EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN
LANGSUNG TUNAI DI KELURAHAN KAMPUNG
BARU KECAMATAN MEDAN MAIMOON
KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana
DISUSUN
OLEH :
ADE ERVINA SURYANI
050902039
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Ade Erfina Suryani
N I M : 050902039
Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Maimoon Kota Medan.
Medan, 16 Juni 2010
PEMBIMBING
Drs. Matias Siagian, M.Si 19630319199303 1 001
KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Drs. Matias Siagian, M.Si 19630319199303 1 001
DEKAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Ade Erfina Suryani
N I M : 050902039
ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN MEDAN MAIMOON KOTA
MEDAN
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 88 halaman, 36 tabel, 3 gambar, 21 kepustakaan dan 5 lampiran)
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu alternatif kebijakan dalam mengatasi masalah kemiskinan. Sangat sering dimuat di berbagai media tentang pelaksanaan program BLT yang sering menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, evaluasi atas pelaksanaan progam BLT sangat penting. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program BLT di kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan program BLT di masa mendatang.
Penelitian ini adalah penelitian dengan tipe deskriptif. Adapun populasi penelitian ini adalah 675 keluarga di kelurahan Kampung Baru, dengan sampel 80 keluarga, yang ditetapkan dengan menggunakan teknik penarikan sampel purphosive cluster dan stratifikasi random. Data penelitian dikumpulkan melalui pembagian angket dan wawancara untuk memperbaiki dan melengkapi data yang diperoleh melalui pembagian angket. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif yang dipadukan analisis kuantitatif untuk mengetahui kecenderungan sikap masyarakat sehubungan dengan pelaksanaan program BLT.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum program BLT telah dilaksanakan dengan baik di kelurahan Kampung Baru. Sosialisasi program telah dilaksanakan dengan baik, dimana aparat kelurahan menjadi sumber informasi pertama tantang program BLT dan RTS memahami tujuan program BLT setelah mendapat informasi dari pihak kelurahan. Pada umumnya persyaratan bagi RTS telah diterapkan sebagaimana ketentuan yang berlaku, kecuali dalam hal sumber air minum dan jenis penerangan, frekuensi makan dan jenis lantai rumah. Dalam hal pencairan dana terjadi pelaksanaan yang cukup buruk yang ditandai dengan keterlambatan pencairan waktu. Dalam hal jumlah dana BLT yang diterima pemerintah telah melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana RTS menerima dengan utuh dana BLT.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Ade Erfina Suryani
N I M : 050902039
ABSTRACT
THE EVALUATION OF CASH DIRECT AID (BANTUAN LANGSUNG TUNAI – BLT) IN KAMPUNG BARU DISTRICT MEDAN MAIMOON REGENCY
MEDAN CITY
(Thesis consists of 6 chapters, 88 pages, 36 tables, 3 pictures, 21 libraries and 5 appendix)
Cash Direct Aid (Bantuan Langsung Tunai – BLT) Program is one of several alternative policies of poverty problem solution in Indonesia. Divergence in BLT program implementation is a case which often publication by mass media. It is very important to evaluation about BLT program, to knew how BLT program implementation as a fact, especially in Kampung Baru district, Medan Maimoon Regency, Medan. This research result expected ca be used as reference to make it better in future.
This research is descriptive research, with 455 families as population research. They are acceptor of BLT in Kampung Baru district. By purphosive cluster and stratification random sampling approach, this research studied data of 80 families as research sample, collected by questionair and combined with interview. Reseacher studied critically of data by used descriptive and quantitative analysis. The combination of descriptive and quantitative analysis very important to knew the implementation of BLT program as a fact.
The research result showed that as generally the implementation of BLT program in Kampung Baru District is good especially in program introduction. The officials of Kampung Baru District Government was the first resource information of BLT program for people, and BLT program acceptors knew about goals of the program. Almost of prerequirements implemented, except about clean water and bright sources. The serious problem in implementation of BLT progam in Kampung Baru District is about the time of delivery of aids to program target or aid acceptors. All of respondences said that the time always too late. The implementation BLT program is good in integrity of program officials, all of respondences said, they got all of money as their right in the program.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat RahmatNya
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun penulis menyadari bahwa
hasil dari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat waktu, kemampuan
dan pengetahuan yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati, penulis
mengharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini dan tentunya
mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Evaluasi Program Bantuan
Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun di
Kota Medan”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa
selesai tanpa bantuan, perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial yang telah memberikan pengetahuan, arahan dan dorongan kepada penulis
Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan serta sarna dalam
penyelesaian skripsi ini.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selama
perkuliahan dan dengan segala jasa-jasanya.
Hj. Rohima, selaku Staf Kantor Lurah Kampung Baru, yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian penelitian ini.
Kepada kedua orang tua saya Tauhal Arifin Sitorus dan Mama tersayang Lilis Suryani
Lubis yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril dan materil selama
perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini.
Kepada Suamiku tercinta P. Tapip Jaelani yang selalu memberi motivasi moril dan
materil selama perkuliahan hingga sampai ke tahap penyelesaian skripsi ini.
Kepada Kakaku tersayang, Kak Dewi Erfina Suryani br Sitorus yang selalu
memberi motivasi serta ide-ide dalam penyelesaian skripsi. Demikian pula terima
kasih buat adik-adikku : Teguh Sitorus, Cici br Sitorus, Jesi br Sitours, Angga
Sitorus yang selalu memberi perhatiannya kepada penulis selama menyelesaikan
skripsi ini.
Sahabat-sahabat penulis Stambuk 2005, buat my best friend : Desima Erianti
Simanjuntak, Fitri dan Haris dan juga buat sahabat-sahabatku Stambuk 2004 : Kak
Friska Jelita dan Kak Ivana, thank ya buat kalian semua yang telah memberikan
Buat teman-teman yang tidak dapat penulis sebuat namanya satu persatu. Semoga
ilmu yang kita miliki dapat kita pergunakan untuk keharuman dan kebanggaan
almamater kita.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak terkait.
Medan, Juni 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ……… ii
Abstract ……… iii
Kata Pengantar….………….………...……… iv
Daftar Isi ..….………... ix
Daftar Tabel ………...……… xii
Daftar Gambar ...………...……… xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………...………… 1
1.2. Perumusan Masalah ………...………… 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……...……….. 8
1.2.1. Tujuan Penelitian ………...…… 8
1.2.2. Manfaat Penelitian ………...……. 8
1.5. Sistematika Penulisan ………...……....…… 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi …...………...…….. 10
2.1.1 Pengertian Evaluasi ... 10
2.1.2 Jenis-jenis Evaluasi... 12
2.1.3 Fungsi Evaluasi ... 13
2.1.4 Proses Evaluasi ... 14
2.2. Program …...………...…….. 16
2.2.1 Pengertian Program ... 16
2.2.2 Pelaksanaan Program... 17
2.3. Program BLT...………...…….. 18
2.3.1 Pengenalan Program BLT dan Mekanime Pleksanaannya ... 18
2.3.2 Organisasi Pelaksanaan Penyaluran Dana BLT... 26
2.4. Kemiskinan...………...…….. 30
2.4.1 Pengertian Kemiskinan... 30
2.4.2 Dimensi Kemiskinan... 32
2.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan ... 34
2.5. Peranan Pekerja Sosial dalam Pelaksanaan Program ...…….. 35
2.6. Kerangka Pemikiran ...…...………...…… 37
2.7. Defenisi Konsep dan Definisi Operasional ... 40
2.7.1. Definisi Konsep ... 40
2.7.2. Definisi Operasional ... 40
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 43
3.2. Lokasi Penelitian ... 43
3.3. Populasi dan Sampel... 43
3.3.1. Populasi ... 43
3.3.2. Sampel ... 44
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.4. Teknik Analisa Data ... 45
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 46
4.2. Fasilitas dan Prasarana ... 55
BAB V. ANALISIS DATA
5.1. Kaharakteristik Umum Responden ... 58
5.2. Evaluasi Pelaksanaan Program BLT di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan ... 62
5.2.1. Sosialisasi ………... 62
5.2.2. Kajian Persyaratan sebagai Keluarga Penerima BLT ... 65
5.2.3. Pencairan Dana BLT ... 81
5.2.4. Analisis KuantitatifDalam Rangka Evaluasi Pelaksanaan Program BLT ... 84
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 87
6.1. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 100
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Rumah Tangga Miski Menurut Badan Pusat Statistik 21
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Lingkungan………….… 47
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ……… 48
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ………….. 49
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………. 50
Table 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ……….. 52
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ………. 53
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku………. 54
Tabel 4.8 Fasilitas di Kelurahan Kampung Baru ……… 55
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ………. 58
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………….. 59
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ……… 60
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama……….. 61
Tabel 5.5 Sumber Informasi Pertama tentang BLT Bagi Responden….. 62
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Tujuan Program BLT……….. 63
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kesetujuan atas Program BLT ………. 64
Tabel 5.8 Status Kepemilikan Rumah yang Ditempati ……… 65
Tabel 5.9 Luas Lantai Rumah yang Ditempati Berbanding Jumlah Anggota Keluarga ……… 66
Tabel 5.10 Jenis Lantai Bangunan Rumah yang Ditempati……… 67
Tabel 5.12 Kepemilikan Fasilitas Tempat Buang Air Besar dari Rumah
yang Ditempati ……….. 69
Tabel 5.13 Jenis Penerangan yang Digunakan……… 70
Tabel 5.14 Sumber Air Minum yang Digunakan ……… 71
Tabel 5.15 Jenis Bahan Bakar yang Digunakan untuk Memasak
Sehari-hari ……… 72
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata
Pencaharan Utama Keluarga ……….. 73
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan
Kepala Keluarga Per Bulan ……… 74
Tabel 5.18 Kemampuan Memenuhi Kebutuhan Setiap Bulan atas
Pendapatan yang Ada ……… 76
Tabel 5.19 Frekuensi Makan Pada Umumnya Setiap Hari ……….. 77
Tabel 5.20 Frekuensi Mengkonsumsi Daging/Susu Dalam Seminggu…… 78
Tabel 5.21 Frekuensi Pembelian Baju Baru Dalam Satu Tahun………….. 79
Tabel 5.22 Kepemilikan Tabungan atau Aset yang Mudah Dijual……….. 80
Tabel 5.23 Ketepatan Waktu Pencairan Dana BLT ……… 81
Tabel 5.24 Kontribusi Dana BLT Bagi Kehidupan Keluarga ………. 82
Tabel 5.25 Setujutidaknya atas Bentuk “Uang” Program BLT ………….. 83
Tabel 5.26 Bentuk Alternatif Lain dari Program Bantuan ………. 84
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Tabel 2.1 Bagan Alir Pikir ……….. ………...… 38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Ade Erfina Suryani
N I M : 050902039
ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KELURAHAN KAMPUNG BARU KECAMATAN MEDAN MAIMOON KOTA
MEDAN
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 88 halaman, 36 tabel, 3 gambar, 21 kepustakaan dan 5 lampiran)
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu alternatif kebijakan dalam mengatasi masalah kemiskinan. Sangat sering dimuat di berbagai media tentang pelaksanaan program BLT yang sering menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, evaluasi atas pelaksanaan progam BLT sangat penting. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program BLT di kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka pelaksanaan program BLT di masa mendatang.
Penelitian ini adalah penelitian dengan tipe deskriptif. Adapun populasi penelitian ini adalah 675 keluarga di kelurahan Kampung Baru, dengan sampel 80 keluarga, yang ditetapkan dengan menggunakan teknik penarikan sampel purphosive cluster dan stratifikasi random. Data penelitian dikumpulkan melalui pembagian angket dan wawancara untuk memperbaiki dan melengkapi data yang diperoleh melalui pembagian angket. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif yang dipadukan analisis kuantitatif untuk mengetahui kecenderungan sikap masyarakat sehubungan dengan pelaksanaan program BLT.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum program BLT telah dilaksanakan dengan baik di kelurahan Kampung Baru. Sosialisasi program telah dilaksanakan dengan baik, dimana aparat kelurahan menjadi sumber informasi pertama tantang program BLT dan RTS memahami tujuan program BLT setelah mendapat informasi dari pihak kelurahan. Pada umumnya persyaratan bagi RTS telah diterapkan sebagaimana ketentuan yang berlaku, kecuali dalam hal sumber air minum dan jenis penerangan, frekuensi makan dan jenis lantai rumah. Dalam hal pencairan dana terjadi pelaksanaan yang cukup buruk yang ditandai dengan keterlambatan pencairan waktu. Dalam hal jumlah dana BLT yang diterima pemerintah telah melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana RTS menerima dengan utuh dana BLT.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Ade Erfina Suryani
N I M : 050902039
ABSTRACT
THE EVALUATION OF CASH DIRECT AID (BANTUAN LANGSUNG TUNAI – BLT) IN KAMPUNG BARU DISTRICT MEDAN MAIMOON REGENCY
MEDAN CITY
(Thesis consists of 6 chapters, 88 pages, 36 tables, 3 pictures, 21 libraries and 5 appendix)
Cash Direct Aid (Bantuan Langsung Tunai – BLT) Program is one of several alternative policies of poverty problem solution in Indonesia. Divergence in BLT program implementation is a case which often publication by mass media. It is very important to evaluation about BLT program, to knew how BLT program implementation as a fact, especially in Kampung Baru district, Medan Maimoon Regency, Medan. This research result expected ca be used as reference to make it better in future.
This research is descriptive research, with 455 families as population research. They are acceptor of BLT in Kampung Baru district. By purphosive cluster and stratification random sampling approach, this research studied data of 80 families as research sample, collected by questionair and combined with interview. Reseacher studied critically of data by used descriptive and quantitative analysis. The combination of descriptive and quantitative analysis very important to knew the implementation of BLT program as a fact.
The research result showed that as generally the implementation of BLT program in Kampung Baru District is good especially in program introduction. The officials of Kampung Baru District Government was the first resource information of BLT program for people, and BLT program acceptors knew about goals of the program. Almost of prerequirements implemented, except about clean water and bright sources. The serious problem in implementation of BLT progam in Kampung Baru District is about the time of delivery of aids to program target or aid acceptors. All of respondences said that the time always too late. The implementation BLT program is good in integrity of program officials, all of respondences said, they got all of money as their right in the program.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997
telah memporakporandakan seluruh aspek kehidupan bangsa terutama sendi-sendi
perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi
Indonesia terpuruk, kembali menjadi salah satu 14egara miskin di dunia. Kemiskinan
telah menjadi suatu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh 14egara-negara
yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi di 14egara-negara yang sebelumnya
sudah mempunyai kemampuan di bidang ekonomi. Hal ini pada dasarnya telah
menjadi perhatian, isu, dan pergerakan global yang bersifat kemanusiaan.
Krisis multi dimensi yang berawal tahun 1997, disusul dengan carut marutnya
perekonomian Indonesia pasca runtuhnya rezim orde baru telah menyebabkan
sebagian besar masyarakat Indonesia jatuh dalam garis kemiskinan.
Kelompok-kelompok masyarakat ekonomi lemah bahkan terpuruk di bawah garis kemiskinan
yang sangat memprihatinkan. Penduduk miskin yang semula 34,91 juta (BPS, 1999)
pada bulan maret 2008 meningkat sebesar 34,96 juta orang (15,42 %)
Jika harga Bahan Bakar Minyak saja yang naik mungkin tidak begitu
dipermasalahkan, karena tidak dianggap begitu berpengaruh bagi masyarakat
marginal. Namun yang menjadi persoalan adalah, ketika harga Bahan Bakar Minyak diakses tanggal 21 september
2009). Kondisi buruk ini kemudian diikuti lagi oleh kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak yang membuat semakin banyak penduduk Indonesia terjerat di bawah garis
melambung tinggi justru berimbas juga dengan melambungnya harga sembako dan
harga-harga kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari dan keadaan ini semakin
memburuk karena semakin menurunnya daya beli masyarakat.
Jika kita pahami sebenarnya kenaikan pendapatan itu tidak begitu berdampak
besar apabila persentasenya lebih kecil dari pada persentase kenaikan harga rata-rata.
Di saat itu pulalah pemerintah mengalami kesulitan keuangan, sehingga masyarakat
dipaksa untuk memaklumi serta menerima kebijakan pemerintah untuk menaikkan
harga Bahan Bakar Minyak. Tetapi seberapa parah kesulitan keuangan yang dialami
pemerintah tidak diketahui oleh masyarakat umum karena pemerintah tidak
menerapkan asas transparansi.
Anggaran yang dipakai untuk kegiatan pembangunan fisik sangatlah kecil.
Sebagian besar dari anggaran yang ada dipergunakan untuk menanggulangi biaya
operasional lembaga dan aparatur pemerintahan dan sebagian lainnya untuk
membayar cicilan dan bunga hutang luar negri. Dapat dipahami akan terbatasnya
keuangan 15egara pada saat itu, hanya saja pemerintah tidak membukakan atau tidak
terbuka mengenai hal ini pada masyarakat. Berdasarkan kondisi yang ada, maka
maka menaikkan harga Bahan Bakar Minyaklah yang menjadi salah satu cara bagi
pemerintah untuk mengurangi beban anggaran 15egara. Namun kenaikan tersebut
berdampak pada kenaikan harga-harga kebutuhan hidup lainnya.
Pada kenyataannya masyarakat tidak mempersoalkan kenaikan harga atas
barang apapun jika hubungan fungsional antara harga dengan pendapatan berjalan
seiring atau seimbang. Artinya kenaikan harga barang mestinya berlangsung
bersamaan dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Namun kondisi kenaikan yang
seimbang tersebut tidak terjadi. Kenyataannya harga-harga berbagai kebutuhan
pendapatan lebih kecil daripada kenaikan harga, sehingga daya beli masyarakat terus
melemah dan tingkat kesejahteraan masyarakat pun menjadi turun.
Masyarakat miskin dalam satuan rumah tangga adalah kelompok yang paling
merasakan beban berat atas kondisi perekonomian yang buruk akibat pengaruh
kenaikan Bahan Bahar Minyak. Meningkatnya biaya untuk pemenuhan kebutuhan
hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan menjadikan daya beli
masyarakat menurun dan selanjutnya menyebabkan kehidupan masyarakat semakin
terpuruk.
Kerentanan terhadap gejolak ekonomi dan rendahnya kemampuan daya beli
masyarakat merupakan permasalahan yang sudah terjadi sejak lama di Indonesia dan
semakin memburuk sejak adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Kenyataan
ini menimbulkan semakin tingginya tingkat kemiskinan di negeri ini, banyak rakyat
yang semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena kenaikan
Bahan Bakar Minyak itu tidak hanya terkait dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak
itu sendiri, melainkan juga terkait dengan naiknya harga barang dan jasa lain.
Memperhatikan kehidupan masyarakat miskin yang makin memprihatinkan,
Pemerintah berusaha mengambil langkah antisipatif agar rakyar miskin mampu
bertahan hidup ketika naiknya harga Bahan Bakar Minyak. Pemerintah mengambil
kebijakan program kompensasi jangka pendek yang bertujuan mempertahankan
kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama masyarakat miskin
melalui program pemerintah yang ditujukan pada masyarakat miskin, dimana salah
satu di antaranya adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT).
BLT adalah program jangka pendek yang bersifat sementara, diarahkan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketergantungan serta tidak mendorong
per rumah tangga sasaran. Bentuk uang tunai diberikan untuk mencegah turunnya
dayabeli masyarakat miskin yang disebabkan oleh naiknya harga Bahan Bakar
Minyak.
Program BLT tahun 2008 disalurkan selama dua priode, Juni-Agustus. BLT
disalurkan kepada 18,83 juta rumah tangga atau 99,02% dari seluruh Rumah Tangga
Sasaran (RTS). Provinsi dengan penyaluran tertinggi adalah Jawa Tengah yakni
sebesar 99,87%. Provinsi dengan penyaluran terendah adalah Kalimantan Tengah
yakni sebesar 83,53%. Sedangkan penyaluran BLT tahap kedua untuk priode
September – Desember, Bantuan Langsung Tunai telah disalurkan kepada 18,78%
juta rumah tangga atau 98,74% dari seluruh Rumah Tangga Sasaran Provinsi dengan
penyaluran tertinggi adalah Jawa Tengah sebesar 99,72% provinsi dengan
penyaluran terendah adalah Kalimantan Tengah sebesar 83,32%
Bantuan Langsung Tunai disalurkan pada masyarakat miskin yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Bantuan Langsung Tunai dibagikan dalam kurun waktu
satu kali per tiga bulan. Secara oprasional perundang-undangan sebagai dasar
kebijakan pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai sebagaimana tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kurun waktu 2004-2009,
yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, yang di antaranya memuat target
penurunan angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2% pada tahun
2009. Dimana target tersebut dianggap tercapai jika daya beli penduduk terus
ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan.
Wujud nyata dari orientasi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah ini
mentah di pasar internasional, yang tentu mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak
dalam negeri sejak awal maret 2005 dan berdampak juga pada kenaikan harga-harga
kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, yang pada akhirnya memperlemah daya beli
masyarakat. Dalam keadaan inilah munculnya Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2005 tentang program BLT yang ditujukan kepada rumah
tangga-rumah tangga miskin yang ada di Indonesia, yang dikeluarkan pada tanggal 10
September 2005. Dimana pembahasan lebih lanjut pada tahap pelaksanaan melalui
rapat koordinasi (rakor) tingkat Menteri pada tanggal 16 September 2005, yang
memandang bahwa pelaksanaan BLT sudah siap dilaksanakan maka berlangsunglah
program ini pada bulan Oktober
Oktober 2009.
Pada kenyataannya selalu ada dampak positif dan dampak negatif dari sebuah
program begitu juga dengan program BLT itu sendiri. Dampak positif dari program
BLT ini adalah dengan adanya BLT maka kenaikan biaya hidup yang diakibatkan
oleh kenaikan Bahan Bakar Minyak secara langsung maupun dampak kenaikan harga
pokok akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak akan sedikit tertutupi dengan adanya
dana Cuma-Cuma yang diberikan pemerintah. Akan tetapi di sisi yang lain program
ini memiliki dampak negatif terhadap prilaku dan karakter pada masyarakat itu
sendiri. Banyak pihak yang berpendapat, dengan adanya bantuan berupa uang tunai
Cuma-Cuma ini tanpa perlu memeras tenaga membuat perilaku masyarakat menjadi
seorang yang pemalas, melatih mental masyarakat sebagai seorang peminta-minta.
Kebijakan ini sangat berdampak menciptakan karakter masyarakat yang selalu
dimanja dan menjadi bangsa yang peminta-minta (Siraithttp://robbyalexandersirait.
Adanya kebijakan pemerintah mengenai program BLT menimbulkan pro dan
kontra dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak sedikit protes muncul dari
masyarakat Indonesia khususnya pada kelompok mahasiswa, tokoh-tokoh
masyarakat dan pengamat ekonomi. Banyak yang menilai bahwa munculnya
program ini bukanlah solusi yang benar, malah sebaliknya dengan adanya program
BLT ini akan menimbulkan masalah nantinya.
Kebijakan BLT ini hanya merupakan kebijakan yang membuat mental
masyarakat semakin bobrok karena dengan program ini pemerintah terkesan hanya
memberikan ikan, bukan pancing kepada masyarakat miskin. Padahal solusi yang
benar itu adalah hendaknya pemerintah 19egara pancing dan menghimbau
masyarakat untuk berusaha mencari ikannya. Selain itu masalah lain adalah dugaan
penyelewengan dana program BLT. Masalah ini muncul ketika Badan Pusat Statistik
(BPS) di lapangan masih menggunakan data yang lama bukan data yang terbaru, dan
hal ini menjadi masalah pada penyaluran BLT itu sendiri, karena dapat terjadi rumah
tangga yang mampu tetapi mendapat BLT. Kelemahan yang muncul berkaitan
dengan pelaksanaan program BLT ini adalah:
1. Kebijakan BLT bukan kebijakan yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan
masalah kemiskinan di Indonesia, karena kebijakan ini tidak mampu
meningkatkan derajat dan tingkat kesejahteraan masyarakat miskin.
2. Efektifitas dan efesiensi penggunaan dana BLT yang tidak dapat diukur dan
diawasi karena lemahnya fungsi pengawasan pemerintahan terhadap kebijakan
tersebut.
3. Validitas dan masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan berdampak pada
4. Kebijakan BLT memiliki kecenderungan menjadi pemicu konflik sosial di
masyarakat.
5. Peran aktif masyarakat yang kurang, sehingga optimalisasi kinerja program yang
sulit direalisasikan.
6. Dari sisi keuangan 20egara, kebijakan BLT merupakan kebijakan yang bersifat
menghambur-hamburkan uang 20egara karena kebijakan tersebut tidak mampu
menyelesaikan masalah kemiskinan secara berkelanjutan dan tidak mampu
mendatangkan produktifitas masyarakat miskin.
Walau banyak protes yang muncul dari berbagai pihak dan kalangan, tetapi
hal tersebut tidak mengurangi niat pemerintah untuk melaksanakan program BLT.
Pada tahun 2008 pemerintah sudah menyalurkan dana BLT dua priode di seluruh
provinsi di Indonesia.
Hasil evaluasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
tentang pelaksanaan program BLT antara lain menyimpulkan, sebanyak 35,1%
penerima BLT dari sekitar 18,8 juta rumah tangga sasaran naik kelas dari
sebelumnya, yakni dari kategori miskin menjadi kategori tidak miskin. Berdasarkan
hasil evaluasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan program Bantuan
Langsung Tunai untuk mempertahankan daya beli masyarakat miskin sejak
Pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak mulai akhir Mei 2008 lalu
membuahkan hasil yang baik. Hasil evaluasi ini menunjukkan adanya dampak positif
pemberian BLT pada tingkat kesejahteraan rumah tangga yang rendah (Deputi
Bidang Evaluasi Kinerja-Kinerja Pembangunan Bappenas Bambang Widiyanto).
Berdasarkan data-data yang ada dan informasi-informasi yang didengar,
peneliti tertarik untuk mendalami perihal pelaksanaan program BLT, yang hasilnya
Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon
Kota Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan
Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimoon Kota Medan?”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian antara
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pelaksanaan program BLT dengan pelaksanaan
nyata program BLT tersebut.
1.3.2 Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
rangka perbaikan pelaksanaan program BLT di masa mendatang sehingga, dalam arti
mengurangi penyimpangan dalam pelaksanaan jika memang program tersebut masih
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini disajikan dalam enam bab,
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, Kerangka
Pemikiran, Defenisi konsep dan defenisi oprasional
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang
digunakan.
BAB IV : DEPKRISI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, luas wilayah, gambaran
kependudukan, fasilitas dan prasarana, aspek sosial budaya, dan
pemerintahan.
BAB V : ANALISIS DATA
Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta
analisisnya
BAB VI : PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana
penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada
orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih
rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau
juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978: 45).
Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan
suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk meramalkan,
memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke depannya agar jauh
lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada melihat
kesalahan-kesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi
keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau
penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif
dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi
tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan
di depan (Yusuf, 2000: 3). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan kajian evaluasi dari
segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsur
manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau sosial manajemen
Selain itu menurut Jones evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk
menimbang manfaat program dalam spesifikasi 24riteria, teknik pengukuran, metode
analisis dan bentuk rekomendasi (Jones, 1994 : 357). Selanjutnya Weiss (dalam
Jones, 1994: 355) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kata 24riteri yang meliputi
segala macam pertimbangan, penggunaan kata tersebut dalam arti umum adalah
suatu istilah untuk menimbang manfaat. Seseorang meneliti atau mengamati suatu
fenomena berdasarkan ukuran yang eksplisit dan 24riteria. Evaluasi dilakukan untuk
dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang
dijumpai dalam pelaksanaan rencana strategi yang dapat dinilai dan dipelajari untuk
menjadi acuan perbaikan di masa mendatang.
Dalam kajiannya tentang pelayanan sosial, Boyle (dalam Suharto, 2005:120).
Sosial utama dari evaluasi adalah diarahkan kepada keluaran (output), hasil
(outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana stategis. Oleh karena
itu, dalam pelaksanaan yang transparan dan akuntabel dan harus disertai dengan
penyusunan sosial kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi:
1. Sosial masukan
2. Sosial keluaran
3. Sosial hasil
Lebih jauh lagi, evaluasi berusaha mengidentifikasikan mengenai apa yang
sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program. Dengan demikian
evaluasi bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan
2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran
3. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang
Dalam konteks ini dapat diartikan, sebagai proses penilaian terhadap
pentingnya suatu pelayanan sosial. Penilaian ini dibuat dengan cara membandingkan
berbagai bukti yang berkaitan dengan program yang telah sesuai dengan 25riteria
yang ditetapkan dan bagaimana seharusnya program tersebut harus dibuat dan
diimplementasikan.
2.1.2 Jenis-jenis Evaluasi
Jika dilihat dari pentahapannya, secara umum evaluasi dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Evaluasi tahap perencanaan
Yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba
memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan
kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan
sebelumnya.
2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan
Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa
untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan
rencana. Terdapat perbedaan antara konsep menurut penelitian ini dengan
monitoring. Evaluasi bertujuan terutama untuk mengetahui apakah yang
ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk
dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan monitoring bertujuan melihat
pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana
tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi melihat
tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan
memecahkan masalah yang akan dipecahkan.
3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan
Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya
terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat
kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan
dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh
pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin
dicapai (Suharto, 2006: 12).
2.1.3 Fungsi Evaluasi
Evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan, yaitu:
1. Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan
yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini evaluasi
mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu
telah dicapai.
2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Informasi tentang tidak memadai kinerja kebijakan yang dapat memberi
Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan di atas, maka
dapatlah kita simpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai
oleh program tersebut.
Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi dan intinya masih berhubungan
erat atau masih mencakup evaluasi itu sendiri yaitu:
1. Measurement, pengukuran yang diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk
menentukan luas atau kuantitas untuk mendapatkan informasi atau data berupa
skor mengenai prestasi yang telah dicapai pada periode tertentu dengan
menggunakan berbagai teknik dan alat ukur yang relevan.
2. Test, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku,
potensi-potensi sebagai hasil pembelajaran.
3. Assessment, Suatu proses pengumpulan data atau pengolahan data tersebut
menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan (Dunn, dalam Suharto 2008:8).
2.1.4 Proses Evaluasi
Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu perencanaan. Oleh
karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus didasarkan atas rencana evaluasi
program tersebut. Namun demikian, dalam sebuah praktek tidak jarang ditemukan
suatu evaluasi terhadap suatu program justru memunculkan ketidakjelasan fungsi
evaluasi, institusi, personal yang sebaiknya melakukan evaluasi dan biaya untuk
Dalam melakukan proses evaluasi ada beberapa etika birokrasi yang perlu
diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya dengan tugas-tugas evaluasi,
antara lain:
1. Suatu tugas atau tanggung jawab, maka pemberi tugas atau yang
menerima tugas harus jelas
2. Pengertian dan konotasi yang sering tersirat dalam evaluasi adalah
mencari kesalahan harus dihindari.
3. Pengertian evaluasi adalah untuk membandingkan rencana dalam
pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran kuantitatif totalis
program secara teknik, maka dari itu hendaknya ukuran-ukuran kualitas
dan kuantitas tentang apa yang dimaksud dengan berhasil telah
dicantumkan sebelumnya dalam rencana program secara eksplisit.
4. Tim yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran atau nasehat kepada
manajemen, sedangkan pendayagunaan saran atau nasehat serta pembuat
keputusan atas dasar saran atau nasehat tersebut berada di tangan
manajemen program.
5. Dalam pengambilan keputusan yang telah dilakukan atas data-data atau
penemuan teknis perlu dikonsultasikan secermat mungkin karena
menyangkut banyak hal tentang masa depan proyek dalam kaitan dengan
program.
6. Hendaknya hubungan dengan proses harus didasari oleh suasana
konstruktif dan objektif serta menghindari analisa-analisa subjektif.
Dengan demikian evaluasi dapat ditetapkan sebagai salah satu program
2.2 Program
2.2.1 Pengertian Program
Program adalah cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya
program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk
dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi
pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut.
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan
pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, yang antara
lain adalah:
1. Adanya tujuan yang ingin dicapai
2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan
itu
3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui
4. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan
5. Adanya strategi dalam pelaksanaan
Unsur keduanya yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program adalah
adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dan membawa hasil program yang dijalankan dan
adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Bila tidak memberikan
manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal
2.2.2 Pelaksanaan Program
Untuk dapat memahami pengertian dari pelaksanaan, Wahab (1991:51),
merumuskan pengertian pelaksanaan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu atau pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintahan atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam
kebijakan.
Berhasiltidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur
pelaksananya. Unsur pelaksana itu merupakan unsur ketiga. Pelaksana penting
artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan
bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan.
2.2. 3 Tolak Ukur Evaluasi Program
Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang bisa dijadikan
penilaian terhadap program yang telah berlangsung, berhasilnya atau tidak
berhasilnya suatu program berdasarkan tujuan yang sudah tentu memiliki tolak ukur
yang nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya.
Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:
1. Apakah hasil suatu proyek sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
2. Kesediaan sarana untuk mencapai tujuan tersebut
3. Apakah sarana atau kegiatan benar-benar dapat dicapai atau dimanfaatkan
oleh orang-orang yang benar-benar membutuhkan
4. Apakah sarana yang disediakan benar-benar dilakukan untuk tujuan
5. Berapa persen jumlah atau luas sasaran sebenarnya yang dapat dijangkau
oleh program
6. Bagaimana mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan oleh program
(kualitas hidup, kualitas barang)
7. Berapa banyak sumber daya dan kegiatan yang dilakukan benar-benar
dimanfaatkan secara maksimal
8. Apakah kegiatan yang dilakukan benar-benar memberikan masukan
terhadap perubahan yang diinginkan.
2.3 Program BLT
2.3.1 Pengenalan Program BLT dan Mekanisme Pelaksanaannya
Program BLT adalah program kompensasi jangka pendek yang dikeluarkan
oleh pemerintah dan mempunyai tujuan yang utamanya adalah untuk membantu
masyarakat yang tergolong miskin, lebih tepatnya membantu rumah tangga yang
tergolong miskin, karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dalam negeri.
BLT adalah program kompensasi jangka pendek dengan maksud, agar tingkat
konsumsi Rumah Tangga Sasaran, yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin,
miskin dan dekat dengan miskin (near poor), tidak menurun pada saat terjadinya
kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri. Dengan demikian walaupun
program BLT bukan satu-satunya program yang berkenaan dengan pemecahan
masalah kemiskinan, diharapkan dapat mendorong penanggulangan tingkat
kemiskinan, khususnya saat terjadi kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok menuju
keseimbangan yang baru.
Program BLT pertama kali dilaksanakan pada tanggal 10 September 2005,
tingkat menteri pada tanggal 16 September 2005, yang memandang bahwa
pelaksanaan BLT sudah siap dilaksanakan, maka berlangsunglah program ini pada
bulan Oktober
2009 pukul 17.45.
BLT disalurkan tahun 2008 berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan BLT untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Program BLT ini
dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Proses pembagian kartu dan vertifikasi awal rumah tangga sasaran oleh
PT POS, BPS dan aparat desa/kelurahan.
2. Proses vertifikasi menyeluruh
3. Penetapan direktori baru rumah tangga sasaran oleh BPS
4. Proses sosialisasi
5. Proses penyaluran dana
BLT adalah sejumlah uang tunai yang diberikan pemerintah kepada rumah
tangga yang termasuk dalam kategori miskin, BLT dibagikan kepada Rumah Tangga
Sasaran dalam kurun waktu pertiga bulan sebesar Rp 300.000. Adapun tujuan dari
BLT adalah untuk membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, serta mencegah penurunan taraf hidup atau kesejahteraan
masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi dan juga meningkatkan tanggung jawab
sosial bersama
Harapan pemerintah pada
masyarakat penerima BLT adalah dapat dan mampu memanfaatkan dengan
Kebijakan pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak ini juga dilanjutkan
dengan kebijakan lain, seperti pemberdayaan melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sehingga skema perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan masyarakat sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Pada tahun 2005-2006 pemerintah melaksanakan skema
Program Kompensasi Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM)
meliputi:
1. Bidang pendidikan, untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun
melalui pemberian Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan Bantuan
Khusus Murid (KBM)
2. Bidang kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
melalui sistem jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi
layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan
penunjang lainnya. Bidang infrastruktur di desa tertinggal (jalan,
jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa sederhana dan
penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerluka n).
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara R.E Nainggolan mengemukakan
sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No 3 Tahun 2008 tanggal 14
Mei 2008 tentang Pelaksanaan BLT kepada rumah tangga miskin, maka terdapat
beberapa hal penting yang perlu dipahami dan dipedomani, yaitu :
1. Badan Pusat Statistik Provinsi agar memperhatikan petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Rumah Tangga Sasaran Tahun 2008 yang diterbitkan oleh
BPS, agar tetap berkoordinasi dengan aparat pemerintah daerah dalam hal
2. PT Pos Indonesia Cabang Medan agar memperhatikan petunjuk
Pendistribusian Kompensasi Bahan Bakar Minyak Tahun 2008 yang
diterbitkan oleh PT Pos Indonesia, yang dalam pendistribusian ini
diharapkan dapat bekerja sama dengan aparat Desa/Kelurahan dan
melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, yaitu Karang Taruna
Siaga Bencana dan tokoh masyarakat.
3. Pemerintah Kota Medan, diharapkan melakukan koordinasi dengan
Musyawarah Pimpinan Daerah Kota Medan dan para Camat serta Lurah
agar mendukung kelancaran pelaksanaan program BLT.
4. Kepada Bapak Kapolda Sumut, diminta untuk menghimbau seluruh
jajarannya melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap sasaran
penerima BLT atau Rumah Tangga Sasaran dan Badan Infokom Provinsi
Sumatra Utara, agar mesosialisasikan program BLT Rumah Tangga
Sasaran kepada seluruh masyarakat Sumatra Utara melalui media massa
dan media elektronika.
5. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, diharapkan melaksanakan
monitoring dan evaluasi guna mengidentifikasi berbagai hal yang muncul
dalam pelaksanaan BLT sehingga memberi kesempatan kepada
pelaksanaan program untuk melakukan perbaikan yang diperlukan .
6. Guna mengetahui kesiapan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam
Peluncuran Program BLT bagi rumah tangga sasaran, diminta kepada
BPS Sumut, PT Pos Indonesia (Persero) Cabang Medan dan Kepala Dinas
Sosial Provinsi Sumatera Utara memaparkan persiapan pelaksanaan
10 oktober 2009, pukul 17.30 Wib).
Kepala Dinas SU mengatakan bahwa jumlah dana yang harus disalurkan
adalah Rp. 26.142.600,- ke 21 Kecamatan dengan Rumah Tangga Sasaran (RTS)
87.142 KK. Penyaluran BLT ini juga akan dilanjutkan setelah 3 bulan tahap I selesai.
Apapun Panduan Operasional Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga
Sasaran adalah sebagai berikut :
1. Petunjuk Pelaksanaan Pendapatan RTS tahun 2008 yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS).
2. Petunjuk Pendistribusian Kartu Konpensasi diterbitkan oleh PT Pos
Indonesia.
3. Petunjuk teknis tentang Pelaksanaan Penyaluran BLT Kepada Rumah
Tangga Sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi Bahan
Bakar Minyak yang diterbitkan oleh Departemen sosial.
4. Petunjuk teknis pengendalian BLT di daerah kepada Rumah Tangga
Sasaran yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri.
Sedangkan tahapan penyaluran dana BLT kepada Rumah Tangga Sasaran
adalah sebagai berikut :
1. Penyiapan Data Rumah Tangga Sasaran Oleh BPS Pusat
2. Daftar nama dan alamat diolah dan disimpan oleh databesed
3. Nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran diberikan ke PT. Pos Indonesia
4. PT. Pos Indonesia tidak diperkenankan melakukan perubahan data
5. PT. Pos Indonesia mencetak Kartu Kompensasi Bahan Bakar Minyak (KKB)
sesuai data
7. Departemen sosial menempatkan dana BLT di Rekening Giro Departemen
Sosial di Kantor Cabang BRI dan memerintahkan BRI memindahbukukan
dana BLT ke Rekening Giro Kantor Pos di Kantor Cabang BRI seluruh
Indonesia
8. Kartu yang dicetak didistribusikan langsung kepada Rumah Tangga Sasaran
9. Pemegang kartu mendatangi lokasi kantor bayar/kantor pos yang ditunjuk
sesuai informasi dalam kartu yang ditentukan kantor pos
10.Pembayaran dilakukan atas dasar kepemilikan kartu
11.PT. Pos Indonesia menyampaikan laporan bulanan ke Departemen Sosial
Kepala BPS Bapak Drs Alimuddin Sidabalok MBA, mengemukakan
bahwa Pemerintah saat ini akan berupaya menurunkan jumlah penduduk miskindari
16,7% pada tehun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009. Strategi utama yang
ditempuh pemerintah adalah dengan cara meningkatkan pendapatan penduduk, dan
menurunkan beban hidup penduduk miskin. Bapak Drs Alimuddin Sidabalok MBA
mengemukakan, bahwa penerimaan BLT dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kriteria, yaitu :
1. Secara konseptual, RTS adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 9
kriteria dari 14 kriteria miskin yang telah disepakati dan ditetapkan.
2. RTS terdiri dari tiga kelompok, yaitu RTS sangat miskin (memenuhi 13-14
kriteria), RTS miskin (memenuhi 11-12 kriteria), dan RTS mendekati
miskin (memenuhi 9-10 kriteria).
3. Pemenuhan kriteria/variable Rumah Tangga Sasaran pada batas kebutuhan
dasar minimal yang dinyatakan dalam ukuran garis kemiskinan yaitu
sejumlah rupiah yang diperlukan oleh seseorang untuk dapat memenuhi
Pengelompokan rumah tangga sasaran berdasarkan pendapatan menurut
beliau dapat dikelompokkan menjadi Rumah Tangga Tidak Miskin Rp. 120.000/
jiwa / bula
10 oktober 2009, pukul 18.00.
Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program BLT, BPS pun
telah menetapkan 14 kriteria keluarga miskin seperti yang telah disosialisasikan oleh
Departemen Komunikasi dan Informasi 2005, rumah tangga yang memiliki cirri
rumah tangga miskin yang berhak adalah rumah tangga yang memiliki cirri-ciri
Tabel 2.1
Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut Badan Pusat Statistik
No Variabel Kriteria Rumah Miskin
1 Luas lantai bangunan tempat
tinggal
Kurang dari 8 meter per orang
2 Jenis lantai bangunan tempat
tinggal
Bambu/kayu bekualitas rendah atau kayu
murahan
3 Jenis dinding tempat tinggal Bambu/rumbiah, kayu berkualitas rendah,
tembok tanpa diplester
4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak memiliki WC sendiri atau WC
umum digunakan secara bersama-sama
5 Sumber penerangan rumah tangga Tidak menggu nakan listrik
6 Sumber air minum Air sungai, air hujan
7 Bahan bakar untuk memasal
sehari-hari
Kayu bakar, arang, minyak tanah
8 Konsumsi daging/susu ayam
perminggu
Satu kali dalam satu minggu
9 Pembelian baju baru untuk setiap
ART dalam setahun
Satu kali dalam satu tahun
10 Makanan untuk sehari dalam
setiap ART
Satu atau dua kali dalam satu hari
11 Kemampuan untuk membayar ke
puskesmas/poliklinik
Tidak mampu menanggulangi sendiri
biaya berobat ke dokter, klinik atau
puskesmas
12 Sumber penghasilan kepala rumah
tangga
Petani dengan luas lahan 0,5 ha buruh
tani perkebunan atau pekerja lainnya
dengan pendapatan di bawah Rp
600.000/bulan
13 Pendidikan tertinggi kepala rumah
tangga keluarga
Tidak sekolah, tidak tamat SD, hanya
tamat SD
14 Kepemilikan aset tabungan Tidak mempunyai tabungan atau barang
yang mudah dijual dengan nilai minimal
2.3.2 Organisasi Pelaksanaan Penyaluran Dana BLT
Pelaksanaan program BLT adalah Departemen Sosial selaku Kuasa
Penggunaan Anggaran dibantu oleh pihak-pihak terkait yang telah ditetapkan dengan
Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Program Bantuan
Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran. Penyaluran BLT kepada Rumah Tangga
Sasaran merupakan suatu bentuk kerja sama yang didasarkan pada fungsi dan tugas
pokok masing-masing, sehingga lembaga bertanggung jawab terhadap kelancaran
bidang tugas masing-masing. Bentuk kerja sama ini dimaksudkan untuk
mempercepat proses penyaluran dana BLT kepada Rumah Tangga Sasaran atau
kelompok sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal.
Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang maksimal, maka masing-masing
lembaga saling berkoordinasi dan dalam program BLT difasilitasi penyediaan Unit
Pelaksanaan Program BLT. Tugas pokok dan tanggung jawab dari masing-masing
instansi dapat dilihat dari Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan program BLT untuk Rumah Tangga Sasaran yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Departemen Sosial
Departemen sosial memiliki kewajiban untuk menyiapkan dana
berdasarkan daftar nominatif dan menyampaikan Surat Perintah kepada
Pos Indonesia untuk membayar dana BLT untuk Rumah TAngga Sasaran.
Setelah itu kerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) Tbk untuk
menyalurkan dana tersebut sesuai dengan daftar nominatif penerima BLT
yang disampaikan oleh Pusat Biro Statistik (BPS). Untuk kejelasan
bagaimana proses penyalurannya, Departemen sosial berkewajiban untuk
Bappenas, Menko Kesra, Depdagri, BPS, PT. Pos Indonesia (Persero) dan
PT. BRI (Persero) Tbk. Sebagai penanggungjawab kepada pemerintah,
Departeman Sosial berkewajiban membuat laporan pelaksanaan kepada
Presiden RI tentang Pelaksanaan Penyaluran dana BLT kepada Presiden
RI.
2. Kewajiban PT Pos Indonesia (Persero)
Adapun kewajiban dari PT. Pos Indonesia untuk program BLT dalam
rangka kompensasi pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak adalah
penyimpanan rekening giro utama di Bank Cabang Indonesia Veteran.
Berdasarkan anggaran dari Departemen Sosial yang akan disalurkan
kepada rekening Giro. Kantor Pos mencetak dan menyalurkan Kartu
Kompensasi BBM (KKB) ke KRPK (Kantor Pos Pemerintah) seluruh
Indonesia berdasarkan daftar nominatif, selanjutnya KPRK menyalurkan
KKB kepada rumah tangga sasaran bekerjasama dengan aparat desa
setempat, TKSM (tenaga kesejahteraan sosial masyarakat) dan aparat
keamanan dan aparat keamanan bila diperlukan. Dalam hal ini PT. Pos
Indonesia juga harus melaporkan realissasi penyaluran KKB kepada
Departemen Sosial dan selanjutnya menyampaikan rencana penyaluran
Dana BLT.
3. Kewajiban Bank Rakyat Indonesia
Bank Rakyat Indonesia memiliki peran untuk menyiapkan dana BLT. PT
Pos Indonesia dan BRI juga membebaskan dana administrasi pembukaan
rekening dan membedakan atas kewajiban setoran pertama dalam
pembukuan giro di Kantor Cabang BRI Jakarta Veteran dan Kantor
penyaluran dan segala administrasi BLT, BRI memberikan kemudahan
kepada PT Pos Indonesia untuk untuk memindahbukukan dana dari
rekening Giro Kantor Pos seluruh Indonesia. Sebagai bentuk kewajiban
dan tanggung jawab, BRI juga menyampaikan laporan keuangan mutasi
rekening Giro utama dari Giro kantor Pos melalui layanan tunai
manajemen BRI.
4. Kewajiban Badan Pusat Statistik
Lembaga ini memiliki peranan dan kewajiban untuk menyediakan data
rumah tangga sasaran penerima BLT yang dikategorikan rumah tangga
sangat miskin, dan rumah tangga miskin. Untuk menyediakan data
tersebut dilakukan data terakhir (up dating) di lapangan, verivikasi dan
evaluasi Rumah Tangga Sasaran oleh petugas. BPS juga memiliki
kewajiban untuk membuat laporan pelaksanaan program BLT sesuai
dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki.
5. Kewajiban Dinas Sosial/Instansi Pemerintah Provinsi
Pada tataran dinas /Instansi sosial Provinsi untuk proses program BLT
tersebut, berkewajiban mengelola unit pelaksanaan BLT pada tingkat
provinsi dan struktur pelaksanaannya, ketua Pengelola Unit Pelaksana
Program (UUP) BLT adalah kepala dinas sosial, yang bertugas secara
intensif selama pelaksanaan program BLT. Melakukan pembinaan,
supervisor dan pengawasan terhadap pelaksanaan BLT termasuk unit
pelaksanaan program BLT di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Juga
mengkoordinasikan dinas/instansi sosial kabupaten/kota dalam
pelaksanaan pendampingan terhadap kantor pos pada saat pembagian
6. Kewajiban Dinas/Instansi Kabupaten Kota
Pada tingkat jajaran dinas atau instansi sosial Kabupaten/Kota, pada
proses penyaluran BLT memiliki peran dan kewajiban untuk mengelola
unit pelaksanaan program BLT dan sebagai jabatan yang menduduk i
struktur organisasi pengelola penyaluran BLT, sebagai ketua pengelola
UUP BLT adalah kepala dinas /instansi social, sekretaris dan anggota
ditetapkan pejabat di lingkungan dinas social yang bertugas secara
intensif selama proses pelaksanaan program bantuan langsung tunai.
7. Kewajiban Kecamatan (Camat) :
1. Mengelola UUP BLT pada tingkat kecamatan.
2. Memantau mitra kerja pada tingkat kecamatan/desa/kelurahan yang
akan terlibat secara efektif dalam pendistribusian kartu BLT dan
penyaluran dana BLT serta pengendalian dan pengamanan di
lapangan.
3. Menyelenggarakan pelaksanaan pertemuan koordinasi dengan seluruh
mitra pada tingkat kecamatan.
4. Menginformasikan program BLT kepada RTS dan mendukung
sosialisasi kepada masyarakat umum.
5. Memantau petugas pos pada saat distribusi kartu BLT untuk sampai
pada sasaran yaitu RTS.
6. Melakukan pendampingan dan membantu petugas Pos pada saat
pembagian kartu BLT dan pembayaran BLT dengan melibatkan
7. Memantau penyelesaian masalah oleh desa/kelurahan sesuai dengan
jenis pengaduan dan tingkat kewenangan melalui instansi terkait,
termasuk kepada dinas pada tingkat kecamatan.
8. Membuat laporan pelaksanaan program BLT sesuai dengan tugas dan
kewenangan yang dimiliki secara berjenjang kepada pihak terkait,
termasuk kepada dinas sosial kabupaten/kota.
8. Kewajiban Desa/Kelurahan
9. Memantau petugas pos pada pencairan atau penerimaan BLT dan
pendistribusian kartu kepada Rumah Tangga Sasaran
10. Bersama-sama dengan petugas Pos menentukan pengganti RTS yang
pindah/meninggal (tanpa ahli waris) atau tidak berhak, melalui
rembug desa/kelurahan yang dihadiri kepala desa/kelurahan, RT/RW
tempat tinggal RTS yang diganti, tokoh agama, tokoh masyarakat dan
Karang Taruna.
11. Melakukan pendampingan pada petugas pos pada saat pembagian
kartu BLT dan penyebaran BLT dengan melibatkan tenaga kerja
kesejahteraan sosial masyarakat.
12. Mengupayakan penyelesaian yang terjadi (antara lain pada saat
penetapan RTS, distribusi kartu dan penyaluran BLT) sesuai dengan
jenis dan tingkat kewenangan.
2.4 Kemiskinan
2.4.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena bermatra multidimensional.
pendapatan, berupa uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-meterial
yang diterima seseorang. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di
bawah nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan, yang
disebut dengan garis kemiskinan (Poverty Line) atau batas kemiskinan (Poverty
Threshold) (BPS dan Depsos 2002, dalam Suharto, 2005).
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa
untuk dipunyai, seperti makanan, pakaian, tempat perlindungan, air minum dan
hal-hal yang berhubungan dengan kualitas hidup. Kemiskinan juga berarti tidak ada
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah
kemiskinan dan kehormatan yang layak sebagai warga negara, sekaligus juga
memutus akses terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan,
kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup, perlindungan atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam program pembangunan. Selain itu pemenuhan hak dasar
penduduk dimaksud juga erat kaitannya dengan pengembangan wilayah, yaitu untuk
percepatan pembangunan perdesaan, revitalisasi pembangunan perkotaan,
pengembangan kawasan pesisir serta percepatan pembangunan daerah tertinggal.
Ada tiga tipe orang miskin berdasarkan pada pendapatan yang diperoleh
setiap orang dalam setiap tahun, yaitu :
1. Miskin
Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras
adalah 320 kg/orang/tahun.
Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang yang berpenghasilan
jika diwujudkan dalam beras adalah 240 kg/orang/tahun.
1. Termiskin
Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk beras
adalah 180 kg/orang/tahun (Sayogyo, dalam Suharto, 2006: 11).
2.4.2 Dimensi Kemiskinan
Kemiskinan memiliki beberapa cirri, yaitu:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang,
dan papan).
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiada inventasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya
alam.
6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita
korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal,
Menurut David Cox, kemiskinan dapat dibagi ke dalam beberapa dimensi,
yaitu:
1. Kemiskinan yang diakibatkan oleh globalisasi
Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Pemenang adalah
negara yang maju, dan negara yang sedang berkembang jadi
terpinggirkan oleh persaingan pasar bebas yang merupakan pasar
globalisasi.
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan
Kemiskinan substansi (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan),
kemiskinan perdesaan (kemiskinan akibat peminggiran perdesaan dalam
proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan akibat hakekat
dan percepatan pertumbuhan perkotaan).
3. Kemiskinan sosial
Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak dan kelompok minoritas
4. Kemiskinan konsekuensional
Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor
eksternal
Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin itu adalah :
1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri
2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi
dengan kekuatan sendiri
3. Tingkat pendidikan umumnya rendah
4. Banyak di antara mereka yang tidak mempunyai fasilitas
5. Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan
6. Makan dus atau sehari sekali tetapi jarang makan telur atau makan daging
(makanan yang bergizi)
7. Tidak bisa berobat karena sakit
8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau
dipimpin kepala keluarga perempuan (Suyanto, 1995:25).
2.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Adapun yang menjadi penyebab kemiskinan adalah :
1. Kemiskinan karena kolonialisme
Kemiskinan ini terjadi karena penjajahan yang dilakukan oleh suatu
bangsa lain, sehingga bangsa yang dijajah menjadi tertindas, baik di
bidang ekonomi, politik dan sebagainya.
2. Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural
Hal ini berkaitan dengan suku bangsa tertentu yang kental
kebudayaannya, seperti suku kubu di Sumatera, suku Dayak di pedalaman
Kalimantan.
3. Miskin karena terisolir
Seorang menjadi miskin karena tempat tinggalnya jauh dari keramaian
sehingga sulit berkembang.
d. Miskin strutural
Adalah kemiskinan yang ditenggarai karena kondisi struktural atau
tatanan kehidupan yang menguntungan. Kemiskinan ini disebabkan juga
oleh persaingan yang tidak seimbang antar negara atau daerah yang