan dari aspek
teknis, manejemen (Kelembagaan) dan keuangan (Manajemen
Keuangan )
a) Kwalitas air yang didistribusikan pada pelanggan yang berasal
dari Banyuning kurang lebih 3850 pelanggan mempunyai
kandungan Fe.
b) Kebocoran air cukup tinggi akibat banyaknya meter air yang
sudah tidak berfungsi dan pipa distribusi yang kurang kedalaman
galianya.
c) Banyak Instalasi pipa distribusi yang rusak terutama peninggalan
zaman Kolonial Belanda.
d) Tarif dasar air minum masih rendah dibawah pemulihan biaya
penuh.
e) Gambar As-Build Drawing jaringan pipa distribusi dan transmisi
yang belum lengkap, sehingga menyulitkan dalam melaksanakan
perbaikan dan perawatan pipa.
Kondisi Keuangan Perusahaan PDAM Kota Batu dapat dilihat pada
perkembangan laba/rugi PDAM tahun 2008 dan Perkembangan
Neraca PDAM tahun 2004 s/d 2008. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.3
PDAM KOTA BATU
LAPORAN LABA RUGI KOMPARATIF
TAHUN BUKU YANG BERAKHIR per 31 Des 2008 dan 2007
NAMA PERKIRAAN TAHUN TAHUN
JUMLAH PENDAPATAN / (BIAYA) LAIN-LAIN
10,713,078 7,032,679
KEUNTUNGAN /KERUGIAN LUAR BIASA
LABA / (RUGI) BERSIH SEBELUM PPh
5.3 Permasalahan dan Analisa Keuangan
5.3.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kota Batu
Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kota Batu adalah
upaya optimalisasi PAD, permasalahan yang masih dijumpai adalah:
- Kecilnya potensi PAD yang menyebabkan ketergantungan Pemerintah
Daerah kepada Dana Perimbangan
- Secara tekinis penentuan target PAD oleh satuan Kerja Peangkat
(SKPD) belum didasarkan pada potensi pendapatan yang ada
keterlambatan informasi dan penyaluran Dana Perimbangan dan bagi
hasil sehingga belum dapat ditepatinya pencairan Dana Perimbangan
dan bagi hasil
- Beberapa target utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi
karena terkait dengan permasalahan yang melingkupinya dan
memerlukan langkah–langkah pemecahan masalah secara
komprehensif
- Beberapa perusahaan daerah yang memerlukan peningkatan
managemen pengelolaan sehingga dapat bmemberikan kontribusi
kepada PAD.
- Perlu upaya intenfisikasi dan eksestensifikasi pajak dan retribusi
daerah dengan memeperhatikan keseimbangan dengan potensi yang
ada.
- Perlu adanya upaya penggalian sumber-sumber pendapatan daerah
yang baru dengan tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan
potensi yang ada serta tidak memberatkan dunia usaha dan
masyarakat
- Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui melalui penyederhanaan
sistem dan prosedur administrasi pajak dan retribusi daerah serta
5.3.2 Proyeksi Penerimaan dan Belanja
Struktur pendapatan Kota Batu masih bertumpu pada Dana
Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus dan Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak.
Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan
cerminan kemampuan daerah, kontribusinya terhadap pendapatan di
APBD masih sangat kecil, meskipun setiap tahun pendapatan asli
daerah (PAD) Kota Batu terus mengalami peningkatan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Perubahan Pendapatan APBD Sebelum dan Sesudah PAK Tahun 2008
Sumber: PERDA No.1 Tahun 2008 tentang APBD tahun anggaran 2008 NO. PENDAPATAN Jumlah Sebelum
PAK (Rp)
Target Jumlah
Setelah PAK (Rp) Selisih (Rp)
Perubahan (%)
1
PENDAPATAN
DAERAH 317,138,732,958.90 323,193,900,195.82 6,055,167,236.92 1.91%
1.1 Pendapatan Asli Daerah
(PAD) 18,104,091,006.75 19,418,111,732.58 1,314,020,725.83 7.26% 1.1.
1 Pajak Daerah 9,617,000,000.00 9,617,000,000.00 - - 1.1.
2 Retribusi Daerah 3,737,850,000.00 3,737,850,000.00 - - 1.1.
3 Bagian Laba Bagi Hasil 901,182,500.75 924,099,174.91 22,916,674.16 2.54% 1.1.
4
Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah 3,848,058,506.00 5,139,162,557.67 1,291,104,051.67 33.55%
1.2 Dana Perimbangan 283,132,938,467.00 283,132,938,467.00 - - 1.2.
1
Dana Bagi Hasil Pajak/
Bagi Hasil Bukan Pajak 36,635,130,467.00 36,635,130,467.00 - - 1.2.
2 Dana Alokasi Umum 215,977,808,000.00 215,977,808,000.00 - - 1.2.
3
Dana Penyesuaian
Infrastruktur dan Lainnya - - - -
1.2.
4 Dana Alokasi Khusus 30,520,000,000.00 30,520,000,000.00 - -
1.3 Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang sah 15,901,703,485.15 20,642,849,996.24 4,741,146,511.09 29.82% 1.3.
Daerah Lainnya 15,134,573,485.15 19,827,219,996.24 4,692,646,511.09 31.01% 1.3.
Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa Pendapatan Daerah Kota Batu
mengalami kenaikan yaitu dari jumlah sebelum PAK sebesar
Rp. 317,138,732,958.90 dan target jumlah setelah PAK sebesar
Rp. 323,193,900,195.82 atau meningkat sekitar 1,91% (sebesar
Rp. 6.055.167.236,92). Hal ini disebabkan karena naiknya pendapatan asli
daerah sekitar 7,26% atau bertambah sebesar Rp. 1.314.020.725,83 dan
dari lain-lain pendapatan daerah yang sah sekitar 29,82% atau sebesar
Rp. 4.741.146.511,09. Adapun rincian kenaikan pendapatan daerah
sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sumber kenaikan pendapatan asli daerah (PAD) yaitu berasal dari
Bagian Laba Bagi Hasil sebesar 2,54% atau sebesar Rp. 22.916.674,16
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sekitar 33,55% atau sebesar
Rp. 1,291,104,051.67.
2. Dana Perimbangan.
Dana perimbangan tidak mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan
antara jumlah sebelum PAK dan target setelah PAK tidak mengalami
perubahan.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Sumber kenaikan lain-lain pendapatan daerah yang sah yaitu berasal
dari Dana Bagi Hasil Pajak dari propinsi dan pemerintah daerah
lainnya naik sekitar 31,01% atau sebesar Rp. 4.692.646.511,09 dan
dari Bantuan Keuangan dari propinsi atau pemerintah daerah lainnya
sebesar Rp. 48.500.000,00.
Dalam lima tahun mendatang, arah pengelolaan pendapatan Kota Batu
adalah meningkatkan pendapatan, terutama Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Peningkatan pendapatan tersebut dilakukan dengan efisiensi
pemungutan pajak dan retribusi (intensifikasi), perluasan wajib pajak
(extensifikasi), pengembangan kerjasama pemerintah, baik horizontal
maupun vertical. Secara horizontal pemerintah kota Batu berusaha untuk
Partnership). Sedangkan dari sisi vertical pemerintah daerah Kota Batu
juga akan berkerja sama dengan pemerintah yang lebih tinggi, wilayah
lain dan sektor swasta. Diluar hal tersebut, Pemerintah Daerah Kota Batu
harus terus berusaha untuk mengembangkan BUMD yang ada agar lebih
efektif dan efisien dan mampu menyumbang pendapatan pada pendapatan
asli daerah Kota Batu.
Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja dari unit
kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Belanja tidak
langsung merupakan belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
aparatur bidang pelayanan yang manfaatnya tidak dinikmati langsung
oleh masyarakat, harus dilaksanakan dengan effisien, efektif dan realistis.
Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang digunakan untuk
kegiatan produktif yang manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh
masyarakat. Belanja dalam hal ini diarahkan pada peningkatan proporsi
belanja yang memihak kepentingan masyarakat disamping tetap menjaga
eksistensi penyelenggaraan pemerintah.
Visi Kota Batu yang lebih menekankan pada kemajuan pariwisata
yang didukung oleh sumberdaya manusia, sumber daya alam dan
sumberdaya budaya serta pemerintahan yang baik, oleh karena itu perlu
didukung oleh pendanaan yang cukup memadai untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya alam yang
termanfaatkan secara berkelanjutan, budaya-budaya lokal yang terus
berkembangan dan tetap terjaga eksistensinya serta sarana dan prasarana
pemerintahan yang memadai sebagai upaya meningkatkan kinerja
pemerintahan. Untuk Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (P-APBD) ini lebih diarahkan untuk mancapai target-target
(indikator kinerja) yang akan dicapai sebagaimana tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batu
Dengan terjadinya kecenderungan peningkatan anggaran melalui
PAK Tahun Anggaran 2008 diharapkan mampu menunjang operasional
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam meningkatkan performa
kerjanya serta mampu mewujudkan pogram-program pembangunan
prioritas sesuai dengan visi dan misi Kota Batu. Adapun Visi dan Misi
Kota Batu adalah sebagai berikut :
a.Visi Kota Batu, yaitu Kota Batu Sebagai Sentra Pariwisata Berbasis
Pertanian didukung oleh Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam,
dan Sumber Daya Buatan serta Pemerintahan yang Kreatif, Inovatif
dan Bersih bagi Seluruh Rakyat Batu.
b.Misi Kota Batu 2007-2012 yaitu :
1. Mendayagunakan secara optimal dan terkendali sumber-sumber
daya daerah, baik Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam
maupun Sumber Daya Budaya sebagai unsur-unsur internal untuk
penopang upaya pengembangan Kota Batu ke depan.
2. Mengoptimalkan masuknya investasi ke Kota Batu, baik yang
berasal dari pemerintah, swasta nasional ataupun swasta asing
untuk beragam bidang usaha yang potensial dan prospektif sebagai
sumber daya eksternal bagi penunjang sumber daya internal.
3. Merevitalisasi aparatur pemerintah dan menjalankan roda
Pemerintahan Daerah, yang didasari oleh sikap maupun tindakan
kreatif dan inovatif serta bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), guna mengoptimalkan pelayanan publik bagi seluruh warga
Kota Batu.
4. Meningkatkan peran Kota Batu sebagai Kota Pertanian
(Agropolitan), khususnya untuk jenis tanaman sayur, buah dan
bunga, serta menguatnya perdagangan hasil pertanian dan industri
pertanian (agro-industry) yang diperhitungkan baik pada tingkat
regional (Jawa Timur) maupun tingkat nasional guna memperkuat
5. Meningkatkan posisi dan peran Kota Batu dari "Kota Wisata"
menjadi "Sentra Wisata" yang diperhitungkan di tingkat regional
atau bahkan nasional, dengan melakukan penambahan ragam
obyek dan atraksi wisata, yang didukung oleh oleh sarana dan
prasarana serta unsur penunjang wisata yang memadai dengan
sebaran yang relatif merata di penjuru wilayah Kota Batu guna
memperluas lapangan pekerjaan dalam rangka mengatasi
pengangguran dan meningkatkan pendapatan warga maupun PAD
Kota Batu yang berbasis pariwisata.
6. Pengembangan sektor fisik berkenaan dengan perkantoran
Pemerintah, fasilitas publik, prasarana dan sarana transportasi, serta
penataan ruang secara menyeluruh guna mendukung
pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan kualitas layanan
publik;
7. Menjamin berlangsungnya kehidupan keagamaan yang didasari
oleh toleransi antar umat beragama, dimana masing-masing agama
mendapat kesempatan yang sama untuk melaksanakan pembinaan
umat yang difasilitasi oleh pemerintah daerah, sehingga Kota Batu
dapat tetap menjadi kota religius serta terciptanya tata kehidupan
sosial yang beretika.
Menciptakan kehidupan politik di Kota Batu yang
demokratis, dimana aspirasi masyarakat terakomodasi dalam
penyusunan program pembangunan maupun proses pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan hajat hidup dan kepentingan rakyat
banyak, dengan topangan kehidupan kepartaian yang sehat, kuat serta
5.3.3 Proyeksi Public Saving
Tabel 5.5
Berdasarkan tabel 5.5 tersebut dari hasil perbandingan antara
sebelum PAK dengan sesudah PAK terdapat selisih sebesar
Rp. 34.698.157.694,30 atau sekitar 10,85%. Dalam pendistribusian anggaran
melalui PAK, hampir seluruh SKPD mengalami peningkatan anggaran
kecuali DPRD tetap (tidak mengalami perubahan), Sekretariat Daerah
mengalami penurunan sekitar 4,57% dan Kantor Kas Daerah mengalami
penurunan sekitar 1,01%. Sedangkan SKPD lainnya cenderung mengalami
peningkatan antara 0,69% hingga 87,03%. Adapun Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang mengalami peningkatan melalui PAK Tahun Anggaran
2008 secara berurutan yakni Dinas Pertanahan sebesar 87,03%, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan sebesar 47,51%, Dinas Pertanian dan
Peternakan sebesar 30,72%, Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebesar
27,82%, Dinas Sumber Daya Air dan Energi sebesar 27,22%, Dinas
Pendapatan sebesar 20,75%, Badan Pengawas sebesar 20,42%, Kantor
Pemberdayaan Masyarakat sebesar 15,17%, Kantor Satpol PP sebesar
15,16%, Dinas Kesehatan sebesar 14,79%, Dinas Pendidikan Nasional
sebesar 12,97%, Sekretariat DPRD sebesar 12,26%, Dinas Kependudukan
Catatan Sipi dan Tenaga Kerja sebesar 11,57%. Sedangkan SKPD yang
mengalami kenaikan anggaran dibawah 10% yaitu Dinas Permukiman dan
Binamarga, Badan Perencanaan Daerah, Kantor Perhubungan, Dinas
Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Badan KB dan Kesos, Kantor Koperasi
dan UKM, Badan Kesbang Linmas, Walikota dan Wakil Walikota, Kantor
Kecamatan Batu, Kantor Kecamatan Bumiaji, Kantor Kecamatan Junrejo,
Dinas Informasi dan Perpustakaan, dan Dinas Pariwisata.
Belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung
merupakan belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan aparatur
bidang pelayanan yang manfaatnya tidak dinikmati langsung oleh
masyarakat. Outcome dari belanja tidak langsung adalah peningkatan
produktifitas dan layanan publik. Untuk itu belanja tidak langsung ini harus
langsung merupakan belanja yang digunakan untuk kegiatan produktif yang
manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Belanja langsung
diarahkan pada peningkatan proporsi belanja yang memihak kepentingan
masyarakat disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan
pemerintah.
5.4 Analisa Tingkat Ketersediaan Dana
5. 4.1 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah
Tabel 5.6
Dana Bagi Hasil Pajak dan Provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya 14,101,634,099.53 1.3.2 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 10,000,000,000.00
1.3.3
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
2.2 Belanja Langsung 168,500,003,080.00
sambungan, penyesuaian tarif, meningkatan efisensi pennagihan
sedangkan efiensi biaya adalah pengendalian biaya dan penetapan skala
prioritas investasi dari pertimbangan biaya , pendapatan dan sumber dana.
Perusahaan daerah memperhatikan terhadap struktur tarip sesuai tingkat
inflasi dan suku bungan pinjaman merupakan peluang yang dtentukan
sesuai visi dan misi yang di emban adalah :
- Melakukan peningkatan kinerja perusahaan terhadap peraturan-
peraturan dan sistem managemen prosedur kerja
Melakukan peningkatan kualitas kwantitas serta kontinuitas produksi
secara terus menerus
- Menciptakan dan memperdayakan sumber daya manusia yang
berwawasan dan handal
- Menjadikan sistem organisasai yang transparan, dinamis dan
proposional
- Meningkatan laba perusahaan dan tingkat kesejahteraan pegawai
secara terus-menerus
5.5 Rencana Pembiayaan Program
5.5.1 Rencana Pembiayaan
Struktur pendapatan Kota Batu masih bertumpu pada Dana
Perimbangan (Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi
Hasil). Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kontribusinya terhadap
pendapatan di APBD masih sangat kecil, hanya sekitar 5% saja meskipun
dari tahun ke tahun PAD Kota Batu terus mengalami peningkatan.
Arah pengelolaan pendapatan dalam lima tahun mendatang
adalah meningkatkan pendapatan, terutama Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Peningkatan pendapatan dilakukan dengan mengembangkan
kerjasama pemerintah, baik horizontal maupun vertikal. Selain itu,
alternatif sumber pembiayaan pembangunan harus dikembangkan seperti
kemitraan antara pemerintah dan swasta (public private partnership).
Namun demikian, batasan yang harus melekat pada upaya pengelolaan
pendapatan daerah tersebut adalah tidak menimbulkan tumpang tindih
dengan regulasi lainnya, baik di wilayah lokal maupun di area yang lebih
luas. Selain itu, upaya pengelolaan pendapatan tersebut harus
mempertimbangkan distribusi pendapatan yang lebih merata. Hal ini
berarti bahwa upaya meningkatkan pendapatan asli daerah merupakan
sebuah upaya untuk meningkatan pendapatan masyarakat Kota Batu.
Dengan demikian, upaya peningkatan pendapatan tersebut bukan sumber
dari ketimpangan pendapatan masyarakat.
Struktur Pendapatan Daerah Kota Batu secara rata – rata dalam 5
sebagai gambaran dapat dilihat dalam Pendapatan 2007 dalam
tabel 5.7 dibawah ini:
Tabel 5.7
PENDAPATAN KOTA BATU TAHUN 2007
PENDAPATAN ASLI DAERAH 13,614,073,167 5.08%
- Pajak Daerah 6,950,000,000 2.59%
- Retribusi Daerah 2,851,525,000 1.06%
- Bagian laba perusahaan 2,562,548,167 0.96%
- Lain-lain 1,250,000,000 0.47%
DANA PERIMBANGAN 254,227,793,803 94.92%
- Dana Alokasi Umum 188,025,000,000 70.20%
- Dana Alokasi Khusus 36,805,000,000 13.74%
- Dana Bagi Hasil Pusat 15,296,159,704 5.71%
- Dana Bagi Hasil Propinsi 14,101,635,099 5.26%
TOTAL PENDADAPATAN 267,841,866,970 100.00%
Perkembangan pendapatan daerah Kota Batu dalam lima tahun
terakhir luar biasa untuk APBD meloncat sampai 5,45 kali lipat, namun
loncatan tersebut lebih dikarenakan dana perimbangan yang naik sampai
5,76 kali, sedangkan Pendapatan Asli Daerah yang juga merupakan
cerminan kemampuan daerah hanya naik 2,75 kali lipat. Untuk lebih
jelasnya 5.8
Tabel 5.8
PERKEMBANGAN PENDAPATAN KOTA BATU 2002 – 2007
TAHUN PAD PERIMBANGAN APBD
2002 4,958,041,591 42,538,146,180 47,496,187,771
2003 7,194,248,523 116,124,675,231 123,318,923,754
2004 7,072,392,675 167,247,907,252 174,320,299,927
2005 8,415,307,034 160,827,041,136 169,242,348,170
2006 11,050,384,064 213,231,708,547 224,282,092,611
2007 13,614,073,167 245,216,465,059 258,830,538,226
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008
Untuk itu arah dari pengelolaan keuangan daerah diprioritaskan pada
kegiatan pembangunan yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara
Karena Pendapatan Asli Daerah berhubungan dengan masyarakat langsung
maka sedapat mungkin cara pengutipannya tidak terasa menjadi beban dan
membuat reaksi negative di masyarakat dengan menata manajemen yang
berhubungan dengan wajib pajak.
Disamping yang tersebut Pemerintah Daerah Kota Batu juga akan
bekerja sama baik secara vertikal dengan pemerintah yang lebih tinggi, juga
dengan wilayah lain dan sektor swasta.
Langkah –langkah nyata untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian
peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah :
1. Intensifikasi, yaitu langkah perbaikan system kedalam, sbb :
a. Menjaga keakuratan data wajib pajak dengan melakukan pembaharuan
secara berkala.
b. Meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM kantor dinas pendapatan
daerah
c. Melakukan effisiensi biaya administrasi pajak
d. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pajak/
retribusi
e. Perbaikan mutu layanan terhadap wajib pajak
f. Sosialisasi landasan hokum yang berkaitan dengan pemungutan dan
penggunaan pendapatan daerah kepada warga Kota Batu
g. Memberikan penghargaan secara langsung kepada wajib pajak yang
baik dan membayar tepat waktu.
h. Peningkatan kerja sama antar unit satuan kerja terkait, agar
penerimaan yang bersumber dari PAD dan perimbangan dapat tercapai
secara optimal.
i. Mengembangkan online system untuk segala sesuatu yang berkaitan
dengan pendapatan daerah
2. Ekstensifikasi, yaitu eksplorasi potensi penyumbang pendapatan
daerah dan juga mencari pembanding penggalian dana yang sudah
dilakukan oleh daerah ataupun wilayah lain sehubungan dengan
a.. Menggali potensi dan kapasitas sumber sumber PAD yang
memungkinkan untuk dikembangkan.
b. Mencari perbandingan ke daerah lain atau pemerintah pusat.
3. Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah yang effisien dan effektif
dengan cara :
a. Memperbaiki system manajemen BUMD, baik dalam pola pelayanan,
mutu produk dan effisiensi biaya.
b. Peningkatan profesionalisme manajemen BUMD dengan
restrukturisasi dan revitalisasi organisasi.
4. Peningkatan Kerja sama kelembagan dengan melalui :
a.Kerja sama antara pemerintah Kota Batu dengan pemerintah dan
wilayah sekitarnya.
b.Kerja sama dengan sektor swasta dalam investasi pembangunan
yang mampu mendorong peningkatan perekonomian daerah.
5.5.2 Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja yang
berpihak pada kepentingan masyarakat, disamping tetap menjaga
eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penggunaannya belanja
daerah harus tetap mengutamakan effisiensi, efektivitas dan penghematan
sesuai dengan prioritas yang diharapkan dapat memberikan dukungan
kepada program program strategis daerah.
Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja dari unit
kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Istilah yang
digunakan adalah belanja langsung dan tak langsung.Anggaran yang
dianut merupakan satu kesatuan dalam Rancanagan Anggaran Satuan
Kerja dan Dokumen Anggaran Satuan Kerja. Kemudian belanja
dikelompokan kedalam struktur pola baru yaitu dengan pendekatan
bidang, fungsi, program, kegiatan dan rincian kegiatan.
Kebijakan belanja jangka menengah ditekankan pada upaya
itu perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan belanja daerah sebagai
berikut :
1.Menerapkan pendekatan berbasis kinerja dan sejalan dengan
pendelegasian wewenang
2.Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang yang menjadi issue di
masyarakat
3.Menjamin terlaksananya program prioritas dan berskala besar
4.Memantapkan akuntabilitas public dan effisiensi pengelolaan
pembelanjaan
Untuk mendukung hal tersebut program dan kegiatan harus menyentuh
kepentingan masyarakat luas dan diawali dengan identifikasi kegiatan
yang bersifat prioritas dan urgen, yakni kegiatan yang merupakan
terobosan sekaligus komitmen pemerintah Kota Batu untuk masyarakat
secara luas dan Pemerintah Kota Batu membuat arah kebijakan belanja
sbb :
1.Belanja Administrasi Umum Pemerintahan yang digunakan untuk
membiayai kegiatan aparatur bidang pelayanan yang manfaatnya tidak
dinikmati langsung oleh masyarakat, harus dilaksanakan dengan
effisien, effektif dan realistis.
2.Belanja operasional, belanja pemeliharaan dan belanja modal yang
digunakan untuk kegiatan produktif yang manfaatnya langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat. Dilaksanakan secara optimal agar mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi dan membuka kesempatan kerja dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3.Belanja diarahkan pada peningkatan proporsi belanja yang memihak
kepentingan masyarakat disamping tetap menjaga eksistensi
penyelenggaraan pemerintah.
Dalam pelaksanaaannya Pemerintah Kota Batu memproyeksikan
belanja langsung dan tak langsung secara proporsional dan setiap tahun
mengalami peningkatan yang tetap yakni kurang lebih 15,5 %.
58%. Karena untuk belanja tak langsung mempunyai kecenderungan
konstan maka diharapkan pada saatnya proporsi untuk belanja tak
langsung akan turun dengan sendirinya dan proporsi belanja langsung
atau pembangunan akan naik dengan sendirinya. Namun kedepan
diproyeksikan seperti terlihat dalam table 5.9
Tabel 5.9
PROYEKSI BELANJA LANGSUNG DAN TAK LANGSUNG 2008 - 2012
TH TAK
LANSGUNG
KENAI
KAN LANGSUNG
KENAI
KAN TOTAL
KENAI KAN
KOMPOSISI BELANJA
TL L
2002 14,268,494,564 0.00% 32,072,905,000 0.00% 46,341,399,564 0.00% 30.79% 69.21%
2003 59,837,581,714 319.37% 59,686,373,000 86.10% 119,523,954,714 157.92
% 50.06% 49.94%
2004 75,552,891,714 26.26% 82,062,244,918 37.49% 157,615,136,632 31.87% 47.94% 52.06%
2005 77,414,501,473 2.46% 93,870,377,292 14.39% 171,284,878,765 8.67% 45.20% 54.80%
2006 91,213,563,599 17.82% 122,807,182,551 30.83% 214,020,746,150 24.95% 42.62% 57.38%
2007 110,779,470,360 21.45% 148,051,067,865 20.56% 258,830,538,225 20.94% 42.80% 57.20%
2008 127,874,190,426 15.43% 170,897,282,533 15.43% 298,771,472,959 15.43% 42.80% 57.20%
2009 147,643,967,989 15.46% 197,318,574,042 15.46% 344,962,542,031 15.46% 42.80% 57.20%
2010 170,515,778,754 15.49% 227,885,573,475 15.49% 398,401,352,229 15.49% 42.80% 57.20%
2011 196,986,611,145 15.52% 263,988,611,145 15.84% 460,975,222,290 15.71% 42.73% 57.27%
2012 227,630,352,408 15.56% 304,222,947,611 15.24% 531,853,300,019 15.38% 42.80% 57.20%
Sumber : Kota Batu Dalam angka 2008
5.6 PetujukUmum Rencana Peningkatan Pendapatan
Pembiayaan daerah diarahkan untuk program pembangunan yang
produktif dan dapat menstimulus pertumbuhan perekonomian dan
berkembangnya sektor perekonomian. Selain itu pembiayan diarahkan untuk
Standart Pelayanan Minimal. Pembiayaan tersebut dapat bersumber dari
Anggaran Belanja Pendapatan Daerah, sedangkan kegiatan investasi diupayakan
dibiayai oleh sektor swasta maupun masyarakat. Dengan demikian Pembiayaan
Pembangunan juga dapat diarahkan untuk mencari sumber alternative yang
selama ini sudah ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.10 dan 5.11
Tabel 5.10
PROYEKSI APBD KOTA BATU 2008 - 2012
TAHUN PAD PERIMBANGAN APBD
2008 16,772,538,142 281,998,934,818 298,771,472,960
2009 20,663,766,991 324,298,775,041 344,962,542,032
2010 25,457,760,933 372,943,591,297 398,401,352,230
2011 31,363,961,469 428,885,129,991 460,249,091,460
2012 38,640,400,530 493,217,899,490 531,858,300,020
Sumber : Kota Batu dalam angka 2008
Tabel 5.11
Prosentase Kenaikan PAD, DPer & APBD setiap Tahun Proyeksi Komposisi sumber APBD
TAHUN
% Kenaikan KOMPOSISI APBD
PAD PERIMBANGAN APBD PAD Dana PERIMBANGAN
2008 23.2% 15.0% 15.4% 5.61% 94.39%
2009 23.2% 15.0% 15.5% 5.99% 94.01%
2010 23.2% 15.0% 15.5% 6.39% 93.61%
2011 23.2% 15.0% 15.5% 6.81% 93.19%
2012 23.2% 15.0% 15.6% 7.27% 92.73%
Sumber : Kota Batu dalam angka 2008
5.7 Peningkatan Kemampuan Pendanaan
Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran
pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya. Kebijakan pendapatan
Daerah Kota Batu 2009– 2013 ditargetkan mampu meningkatkan pertumbuhan,
terutama pada komponen PAD dan Komponen Dana Perimbangan.
Pertumbuhan komponen pajak daerah retribusidaerah dan hasil perusdahan
daerah akan menjadi factor yang penting dalam mendorong pertumbuhan PAD
nantinya. Sedangkan untuk dana perimbangan, komponen bagi hasil pajak pusat
,serta komponen bagi hasil pajak dan bantuan keuangan propinsi adalah dua
unsur yang cukup penting dalam mendorong pertumbuhan dana perimbangan
yang akan diperoleh kedepan.
Kontribusi PAD sampai dengan tahun 2007 terhadap APBD masih sangat
kecil yaitu sekitar 5,26 % sehingga kedepan peningkatan pertumbuhan PAD
juga membawa peningkatan kontribusi terhadap APBD. Dilain pihak
ketergantungan akan dana perimbangan terhadap APBD dapat dikurangi seiring
dengan pertumbuhan perekonomian Kota Batu.
Peranan sektor pajak daerah dan BUMD dalam memberikan sumbangan ke
PAD tampaknya akan semakin penting. Untuk itu upaya untuk melakukan
ekstensifikasi melalui perluasan basis pajak tanpa harus menambah beban
masyarakat maupun intensifikasi melalui upaya terus menerus dalam perbaikan
ke dalam akan menjadi titik perhatian. Sejalan dengan itu usaha untuk
meningkatkan kesadaran wajib pajak dan retribusi dalam memenuhi
kwajibannya adalah hal yang harus dilakukan, dan perlu dilanjutnya secara
konsisten dalam upaya melakukan effisiensi baik ditubuh penyelenggara
pemerintahan Kota batu dan juga dalam BUMD.
Usaha ekstensifikasi pajak tampaknya tidak cukup dengan mengandalkan
kondisi sarana dan prasaran kota seperti kondisi saat ini. Untuk itu priorirtas
pembangunan harus benar benar fokus pada sektor yang mampu menarik
investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam upaya meningkatkan
daya beli masyarakat. Dalam kaitan dengan hal tersebut upaya untuk
menguarangi kesejangan dan ketimpangan pendapatan masyarakat sebagai
penekan kemiskinan serta tetap memperhatikan keseimbangan dalam aspek
Sebagai instrumennya adalah dengan menerapkan kebijakan yang berpihak
pada masyarakat tetapi dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
memadai. Strategi seperti ini biasa disebut dengan double track strategy,
terutama amat cocok untuk daerah yang mempunyai angka kemiskinan dan
pengangguran yang sangat tinggi dan mempunyai kandungan sektor yang
sangat kuat.
Peningkatan pendapatan daerah 2007 – 2012 diupayakan tetap menjaga
iklim usaha yang kondusif ( business climate ) bagi pengembangan dunia usaha
sehingga keberadaannya dapat mewujudkan stabilitas fiscal daerah khususnya
dalam memberikan ketersediaan sumber pembiayaan dalam rangka menjaga
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan kwalitas pelayanan
public.
Selain itu peningkatan PAD tidak hanya dari pajak dan retribusi tetapi juga
dari kreatifitas penggalian penerimaan dari non pajak dan retribusi.
5.8 Peningkatan Kapasitas Pembiayaan
Kebijakan Belanja Daerah sampai dengan 2012 akan didominasi oleh
belanja pelayanan public sedangkan porsi untuk belanja aparatur daerah, belanja
bagi hasil dan belanja yang tak terduga diperkirakan akan dapat lebih effisien.
Hal ini dikarenakan belanja aparatur relatif konstan. Sedangkan belanja public
akan semakin besar seiring tuntutan investasi pemerintah yang semakin tinggi ,
terutama untuk infrastruktur pendukung dan fasilitas perkantoran untuk
perbaikan pelayanan public.
Kebijakan Belanja Daerah harus mampu memberikan dukungan pada
pertumbuhan perekonomian daerah dan mampu mencukupi kebutuhan
pelayanan dasar serta penyelenggaran pemerintahan. Selain itu perkiraan
kebutuhan belanja daerah dapat mendanai program strategis daerah dalam
mendukung dan menjaga target indicator yang telah ditetapkan dalam dokumen
jangaka menengah daerah 2008 -20012.
Anggaran Belanja daerah berbasis pada kinerja atau anggaran
Pengelolaan pendapatan daerah akan menekankan pada keserasian antara
kebutuhan belanjan dan pendapatan. Prinsip bahwa nilai pendapatan daerah akan
dipergunakan sebesar besarnya untuk kesejahteran rakyat merupakan upaya
mobilitas sumberdaya lokal melalui peningkatan pendapatan daerah tidak akan
menimbulkan gangguan terhadap alokasi sumberdaya dengan konsekwensi
adanya effisiensi belanja daerah. Adapun kebijakan yang ditetapkan dalam
pembiayaan daerah adalah :
a. Dalam hal pembiayaan daerah diharapkan tidak sampai terjadi deficit
anggaran dan bila sampai terjadi maka paling banyak jangan lebih dari 3%
b. Alternatif pembiayan dari sisi penerimaan diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan kebutuhan pembiayan dari sisi pengeluaran. Alternatif
pembiayaan dapat diperoleh dari pinjaman daerah, peningkatan kemitraan
dengan masyarakat, peneribitan surat obligasi dan sumber pembiayaan
alternative lainnya. Khusus dalam pengelolaan pinjaman daerah harus
dierhatikan kemampuan keuangan daerah dalam menutup kewajiban
membayar hutang dengan metode Rasio Kemampuan membayar hutang