• Tidak ada hasil yang ditemukan

Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

SENYAWA FLAVONOIDA, FENILPROPANOIDA

DAN ALKALOIDA

SOVIA LENNY, SSi, MSi NIP : 132 258 139

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2006

(2)

KARYA ILMIAH

1. Judul Tulisan : Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan

Alkaloida

2. Identitas Penulis

a. Nama : Sovia Lenny, SSi, MSi

b. NIP : 132 258 139

c. Pangkat / Gol : Penata Muda Tk I / IIIb

d. Jabatan : Asisten Ahli

e. Departemen/Fak : Kimia / MIPA

3. Bidan Ilmu : Kimia Organik Bahan Alam

Medan, Mei 2006

Diketahui Oleh : Penulis

Ketua Departeman Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS Sovia Lenny, Msi

NIP. 131 459 466 NIP. 132 258 139

(3)

KATA PENGANTAR

Tulisan dengan judul Senyawa Fenilpropanoida Flavonoida dan

Alakloida ditulis dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang

betapa luasnya ruang lingkup senyawa-senyawa metabolit sekunder

terutama senyawa terpenoida dan steroida yang baik yang berasal dari

tumbuhan maupun dari hewan yang dapat berguna bagi kehidupan

manusia. Kegunaan bahan alam mencakup sebagai bahan makanan,

bahan obat-obatan, vitamin, zat warna dan lain-lain.

Dalam tulisan ini akan disajikan suatu pengantar mengenaii

klalsifikasi, nama, sifat-sifat dan sumber alam sekaligus cara untuk

mengidentifikasi senyawa-senyawa tersebut.

Semoga tulisan ini dapat memberi informasi dan bermanfaat bagii

para peneliti dan pembaca.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Senyawa Fenilpropanoida, Flavonoida dan Alkaloida 1. Pendahuluan ... 1

2. Senyawa Fenilpropanoida ... 3

A.KlasifikasiSenyawa Fenilpropanoida... 3

B. Jalur Biosintesa Shikimat ... 5

C. Jalu Biosintesa Kumarin ... 8

D.Jalur Biosintesa alilfenol dan propenilfenol ... 9

3. Senyawa Flavonoida ... 10

A. Klasifikasi senyawa Flavonoida ... 10

B. Biosintesa Flavonoida ... 12

C. Identifikaksi Flavonoida ... 13

4.Senyawa Alkaloida ... 14

A. Klasifikasi alkaloida ... 14

B. Biosintesa Alkaloida ... 18

Daftar Pustaka ... 20

(5)

SENYAWA FENI PROPANOIDA, FLAVONOIDA DAN ALKALOIDA

1. PENDAHULUAN

Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah

senyawa-senyawa aromatik. senyawa-senyawa-senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna

alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis,

bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat warna alizarin.

Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu

cincin aromatik yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzen,

naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh

satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau

dari segi biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatik ini

sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian

diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam

keadaan bebas.

Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan dialam

mengalami kemajuanyang sangat pesat setelah Kekule berhasil

menetapkan struktur dari cincin aromatik, Bahkan, struktur dari beberapa

senyawa fenol telah dapat ditetapkan sejak abad ke-19. Oleh karena itu,

ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-kadang dianggap sudah

usang.Akan tetapi topik-topik yang menarik mengenai senyawa-senyawa

itu terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan baru.

Dengan demikian, senyawa senyawa fenol dapat dianggap sebagai

(6)

cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus berklembang, seperti

halnya terpenoida dan steroida.

Sifat-sifat kimia dari semua senyawa fenol adalah sama, akan

tetapi dari segi biogenetik senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua

jenis utama, yaitu :

1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.

2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.

Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara

kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flavonoida.

Senyawa-senyawa fenol ditemukan dalam berbagai organisme,

mulai dari mikroorganisme sampai pada tumbuhan tinggi dan hewan.

Walaupun kapang ,merupakan sumber yang kaya akan senyawa fenol

yang berasal dari jalur asetat-malonat, tetapi senyawa fenol yang berasal

dari jalur ini ditemukan pula pada tumbuhan tinggi.

Tidak ada benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang

memberikan kontribusi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan

buah-buahan dialam. Flavin memberikan warna kuning atau jingga,

antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu semua warna

yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis

flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan

tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit

sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.

Selain senyawa-senyawa tersebut ada juga senyawa alkaloid yang

berperan penting dalam kehidupan manusia. Sejarah alkaloid hampir

(7)

setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang

mengandung alkaloida dalam minuman, kedokteran, teh, tapal dan racun.

Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan

obat-obatan hingga permulaan abad ke-19.

Obat-obatan pertama yang ditemukan secara kimia adalah opium,

getah kering opium Papaver sammiferum . Opium telah diogunakan

sebagai obat-obatan selama bverabad-abad dan sifatnya sebagai

analgesik maupun narkotik telah diketahui.

Dalam makalah ini akan diuraikan tentang keragaman struktur

sebagai akibat dari asal-usul biogenetik, penamaan dan sifat-sifat serta

reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada senyawa-senyawa tersebut diatas.

1. SENYAWA FENILPROPANOID

A. Kalsifikasi Senyawa Fenilpropanoida

Senyawa fenilpropanoid merupakan salah satu kelompok senyawa

fenol utama yang berasal dari jalur shikimat. Senyawa senyawa fenol ini

mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari cincin benzen (C6)

yang terikat pada ujung rantai karbon propana (C3).

Kerangka dasar Fenilpropanoid

(8)

Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenilpropanoida ialah:

1. Turunan Sinamat

Contohnya :

COOH

HO

COOH

Asam Sinamat

Asam p-kumarat

2. Turunan Kumarin

Contohnya :

O O

O O

HO

Kumarin

Umbeliferon

3. Turunan Alilfenol

Contohnya :

HO

Cavicol

(9)

HO

OCH3

Eugenol

4. Turunan Propenil fenol

Contohnya :

H3CO

HO

OCH3

Anatol

Isoeugenol

Struktur beberapa jenis senyawa fenilpropanoida tersebut diatas

menunjukkan kerangka dasar fenilpropanoida yang nyata dan kerangka

karbon ini mempunyai oksidasi maksimal trihidroksida. Kemungkinan lain

dari pola oksidasi adalah 3,4-dihidroksi atau 4-hidroksi atau tidak

teroksidasi sama sekali

B. Jalur Biosintesa Shikimat

Biosintesa senyawa fenilpropanoida yang berasal dari jalur shikimat

pertama kali ditemukan dalam mikroorganisme seperti bakteri, kapang

dan ragi. Sedangkan asam shikimat pertama kali ditemukan pada tahun

(10)

1885 dari tumbuhan Illicium religiosum dan kemudian ditemukan dalam

banyak tumbuhan. Pokok-pokok reaksi biosintesa dari jalur shikimat

adalah sebagai berikut :

Pembentukan asam shikimat dimulai dengan kondensasi aldol

antara suatu tetrosa yaitu eritrosa dan asam fosfoenolpiruvat. Pada

kondensasi ini, gugus metilen C=CH2 dari asam fosfoenolpiruvat berlaku

sebagai nukleofil dan beradisi dengan gugus karbonil C=O dari eritrosa

menghasilkan suatu gula yang terdiri dari 7 atom karbon. Selanjutnya

reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan asam 5-dehidrokuinat

yang mempunyai lingkar sikloheksana yang kemudian diubah menjadi

asam shikimat. Asam prefenat terbentuk oleh adisi asam fosfoenolpiruvat

kepada asam shikimat. Berikutnya aromatisasi dari asam prefenat

menghasilkan fenilpiruvat yang menghasilkan fenilalanin melalui reaksi

reduktif aminasi. Akhirnya, deaminasi dari fenilalanin menghasilkan asam

sinamat. Reaksi paralel yang sejenis terhadap tirosin yang mempunyai

tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilkan asam perusahaan-kumarat

dan selanjutnya asam-asam kafeat, ferulat dan sinapat.

Mekanisme reaksi biosintesa fenilpropanoida adalah sebagai berikut :

COOH

(11)

OH

(12)

C. Jalur Biosintesa Kumarin

Kumarin adalah senyawa fenol yang pada umumnya berasal dari

tumbuhan tinggi dan jarang sekali ditemukan pada mikroorganisme. Dari

segi biogenetik, kerangka benzopiran-2-on dari kumarin berasal dari

asam-asam sinamat, melalui orto-hidroksilasi. Asam orto-kumarat yang

dihasilkan setelah menjalani isomerisasi cis-trans, menjalani kondensasi.

Penelitian mengenai biosintesa kumarin pada beberapa jenis

tumbuhan ternyata mendukung biosintesa ini. Walaupun demikian,

mekanisme dari sebagian besar tahap-tahap reaksi tersebut masih belum

jelas. Misalnya reaksi isomerisasi cis-trans dari asam orto

hodroksikumarat mungkin berlangsung dengan katalis enzim atau melalui

proses fotokimia atau suatu proses reduksi-dehidrogenasi yang beruntun.

Tahap-tahap reaksi biosintesis kumarin yang dimulai dari asam sinamat

hingga terbentuknya kumarin adalah sebagai berikut :

O O

(13)

D. Jalur Biosintesa Alilfenol dan Propenil fenol

Senyawa-senyawa alilfenol dan propenil fenol adalah dua jenis

senyawa fenilpropanoida yang berkaitan satu sam lainnya.

Senyawa-senyawa ini umumnya ditemukan bersama-sama dalam minyak atsiri dari

tumbuhan Umbeliferae atau tumbuhan lain yang digunakan sebagai

rempah-rempah. Misalnya eugenol adalah komponen utama dari minyak

cengkeh dan miristin terdapat dalam minyak pala. Semua senyawa ini

mempunyai gugus hidroksil atau gugus ester pada C4, kadang-kadang

diikuti oleh gugus metoksil atau metilendioksida yang lain.

Hipotesis reaksi biosintesa dari turunan alilfenol dan propenil fenol

adalah sebagai berikut :

COOH CH2X CH2

R

R R

R

R R

+

+

Pembentukan turunan alilfenol dan propenil fenol pada prinsipnya

adalah suatu reaksi substitusi nukleofilik, dimana ion hidrida berlaku

sebagai nukleofil. Hipotesis ini telah didukung oleh percobaan mengenai

biosintesa anetol dalam tumbuhan Pimpinella anisum .

(14)

2. SENYAWA FLAVONOIDA

A. Kalsifikasi Senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang

terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat

warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang

ditemuykan dalam tumbuh-tumbuhan.

Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15

atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu

rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.

Susunann ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida

yaitu :

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

A

B

1 2

3

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

A

B

1 2

3

(15)

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana.

A

B

1 2

3

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang

berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoida yang

terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini

mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan

atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan

oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru

(Cincin C).

Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung

pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana.

Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan

dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya

senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,

alkoksilalsi atau glikosilasi dari struktur tersebut.

Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya

ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.

(16)

Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar

tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa ciri struktur yaitu : Cincin A dari

struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling

yaitu pada posisi 2, 4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus

fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau

tiga pada posisi satu di para dan dua di meta.

Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya

sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk

cincin heterosiklis dalam senyawa trisiklis.

Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :

Cincin A – COCH2CH2 – Cincin B Hidrokalkon

Cincin A – COCH2CHOH – Cincin B Flavanon, kalkon

Cincin A – COCH2CO – Cincin B Flavon

Cincin A – CH2COCO – Cincin B Antosianin

Cincin A – COCOCH2 – Cincin B Auron

B. Biosentesa Flavonoida

Pola biosintesa pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada

tahap-tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi

dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15

yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi

oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan.

Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari jalur poliketida, yaitu

kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga

(17)

atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur

shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari

kombinasi antara dua jenis biosintesa utama untuk cincin aromatik yaitu

jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai

perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai

propana dapat menghasilkan berbegai gugus fungsi seperti ikatan

rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya.

C. Identifikasi Flavonoida

Sebagian besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk

glikosida, dimana unit flavonoida terikat pada suatu gula. Glikosida adalah

kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan

melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk

apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari

gula, sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh

asam menghasilkan suatu asetal.

Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas

komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding

dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida

flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa

sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida,

galaktosida dan gentiobiosida.

Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida

dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat

(18)

oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut

organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton.

3. SENYAWA ALKALOIDA

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.

Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang

biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini

merupakan bagian dari cincin heterosiklik.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai

keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang

sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin

adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan

psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan

seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alakloida umumnya ditemukan

dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa

yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

A. KLASIFIKASI SENYAWA ALKALOIDA

Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu,

suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin

dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan

alkaloida.

(19)

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara

yaitu :

1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian

dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat

dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida

piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol.

Struktur masing-masing alkaloida tersebut adalah sebagai berikut :

NH N

N N

N H

H

Pirolidin Piperidin Isokuinolin

Kuinolin Indol

2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini

digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama

ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida

dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau,

alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya.

Cara ini mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang

berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang

berbeda-beda.

(20)

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk

menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan

berdasarkan berbegai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa

alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa

asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida

dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :

a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan

lisin

b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin,

tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin

c. alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik

termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang

tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berada

dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak

pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang

substituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH),

metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O).

Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar

alkaloida.

Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu.

Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi

para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik.

(21)

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut

Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :

1. Alkaloida Sesungguhnya

Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan

aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa,

umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari

asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam

organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin

dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin

heterosiklik dan alkaloida quarterner yang bersifat agak asam daripada

bersifat basa.

2. Protoalkaloida

Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana

nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.

Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang

bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok

ini.

3. Pseudoalkaloida

Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino.

Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting

dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.

(22)

B. Biosintesa Alkaloida

Biosintesa alkaloida mula-mula didasarkan pada hasil analisa

terhadap ciri struktur tertentu yang sama-sama terdapat dalam berbagai

molekul alkaloida. Alakloida aromatik mempunyai suatu unit struktur yaitu

β-ariletilamina. Alkloida-alkaloida tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin

seperti laudonosin mengandung dua unit β-ariletilamina yang saling

berkondensasi. Kondensasi antara dua unit β-ariletilamina tidak lain

reaksi kondensasi Mannich. Menurut reaksi ini, suatu aldehid

berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan suatu ikatan

karbon-nitrogen dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan

suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau suatu fenol.

Dari percobaan menunjukkan bahwa β-ariletilamina berasal dari

asam-asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami

dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam amino ini

perusahaan[ada oksidasi dapat menyingkirkan gugus-gugus amino

(deaminasi oksidatif) diikuti oleh dekarboksilasi menghasilkan aldehid.

Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid melakukan

kondensasi Mannich.

Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan

reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis

struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting

adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus

fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.

(23)

Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen

menghasilkan gugus metoksil dan metilalsi nitrogen menghasilkan gugus

N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloida

disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari

jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.

Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus

amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon,

selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.

C. Sifat Fisikia dan Kimia Alkaloida

Kebanyakan alkaloida berupa padatan kristal dengan titik lebur

yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk

amorf dan beberapa seperti nikotin dan koniin berupa cairan.

Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks

spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya

larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloida dan

protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner

sangat larut dalam air.

Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan elektron

pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen

bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan eelektron pada nitrogen

naik dan senyawa lebih bersifat basa. Jika gugus fungsional yang

berdekatan bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan

(24)

elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat

bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.

Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersbut sangat mudah

mengalmi dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya

oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alakloida

selama atau setelah is0olasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika

penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam

dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

1. Markham. K.R, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan

Kosasih Padmawinata, ITB Bandung

2. Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan alam, Cetakan ke-1, Liberty,

Yogyakarta

3. Herbert. R.B, 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder, Edisi ke-2, cetakan

ke-1, terjemahan Bambang Srigandono, IKIP Press

semarang

4. Duke.J, 2005, Phytochemical and Etnobotanical Databases, Maryland,

Beltsuille Agricultural Researah Center

5. Darwis.D, 2001, Teknik Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Metabolit

Sekunder, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia

Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan

Rekayasa Bioteknologi, FMIPA Universitas Andalas padang

6. Achmad. S.A, 1986, Kimia Organik Bahan Alam, Universitas Terbuka,

Jakarta

7. Harborne.J.B, 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Modern Menganalisa

Tumbuhan, terbitan ke-2, Terjemahan Kosasih Padmawinata

dan iwang Soediro, ITB Bandung

8. Mannito.P, 1981, Biosynthesis of Natural Products, Terjemahan PG

Sammes, Chicster Ellis Horwood Ltd

9. Robinson.T. 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku usaha pertunjukan film sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf d dilarang mempertunjukkan film hanya dari satu pelaku usaha pembuatan film atau pengedaran film

Setelah itu guru menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa dengan materi kelompok sosial, selanjutnya guru menanyakan kepada siswa mengenai materi

Dalam penelitian ini, akan dikaji aktivitas buah terong belanda dengan variasi dosis yang berbeda dari penelitian sebelumnya terhadap kadar hemoglobin, jumlah eritrosit

Menurut pendapat Merriam (1974: 17), tari adalah budaya dan budaya itu tari serta kesatuan tari seutuhnya tidak bisa dipisahkan dari anggitan antropologis tentang

Perlu adanya sampel yang lebih besar dalam meneliti hubungan antara kadar timbal (Pb), zinc protoporphyrin dan besi (Fe) dalam sampel darah operator SPBU di Kota Semarang. Perlu

Berdasarkan analisis metafora bentuk animate (fauna/hewan) pada mantra mantra masyarakat Melayu Galing Sambas dapat disimpulkan bahwa, terdapat metafora bentuk animate

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah diperoleh informasi mengenai jenis-jenis dan prevalensi parasit pada itik yang dipelihara secara intensif dan

Adam Malik Medan, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat yang telah mengajarkan keterampilan bedah pada diri saya tanpa pamrih memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis