• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perempuan Pramuniaga (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan Di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perempuan Pramuniaga (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan Di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PEREMPUAN PRAMUNIAGA

Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan

Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

Disusun oleh :

NAMA : OKTARINA JUWITA LUBIS

NIM : 020905022

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : OKTARINA JUWITA LUBIS

NIM : 020905022

DEPARTEMEN : ANTROPOLOGI

JUDUL : PEREMPUAN PRAMUNIAGA

(Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga

Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru

Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)

Medan, 5 Mei 2008

PEMBIMBING SKRIPSI KETUA DEPARTEMEN

(Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)

NIP : 131674460 NIP :131882278

DEKAN FISIP USU

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Laporan Skripsi dengan judul ”PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang

Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan

Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)”.

Laporan Skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa dari

Program Sarjana S-1 Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat mutlak untuk kelulusan.

Akan sulit bagi penulis menyelesaikan Laporan Skripsi ini bila tanpa pengarahan

dan bimbingan Ibu dosen pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA selaku Ketua Departemen Antropologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, atas

kebijaksanaan memberikan segala bentuk izin dan tenggang waktu bagi

penulis.

3. Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc selaku dosen wali sekaligus dosen

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama proses penyusunan Laporan

Skripsi ini.

4. Ayahanda Ahmad Nazar, atas segala dukungan baik moral maupun materi dan

doa yang diberikan.

5. Ibunda Lelyana Kawaharai tercinta, atas segala kesabaran, dukungan baik

moral maupun materi dan doa yang diberikan.

6. Adik-adik saya tercinta Rullyando, M. Faiz Reflizardi dan Reki Nurfaizi, atas

(4)

7. Belahan jiwaku tercinta, Abdul Rahman, A.Md, atas segala dukungan dan

bantuannya selama penulis menyelesaikan Laporan Skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara, atas ilmu dan keterampilan yang

diberikan.

9. Seluruh Staf Sekretariat Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara terutama kak Sri Handayani atas

segala bantuan telah yang diberikan.

10. Seluruh teman-teman para pramuniaga perempuan di kawasan pasar

Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang

telah sudi meluangkan waktunya untuk menjadi informan bagi tulisan ini.

11. Seluruh teman-teman Departemen Antropologi ’02 dan ’03. Terutama Ika dan

Nanda (friends 4ever guys...), Ecy, Lia, Luna, Adek, Ida, Ami, Endang dan

lain-lain yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

12. Teman-teman penulis yang lain. Baby, Ina, Dewi, Feny dan lain-lain yang

tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil Laporan Skripsi ini tidak luput dari

kesalahan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pihak demi hasil

yang lebih baik.

Semoga hasil Laporan Skripsi ini dapat menjadi masukan yang berguna dalam

memperkaya Ilmu Pengetahuan khususnya di bidang Antropologi.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Medan, 5 Mei 2008

Penulis

(5)

ABSTRAK

Oktarina Juwita Lubis, 2008, Judul Skripsi : PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan), skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 136 halaman, 8 daftar tabel, dan beberapa lampiran yang terdiri dari tabel rangkuman data-data informan, peta, daftar pertanyaan dan surat penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk berusaha menggali informasi lebih dalam dan lebih rinci mengenai kehidupan para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam bidang ekonomi dan hubungan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya .

Guna menunjang penelitian ini, penulis memilih duabelas informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keduabelas informan tersebut merupakan pramuniaga perempuan yang seluruhnya bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, yang sesuai dengan beberapa kriteria yang telah penulis tentukan sebelumnya. Daerah kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dipilih penulis menjadi tempat penelitian dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan.

Dari data yang telah diperoleh di lapangan ditemukan kenyataan bahwa kemegahan toko dan “wah” nya penampilan para pramuniaga perempuan ini, ternyata berbanding terbalik dengan realitas kehidupan mereka sebenarnya. Para pramuniaga perempuan ini dengan kisaran gaji antara Rp. 750.000,- – Rp. 980.000,- tetap saja hidup serba pas-pasan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarganya secara layak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, yang semuanya terpusat pada ketidakberesannya sistem manajemen toko. Dan adanya pola hubungan vertikal antara pihak toko dan pramuniaga perempuan yang cenderung bersifat eksploitatif, sementara para pramuniaga itu sendiri kadang tidak sadar dengan keadaan tersebut. Jam kerja yang panjang, ketidakjelasan spesifik kerja, dan tidak hanya itu, adanya pandangan-pandangan negatif dari masyarakat umum semakin menambah daftar panjang permasalahan mereka, baik dalam masalah sosial dan ekonomi.

Tetapi disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesi pramuniaga sebenarnya cukup menguntungkan dan memberi peluang besar bagi para tenaga kerja perempuan. Hanya saja diperlukan beberapa pembenahan termasuk pada sistem perjanjian kerjanya, agar profesi pramuniaga perempuan ini benar-benar menjadi profesi yang menguntungkan, khususnya bagi para perempuan.

(6)

DAFTAR ISI

1.2. Ruang Lingkup Penelitian………...… 1.3. Lokasi Penelitian……... 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………….……….... 1.5. Kajian Pustaka……….. 1.6. Metode Penelitian……….. 1.6.1. Teknik Pengambilan Data……….. 1.6.2. Sampel dan Populasi………. 1.6.3. Analisa Data………..

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……… 2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam…...……….. 2.1.1. Deskripsi Kecamatan Medan Maimun…. 2.1.2. Deskripsi Kelurahan Kampung Baru…..

(7)

v

BAB III. PEREMPUAN DAN PEKERJAANNYA………..…. 3.1. Perkembangan Pekerjaan Perempuan………. 3.2. Deskripsi Umum Profesi Pramuniaga Perempuan……….. 3.3. Kehidupan Para Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kampung Baru………..

BAB IV. PEREMPUAN, PRAMUNIAGA DAN LIKA LIKU

KEHIDUPANNYA……….. 4.1. Pramuniaga Perempuan dan Kehidupannya………. 4.2. Alasan Perempuan Bekerja Sebagai Pramuniaga………....

4.3. Penghasilan Para Pramuniaga Perempuan... ….. 4.4. Pengeluaran Para Pramuniaga Perempuan...

4.5. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan Pihak Toko... 4.6. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan Rekan

Kerjanya……… 4.7. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan

Pembeli………. 4.8. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan

(8)

ABSTRAK

Oktarina Juwita Lubis, 2008, Judul Skripsi : PEREMPUAN PRAMUNIAGA

(Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan), skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 136 halaman, 8 daftar tabel, dan beberapa lampiran yang terdiri dari tabel rangkuman data-data informan, peta, daftar pertanyaan dan surat penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk berusaha menggali informasi lebih dalam dan lebih rinci mengenai kehidupan para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam bidang ekonomi dan hubungan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya .

Guna menunjang penelitian ini, penulis memilih duabelas informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keduabelas informan tersebut merupakan pramuniaga perempuan yang seluruhnya bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, yang sesuai dengan beberapa kriteria yang telah penulis tentukan sebelumnya. Daerah kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dipilih penulis menjadi tempat penelitian dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan.

Dari data yang telah diperoleh di lapangan ditemukan kenyataan bahwa kemegahan toko dan “wah” nya penampilan para pramuniaga perempuan ini, ternyata berbanding terbalik dengan realitas kehidupan mereka sebenarnya. Para pramuniaga perempuan ini dengan kisaran gaji antara Rp. 750.000,- – Rp. 980.000,- tetap saja hidup serba pas-pasan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarganya secara layak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, yang semuanya terpusat pada ketidakberesannya sistem manajemen toko. Dan adanya pola hubungan vertikal antara pihak toko dan pramuniaga perempuan yang cenderung bersifat eksploitatif, sementara para pramuniaga itu sendiri kadang tidak sadar dengan keadaan tersebut. Jam kerja yang panjang, ketidakjelasan spesifik kerja, dan tidak hanya itu, adanya pandangan-pandangan negatif dari masyarakat umum semakin menambah daftar panjang permasalahan mereka, baik dalam masalah sosial dan ekonomi.

Tetapi disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesi pramuniaga sebenarnya cukup menguntungkan dan memberi peluang besar bagi para tenaga kerja perempuan. Hanya saja diperlukan beberapa pembenahan termasuk pada sistem perjanjian kerjanya, agar profesi pramuniaga perempuan ini benar-benar menjadi profesi yang menguntungkan, khususnya bagi para perempuan.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat pesat. Diperkirakan pada saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah melebihi angka 200 juta

jiwa (laporan BPS tahun 2004) dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Ini dapat kita amati terutama pada daerah–daerah padat penduduk yang umumnya merupakan kota–

kota besar di Indonesia. Secara umum pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat akan dapat menimbulkan masalah, khususnya pada negara-negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan cepatnya

pertumbuhan penduduk di negara berkembang akan diikuti dengan penghamburan sumber-sumber daya alam dan kelangkaan sumber pangan (Lucas, 1984: 21). Artinya

dengan bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.

Walaupun demikian, pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut mempunyai

kemungkinan untuk diikuti oleh bertambahnya jumlah tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan modal dalam menunjang proses pembangunan negara

sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, jika tenaga kerja tersebut menjadi tidak terkendali dan tidak sebanding dengan lapangan kerja yang ada sementara kebutuhan hidup semakin meningkat, maka yang terjadi adalah hal ini malah

akan menjadi penghambat pembangunan itu sendiri.

Keadaan yang seperti inilah yang di alami bangsa Indonesia pada masa sekarang

(10)

tenaga kerja yang tidak terkendali tidak lagi menjadi modal penunjang pembangunan, malah menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri, akibat jumlah tenaga kerja dengan

peluang kerja tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja akan tetap menuntut perluasan peluang kerja demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat pula (Suratiyah, 1995).

Laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi tersebut akan dapat diartikan bahwa semakin tinggi pula penduduk yang masuk angkatan kerja (BPS tahun 2003).

Kondisi inilah yang menyebabkan tidak hanya penduduk yang berjenis kelamin laki-laki saja yang berperan dalam kegiatan produktif, tetapi penduduk perempuanpun mulai melibatkan diri ke dalam angkatan kerja tersebut. Didorong oleh semakin mendesaknya

kebutuhan hidup, maka partisipasi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi semakin menjadi suatu keharusan (Ariani, 1989: 5). Selain itu adanya peningkatan

pendidikan baik pada laki-laki maupun perempuan juga mengakibatkan tingkat persaingan dalam mencari pekerjaan pun semakin tinggi, dimana sekarang ini sudah banyak kaum perempuan yang ikut dalam bursa pencarian tenaga kerja. Pada tahun 2003,

tercatat sebanyak 35 persen dari seluruh angkatan kerja adalah perempuan, selebihnya angkatan kerja laki-laki (BPS tahun 2003).

Walaupun dari data dan informasi ketenagakerjaan menunjukkan masih terdapat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, tetapi terjadi peningkatan peran perempuan di lingkungan masyarakat, khususnya dalam kegiatan ekonomi. Apabila sebelumnya,

perempuan hanya berperan sebagai pengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga, saat ini semakin banyak perempuan

(11)

di luar rumah tangga dan macam-macam bidang yang di masukinya. Dalam artian bahwa jumlah perempuan yang bekerja di luar pekerjaan rumah tangga, secara kuantitatif

mengalami peningkatan yang cukup berarti. Selain itu semakin banyak pula bidang-bidang pekerjaan yang dulunya sangat didominasi oleh laki-laki, kini mulai dirambah oleh tenaga kerja perempuan.

Idealnya suatu peningkatan secara kuantitatif akan lebih baik jika di ikuti dengan peningkatan secara kualitatif. Demikian pula yang seharusnya terjadi pada pekerja

perempuan. Apa yang terlihat pada tenaga kerja perempuan Indonesia tidak seperti yang diharapkan. Kemajuan kuantitatif yang tampak mengembirakan, tidak didukung oleh perkembangan kualitatif yang memadai (Abdullah, 1995: 4).

Menurut BPS tahun 2003, persentase angkatan kerja perempuan berpendidikan SD jauh lebih banyak (61%) dibandingkan angkatan kerja laki-laki yang hanya sebesar 51

persen. Demikian pula persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan SMP dan SMA hanya mencapai 17 persen dibandingkan angkatan kerja laki-laki dengan jenjang pendidikan yang sama. Walaupun demikian persentase angkatan kerja perempuan

yang berpendidikan tinggi yakni Diploma dan Universitas sudah mencapai 2 dan 3 persen.

Pada umumnya hambatan dari pengembangan potensi para pekerja perempuan ini selain akibat pendidikan yang tidak mendukung profesionalisme, juga disebabkab kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, pencurahan tenaga kerja untuk

mengurus rumah tangga dan mencari nafkah. Keterbatasan perempuan dibandingkan dengan laki-laki ini, nampak dengan adanya anggapan karena faktor biologis dan sosial

(12)

Di sektor formal, peranan tenaga kerja perempuan biasanya jauh lebih kecil. Mayoritas para pekerja perempuan di sektor formal menduduki posisi yang kurang

penting. Hal ini sering dikaitkan dengan anggapan masyarakat bahwa perempuan memiliki kemampuan yang terbatas dan stabilitas yang kurang mantap. Artinya dikarenakan pekerja perempuan biasanya (dipandang) tidak bekerja stabil karena

alasan-alasan menstruasi, hamil, melahirkan, maka mereka sering terdesak kedalam pekerjaan di sektor sekunder tadi (Nasikun, 1990). Dengan alasan itu pula sebagian besar pekerja

perempuan dibayar dengan gaji rendah. Dan sekali mereka masuk ke sektor sekunder, maka sulit untuk melakukan mobilitas ke sektor primer. Dengan kata lain, hampir tidak terjadi mobilitas pekerjaan antar sektor tersebut (Manning, 1979).

Alasan lain yang sering pula dikemukakan adalah bahwa perempuan hanya cocok bagi pekerjaan yang feminin atau pekerjaan yang berkaitan dengan nalurinya dalam peran

sebagai ibu rumah tangga atau mitra pembantu laki-laki, misalnya guru, perawat, pelayan restoran, penjaga toko (pramuniaga), pembantu rumah tangga, buruh pabrik, juru masak, operator telepon, tellerbank, dan sejenisnya (www.pendidikannetwork).

Jadi, dapat kita lihat bahwa keterlibatan perempuan pada pekerjaan-pekerjaan seperti diatas sesungguhnya memperlihatkan adanya perluasan ketimpangan gender.

Dimana dalam kehidupan nyata dapat kita amati dimana kedudukan kaum perempuan sering dilihat sebagai suatu “second class citizen”, yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki (Mardikanto, 1990: 103). Padahal bekerja merupakan hal yang mendasar dalam

memperoleh penghidupan yang layak sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 88) yang menegaskan bahwa setiap

(13)

bagi kemanusiaan, disamping kesetaraan gender merupakan salah satu hak azasi manusia yakni laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh penghidupan

yang layak tersebut. (www.nakertrans.go.id)

Adanya pembagian kerja secara seksual ini merupakan salah satu istilah yang turut menandai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja secara seksual

ini sudah berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia hidup di dalam masyarakat yang masih liar (savagery), kemudian berkembang menjadi masyarakat yang belum beradap

(barbarism) dan hingga sekarang ini menjadi masyarakat yang sudah beradab (civilized society) (Arif Budiman, 1985: 17-21). Jadi, pembagian kerja yang didasarkan jenis kelamin ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, karenanya orang sudah

menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.

Ada 2 teori besar tentang pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin tersebut,

yaitu :

01.Teori Nature, teori yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang sudah ada sejak

manusia dilahirkan.

02. Teori Nurture, teori yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki

dan perempuan tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, jadi tidak dibawa sejak lahir. (www.pendidikannetwork.com)

Masyarakat Indonesia cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan

perempuan sebagai hal yang alamiah, sehingga lebih dekat pada pemikiran Teori Nature. Teori inilah yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian ini. Keikutsertaan kaum

(14)

perempuan, di mana perempuan di satu pihak dituntut peran sertanya dalam pembangunan dan memberikan sumbangannya kepada masyarakat secara nyata, di lain

pihak perempuan dituntut pula untuk menjalankan tugas utamanya di dalam rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena adanya suatu paham yang membedakan status laki-laki dan perempuan yaitu gender ideology. Ideologi

gender ini telah membentuk mental masyarakat untuk merekayasa perilaku dan sikap laki-laki dan perempuan menurut kategori tertentu terhadap masing–masing jenis

kelamin.

Gwartner (1977) misalnya mengungkapkan adanya spesialisasi pekerjaan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan, yaitu perempuan hanya pantas untuk

melakukan pekerjaan rumah tangga atau reproduksi, sedangkan hanya laki-laki lah yang

pantas untuk melakukan pekerjaan nafkah atau produksi.

(www.pendidikannetwork.com)

Akan tetapi kini pembagian kerja secara seksual tidak lagi hanya terjadi antara bidang domestik dan publik. Di bidang politik pun terjadi segmentasi, subordinasi dalam

stratifikasi gender menunjukkan bahwa dalam kehidupan ekonomi, perempuan berada pada posisi subordinat terhadap laki-laki (Abdullah, 1995: 4). Bahwa di dalam

masyarakat telah ditunjukkan dengan jelas di mana posisi perempuan dan posisi laki-laki. Di dalam dunia kerja, keadaan ini dapat terlihat dengan jelas. Dimana semakin tinggi jenjang kepangkatan, maka semakin sedikit perempuan yang mendudukinya.

Bidang–bidang pekerjaan penting dan berupah tinggi cenderung dikerjakan laki-laki, dan kalau pun perempuan juga mengerjakan pekerjaan dengan jenis dan kemampuan

(15)

upah/gaji yang diterima oleh laki-laki dan perempuan ini cukup mencolok, fakta ini dapat kita amati melalui data BPS tahun 2003 sebagai contoh, dimana disebutkan bahwa dalam

pekerjaan industri, laki-laki akan digaji sebesar Rp.832.200,- sementara perempuan hanya akan mendapatkan gaji sekitar Rp.629.000,-.

Sehingga dapat terlihat bahwa telah terjadi ketimpangan-ketimpangan pada tenaga

kerja perempuan. Diskriminasi semacam ini tidak selalu disebabkan oleh kapasitas perempuan yang terbatas (tingkat pendidikan dan keahlian yang terbatas), akan tetapi

seringkali disebabkan oleh faktor ideologis (Abdullah, 1995: 5).

Dengan semakin maraknya tenaga kerja perempuan memasuki lapangan pekerjaan di luar rumah, terutama sektor perdagangan dan industri, maka semakin banyak

pula jenis pekerjaan yang dimasuki oleh tenaga kerja perempuan. Salah satu jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai pramuniaga atau pelayan toko. Pekerjaan ini menjadi

ladang bagi sebagian besar tenaga kerja perempuan. Hampir di setiap pertokoan, pekerjaan sebagai pramuniaga didominasi oleh para perempuan, sehingga pekerjaan ini menjadi primadona bagi para tenaga kerja perempuan tersebut.

Sekilas memang kita lihat penampilan pramuniaga perempuan yang “cantik”, seringkali telah mengaburkan pandangan kita pada realita kehidupan mereka yang

sebenarnya. Tingkah laku yang harus dibuat semenarik mungkin, lengkap dengan keramahan yang ditonjolkan mereka ketika menghadapi pembeli, telah menenggelamkan kisah hidup mereka yang sebenarnya jauh dari gambaran kegermelapan toko dan

penampilan mereka. Gaji yang rendah, minimnya fasilitas yang diberikan, belum lagi adanya perlakuan yang tidak adil dari pihak toko dan para pembeli yang harus mereka

(16)

respon dari masyarakat sekitar yang kadang juga yang cenderung menyudutkan para pramuniaga perempuan ini. Semua itu semakin memperpanjang daftar penderitaan

mereka.

Dari sedikit penjelasan diatas dapat kita bayangkan bagaimana perjuangan para pramuniaga perempuan ini dalam menjalankan kehidupan dan memenuhi segala

kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk berusaha menganalisis kehidupan daripada para pramuniaga perempuan ini baik kehidupan di

lingkungan pekerjaan maupun kehidupan lingkungan sosial masyarakatnya.

1. 2. Ruang Lingkup Penelitian

Sejalan dengan apa yang telah diungkapkan pada penjelasan sebelumnya, dalam penelitian ini, penulis berusaha melihat dan menganalisis kehidupan daripada para

pramuniaga perempuan ini di lingkungan pekerjaan dan interaksinya dengan masyarakat di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan ini. Untuk itu, peneliti ingin menjelaskannya melalui hal-hal yang menjadi permasalahan berikut:

01.Bagaimana para pramuniaga perempuan ini melakukan pekerjaannya dan alasan mereka memilih profesi ini?

02.Bagaimana sesungguhnya kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana mereka mengatasi segala kebutuhan hidupnya?

03.Bagaimana interaksi sosial mereka dengan lingkungan pekerjaan dan masyarakat

(17)

1. 3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan

Medan Maimun Kota Medan. Alasan memilih lokasi ini dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan. Terbukti dengan

banyaknya jenis-jenis toko yang ada di kawasan pasar Kampung Baru ini dan juga banyaknya tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga perempuan pada

toko-toko tersebut. Toko-toko dari kawasan pasar Kampung Baru yang diambil sebagai tempat penelitian, dilatarbelakangi alasan karena toko-toko ini mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Dengan demikian diharapkan akan dapat diperoleh data dan gambaran

yang lengkap mengenai kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini, sehingga pada akhirnya akan kita dapatkan suatu kesimpulan yang baik dan berguna.

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

01.Mengetahui dan memahami bagaimana para pramuniaga perempuan melaksanakan pekerjaan mereka dan tentu saja disertai dengan mengetahui alasan

mereka memilih profesi tersebut.

02.Mengetahui dan memahami bagaimana sebenarnya kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini dan cara mereka mengatasi segala kebutuhan

hidupnya sesuai dengan gaji yang mereka peroleh setiap bulan.

03.Mengetahui bagaimana hubungan sosial para pramuniaga perempuan ini dengan

(18)

mereka tinggal. Dengan demikian diharapkan kehidupan para pramuniaga perempuan ini dapat tergambarkan secara utuh.

Hasil dari penelitian ini kiranya dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan kepada masyarakat luas pada umumnya serta pemerintah agar dapat lebih memperhatikan

masalah kesempatan kerja bagi perempuan guna meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan dan juga untuk penulis pada khususnya, sehingga nantinya dapat

memberikan bahan acuan bagi peneliti lainnya.

1. 5. Kajian Pustaka

Sampai sekarang ini kita sering mendengar salah satu mitos yang berhubungan dengan kehidupan kerja bagi seorang perempuan yaitu masak (memasak), macak

(mempercantik diri), dan manak (mempunyai anak), yang artinya bahwa tugas utama bagi seorang perempuan hanyalah sebatas memasak, berhias, reproduksi dan merawat anak, termasuk pula merawat suami dan keluarga secara keseluruhan.

Hal ini dikarenakan masyarakat dunia pada umumnya masih dibayangi oleh sistem patriarki, demikian juga di Indonesia. Struktur masyarakat umumnya masih bersifat

patriarki dan lembaga utama dari sistem ini adalah keluarga. Sistem patriarki merupakan struktur yang mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan dimana laki-laki mendominasi perempuan. Dominasi ini terjadi karena posisi ekonomis perempuan lebih lemah dari

laki-laki (Arief Budiman: 1985, 60) sehingga perempuan dalam pemenuhan kebutuhan materialnya dipandang sangat tergantung pada laki-laki. Kondisi ini merupakan implikasi

(19)

keluarga, laki-laki berperan sebagai kepala keluarga, terutama bertugas di sektor publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi laki-laki untuk memperoleh uang dari

pekerjaannya, sedang perempuan sebagai "ratu rumah tangga", terutama bertugas di sektor domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak memperoleh bayaran. Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya perempuan tergantung

kepada laki-laki sebagai pencari nafkah.

Pembagian peran di sektor publik untuk laki-laki dan di sektor domestik untuk

perempuan ini terutama terlihat jelas di lingkungan keluarga yang berkecukupan. Karena umumnya si istri lebih diarahkan untuk mengurus suami dan keluarganya, dan suaminya lah yang bekerja mencukupi keluarganya. Sedangkan pada keluarga ekonomi

rendah/bawah dikotomi pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarki mengalami perubahan. Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum perempuan dari kelas ekonomi

rendah untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik.

Sebagaimana yang dikatakan Bermana (1996: 12), bekerja adalah suatu bentuk

kegiatan yang dapat diterima masyarakat, serta yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan riil bagi individu yang melakukannya. Bekerja mengandung pengertian

sebagai aktivitas sosial yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai waktu (Ihromi 1990: 5). Sementara itu fungsi kerja bagi manusia

(20)

Keputusan perempuan untuk bekerja bagi kalangan kelas menengah ke bawah, pada umumnya didasarkan pada alasan seputar kondisi sosial ekonomi (Boserup, 1984).

Pendapatan suami yang tidak mencukupi (bagi perempuan yang sudah menikah), atau keadaan keluarga dengan kebutuhan semakin besar dan sulit untuk dipenuhi, sementara pendapatan orang tua kecil (bagi yang belum menikah), membuat para perempuan ini

turut bekerja di luar lingkungan rumah tangga. Dengan demikian, penghasilan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup memang dapat diperoleh. Namun,

membanjirnya perempuan yang berpartisipasi dalam pasar kerja akan dapat menimbulkan keadaan yang kurang menguntungkan bagi posisi tawar-menawar (bargaining position) tenaga kerja terhadap majikan. Hal ini dikarenakan banyak majikan yang selalu

menginginkan gaji yang kecil yang kadangkala tidak sesuai dengan lamanya waktu kerja daripada para tenaga kerja tersebut.

Keterlibatan perempuan dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Pada dasarnya perkembangan kapitalis sangat tergantung pada akumulasi modal dengan demikian

kedudukan buruh dalam sistem ini hanya merupakan komoditi yang dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas. Untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari proses

produksinya maka sistem ini berupaya untuk menekan biaya proses produksi seminimal mungkin, sehingga pada prakteknya upah buruh dibayar murah, tapi buruh harus mencurahkan waktu yang panjang untuk bekerja bagi kepentingan kapitalis. Perspektif

Marx menggambarkan dengan cara ini kapitalis memperoleh keuntungan yang besar sehingga bisa menjadi modal untuk mengembangkan usaha. Perkembangan usaha ini

(21)

tersedia sudah tidak memadai lagi, maka kekurangan tenaga kerja diambil dari keluarga buruh, yakni dengan melibatkan anggota keluarga mereka. Marx dan Engels dalam hal ini

mengemukakan keluarga kelas proletar. Khususnya ekonomi individu dalam kelas buruh sedemikian memprihatinkan sehingga istri dan anak-anak mereka terpaksa bekerja berjam-jam lamanya dalam pabrik untuk mencukupi pendapatan demi kelangsungan

keluarga mereka (Doyle; 1986, 137). Dalam tulisan-tulisan Marx ini, penindasan terhadap perempuan dikemukakan di dalam suatu konteks faktor-faktor ekonomi yang membentuk

struktur politik dan sosial serta kehidupan perempuan didalamnya.

Memperhatikan faktor di atas terlihat bahwa keterlibatan perempuan dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari:

1. Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.

2. Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni desakan/kesulitan ekonomi keluarga.

Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi inilah

yang pada hakekatnya menghantarkan kaum perempuan untuk bekerja di sektor publik (Lina Sudarwati, 2003). Apalagi ditambah pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini

kurang menguntungkan bagi mereka yang mempunyai pendapatan kecil karena semakin merosotnya nilai mata uang rupiah. Harga-harga kebutuhan hidup naik, sementara pembangunan yang di harapkan dapat memberikan perbaikan-perbaikan di segala bidang

(22)

lebih rasional dan menjadi suatu keharusan bagi perempuan untuk ikut serta membantu perekonomian keluarga.

Tekanan-tekanan ekonomi di daerah asal kemudian menyebabkan banyak tenaga kerja perempuan dari desa mengadu nasib ke kota atau melakukan urbanisasi. Ariani (1989: 10-11) menyatakan bahwa alasan utama seseorang melakukan urbanisasi adalah

alasan mencari pekerjaan. Hal ini didukung karena adanya faktor pendorong dari daerah asal seperti kesulitan ekonomi, tidak ada pekerjaan di desa, harapan untuk mendapatkan

pekerjaan dan memperbaiki kualitas kehidupan (Boserup: 1984; 153-156).

Turunnya daya serap sektor pertanian di desa terhadap tenaga kerja perempuan mendorong para perempuan untuk terpaksa bekerja di sektor publik terutama di sektor

industri. Hal ini dimungkinkan karena pengembangan industrialisasi di Indonesia masih diorientasi pada usaha padat karya, agar sektor industri dapat menyerap tenaga kerja lebih

banyak. Berbeda dengan sektor pertanian maka di sektor industri ada hirarki jenis pekerjaan dan upah berdasarkan skill. Pada struktur kerja primer, seseorang memperoleh ganjaran yang lebih baik, adanya promosi jabatan, hanya untuk dapat memasuki sektor

primer ini seseorang harus memiliki pendidikan, skill/ketrampilan khusus serta terikat pada peraturan dan disiplin kerja yang ditetapkan, terutama masalah waktu bekerja.

Sedang sektor sekunder, biasanya ditandai dengan pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan khusus dan berupah rendah, kadang kala bersifat musiman.

Kondisi pada faktor pertanian dan non pertanian yang tidak mampu menyerap

tenaga kerja di desa, serta kondisi tenaga kerja desa yang juga tidak mampu terserap industri di kota, di tambah lagi menumpuknya tenaga kerja kota menyebabkan timbulnya

(23)

persaingan yang sangat ketat di kota, yang mana keputusan-keputusan ekonomi selalu di dasarkan pada usaha untuk mencari keuntungan. Untuk mengatasi persaingan tersebut,

maka harus diterapkan strategi-strategi tertentu dalam setiap segi kehidupan, baik strategi dalam memperoleh keuntungan maupun strategi untuk menyikapi lingkungan sekitar.

Strategi diperlukan sebagai usaha untuk penyesuaian atau adaptasi. Manusia pada

dasarnya memang harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan lingkungan yang dihadapi. Keberhasilan dalam beradaptasi ditentukan oleh sejauh mana manusia dapat

bertahan dan terus hidup dalam lingkungan tersebut, baik pada lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial. (Ahimsa-Putra, 1980: 1)

Strategi adaptasi itu sendiri menurut Ahimsa-Putra (1980: 7) merupakan suatu

pola–pola yang dibentuk oleh berbagai usaha yang direncanakan manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah yang

dihadapi. Apa yang dilontarkan oleh Ahimsa-Putra merupakan kritik dan penajaman dari apa yang dikemukakan J. W. Bennet sebelumnya. Bennet berpendapat bahwa strategi adaptasi adalah pola–pola yang dibentuk oleh berbagai penyesuaian yang direncanakan

oleh manusia untuk mendapatkan dan menggunakan sumber–sumber daya dan memecahkan masalah yang langsung mereka hadapi (Ahimsa-Putra, 1980: 6). Disini

Ahimsa-Putra lebih memperjelas tentang apa yang sebenarnya harus disesuaikan dan tolak ukur apa yang harus dipakai, sebagaimana yang dimaksud Bennet.

Sektor perdagangan dan jasa merupakan tumpuan utama bagi para pekerja

perempuan. Dengan kata lain, secara relatif sektor perdagangan dan jasa cenderung lebih menguntungkan bagi kaum perempuan daripada laki-laki (Ariani, 1989: 7). Jika kita

(24)

pada sektor perdagangan dan jasa, maka partisipasi perempuan akan lebih tinggi (Tinker, 1975: 39). Menurutnya perempuan lebih mudah bertukar pekerjaan daripada laki-laki,

terutama pada jenis kegiatan sektor informal, salah satu pekerjaan tersebut adalah pramuniaga perempuan atau yang lebih dikenal pelayan toko. Pekerjaan pramuniaga berkaitan dengan gender dikarenakan sepertinya pekerjaan pramuniaga ini seperti

dikhususkan hanya untuk perempuan saja dan tidak cocok dilakukan oleh laki-laki. Itulah sebabnya pekerjaan ini lebih banyak didominasi oleh perempuan. Dalam artian menurut

pandangan masyarakat, pekerjaan seperti pramuniaga hanyalah “pekerjaan ringan” yang seharusnya hanya perempuanlah yang layak melakukannya. Sementara pekerjaan-pekerjaan penting hanya cocok dilakukan oleh laki-laki (Suratiyah, 1995).

Pekerja jasa atau pramuniaga perempuan (pelayan toko) adalah pekerjaan yang mempunyai tugas utama menyediakan layanan perseorangan dan layanan yang bersifat

melindungi dan menjual barang-barang di toko dan pasar-pasar. Tugas utamanya terdiri dari menyediakan jasa yang berhubungan dengan perjalanan, pemeliharaan rumah tangga, jasa boga, perawatan perorangan, perlindungan individual, atau menjual barang-barang

di toko atau di pasar

Pramuniaga perempuan sebagai pekerja di sektor perdagangan dan jasa kerap

terlepas dari agenda pembicaraan dan pembahasan tentang perburuhan, sebab setiap pembicaraan perburuhan yang terlintas hanya gambaran mengenai buruh pabrik. Sementara perburuhan tidak hanya menunjuk pada sektor industri semata, akan tetapi

(25)

Pengakuan terhadap hak-hak perempuan pada dasarnya merupakan penghormatan pula terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, maka perlindungan tenaga kerja

perempuan yang sesuai dengan standar internasional tentu menjadi syarat mutlak yang tidak dapat ditawar lagi. Standar internasional yang dimaksud adalah konvensi-konvensi internasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi hak-hak perempuan.

Nursyahbani Katjasungkana mencatat bahwa setidaknya sejak tahun 1945 lebih dari dua puluh instrumen hukum internasional telah dihasilkan yang berkaitan dengan

perlindungan terhadap hak-hak perempuan. (www.pendidikannetwork.com)

Jadi, pekerja di sektor ini khususnya pramuniaga perempuan sebenarnya memiliki posisi hukum yang sama dengan pekerja lain, seperti pekerja sektor industri dan sektor

lainnya. Namun kita, masyarakat umum dan bahkan pramuniaga perempuan itu sendiri belum tahu posisi mereka dalam perundangan perburuhan tersebut.

1. 6. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan salah satu syarat penting yang tidak dapat

diabaikan dalam penelitian ilmiah, karena baik dan buruknya suatu penelitian tergantung kepada metode penelitian yang bersangkutan. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu

memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koenjaraningrat, 1981: 30). Oleh karena itu dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kualitatif yang didasarkan pada analisis

deskriptif guna mencoba menggali dan menemukan, sekaligus memahami realitas kehidupan sosial ekonomi pramuniaga perempuan yang sebenarnya yang mungkin saja

(26)

Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat

tinggalnya, maka penelitian ini dilakukan penelitian lapangan (Field Research) sebagai upaya untuk memperoleh data-data primer. Selain data-data primer, peneliti juga memerlukan data-data sekunder yang diperoleh melalui buku-buku, artikel-artikel serta

informasi dari internet yang berkaitan dengan masalah penelitian.

I. 6. 1. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 01.Observasi

Digunakan untuk mengamati gejala–gejala terwujud dalam kehidupan sehari–hari dari masyarakat yeng diteliti. Metode ini memberi gejala–gejala (tindakan–

tindakan, benda, peristiwa dan sebagainya) dan kaitan hubungan antara satu gejala dengan gejala yang lainnya yang bermakna bagi kehidupan masyarakat yang diteliti (Suparlan, 1986: 6). Metode observasi atau pengamatan dilaksanakan

dengan cara berusaha mengamati secara langsung aktivitas para pramuniaga perempuan yang bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kampung Baru ini,

baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Metode pengamatan terbuka dalam penelitian ini yaitu dimana pengamat; dalam hal ini penulis, mengamati secara terbuka aktivitas-aktivitas, karakteristik fisik, tingkah

laku, lingkungan dalam hubungan sosial pramuniaga perempuan diluar dan didalam lingkungan kerjanya, dan pengamatan ini diketahui oleh mereka dan

(27)

melakukan pengamatan tersebut guna memperoleh data-data yang di perlukan dalam penelitian.

02.Wawancara

Yaitu teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung pada informan. Teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan

tentang kehidupan manusia dalam masyarakat serta pendirian–pendirian mereka dalam hal–hal tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1984: 145). Dalam hal ini yang

dilakukan penulis adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara yang dilakukan bersifat mendalam, untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain yang meliputi motivasi, perasaan, pandangan,harapan

dan pengalaman hidup yang tidak dapat diketahui melalui pengamatan saja. Wawancara mendalam ini dilakukan secara tatap muka (face to face) sebagai

sebuah dialog atau percakapan yang spontan. Sebelumnya yang akan penulis lakukan adalah berkenalan dan membina hubungan baik dengan beberapa pramuniaga perempuan dari toko-toko di sekitar kawasan pasar Kampung Baru.

Membina hubungan baik ini juga dimaksudkan untuk memilih dan menentukan pramuniaga mana yang kiranya sesuai dengan kriteria yang bisa dijadikan

informan, kemudian barulah dilakukan proses wawancara secara mendalam. Proses wawancara sebagian besar akan dilakukan di tempat tinggal informan dengan tujuan agar dapat terbangun suasana yang lebih bebas dan santai, dan

(28)

(depth interview) akan menjadi data primer bagi penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Selain itu untuk menunjang akuratnya penelitian maka sebagian pertanyaan juga akan diajukan kepada beberapa orang yang merupakan warga masyarakat sekitar kawasan Kampung Baru untuk mengetahui bagaimana respon warga masyarakat

terhadap para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana interaksi mereka dengan warga masyarakat sekitar yang akan dilakukan dengan mewawancarai mereka.

03. Interview guide

Yaitu catatan yang mengandung daftar dari pokok-pokok untuk dipertanyakan kepada informan atau yang disebut dengan pedoman wawancara

(Koenjaraningrat, 1981: 181). Penulis dalam hal ini telah menyiapkan daftar pokok-pokok pertanyaan yang akan ditanyakan kepada para informan meliputi

(29)

1. 6. 2. Sampel dan Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga

(Singarimbun dan Effendi, 1984: 108). Populasi Informan adalah para pramuniaga perempuan pada rentang usia 16-24 tahun yang bekerja pada toko-toko yang ada di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang

mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Alasan memilih usia tersebut, karena mengingat pada usia 16-24 tahun adalah masa-masa efektivitas kerja bagi para perempuan dan usia

mayoritas daripada para pramuniaga perempuan tersebut. Toko-toko yang diambil sebagai sarana penelitian dipilih secara acak dengan indikasi toko-toko tersebut mayoritas pekerjanya adalah perempuan.

Pengambilan informan kunci sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan beberapa kriteria, yaitu:

a. Perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga atau pelayan toko pada toko-toko yang ada di kawasan Kampung Baru yang mayoritas pekerja tokonya adalah perempuan

b. Tempat tinggal dari pada pramuniaga perempuan tersebut masih berada di sekitar lingkungan Kampung Baru

c. Perempuan usia 16-24 tahun d. Status belum menikah

e. Memiliki pendidikan terakhir SMP sampai sarjana

(30)

Informan yang terpilih, adalah informan yang telah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari sekitar 70 orang pramuniaga perempuan pada toko-toko yang

mayoritas pekerja tokonya adalah perempuan, di kawasan pasar Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, terpilihlah 12 orang perempuan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Jadi jumlah sampel yang akan dijadikan

sebagai informan kunci dalam penelitian adalah sebanyak 12 orang dari beberapa toko-toko di daerah pasar Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Dan

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang warga masyarakat sekitar kawasan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang tinggal berdekatan dan merupakan tetangga dari para

informan kunci. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon warga masyarakat terhadap para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana interaksi mereka dengan warga

(31)

1. 6. 3. Analisa data

Analisa data dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang dilakukan

dalam penelitian ini. Analisa data adalah mengalokasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2. 1. Letak Geografis dan Keadaan Alam

2. 1. 1. Deskripsi Kecamatan Medan Maimun

Kecamatan Medan Maimun memiliki luas wilayah sekitar 3.345 Km2

dengan 27 meter diatas permukaan laut, terletak diantara 30 – 320 Lintang Utara

dan 980 – 390 Bujur Timur. Secara administratif Kecamatan Medan Maimun

berbatasan dengan :

- Di sebelah timur dengan Kecamatan Medan Barat;

- Di sebelah barat dengan Kecamatan Medan Polonia;

- Di sebelah selatan dengan Kecamatan Medan Johor;

- Di sebelah utara dengan Kecamatan Medan Kota.

Kecamatan Medan Maimun terdiri dari beberapa kelurahan yang

membentuknya, kelurahan-kelurahan tersebut antara lain :

1. Kelurahan Sei Mati;

2. Kelurahan Aur;

3. Kelurahan Sukaraja;

4. Kelurahan Jati;

5. Kelurahan Hamdan; dan

6. Kelurahan Kampung Baru.

Yang menjadi fokus lokasi penelitian adalah Kelurahan Kampung Baru

yang terletak di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang akan digambarkan

(33)

2. 1. 2. Deskripsi Kelurahan Kampung Baru

Secara geografis dan secara administratif Kelurahan Kampung Baru

berbatasan dengan :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sungai Mati Kecamatan Medan

Maimun;

- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukadame Kecamatan Medan

Polonia;

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Kuning Kecamatan

Medan Johor;

- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo I dan Kelurahan

Sitirejo II Kecamatan Medan Kota.

Kelurahan Kampung Baru adalah sebuah kelurahan secara administratif dan

merupakan bagian dari Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Kelurahan

Kampung Baru ini secara administratif dibagi menjadi 21 lingkungan, yaitu

lingkungan I sampai dengan lingkungan XXI. Tiap-tiap lingkungan dikepalai oleh

seorang Kepala Lingkungan atau biasa disebut Kepling. Antara lingkungan yang

satu dengan lingkungan yang lain dapat dicapai dengan berjalan kaki. Selain itu

Kelurahan Kampung Baru juga memiliki 24 RW, 51 RT dan 48 buah Blok Sensus.

(34)

Kelurahan Kampung Baru memiliki luas wilayah 127 Ha dengan persentasi

sekitar 37,97% terhadap luas Kecamatan Medan Maimun dengan perincian tanah sebagai

berikut :

No.

Komposisi Luas Wilayah Kelurahan Kampung Baru

Tabel 1

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Dari tabel di atas diketahui bahwa lebih dari 50 % wilayah kelurahan Kampung

Baru adalah merupakan pemukiman penduduk Kampung Baru, toko-toko dan

perkantoran. Kemudian 7,3% wilayah merupakan lokasi perkuburan, 5,7 % nya adalah

lahan kosong, 4 % merupakan jalan/gang dan yang lain-lain sebesar 4,9 %.

Sebagai daerah yang terletak hampir di tengah kota, kondisi geografis

Kelurahan Kampung Baru dapat dikatakan cukup baik dengan terletak diantara

90 – 270 Lintang Utara dan 980 – 250 Bujur Timur. Dengan kisaran 27 meter diatas

permukaan laut, Kelurahan Kampung Baru memiliki tanah dengan kualitas yang

cukup baik dengan terdiri dari banyak bebatuan. Disamping itu terdapat sungai

(35)

Suhu udara terendah adalah 230 C dan suhu yang tertinggi adalah 280 C.

Dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar

terusan dari tengah kota maka lalu lintasnya cukup padat terutama pada pagi hari

dan sore hari, tetapi tingkat pencemaran udara di Kelurahan Kampung Baru masih

dalam tingkat yang ringan. Iklimnya juga cenderung normal. Walaupun

belakangan ini cenderung tidak menentu, kadang bisa cerah sekali dan kadang bisa

hujan tidak tergantung pada musim, dikarenakan cuaca yang kurang stabil.

2. 2. Sejarah Lokasi Penelitian

Menurut cerita dari para penduduk yang sudah lama sekali tinggal dan

menetap di Kelurahan Kampung Baru ini, konon daerah ini sebelumnya tidak

bernama. Asal mula nama Kampung Baru merupakan penamaan dari para

penduduk yang dulu tinggal di daerah ini karena daerah ini dulunya merupakan

suatu perkampungan, tetapi setelah banyaknya penduduk pendatang yang

melakukan banyak pembangunan–pembangunan serta pembaharuaan–pembaharuan

yang terjadi di perkampungan ini, sehingga para penduduk sepakat untuk menamai

daerah ini dengan nama Kampung Baru. Konon pula pemilihan nama itu ada

partisipasi dari Raja kerajaan Maimun yang dulu berkuasa sampai ke daerah ini

sehingga akhirnya daerah ini sampai sekarang bernama Kampung Baru dan secara

legitimasi menjadi wilayah administrasi kelurahan yang merupakan bagian

(36)

2. 3. Pemerintahan Desa

Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu kelurahan yang dikepalai

oleh seorang Lurah. Dalam melaksanakan tugasnya Lurah dibantu oleh

perangkat-perangkat pemerintahan kelurahan dan kepala-kepala lingkungan. Untuk lebih

jelasnya dapat kita lihat pada susunan organisasi berikut ini :

Kaur Pemerintahan

(37)

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB KEPALA

KELURAHAN DAN PERANGKAT KELURAHAN

A. Lurah

Kedudukan Kepala Kelurahan

Kepala Kelurahan berkedudukan sebagai alat pemerintah yang berada

langsung dibawah Camat.

Tugas Kepala Kelurahan

Tugas Kepala Kelurahan adalah sebagai penyelenggara dan penanggung

jawab utama di bidang pemerintahan.

Fungsi Kepala Kelurahan

a. Menggerakkan partisipasi masyarakat.

b. Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya.

c. Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan kelurahan.

d. Melaksanakan tugas dibidang pembangunan dan kemasyarakatan.

e. Melaksanakan tugas-tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan

ketertiban.

Tanggung Jawab Kepala Kelurahan

Kepala Kelurahan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota Kepala

Daerah Tingkat II melalui Camat.

B. Sekretaris

Kedudukan Sekretaris Kelurahan

Sekretaris Kelurahan berkedudukan sebagai staf yang membantu kelancaran

pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan.

Tugas Sekretaris Kelurahan

Tugas Sekretaris Kelurahan adalah menyelenggarakan pembinaan

administrasi pemerintah kelurahan dan memberikan pelayanan staf kepada

Kepala Kelurahan.

Fungsi Sekretaris Kelurahan

a. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan.

b. Melaksanakan urusan keuangan, urusan pemerintahan, urusan

(38)

c. Melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Kelurahan apabila Kepala

Kelurahan berhalangan .

Tanggung Jawab Sekretaris Kelurahan

Bertanggung Jawab kepada Kepala Kelurahan.

C. Kepala Lingkungan

Kedudukan Kepala Lingkungan

Adalah sebagai unsur pelaksana tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah

kerjanya.

Tugas Kepala Lingkungan

Kepala Lingkungan mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Kepala

Kelurahan dalam wilayah kerjanya

3.3 Fungsi Kepala Lingkungan

Membantu pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah kerjanya.

3.4 Tanggung Jawab Kepala Lingkungan

Bertanggung jawab kepada Kepala Kelurahan.

D. Kepala Urusan Kelurahan

Kedudukan Kepala Urusan Kelurahan

Sebagai unsur pembantu Sekretaris Kelurahan dalam bidang tugasnya.

Tugas Kepala Urusan Kelurahan

Mempunyai tugas menjalankan kegiatan Sekretaris Kelurahan dalam bidang

tugasnya.

Fungsi KepalaUrusan Kelurahan

Melaksanakan kegiatan-kegiatan urusan pembangunan, kesejahteraan,

keuangan dan umum sesuai bidang tugas masing-masing.

Tanggung Jawab Kepala Urusan Kelurahan

(39)

2. 4. Keadaan Penduduk

2. 4. 1. Jumlah Penduduk

Dengan luas daerah pemukiman/kantor 64,90 Ha dan lahan kosongnya sekitar

7,30 Ha. Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah kelurahan yang cukup padat

karena didiami oleh 24.824 orang penduduk dengan berbagai usia, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, dan berbagai etnis atau suku bangsa. Hal ini akan lebih dijelaskan dengan

rincian-rincian yang ada di bawah ini.

2. 4. 2. Komposisi Penduduk

No

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2

Jenis Kelamin Jumlah / Orang %

1 Laki-laki 12342 49,7%

2 Perempuan 12482 50,3%

Jumlah 24824 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Kampung Baru,

jumlah penduduk Kelurahan Kampung Baru pada data kantor kelurahan terakhir

Juni 2007 adalah 24.824 orang yang terdiri atas 12.342 orang laki-laki dan 12.482

orang perempuan. Dapat dilihat bahwa jumlah warga perempuan pada Kelurahan

Kampung Baru lebih besar dari jumlah warga laki-lakinya dengan selisih sekitar

140 orang. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana jumlah warga

(40)

No

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 3

Umur (tahun) Jumlah / Orang %

1 0 – 5 Tahun 1935 7,8 %

2 6 – 25 Tahun 10102 40,7%

3 25 – 64 Tahun 11328 45,6%

4 65 + keatas 1459 5,9 %

Jumlah 24824 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Menurut data dari kantor Kelurahan Kampung Baru, penduduk mayoritas

Kelurahan Kampung Baru adalah penduduk pada usia produktif (15-64 tahun)

yaitu berjumlah 11.328 orang. Kemudian dibawahnya adalah penduduk dengan

usia sekolah (6-25 tahun) yaitu 10.102 orang, disusul usia balita (0-5 tahun)

berjumlah 1.935 orang dan usia lanjut usia (65 tahun+) yang berjumlah 1.459

(41)

No.

Komposisi Penduduk berdasarkan Agama

Tabel 4

Agama Jumlah Penduduk/Orang %

1 Islam 17789 71,7%

2 Budha 4819 19,4%

3 Kristen Protestan 1861 7,5%

4 Kristen Katolik 254 1 %

5 Hindu 101 0,4%

Jumlah 24824 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Lebih dari 70% penduduk Kelurahan Kampung Baru beragama Islam yaitu

berjumlah 17789 orang. Kemudian disusul penganut agama Budha yang berjumlah

4819 orang, lalu penganut agama Kristen Protestan 1861 orang, penganut agama

(42)

No.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Tabel 5

Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Tabel diatas menunjukkan adanya keanekaragaman etnis suku bangsa para

penduduk yang bermukim di Kelurahan Kampung Baru dimana mayoritas yang

menjadi penduduknya adalah suku Tionghoa atau WNI keturunan yang berjumlah

4263 orang, disusul dengan yang suku Minang berjumlah 4128 orang, lalu suku

Jawa berjumlah 3881 orang, suku Mandailing berjumlah 3877 orang, suku

Batak/Simalungun berjumlah 3785 orang, suku Melayu berjumlah 2798 orang,

suku Karo berjumlah 1779 orang, suku Aceh berjumlah 207 orang, suku Dairi

(43)

No.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 6

Pendidikan Terakhir Jumlah / Orang %

1 SD 6023 24,2%

2 SMP 6873 27,7%

3 SLTA 5723 23 %

4 S-1 437 1,8 %

5 S-2 45 0,1 %

6 S-3 13 0,1 %

Jumlah 24824 100 %

Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Menurut data terakhir kantor Kelurahan Kampung Baru 2007 mengenai

pendidikan terakhir para penduduk, kebanyakan penduduk hanya berpendidikan

terakhir sampai dengan tingkat SLTP/SMP yakni sebanyak 6873 orang. Kemudian

6023 orang yang hanya berpendidikan terakhir SD, 5723 orang yang berpendidikan

terakhir SLTA/SMU, 437 orang yang Sarjana S1, 45 orang yang Sarjana S2 dan 13

(44)

No.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 7

Mata Pencaharian Jumlah / Orang %

1 PNS 280 1.3%

2 TNI 35 0.1%

3 POLRI 35 0.1%

4 Guru PNS 70 0.3%

5 Guru Swasta 25 0.1%

6 Karyawan Swasta 2372 9.5%

7 Buruh 983 3.9%

8 Pedagang 1321 5.3%

Jumlah 24824 100%

Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas jenis mata

pencaharian penduduk Kelurahan Kampung Baru adalah yang bekerja sebagai

karyawan swasta atau wiraswasta yakni berjumlah 2372 orang. Kemudian disusul

dengan pedagang 1321 orang, lalu yang bekerja sebagai buruh sebanyak 983

orang, pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 280 orang, guru PNS sebanyak 70

orang, TNI dan POLRI masing-masing sebanyak 35 orang dan yang terakhir yang

(45)

2. 5. Pola Pemukiman

Kelurahan Kampung Baru terletak tidak begitu jauh dari pusat kota Medan.

Daerah ini dibatasi oleh jalan-jalan raya besar, gang–gang kecil dan

bangunan-bangunan pertokoan, dan rumah-rumah penduduk. Di pinggiran jalan pada

umumnya yang terlihat adalah bangunan-bangunan perkantoran dan jejeran

bangunan berbentuk Rumah Toko (RUKO) yang memakai corak bangunan

pertokoan modern. Rumah jenis ini biasanya pemiliknya adalah penduduk

Kelurahan Kampung Baru yang merupakan etnis tionghoa. Mereka lebih memilih

rumah jenis ini dikarenakan alasan dengan rumah jenis ruko selain dapat dijadikan

sebagai tempat tinggal juga dapat dijadikan sebagai tempat usaha misalnya untuk

berdagang. Mereka inilah yang banyak membangun toko-toko di sekitar wilayah

Kelurahan Kampung Baru. Rumah-rumah pemukiman penduduk lainnya biasanya

terlihat apabila kita sudah masuk kedalam gang. Hal ini dikarenakan perumahan

penduduk sudah banyak tertutup oleh jejeran bangunan ruko yang ada di depannya.

Di belakang gedung-gedung ruko yang bertingkat ini barulah kita dapati

rumah-rumah penduduk yang mengelompok cukup padat yang dihubungkan

dengan gang-gang kecil. Rumah-rumah penduduk ini memiliki pola pemukiman

yang berupa perumahan yang saling berhadap-hadapan dan lurus ke belakang gang

dengan kontur tanah yang cukup datar. Rumah-rumah penduduk ini masing-masing

memiliki pekarangan yang tidak terlalu besar, cenderung sempit, tetapi masih

cukup banyak pepohonan dan antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya

jaraknya cukup rapat. Rumah-rumah jenis ini biasanya didiami para penduduk

(46)

Masyarakat kawasan Kelurahan Kampung Baru pada umumnya tidak pernah

memiliki kesulitan dalam mencari air bersih, rata–rata penduduk memiliki sarana air

bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air, yaitu air ledeng yang diusahakan

oleh PDAM Tirtanadi. Penduduk juga telah memiliki kesadaran tentang runah yang sehat

dan semua rumah memiliki kamar mandi dan kakus. Aliran pembuangan dan got di

kawasan ini juga cukup baik. Pengadaan listrik di daerah Kampung Baru juga cukup baik,

yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Walaupun akhir–akhir ini sering

sekali PLN melakukan pemadaman listrik yang cukup meresahkan warga, sehingga untuk

mengatasinya banyak dari warga masyarakat yang menggunakan generator atau genset

untuk sumber daya rumah tangga atau keperluan bisnis mereka apabila sedang terjadi

pemadaman listrik tersebut

Masyarakat setempat (host population) Kelurahan Kampung Baru terdiri

dari berbagai macam suku bangsa tinggal berdampingan dengan masyarakat etnis

tionghoa dan beberapa masyarakat lainnya. Mereka yang tinggal di Kelurahan

Kampung Baru ini hidup rukun dan jarang terdengar masalah diantara masyarakat

yang berbeda suku. Walaupun ada sedikit jarak diantara masyarakat etnis dengan

masyarakat pribumi tetapi tidak nampak secara jelas di Kelurahan Kampung Baru

(47)

2. 6. Sarana dan Prasarana

Lingkungan Kelurahan Kampung Baru ini merupakan daerah yang

memiliki cukup banyak sarana kehidupan masyarakat, bisa dibilang cukup

lengkap. Terutama di daerah pasarnya. Di daerah ini terdapat berbagai macam toko

yang menjual bermacam–macam peralatan, pusat–pusat perbelanjaan seperti

supermarket, bank-bank swasta dan bank-bank pemerintah serta berbagai sarana

kehidupan kota seperti : Supermarket Suzuya, Supermarket Sun Smart,

Supermarket Agung, Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Permata,

Bank Sumut, BNI 46, Bank NISP,dan lain lain. Terdapat pula banyak apotik,

bengkel sepeda motor dan mobil, pasar tradisional, kantor Lurah Kampung Baru,

dan sebagainya.

Toko–toko yang terdapat di daerah pasar Kelurahan Kampung Baru ini pun

bervariasi, ada toko yang menjual peralatan rumah tangga seperti furniture, toko yang

menjual spare part sepeda motor, toko yang menjual barang–barang elektronik yang

jumlahnya cukup banyak, toko roti seperti Majestik, Iseya dan Winner, berbagai optik

yang menyediakan kacamata dan lain-lainnya, toko–toko kelontong, toko–toko obat cina

tradisional, toko yang menjual peralatan sembahyang etnis tionghoa, toko–toko ponsel,

toko-toko mas, toko jam dan reparasinya, toko yang menjual buah–buahan, toko sepatu

bermerek terkenal dan toko–toko sepatu biasa lainnya, toko–toko serba lima ribu yang

jumlahnya dua buah, toko yang menjual barang–barang kebutuhan wanita seperti tas,

pakaian, dompet, dan toko-toko lainnya. Toko–toko ini mayoritas menggunakan tenaga

kerja perempuan sebagai pramuniaga tokonya. Di samping keberadaan toko–toko

(48)

warung–warung kecil, kedai kopi, rental dvd atau vcd, kios–kios penjualan vcd, dan

salon–salon kecantikan yang tidak terlalu besar.

Di bidang sarana komunikasi seperti media massa dapat dikatakan sangat

baik dimana masyarakat Kelurahan Kampung Baru sudah terbiasa menggunakan

media massa seperti koran dan majalah-majalah. Sedangkan media elektronik telah

dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir

seluruh rumah penduduk memiliki televisi, radio atau media massa elektronik

lainnya. Alat komunikasi telepon bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat

Kelurahan Kampung Baru apalagi di jaman yang serba canggih seperti sekarang

ini. Hampir di semua rumah penduduk menggunakan sambungan telepon rumah

dari Telkom, atau menggunakan telepon genggam (Handphone) untuk sarana

bertelekomunikasinya, disamping terdapat beberapa telepon umum yang terletak di

jalan-jalan dan berbagai warung telekomunikasi yang menyediakan jasa

telekomunikasi yang dapat kita temui di berbagai sudut Kampung Baru.

Dalam bidang sarana kesehatan di Kampung Baru juga cukup lengkap, dapat

dilihat dengan adanya dua unit rumah sakit yang salah satunya sekaligus sebagai rumah

bersalin yang sudah ada sejak lama yaitu rumah sakit Wina dan adanya satu unit

puskesmas yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah sakit tersebut (laporan BPS tahun

2004). Biasanya di puskesmas tersebut warga sekitar bisa mendapat pengobatan gratis

hanya dengan menunjukkan kartu keluarga saja. Adapula beberapa praktek dokter umum

yang letaknya di pinggir jalan utama yang setiap hari selalu ramai dikunjungi pasiennya.

Selain itu juga akan kita temukan adanya praktek dokter gigi, praktek klinik kecantikan

(49)

Dalam bidang sarana pendidikan, Kelurahan Kampung Baru juga cukup lengkap.

Sarana pendidikannya dapat kita lihat dalam tabel berikut :

No.

Sarana Pendidikan Kelurahan Kampung Baru

Tabel 8

Jenis Jumlah %

1 TK/Playgroup 4 21 %

2 SD 8 42,1%

3 SMP 5 26,3%

4 SMA/SMK 2 10,5%

5 Perguruan Tinggi - 0 %

Jumlah 19 100%

Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis.

Dimana disini terdapat beberapa TK Islam maupun TK reguler yang berjumlah 4

buah, SD negeri dan swasta yeng berjumlah 8 buah, SMP negeri dan swasta yang

berjumlah 5 buah, dan SMU/SMK negeri maupun swasta yang berjumlah 2 buah,

Biasanya sekolah-sekolah swasta tergabung dalam suatu lembaga–lembaga pendidikan

yang dalam satu wilayah terdapat semua tingkat pendidikan seperti Al–Wasliyah, W.R.

Supratman, Harapan Mandiri dan lain–lain. Selain itu juga di kawasan Kelurahan

Kampung Baru terdapat pula berbagai kursus–kursus keterampilan seperti kursus bahasa

Inggris, kursus komputer, dan lain–lain.

Di bidang sarana peribadatan, di Kelurahan Kampung Baru terdapat 9 buah

mesjid dan 12 buah langgar yang menjadi tempat ibadah warga sekitar yang mayoritas

beragama Islam (laporan kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007). Walaupun

(50)

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan-kunjungan antar umat bila ada Hari

Raya, ataupun hari besar umat beragama lainnya.

Di bidang sarana pengangkutan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa

daerah Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah yang lalu lintasnya cukup padat. Hal

ini dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar

terusan dari tengah kota. Jadi, banyak sekali kita dapati trayek angkutan umum yang

melintasi daerah Kampung Baru sebagai rute perjalanannya misalnya dari daerah Padang

Bulan untuk dapat mencapai ke daerah Kampung Baru, kita dapat menggunakan

angkutan umum yang bernomor trayek 02 yang berwarna kuning, trayek 121 atau 120

yang berwarna merah dengan biaya perjalanan sebesar Rp. 2.500,-. Angkutan-angkutan

umum lain yang melintas di Kampung Baru bervariasi, tapi yang paling banyak adalah

angkutan umum yang bernomor trayek 08 dan 17 yang rute-nya juga melintasi kawasan

Titi Kuning, Deli Tua, dan ke kawasan Terminal Sambu. Biaya atau ongkos yang

diperlukan untuk menggunakan kedua trayek ini juga relatif sama, yaitu sebesar

Rp.2.500,- – Rp.3.000,-. Jalan besar ini dilapisi aspal tebal dan untuk memisahkan jalan

terdapat trotoar. Hal ini dibangun untuk memudahkan para pengguna jalan.

2. 7. Sistem Kemasyarakatan

2. 7. 1. Sistem Kekerabatan

Masyarakat Kelurahan Kampung Baru adalah masyarakat yang heterogen,

dikatakan demikian, karena terdiri dari banyak suku bangsa yang hidup dan bertempat

tinggal di Kelurahan Kampung Baru sejak lama seperti suku Batak, Mandailing, Padang,

Gambar

 No.   Tabel 1 Jenis penggunaan
Tabel 2 No Jenis Kelamin Jumlah / Orang
Tabel 3 No Umur (tahun) Jumlah / Orang
Tabel 4 No. Agama Jumlah Penduduk/Orang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam tabel feeding pelanggan merupakan pihak-pihak yang menjadi pelanggan atau pembeli barang dan atau jasa yang dijual oleh PT Batik XYZ pada tahun tertentu beserta

Dokumen apa pun bentuknya pastilah disimpan dengan sebuah metode tertentu, dengan harapan bila dikemudian hari dokumen / data yang terkandung didalam dokumen diperlukan maka

Dalam konteks yang lebih sederhana, pengajaran sejarah sebagai sub sistem dari sistem kegiatan pendidikan, merupakan usaha pembandingan dalam kegiatan belajar, yang

[r]

There is positive and significant correlation between the English conversation activity in weekly program and the students’ achievement in English speaking at the first

Diketahuinya upaya penanganan dismenorhea pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta pada saat dilakukan postest pada kelompok eksperimen... Diketahuinya

Dalarn hal ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha meridorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatal mengajamya,

Kekuatan tarik komposit tertinggi terjadi pada komposit serat daun nanas dengan proses perendaman dengan fraksi volume 50% sebesar 33,20 MPa, regangan tertinggi terjadi