PEREMPUAN PRAMUNIAGA
Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan
Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan
Disusun oleh :
NAMA : OKTARINA JUWITA LUBIS
NIM : 020905022
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
NAMA : OKTARINA JUWITA LUBIS
NIM : 020905022
DEPARTEMEN : ANTROPOLOGI
JUDUL : PEREMPUAN PRAMUNIAGA
(Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga
Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)
Medan, 5 Mei 2008
PEMBIMBING SKRIPSI KETUA DEPARTEMEN
(Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)
NIP : 131674460 NIP :131882278
DEKAN FISIP USU
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Laporan Skripsi dengan judul ”PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang
Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan
Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan)”.
Laporan Skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa dari
Program Sarjana S-1 Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat mutlak untuk kelulusan.
Akan sulit bagi penulis menyelesaikan Laporan Skripsi ini bila tanpa pengarahan
dan bimbingan Ibu dosen pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA selaku Ketua Departemen Antropologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, atas
kebijaksanaan memberikan segala bentuk izin dan tenggang waktu bagi
penulis.
3. Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc selaku dosen wali sekaligus dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama proses penyusunan Laporan
Skripsi ini.
4. Ayahanda Ahmad Nazar, atas segala dukungan baik moral maupun materi dan
doa yang diberikan.
5. Ibunda Lelyana Kawaharai tercinta, atas segala kesabaran, dukungan baik
moral maupun materi dan doa yang diberikan.
6. Adik-adik saya tercinta Rullyando, M. Faiz Reflizardi dan Reki Nurfaizi, atas
7. Belahan jiwaku tercinta, Abdul Rahman, A.Md, atas segala dukungan dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan Laporan Skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara, atas ilmu dan keterampilan yang
diberikan.
9. Seluruh Staf Sekretariat Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara terutama kak Sri Handayani atas
segala bantuan telah yang diberikan.
10. Seluruh teman-teman para pramuniaga perempuan di kawasan pasar
Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang
telah sudi meluangkan waktunya untuk menjadi informan bagi tulisan ini.
11. Seluruh teman-teman Departemen Antropologi ’02 dan ’03. Terutama Ika dan
Nanda (friends 4ever guys...), Ecy, Lia, Luna, Adek, Ida, Ami, Endang dan
lain-lain yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
12. Teman-teman penulis yang lain. Baby, Ina, Dewi, Feny dan lain-lain yang
tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil Laporan Skripsi ini tidak luput dari
kesalahan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari segenap pihak demi hasil
yang lebih baik.
Semoga hasil Laporan Skripsi ini dapat menjadi masukan yang berguna dalam
memperkaya Ilmu Pengetahuan khususnya di bidang Antropologi.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Medan, 5 Mei 2008
Penulis
ABSTRAK
Oktarina Juwita Lubis, 2008, Judul Skripsi : PEREMPUAN PRAMUNIAGA (Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan), skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 136 halaman, 8 daftar tabel, dan beberapa lampiran yang terdiri dari tabel rangkuman data-data informan, peta, daftar pertanyaan dan surat penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk berusaha menggali informasi lebih dalam dan lebih rinci mengenai kehidupan para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam bidang ekonomi dan hubungan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya .
Guna menunjang penelitian ini, penulis memilih duabelas informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keduabelas informan tersebut merupakan pramuniaga perempuan yang seluruhnya bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, yang sesuai dengan beberapa kriteria yang telah penulis tentukan sebelumnya. Daerah kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dipilih penulis menjadi tempat penelitian dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan.
Dari data yang telah diperoleh di lapangan ditemukan kenyataan bahwa kemegahan toko dan “wah” nya penampilan para pramuniaga perempuan ini, ternyata berbanding terbalik dengan realitas kehidupan mereka sebenarnya. Para pramuniaga perempuan ini dengan kisaran gaji antara Rp. 750.000,- – Rp. 980.000,- tetap saja hidup serba pas-pasan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarganya secara layak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, yang semuanya terpusat pada ketidakberesannya sistem manajemen toko. Dan adanya pola hubungan vertikal antara pihak toko dan pramuniaga perempuan yang cenderung bersifat eksploitatif, sementara para pramuniaga itu sendiri kadang tidak sadar dengan keadaan tersebut. Jam kerja yang panjang, ketidakjelasan spesifik kerja, dan tidak hanya itu, adanya pandangan-pandangan negatif dari masyarakat umum semakin menambah daftar panjang permasalahan mereka, baik dalam masalah sosial dan ekonomi.
Tetapi disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesi pramuniaga sebenarnya cukup menguntungkan dan memberi peluang besar bagi para tenaga kerja perempuan. Hanya saja diperlukan beberapa pembenahan termasuk pada sistem perjanjian kerjanya, agar profesi pramuniaga perempuan ini benar-benar menjadi profesi yang menguntungkan, khususnya bagi para perempuan.
DAFTAR ISI
1.2. Ruang Lingkup Penelitian………...… 1.3. Lokasi Penelitian……... 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian………….……….... 1.5. Kajian Pustaka……….. 1.6. Metode Penelitian……….. 1.6.1. Teknik Pengambilan Data……….. 1.6.2. Sampel dan Populasi………. 1.6.3. Analisa Data………..BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……… 2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam…...……….. 2.1.1. Deskripsi Kecamatan Medan Maimun…. 2.1.2. Deskripsi Kelurahan Kampung Baru…..
v
BAB III. PEREMPUAN DAN PEKERJAANNYA………..…. 3.1. Perkembangan Pekerjaan Perempuan………. 3.2. Deskripsi Umum Profesi Pramuniaga Perempuan……….. 3.3. Kehidupan Para Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kampung Baru………..
BAB IV. PEREMPUAN, PRAMUNIAGA DAN LIKA LIKU
KEHIDUPANNYA……….. 4.1. Pramuniaga Perempuan dan Kehidupannya………. 4.2. Alasan Perempuan Bekerja Sebagai Pramuniaga………....
4.3. Penghasilan Para Pramuniaga Perempuan... ….. 4.4. Pengeluaran Para Pramuniaga Perempuan...
4.5. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan Pihak Toko... 4.6. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan Rekan
Kerjanya……… 4.7. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan
Pembeli………. 4.8. Hubungan Sosial Pramuniaga Perempuan Dengan
ABSTRAK
Oktarina Juwita Lubis, 2008, Judul Skripsi : PEREMPUAN PRAMUNIAGA
(Studi Tentang Kehidupan Sosial-Ekonomi Pramuniaga Perempuan di Kawasan Pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan), skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 136 halaman, 8 daftar tabel, dan beberapa lampiran yang terdiri dari tabel rangkuman data-data informan, peta, daftar pertanyaan dan surat penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk berusaha menggali informasi lebih dalam dan lebih rinci mengenai kehidupan para pramuniaga perempuan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dalam bidang ekonomi dan hubungan sosialnya dengan masyarakat di sekitarnya .
Guna menunjang penelitian ini, penulis memilih duabelas informan kunci untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keduabelas informan tersebut merupakan pramuniaga perempuan yang seluruhnya bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, yang sesuai dengan beberapa kriteria yang telah penulis tentukan sebelumnya. Daerah kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan dipilih penulis menjadi tempat penelitian dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan.
Dari data yang telah diperoleh di lapangan ditemukan kenyataan bahwa kemegahan toko dan “wah” nya penampilan para pramuniaga perempuan ini, ternyata berbanding terbalik dengan realitas kehidupan mereka sebenarnya. Para pramuniaga perempuan ini dengan kisaran gaji antara Rp. 750.000,- – Rp. 980.000,- tetap saja hidup serba pas-pasan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarganya secara layak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor, yang semuanya terpusat pada ketidakberesannya sistem manajemen toko. Dan adanya pola hubungan vertikal antara pihak toko dan pramuniaga perempuan yang cenderung bersifat eksploitatif, sementara para pramuniaga itu sendiri kadang tidak sadar dengan keadaan tersebut. Jam kerja yang panjang, ketidakjelasan spesifik kerja, dan tidak hanya itu, adanya pandangan-pandangan negatif dari masyarakat umum semakin menambah daftar panjang permasalahan mereka, baik dalam masalah sosial dan ekonomi.
Tetapi disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesi pramuniaga sebenarnya cukup menguntungkan dan memberi peluang besar bagi para tenaga kerja perempuan. Hanya saja diperlukan beberapa pembenahan termasuk pada sistem perjanjian kerjanya, agar profesi pramuniaga perempuan ini benar-benar menjadi profesi yang menguntungkan, khususnya bagi para perempuan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat pesat. Diperkirakan pada saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah melebihi angka 200 juta
jiwa (laporan BPS tahun 2004) dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Ini dapat kita amati terutama pada daerah–daerah padat penduduk yang umumnya merupakan kota–
kota besar di Indonesia. Secara umum pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat akan dapat menimbulkan masalah, khususnya pada negara-negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan cepatnya
pertumbuhan penduduk di negara berkembang akan diikuti dengan penghamburan sumber-sumber daya alam dan kelangkaan sumber pangan (Lucas, 1984: 21). Artinya
dengan bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi.
Walaupun demikian, pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut mempunyai
kemungkinan untuk diikuti oleh bertambahnya jumlah tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan modal dalam menunjang proses pembangunan negara
sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, jika tenaga kerja tersebut menjadi tidak terkendali dan tidak sebanding dengan lapangan kerja yang ada sementara kebutuhan hidup semakin meningkat, maka yang terjadi adalah hal ini malah
akan menjadi penghambat pembangunan itu sendiri.
Keadaan yang seperti inilah yang di alami bangsa Indonesia pada masa sekarang
tenaga kerja yang tidak terkendali tidak lagi menjadi modal penunjang pembangunan, malah menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri, akibat jumlah tenaga kerja dengan
peluang kerja tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan peningkatan jumlah tenaga kerja akan tetap menuntut perluasan peluang kerja demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat pula (Suratiyah, 1995).
Laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi tersebut akan dapat diartikan bahwa semakin tinggi pula penduduk yang masuk angkatan kerja (BPS tahun 2003).
Kondisi inilah yang menyebabkan tidak hanya penduduk yang berjenis kelamin laki-laki saja yang berperan dalam kegiatan produktif, tetapi penduduk perempuanpun mulai melibatkan diri ke dalam angkatan kerja tersebut. Didorong oleh semakin mendesaknya
kebutuhan hidup, maka partisipasi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi semakin menjadi suatu keharusan (Ariani, 1989: 5). Selain itu adanya peningkatan
pendidikan baik pada laki-laki maupun perempuan juga mengakibatkan tingkat persaingan dalam mencari pekerjaan pun semakin tinggi, dimana sekarang ini sudah banyak kaum perempuan yang ikut dalam bursa pencarian tenaga kerja. Pada tahun 2003,
tercatat sebanyak 35 persen dari seluruh angkatan kerja adalah perempuan, selebihnya angkatan kerja laki-laki (BPS tahun 2003).
Walaupun dari data dan informasi ketenagakerjaan menunjukkan masih terdapat kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, tetapi terjadi peningkatan peran perempuan di lingkungan masyarakat, khususnya dalam kegiatan ekonomi. Apabila sebelumnya,
perempuan hanya berperan sebagai pengurus rumah tangga, sedangkan laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga, saat ini semakin banyak perempuan
di luar rumah tangga dan macam-macam bidang yang di masukinya. Dalam artian bahwa jumlah perempuan yang bekerja di luar pekerjaan rumah tangga, secara kuantitatif
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Selain itu semakin banyak pula bidang-bidang pekerjaan yang dulunya sangat didominasi oleh laki-laki, kini mulai dirambah oleh tenaga kerja perempuan.
Idealnya suatu peningkatan secara kuantitatif akan lebih baik jika di ikuti dengan peningkatan secara kualitatif. Demikian pula yang seharusnya terjadi pada pekerja
perempuan. Apa yang terlihat pada tenaga kerja perempuan Indonesia tidak seperti yang diharapkan. Kemajuan kuantitatif yang tampak mengembirakan, tidak didukung oleh perkembangan kualitatif yang memadai (Abdullah, 1995: 4).
Menurut BPS tahun 2003, persentase angkatan kerja perempuan berpendidikan SD jauh lebih banyak (61%) dibandingkan angkatan kerja laki-laki yang hanya sebesar 51
persen. Demikian pula persentase angkatan kerja perempuan yang berpendidikan SMP dan SMA hanya mencapai 17 persen dibandingkan angkatan kerja laki-laki dengan jenjang pendidikan yang sama. Walaupun demikian persentase angkatan kerja perempuan
yang berpendidikan tinggi yakni Diploma dan Universitas sudah mencapai 2 dan 3 persen.
Pada umumnya hambatan dari pengembangan potensi para pekerja perempuan ini selain akibat pendidikan yang tidak mendukung profesionalisme, juga disebabkab kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, pencurahan tenaga kerja untuk
mengurus rumah tangga dan mencari nafkah. Keterbatasan perempuan dibandingkan dengan laki-laki ini, nampak dengan adanya anggapan karena faktor biologis dan sosial
Di sektor formal, peranan tenaga kerja perempuan biasanya jauh lebih kecil. Mayoritas para pekerja perempuan di sektor formal menduduki posisi yang kurang
penting. Hal ini sering dikaitkan dengan anggapan masyarakat bahwa perempuan memiliki kemampuan yang terbatas dan stabilitas yang kurang mantap. Artinya dikarenakan pekerja perempuan biasanya (dipandang) tidak bekerja stabil karena
alasan-alasan menstruasi, hamil, melahirkan, maka mereka sering terdesak kedalam pekerjaan di sektor sekunder tadi (Nasikun, 1990). Dengan alasan itu pula sebagian besar pekerja
perempuan dibayar dengan gaji rendah. Dan sekali mereka masuk ke sektor sekunder, maka sulit untuk melakukan mobilitas ke sektor primer. Dengan kata lain, hampir tidak terjadi mobilitas pekerjaan antar sektor tersebut (Manning, 1979).
Alasan lain yang sering pula dikemukakan adalah bahwa perempuan hanya cocok bagi pekerjaan yang feminin atau pekerjaan yang berkaitan dengan nalurinya dalam peran
sebagai ibu rumah tangga atau mitra pembantu laki-laki, misalnya guru, perawat, pelayan restoran, penjaga toko (pramuniaga), pembantu rumah tangga, buruh pabrik, juru masak, operator telepon, tellerbank, dan sejenisnya (www.pendidikannetwork).
Jadi, dapat kita lihat bahwa keterlibatan perempuan pada pekerjaan-pekerjaan seperti diatas sesungguhnya memperlihatkan adanya perluasan ketimpangan gender.
Dimana dalam kehidupan nyata dapat kita amati dimana kedudukan kaum perempuan sering dilihat sebagai suatu “second class citizen”, yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki (Mardikanto, 1990: 103). Padahal bekerja merupakan hal yang mendasar dalam
memperoleh penghidupan yang layak sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 88) yang menegaskan bahwa setiap
bagi kemanusiaan, disamping kesetaraan gender merupakan salah satu hak azasi manusia yakni laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam memperoleh penghidupan
yang layak tersebut. (www.nakertrans.go.id)
Adanya pembagian kerja secara seksual ini merupakan salah satu istilah yang turut menandai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja secara seksual
ini sudah berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia hidup di dalam masyarakat yang masih liar (savagery), kemudian berkembang menjadi masyarakat yang belum beradap
(barbarism) dan hingga sekarang ini menjadi masyarakat yang sudah beradab (civilized society) (Arif Budiman, 1985: 17-21). Jadi, pembagian kerja yang didasarkan jenis kelamin ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, karenanya orang sudah
menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar.
Ada 2 teori besar tentang pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin tersebut,
yaitu :
01.Teori Nature, teori yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang sudah ada sejak
manusia dilahirkan.
02. Teori Nurture, teori yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki
dan perempuan tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, jadi tidak dibawa sejak lahir. (www.pendidikannetwork.com)
Masyarakat Indonesia cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan
perempuan sebagai hal yang alamiah, sehingga lebih dekat pada pemikiran Teori Nature. Teori inilah yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian ini. Keikutsertaan kaum
perempuan, di mana perempuan di satu pihak dituntut peran sertanya dalam pembangunan dan memberikan sumbangannya kepada masyarakat secara nyata, di lain
pihak perempuan dituntut pula untuk menjalankan tugas utamanya di dalam rumah tangga dengan sebaik-baiknya. Keadaan seperti ini dapat terjadi karena adanya suatu paham yang membedakan status laki-laki dan perempuan yaitu gender ideology. Ideologi
gender ini telah membentuk mental masyarakat untuk merekayasa perilaku dan sikap laki-laki dan perempuan menurut kategori tertentu terhadap masing–masing jenis
kelamin.
Gwartner (1977) misalnya mengungkapkan adanya spesialisasi pekerjaan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan, yaitu perempuan hanya pantas untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau reproduksi, sedangkan hanya laki-laki lah yang
pantas untuk melakukan pekerjaan nafkah atau produksi.
(www.pendidikannetwork.com)
Akan tetapi kini pembagian kerja secara seksual tidak lagi hanya terjadi antara bidang domestik dan publik. Di bidang politik pun terjadi segmentasi, subordinasi dalam
stratifikasi gender menunjukkan bahwa dalam kehidupan ekonomi, perempuan berada pada posisi subordinat terhadap laki-laki (Abdullah, 1995: 4). Bahwa di dalam
masyarakat telah ditunjukkan dengan jelas di mana posisi perempuan dan posisi laki-laki. Di dalam dunia kerja, keadaan ini dapat terlihat dengan jelas. Dimana semakin tinggi jenjang kepangkatan, maka semakin sedikit perempuan yang mendudukinya.
Bidang–bidang pekerjaan penting dan berupah tinggi cenderung dikerjakan laki-laki, dan kalau pun perempuan juga mengerjakan pekerjaan dengan jenis dan kemampuan
upah/gaji yang diterima oleh laki-laki dan perempuan ini cukup mencolok, fakta ini dapat kita amati melalui data BPS tahun 2003 sebagai contoh, dimana disebutkan bahwa dalam
pekerjaan industri, laki-laki akan digaji sebesar Rp.832.200,- sementara perempuan hanya akan mendapatkan gaji sekitar Rp.629.000,-.
Sehingga dapat terlihat bahwa telah terjadi ketimpangan-ketimpangan pada tenaga
kerja perempuan. Diskriminasi semacam ini tidak selalu disebabkan oleh kapasitas perempuan yang terbatas (tingkat pendidikan dan keahlian yang terbatas), akan tetapi
seringkali disebabkan oleh faktor ideologis (Abdullah, 1995: 5).
Dengan semakin maraknya tenaga kerja perempuan memasuki lapangan pekerjaan di luar rumah, terutama sektor perdagangan dan industri, maka semakin banyak
pula jenis pekerjaan yang dimasuki oleh tenaga kerja perempuan. Salah satu jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai pramuniaga atau pelayan toko. Pekerjaan ini menjadi
ladang bagi sebagian besar tenaga kerja perempuan. Hampir di setiap pertokoan, pekerjaan sebagai pramuniaga didominasi oleh para perempuan, sehingga pekerjaan ini menjadi primadona bagi para tenaga kerja perempuan tersebut.
Sekilas memang kita lihat penampilan pramuniaga perempuan yang “cantik”, seringkali telah mengaburkan pandangan kita pada realita kehidupan mereka yang
sebenarnya. Tingkah laku yang harus dibuat semenarik mungkin, lengkap dengan keramahan yang ditonjolkan mereka ketika menghadapi pembeli, telah menenggelamkan kisah hidup mereka yang sebenarnya jauh dari gambaran kegermelapan toko dan
penampilan mereka. Gaji yang rendah, minimnya fasilitas yang diberikan, belum lagi adanya perlakuan yang tidak adil dari pihak toko dan para pembeli yang harus mereka
respon dari masyarakat sekitar yang kadang juga yang cenderung menyudutkan para pramuniaga perempuan ini. Semua itu semakin memperpanjang daftar penderitaan
mereka.
Dari sedikit penjelasan diatas dapat kita bayangkan bagaimana perjuangan para pramuniaga perempuan ini dalam menjalankan kehidupan dan memenuhi segala
kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk berusaha menganalisis kehidupan daripada para pramuniaga perempuan ini baik kehidupan di
lingkungan pekerjaan maupun kehidupan lingkungan sosial masyarakatnya.
1. 2. Ruang Lingkup Penelitian
Sejalan dengan apa yang telah diungkapkan pada penjelasan sebelumnya, dalam penelitian ini, penulis berusaha melihat dan menganalisis kehidupan daripada para
pramuniaga perempuan ini di lingkungan pekerjaan dan interaksinya dengan masyarakat di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan ini. Untuk itu, peneliti ingin menjelaskannya melalui hal-hal yang menjadi permasalahan berikut:
01.Bagaimana para pramuniaga perempuan ini melakukan pekerjaannya dan alasan mereka memilih profesi ini?
02.Bagaimana sesungguhnya kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana mereka mengatasi segala kebutuhan hidupnya?
03.Bagaimana interaksi sosial mereka dengan lingkungan pekerjaan dan masyarakat
1. 3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan
Medan Maimun Kota Medan. Alasan memilih lokasi ini dikarenakan kawasan pasar Kampung Baru ini merupakan salah satu sentral daripada kegiatan perdagangan dan jasa, serta sebagai salah satu pusat pertokoan di wilayah kota Medan. Terbukti dengan
banyaknya jenis-jenis toko yang ada di kawasan pasar Kampung Baru ini dan juga banyaknya tenaga kerja perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga perempuan pada
toko-toko tersebut. Toko-toko dari kawasan pasar Kampung Baru yang diambil sebagai tempat penelitian, dilatarbelakangi alasan karena toko-toko ini mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Dengan demikian diharapkan akan dapat diperoleh data dan gambaran
yang lengkap mengenai kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini, sehingga pada akhirnya akan kita dapatkan suatu kesimpulan yang baik dan berguna.
1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
01.Mengetahui dan memahami bagaimana para pramuniaga perempuan melaksanakan pekerjaan mereka dan tentu saja disertai dengan mengetahui alasan
mereka memilih profesi tersebut.
02.Mengetahui dan memahami bagaimana sebenarnya kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan ini dan cara mereka mengatasi segala kebutuhan
hidupnya sesuai dengan gaji yang mereka peroleh setiap bulan.
03.Mengetahui bagaimana hubungan sosial para pramuniaga perempuan ini dengan
mereka tinggal. Dengan demikian diharapkan kehidupan para pramuniaga perempuan ini dapat tergambarkan secara utuh.
Hasil dari penelitian ini kiranya dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan kepada masyarakat luas pada umumnya serta pemerintah agar dapat lebih memperhatikan
masalah kesempatan kerja bagi perempuan guna meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan dan juga untuk penulis pada khususnya, sehingga nantinya dapat
memberikan bahan acuan bagi peneliti lainnya.
1. 5. Kajian Pustaka
Sampai sekarang ini kita sering mendengar salah satu mitos yang berhubungan dengan kehidupan kerja bagi seorang perempuan yaitu masak (memasak), macak
(mempercantik diri), dan manak (mempunyai anak), yang artinya bahwa tugas utama bagi seorang perempuan hanyalah sebatas memasak, berhias, reproduksi dan merawat anak, termasuk pula merawat suami dan keluarga secara keseluruhan.
Hal ini dikarenakan masyarakat dunia pada umumnya masih dibayangi oleh sistem patriarki, demikian juga di Indonesia. Struktur masyarakat umumnya masih bersifat
patriarki dan lembaga utama dari sistem ini adalah keluarga. Sistem patriarki merupakan struktur yang mengabsahkan bentuk struktur kekuasaan dimana laki-laki mendominasi perempuan. Dominasi ini terjadi karena posisi ekonomis perempuan lebih lemah dari
laki-laki (Arief Budiman: 1985, 60) sehingga perempuan dalam pemenuhan kebutuhan materialnya dipandang sangat tergantung pada laki-laki. Kondisi ini merupakan implikasi
keluarga, laki-laki berperan sebagai kepala keluarga, terutama bertugas di sektor publik sebagai pencari nafkah, memberi peluang bagi laki-laki untuk memperoleh uang dari
pekerjaannya, sedang perempuan sebagai "ratu rumah tangga", terutama bertugas di sektor domestik sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga yang tidak memperoleh bayaran. Untuk pemenuhan kebutuhan materialnya perempuan tergantung
kepada laki-laki sebagai pencari nafkah.
Pembagian peran di sektor publik untuk laki-laki dan di sektor domestik untuk
perempuan ini terutama terlihat jelas di lingkungan keluarga yang berkecukupan. Karena umumnya si istri lebih diarahkan untuk mengurus suami dan keluarganya, dan suaminya lah yang bekerja mencukupi keluarganya. Sedangkan pada keluarga ekonomi
rendah/bawah dikotomi pembagian peran kerja berdasarkan sistem patriarki mengalami perubahan. Kesulitan ekonomi memaksa mereka kaum perempuan dari kelas ekonomi
rendah untuk ikut berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik.
Sebagaimana yang dikatakan Bermana (1996: 12), bekerja adalah suatu bentuk
kegiatan yang dapat diterima masyarakat, serta yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan riil bagi individu yang melakukannya. Bekerja mengandung pengertian
sebagai aktivitas sosial yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai waktu (Ihromi 1990: 5). Sementara itu fungsi kerja bagi manusia
Keputusan perempuan untuk bekerja bagi kalangan kelas menengah ke bawah, pada umumnya didasarkan pada alasan seputar kondisi sosial ekonomi (Boserup, 1984).
Pendapatan suami yang tidak mencukupi (bagi perempuan yang sudah menikah), atau keadaan keluarga dengan kebutuhan semakin besar dan sulit untuk dipenuhi, sementara pendapatan orang tua kecil (bagi yang belum menikah), membuat para perempuan ini
turut bekerja di luar lingkungan rumah tangga. Dengan demikian, penghasilan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup memang dapat diperoleh. Namun,
membanjirnya perempuan yang berpartisipasi dalam pasar kerja akan dapat menimbulkan keadaan yang kurang menguntungkan bagi posisi tawar-menawar (bargaining position) tenaga kerja terhadap majikan. Hal ini dikarenakan banyak majikan yang selalu
menginginkan gaji yang kecil yang kadangkala tidak sesuai dengan lamanya waktu kerja daripada para tenaga kerja tersebut.
Keterlibatan perempuan dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Pada dasarnya perkembangan kapitalis sangat tergantung pada akumulasi modal dengan demikian
kedudukan buruh dalam sistem ini hanya merupakan komoditi yang dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas. Untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari proses
produksinya maka sistem ini berupaya untuk menekan biaya proses produksi seminimal mungkin, sehingga pada prakteknya upah buruh dibayar murah, tapi buruh harus mencurahkan waktu yang panjang untuk bekerja bagi kepentingan kapitalis. Perspektif
Marx menggambarkan dengan cara ini kapitalis memperoleh keuntungan yang besar sehingga bisa menjadi modal untuk mengembangkan usaha. Perkembangan usaha ini
tersedia sudah tidak memadai lagi, maka kekurangan tenaga kerja diambil dari keluarga buruh, yakni dengan melibatkan anggota keluarga mereka. Marx dan Engels dalam hal ini
mengemukakan keluarga kelas proletar. Khususnya ekonomi individu dalam kelas buruh sedemikian memprihatinkan sehingga istri dan anak-anak mereka terpaksa bekerja berjam-jam lamanya dalam pabrik untuk mencukupi pendapatan demi kelangsungan
keluarga mereka (Doyle; 1986, 137). Dalam tulisan-tulisan Marx ini, penindasan terhadap perempuan dikemukakan di dalam suatu konteks faktor-faktor ekonomi yang membentuk
struktur politik dan sosial serta kehidupan perempuan didalamnya.
Memperhatikan faktor di atas terlihat bahwa keterlibatan perempuan dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari:
1. Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.
2. Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni desakan/kesulitan ekonomi keluarga.
Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi inilah
yang pada hakekatnya menghantarkan kaum perempuan untuk bekerja di sektor publik (Lina Sudarwati, 2003). Apalagi ditambah pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini
kurang menguntungkan bagi mereka yang mempunyai pendapatan kecil karena semakin merosotnya nilai mata uang rupiah. Harga-harga kebutuhan hidup naik, sementara pembangunan yang di harapkan dapat memberikan perbaikan-perbaikan di segala bidang
lebih rasional dan menjadi suatu keharusan bagi perempuan untuk ikut serta membantu perekonomian keluarga.
Tekanan-tekanan ekonomi di daerah asal kemudian menyebabkan banyak tenaga kerja perempuan dari desa mengadu nasib ke kota atau melakukan urbanisasi. Ariani (1989: 10-11) menyatakan bahwa alasan utama seseorang melakukan urbanisasi adalah
alasan mencari pekerjaan. Hal ini didukung karena adanya faktor pendorong dari daerah asal seperti kesulitan ekonomi, tidak ada pekerjaan di desa, harapan untuk mendapatkan
pekerjaan dan memperbaiki kualitas kehidupan (Boserup: 1984; 153-156).
Turunnya daya serap sektor pertanian di desa terhadap tenaga kerja perempuan mendorong para perempuan untuk terpaksa bekerja di sektor publik terutama di sektor
industri. Hal ini dimungkinkan karena pengembangan industrialisasi di Indonesia masih diorientasi pada usaha padat karya, agar sektor industri dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak. Berbeda dengan sektor pertanian maka di sektor industri ada hirarki jenis pekerjaan dan upah berdasarkan skill. Pada struktur kerja primer, seseorang memperoleh ganjaran yang lebih baik, adanya promosi jabatan, hanya untuk dapat memasuki sektor
primer ini seseorang harus memiliki pendidikan, skill/ketrampilan khusus serta terikat pada peraturan dan disiplin kerja yang ditetapkan, terutama masalah waktu bekerja.
Sedang sektor sekunder, biasanya ditandai dengan pekerjaan yang tidak memerlukan ketrampilan khusus dan berupah rendah, kadang kala bersifat musiman.
Kondisi pada faktor pertanian dan non pertanian yang tidak mampu menyerap
tenaga kerja di desa, serta kondisi tenaga kerja desa yang juga tidak mampu terserap industri di kota, di tambah lagi menumpuknya tenaga kerja kota menyebabkan timbulnya
persaingan yang sangat ketat di kota, yang mana keputusan-keputusan ekonomi selalu di dasarkan pada usaha untuk mencari keuntungan. Untuk mengatasi persaingan tersebut,
maka harus diterapkan strategi-strategi tertentu dalam setiap segi kehidupan, baik strategi dalam memperoleh keuntungan maupun strategi untuk menyikapi lingkungan sekitar.
Strategi diperlukan sebagai usaha untuk penyesuaian atau adaptasi. Manusia pada
dasarnya memang harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan lingkungan yang dihadapi. Keberhasilan dalam beradaptasi ditentukan oleh sejauh mana manusia dapat
bertahan dan terus hidup dalam lingkungan tersebut, baik pada lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial. (Ahimsa-Putra, 1980: 1)
Strategi adaptasi itu sendiri menurut Ahimsa-Putra (1980: 7) merupakan suatu
pola–pola yang dibentuk oleh berbagai usaha yang direncanakan manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Apa yang dilontarkan oleh Ahimsa-Putra merupakan kritik dan penajaman dari apa yang dikemukakan J. W. Bennet sebelumnya. Bennet berpendapat bahwa strategi adaptasi adalah pola–pola yang dibentuk oleh berbagai penyesuaian yang direncanakan
oleh manusia untuk mendapatkan dan menggunakan sumber–sumber daya dan memecahkan masalah yang langsung mereka hadapi (Ahimsa-Putra, 1980: 6). Disini
Ahimsa-Putra lebih memperjelas tentang apa yang sebenarnya harus disesuaikan dan tolak ukur apa yang harus dipakai, sebagaimana yang dimaksud Bennet.
Sektor perdagangan dan jasa merupakan tumpuan utama bagi para pekerja
perempuan. Dengan kata lain, secara relatif sektor perdagangan dan jasa cenderung lebih menguntungkan bagi kaum perempuan daripada laki-laki (Ariani, 1989: 7). Jika kita
pada sektor perdagangan dan jasa, maka partisipasi perempuan akan lebih tinggi (Tinker, 1975: 39). Menurutnya perempuan lebih mudah bertukar pekerjaan daripada laki-laki,
terutama pada jenis kegiatan sektor informal, salah satu pekerjaan tersebut adalah pramuniaga perempuan atau yang lebih dikenal pelayan toko. Pekerjaan pramuniaga berkaitan dengan gender dikarenakan sepertinya pekerjaan pramuniaga ini seperti
dikhususkan hanya untuk perempuan saja dan tidak cocok dilakukan oleh laki-laki. Itulah sebabnya pekerjaan ini lebih banyak didominasi oleh perempuan. Dalam artian menurut
pandangan masyarakat, pekerjaan seperti pramuniaga hanyalah “pekerjaan ringan” yang seharusnya hanya perempuanlah yang layak melakukannya. Sementara pekerjaan-pekerjaan penting hanya cocok dilakukan oleh laki-laki (Suratiyah, 1995).
Pekerja jasa atau pramuniaga perempuan (pelayan toko) adalah pekerjaan yang mempunyai tugas utama menyediakan layanan perseorangan dan layanan yang bersifat
melindungi dan menjual barang-barang di toko dan pasar-pasar. Tugas utamanya terdiri dari menyediakan jasa yang berhubungan dengan perjalanan, pemeliharaan rumah tangga, jasa boga, perawatan perorangan, perlindungan individual, atau menjual barang-barang
di toko atau di pasar
Pramuniaga perempuan sebagai pekerja di sektor perdagangan dan jasa kerap
terlepas dari agenda pembicaraan dan pembahasan tentang perburuhan, sebab setiap pembicaraan perburuhan yang terlintas hanya gambaran mengenai buruh pabrik. Sementara perburuhan tidak hanya menunjuk pada sektor industri semata, akan tetapi
Pengakuan terhadap hak-hak perempuan pada dasarnya merupakan penghormatan pula terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, maka perlindungan tenaga kerja
perempuan yang sesuai dengan standar internasional tentu menjadi syarat mutlak yang tidak dapat ditawar lagi. Standar internasional yang dimaksud adalah konvensi-konvensi internasional yang pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi hak-hak perempuan.
Nursyahbani Katjasungkana mencatat bahwa setidaknya sejak tahun 1945 lebih dari dua puluh instrumen hukum internasional telah dihasilkan yang berkaitan dengan
perlindungan terhadap hak-hak perempuan. (www.pendidikannetwork.com)
Jadi, pekerja di sektor ini khususnya pramuniaga perempuan sebenarnya memiliki posisi hukum yang sama dengan pekerja lain, seperti pekerja sektor industri dan sektor
lainnya. Namun kita, masyarakat umum dan bahkan pramuniaga perempuan itu sendiri belum tahu posisi mereka dalam perundangan perburuhan tersebut.
1. 6. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan salah satu syarat penting yang tidak dapat
diabaikan dalam penelitian ilmiah, karena baik dan buruknya suatu penelitian tergantung kepada metode penelitian yang bersangkutan. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koenjaraningrat, 1981: 30). Oleh karena itu dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kualitatif yang didasarkan pada analisis
deskriptif guna mencoba menggali dan menemukan, sekaligus memahami realitas kehidupan sosial ekonomi pramuniaga perempuan yang sebenarnya yang mungkin saja
Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai kehidupan sosial ekonomi para pramuniaga perempuan baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat
tinggalnya, maka penelitian ini dilakukan penelitian lapangan (Field Research) sebagai upaya untuk memperoleh data-data primer. Selain data-data primer, peneliti juga memerlukan data-data sekunder yang diperoleh melalui buku-buku, artikel-artikel serta
informasi dari internet yang berkaitan dengan masalah penelitian.
I. 6. 1. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 01.Observasi
Digunakan untuk mengamati gejala–gejala terwujud dalam kehidupan sehari–hari dari masyarakat yeng diteliti. Metode ini memberi gejala–gejala (tindakan–
tindakan, benda, peristiwa dan sebagainya) dan kaitan hubungan antara satu gejala dengan gejala yang lainnya yang bermakna bagi kehidupan masyarakat yang diteliti (Suparlan, 1986: 6). Metode observasi atau pengamatan dilaksanakan
dengan cara berusaha mengamati secara langsung aktivitas para pramuniaga perempuan yang bekerja pada toko-toko di kawasan pasar Kampung Baru ini,
baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Metode pengamatan terbuka dalam penelitian ini yaitu dimana pengamat; dalam hal ini penulis, mengamati secara terbuka aktivitas-aktivitas, karakteristik fisik, tingkah
laku, lingkungan dalam hubungan sosial pramuniaga perempuan diluar dan didalam lingkungan kerjanya, dan pengamatan ini diketahui oleh mereka dan
melakukan pengamatan tersebut guna memperoleh data-data yang di perlukan dalam penelitian.
02.Wawancara
Yaitu teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung pada informan. Teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan
tentang kehidupan manusia dalam masyarakat serta pendirian–pendirian mereka dalam hal–hal tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1984: 145). Dalam hal ini yang
dilakukan penulis adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara yang dilakukan bersifat mendalam, untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain yang meliputi motivasi, perasaan, pandangan,harapan
dan pengalaman hidup yang tidak dapat diketahui melalui pengamatan saja. Wawancara mendalam ini dilakukan secara tatap muka (face to face) sebagai
sebuah dialog atau percakapan yang spontan. Sebelumnya yang akan penulis lakukan adalah berkenalan dan membina hubungan baik dengan beberapa pramuniaga perempuan dari toko-toko di sekitar kawasan pasar Kampung Baru.
Membina hubungan baik ini juga dimaksudkan untuk memilih dan menentukan pramuniaga mana yang kiranya sesuai dengan kriteria yang bisa dijadikan
informan, kemudian barulah dilakukan proses wawancara secara mendalam. Proses wawancara sebagian besar akan dilakukan di tempat tinggal informan dengan tujuan agar dapat terbangun suasana yang lebih bebas dan santai, dan
(depth interview) akan menjadi data primer bagi penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
Selain itu untuk menunjang akuratnya penelitian maka sebagian pertanyaan juga akan diajukan kepada beberapa orang yang merupakan warga masyarakat sekitar kawasan Kampung Baru untuk mengetahui bagaimana respon warga masyarakat
terhadap para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana interaksi mereka dengan warga masyarakat sekitar yang akan dilakukan dengan mewawancarai mereka.
03. Interview guide
Yaitu catatan yang mengandung daftar dari pokok-pokok untuk dipertanyakan kepada informan atau yang disebut dengan pedoman wawancara
(Koenjaraningrat, 1981: 181). Penulis dalam hal ini telah menyiapkan daftar pokok-pokok pertanyaan yang akan ditanyakan kepada para informan meliputi
1. 6. 2. Sampel dan Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga
(Singarimbun dan Effendi, 1984: 108). Populasi Informan adalah para pramuniaga perempuan pada rentang usia 16-24 tahun yang bekerja pada toko-toko yang ada di kawasan pasar Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang
mayoritas pekerjanya adalah perempuan. Alasan memilih usia tersebut, karena mengingat pada usia 16-24 tahun adalah masa-masa efektivitas kerja bagi para perempuan dan usia
mayoritas daripada para pramuniaga perempuan tersebut. Toko-toko yang diambil sebagai sarana penelitian dipilih secara acak dengan indikasi toko-toko tersebut mayoritas pekerjanya adalah perempuan.
Pengambilan informan kunci sebagai sampel dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan beberapa kriteria, yaitu:
a. Perempuan yang bekerja sebagai pramuniaga atau pelayan toko pada toko-toko yang ada di kawasan Kampung Baru yang mayoritas pekerja tokonya adalah perempuan
b. Tempat tinggal dari pada pramuniaga perempuan tersebut masih berada di sekitar lingkungan Kampung Baru
c. Perempuan usia 16-24 tahun d. Status belum menikah
e. Memiliki pendidikan terakhir SMP sampai sarjana
Informan yang terpilih, adalah informan yang telah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dari sekitar 70 orang pramuniaga perempuan pada toko-toko yang
mayoritas pekerja tokonya adalah perempuan, di kawasan pasar Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, terpilihlah 12 orang perempuan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Jadi jumlah sampel yang akan dijadikan
sebagai informan kunci dalam penelitian adalah sebanyak 12 orang dari beberapa toko-toko di daerah pasar Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Dan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang warga masyarakat sekitar kawasan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang tinggal berdekatan dan merupakan tetangga dari para
informan kunci. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon warga masyarakat terhadap para pramuniaga perempuan ini dan bagaimana interaksi mereka dengan warga
1. 6. 3. Analisa data
Analisa data dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang dilakukan
dalam penelitian ini. Analisa data adalah mengalokasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2. 1. Letak Geografis dan Keadaan Alam
2. 1. 1. Deskripsi Kecamatan Medan Maimun
Kecamatan Medan Maimun memiliki luas wilayah sekitar 3.345 Km2
dengan 27 meter diatas permukaan laut, terletak diantara 30 – 320 Lintang Utara
dan 980 – 390 Bujur Timur. Secara administratif Kecamatan Medan Maimun
berbatasan dengan :
- Di sebelah timur dengan Kecamatan Medan Barat;
- Di sebelah barat dengan Kecamatan Medan Polonia;
- Di sebelah selatan dengan Kecamatan Medan Johor;
- Di sebelah utara dengan Kecamatan Medan Kota.
Kecamatan Medan Maimun terdiri dari beberapa kelurahan yang
membentuknya, kelurahan-kelurahan tersebut antara lain :
1. Kelurahan Sei Mati;
2. Kelurahan Aur;
3. Kelurahan Sukaraja;
4. Kelurahan Jati;
5. Kelurahan Hamdan; dan
6. Kelurahan Kampung Baru.
Yang menjadi fokus lokasi penelitian adalah Kelurahan Kampung Baru
yang terletak di Kecamatan Medan Maimun Kota Medan yang akan digambarkan
2. 1. 2. Deskripsi Kelurahan Kampung Baru
Secara geografis dan secara administratif Kelurahan Kampung Baru
berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sungai Mati Kecamatan Medan
Maimun;
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukadame Kecamatan Medan
Polonia;
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Kuning Kecamatan
Medan Johor;
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sitirejo I dan Kelurahan
Sitirejo II Kecamatan Medan Kota.
Kelurahan Kampung Baru adalah sebuah kelurahan secara administratif dan
merupakan bagian dari Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Kelurahan
Kampung Baru ini secara administratif dibagi menjadi 21 lingkungan, yaitu
lingkungan I sampai dengan lingkungan XXI. Tiap-tiap lingkungan dikepalai oleh
seorang Kepala Lingkungan atau biasa disebut Kepling. Antara lingkungan yang
satu dengan lingkungan yang lain dapat dicapai dengan berjalan kaki. Selain itu
Kelurahan Kampung Baru juga memiliki 24 RW, 51 RT dan 48 buah Blok Sensus.
Kelurahan Kampung Baru memiliki luas wilayah 127 Ha dengan persentasi
sekitar 37,97% terhadap luas Kecamatan Medan Maimun dengan perincian tanah sebagai
berikut :
No.
Komposisi Luas Wilayah Kelurahan Kampung Baru
Tabel 1
Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Dari tabel di atas diketahui bahwa lebih dari 50 % wilayah kelurahan Kampung
Baru adalah merupakan pemukiman penduduk Kampung Baru, toko-toko dan
perkantoran. Kemudian 7,3% wilayah merupakan lokasi perkuburan, 5,7 % nya adalah
lahan kosong, 4 % merupakan jalan/gang dan yang lain-lain sebesar 4,9 %.
Sebagai daerah yang terletak hampir di tengah kota, kondisi geografis
Kelurahan Kampung Baru dapat dikatakan cukup baik dengan terletak diantara
90 – 270 Lintang Utara dan 980 – 250 Bujur Timur. Dengan kisaran 27 meter diatas
permukaan laut, Kelurahan Kampung Baru memiliki tanah dengan kualitas yang
cukup baik dengan terdiri dari banyak bebatuan. Disamping itu terdapat sungai
Suhu udara terendah adalah 230 C dan suhu yang tertinggi adalah 280 C.
Dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar
terusan dari tengah kota maka lalu lintasnya cukup padat terutama pada pagi hari
dan sore hari, tetapi tingkat pencemaran udara di Kelurahan Kampung Baru masih
dalam tingkat yang ringan. Iklimnya juga cenderung normal. Walaupun
belakangan ini cenderung tidak menentu, kadang bisa cerah sekali dan kadang bisa
hujan tidak tergantung pada musim, dikarenakan cuaca yang kurang stabil.
2. 2. Sejarah Lokasi Penelitian
Menurut cerita dari para penduduk yang sudah lama sekali tinggal dan
menetap di Kelurahan Kampung Baru ini, konon daerah ini sebelumnya tidak
bernama. Asal mula nama Kampung Baru merupakan penamaan dari para
penduduk yang dulu tinggal di daerah ini karena daerah ini dulunya merupakan
suatu perkampungan, tetapi setelah banyaknya penduduk pendatang yang
melakukan banyak pembangunan–pembangunan serta pembaharuaan–pembaharuan
yang terjadi di perkampungan ini, sehingga para penduduk sepakat untuk menamai
daerah ini dengan nama Kampung Baru. Konon pula pemilihan nama itu ada
partisipasi dari Raja kerajaan Maimun yang dulu berkuasa sampai ke daerah ini
sehingga akhirnya daerah ini sampai sekarang bernama Kampung Baru dan secara
legitimasi menjadi wilayah administrasi kelurahan yang merupakan bagian
2. 3. Pemerintahan Desa
Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu kelurahan yang dikepalai
oleh seorang Lurah. Dalam melaksanakan tugasnya Lurah dibantu oleh
perangkat-perangkat pemerintahan kelurahan dan kepala-kepala lingkungan. Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat pada susunan organisasi berikut ini :
Kaur Pemerintahan
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB KEPALA
KELURAHAN DAN PERANGKAT KELURAHAN
A. Lurah
• Kedudukan Kepala Kelurahan
Kepala Kelurahan berkedudukan sebagai alat pemerintah yang berada
langsung dibawah Camat.
• Tugas Kepala Kelurahan
Tugas Kepala Kelurahan adalah sebagai penyelenggara dan penanggung
jawab utama di bidang pemerintahan.
• Fungsi Kepala Kelurahan
a. Menggerakkan partisipasi masyarakat.
b. Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya.
c. Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan kelurahan.
d. Melaksanakan tugas dibidang pembangunan dan kemasyarakatan.
e. Melaksanakan tugas-tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan
ketertiban.
• Tanggung Jawab Kepala Kelurahan
Kepala Kelurahan bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota Kepala
Daerah Tingkat II melalui Camat.
B. Sekretaris
• Kedudukan Sekretaris Kelurahan
Sekretaris Kelurahan berkedudukan sebagai staf yang membantu kelancaran
pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan.
• Tugas Sekretaris Kelurahan
Tugas Sekretaris Kelurahan adalah menyelenggarakan pembinaan
administrasi pemerintah kelurahan dan memberikan pelayanan staf kepada
Kepala Kelurahan.
• Fungsi Sekretaris Kelurahan
a. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan dan laporan.
b. Melaksanakan urusan keuangan, urusan pemerintahan, urusan
c. Melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Kelurahan apabila Kepala
Kelurahan berhalangan .
• Tanggung Jawab Sekretaris Kelurahan
Bertanggung Jawab kepada Kepala Kelurahan.
C. Kepala Lingkungan
• Kedudukan Kepala Lingkungan
Adalah sebagai unsur pelaksana tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah
kerjanya.
• Tugas Kepala Lingkungan
Kepala Lingkungan mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Kepala
Kelurahan dalam wilayah kerjanya
• 3.3 Fungsi Kepala Lingkungan
Membantu pelaksanaan tugas Kepala Kelurahan dalam wilayah kerjanya.
• 3.4 Tanggung Jawab Kepala Lingkungan
Bertanggung jawab kepada Kepala Kelurahan.
D. Kepala Urusan Kelurahan
• Kedudukan Kepala Urusan Kelurahan
Sebagai unsur pembantu Sekretaris Kelurahan dalam bidang tugasnya.
• Tugas Kepala Urusan Kelurahan
Mempunyai tugas menjalankan kegiatan Sekretaris Kelurahan dalam bidang
tugasnya.
• Fungsi KepalaUrusan Kelurahan
Melaksanakan kegiatan-kegiatan urusan pembangunan, kesejahteraan,
keuangan dan umum sesuai bidang tugas masing-masing.
• Tanggung Jawab Kepala Urusan Kelurahan
2. 4. Keadaan Penduduk
2. 4. 1. Jumlah Penduduk
Dengan luas daerah pemukiman/kantor 64,90 Ha dan lahan kosongnya sekitar
7,30 Ha. Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah kelurahan yang cukup padat
karena didiami oleh 24.824 orang penduduk dengan berbagai usia, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, dan berbagai etnis atau suku bangsa. Hal ini akan lebih dijelaskan dengan
rincian-rincian yang ada di bawah ini.
2. 4. 2. Komposisi Penduduk
No
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2
Jenis Kelamin Jumlah / Orang %
1 Laki-laki 12342 49,7%
2 Perempuan 12482 50,3%
Jumlah 24824 100 %
Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Kampung Baru,
jumlah penduduk Kelurahan Kampung Baru pada data kantor kelurahan terakhir
Juni 2007 adalah 24.824 orang yang terdiri atas 12.342 orang laki-laki dan 12.482
orang perempuan. Dapat dilihat bahwa jumlah warga perempuan pada Kelurahan
Kampung Baru lebih besar dari jumlah warga laki-lakinya dengan selisih sekitar
140 orang. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana jumlah warga
No
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 3
Umur (tahun) Jumlah / Orang %
1 0 – 5 Tahun 1935 7,8 %
2 6 – 25 Tahun 10102 40,7%
3 25 – 64 Tahun 11328 45,6%
4 65 + keatas 1459 5,9 %
Jumlah 24824 100 %
Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Menurut data dari kantor Kelurahan Kampung Baru, penduduk mayoritas
Kelurahan Kampung Baru adalah penduduk pada usia produktif (15-64 tahun)
yaitu berjumlah 11.328 orang. Kemudian dibawahnya adalah penduduk dengan
usia sekolah (6-25 tahun) yaitu 10.102 orang, disusul usia balita (0-5 tahun)
berjumlah 1.935 orang dan usia lanjut usia (65 tahun+) yang berjumlah 1.459
No.
Komposisi Penduduk berdasarkan Agama
Tabel 4
Agama Jumlah Penduduk/Orang %
1 Islam 17789 71,7%
2 Budha 4819 19,4%
3 Kristen Protestan 1861 7,5%
4 Kristen Katolik 254 1 %
5 Hindu 101 0,4%
Jumlah 24824 100 %
Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Lebih dari 70% penduduk Kelurahan Kampung Baru beragama Islam yaitu
berjumlah 17789 orang. Kemudian disusul penganut agama Budha yang berjumlah
4819 orang, lalu penganut agama Kristen Protestan 1861 orang, penganut agama
No.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Tabel 5
Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Tabel diatas menunjukkan adanya keanekaragaman etnis suku bangsa para
penduduk yang bermukim di Kelurahan Kampung Baru dimana mayoritas yang
menjadi penduduknya adalah suku Tionghoa atau WNI keturunan yang berjumlah
4263 orang, disusul dengan yang suku Minang berjumlah 4128 orang, lalu suku
Jawa berjumlah 3881 orang, suku Mandailing berjumlah 3877 orang, suku
Batak/Simalungun berjumlah 3785 orang, suku Melayu berjumlah 2798 orang,
suku Karo berjumlah 1779 orang, suku Aceh berjumlah 207 orang, suku Dairi
No.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 6
Pendidikan Terakhir Jumlah / Orang %
1 SD 6023 24,2%
2 SMP 6873 27,7%
3 SLTA 5723 23 %
4 S-1 437 1,8 %
5 S-2 45 0,1 %
6 S-3 13 0,1 %
Jumlah 24824 100 %
Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Menurut data terakhir kantor Kelurahan Kampung Baru 2007 mengenai
pendidikan terakhir para penduduk, kebanyakan penduduk hanya berpendidikan
terakhir sampai dengan tingkat SLTP/SMP yakni sebanyak 6873 orang. Kemudian
6023 orang yang hanya berpendidikan terakhir SD, 5723 orang yang berpendidikan
terakhir SLTA/SMU, 437 orang yang Sarjana S1, 45 orang yang Sarjana S2 dan 13
No.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 7
Mata Pencaharian Jumlah / Orang %
1 PNS 280 1.3%
2 TNI 35 0.1%
3 POLRI 35 0.1%
4 Guru PNS 70 0.3%
5 Guru Swasta 25 0.1%
6 Karyawan Swasta 2372 9.5%
7 Buruh 983 3.9%
8 Pedagang 1321 5.3%
Jumlah 24824 100%
Sumber : kantor kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas jenis mata
pencaharian penduduk Kelurahan Kampung Baru adalah yang bekerja sebagai
karyawan swasta atau wiraswasta yakni berjumlah 2372 orang. Kemudian disusul
dengan pedagang 1321 orang, lalu yang bekerja sebagai buruh sebanyak 983
orang, pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 280 orang, guru PNS sebanyak 70
orang, TNI dan POLRI masing-masing sebanyak 35 orang dan yang terakhir yang
2. 5. Pola Pemukiman
Kelurahan Kampung Baru terletak tidak begitu jauh dari pusat kota Medan.
Daerah ini dibatasi oleh jalan-jalan raya besar, gang–gang kecil dan
bangunan-bangunan pertokoan, dan rumah-rumah penduduk. Di pinggiran jalan pada
umumnya yang terlihat adalah bangunan-bangunan perkantoran dan jejeran
bangunan berbentuk Rumah Toko (RUKO) yang memakai corak bangunan
pertokoan modern. Rumah jenis ini biasanya pemiliknya adalah penduduk
Kelurahan Kampung Baru yang merupakan etnis tionghoa. Mereka lebih memilih
rumah jenis ini dikarenakan alasan dengan rumah jenis ruko selain dapat dijadikan
sebagai tempat tinggal juga dapat dijadikan sebagai tempat usaha misalnya untuk
berdagang. Mereka inilah yang banyak membangun toko-toko di sekitar wilayah
Kelurahan Kampung Baru. Rumah-rumah pemukiman penduduk lainnya biasanya
terlihat apabila kita sudah masuk kedalam gang. Hal ini dikarenakan perumahan
penduduk sudah banyak tertutup oleh jejeran bangunan ruko yang ada di depannya.
Di belakang gedung-gedung ruko yang bertingkat ini barulah kita dapati
rumah-rumah penduduk yang mengelompok cukup padat yang dihubungkan
dengan gang-gang kecil. Rumah-rumah penduduk ini memiliki pola pemukiman
yang berupa perumahan yang saling berhadap-hadapan dan lurus ke belakang gang
dengan kontur tanah yang cukup datar. Rumah-rumah penduduk ini masing-masing
memiliki pekarangan yang tidak terlalu besar, cenderung sempit, tetapi masih
cukup banyak pepohonan dan antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya
jaraknya cukup rapat. Rumah-rumah jenis ini biasanya didiami para penduduk
Masyarakat kawasan Kelurahan Kampung Baru pada umumnya tidak pernah
memiliki kesulitan dalam mencari air bersih, rata–rata penduduk memiliki sarana air
bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka akan air, yaitu air ledeng yang diusahakan
oleh PDAM Tirtanadi. Penduduk juga telah memiliki kesadaran tentang runah yang sehat
dan semua rumah memiliki kamar mandi dan kakus. Aliran pembuangan dan got di
kawasan ini juga cukup baik. Pengadaan listrik di daerah Kampung Baru juga cukup baik,
yang diusahakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Walaupun akhir–akhir ini sering
sekali PLN melakukan pemadaman listrik yang cukup meresahkan warga, sehingga untuk
mengatasinya banyak dari warga masyarakat yang menggunakan generator atau genset
untuk sumber daya rumah tangga atau keperluan bisnis mereka apabila sedang terjadi
pemadaman listrik tersebut
Masyarakat setempat (host population) Kelurahan Kampung Baru terdiri
dari berbagai macam suku bangsa tinggal berdampingan dengan masyarakat etnis
tionghoa dan beberapa masyarakat lainnya. Mereka yang tinggal di Kelurahan
Kampung Baru ini hidup rukun dan jarang terdengar masalah diantara masyarakat
yang berbeda suku. Walaupun ada sedikit jarak diantara masyarakat etnis dengan
masyarakat pribumi tetapi tidak nampak secara jelas di Kelurahan Kampung Baru
2. 6. Sarana dan Prasarana
Lingkungan Kelurahan Kampung Baru ini merupakan daerah yang
memiliki cukup banyak sarana kehidupan masyarakat, bisa dibilang cukup
lengkap. Terutama di daerah pasarnya. Di daerah ini terdapat berbagai macam toko
yang menjual bermacam–macam peralatan, pusat–pusat perbelanjaan seperti
supermarket, bank-bank swasta dan bank-bank pemerintah serta berbagai sarana
kehidupan kota seperti : Supermarket Suzuya, Supermarket Sun Smart,
Supermarket Agung, Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Permata,
Bank Sumut, BNI 46, Bank NISP,dan lain lain. Terdapat pula banyak apotik,
bengkel sepeda motor dan mobil, pasar tradisional, kantor Lurah Kampung Baru,
dan sebagainya.
Toko–toko yang terdapat di daerah pasar Kelurahan Kampung Baru ini pun
bervariasi, ada toko yang menjual peralatan rumah tangga seperti furniture, toko yang
menjual spare part sepeda motor, toko yang menjual barang–barang elektronik yang
jumlahnya cukup banyak, toko roti seperti Majestik, Iseya dan Winner, berbagai optik
yang menyediakan kacamata dan lain-lainnya, toko–toko kelontong, toko–toko obat cina
tradisional, toko yang menjual peralatan sembahyang etnis tionghoa, toko–toko ponsel,
toko-toko mas, toko jam dan reparasinya, toko yang menjual buah–buahan, toko sepatu
bermerek terkenal dan toko–toko sepatu biasa lainnya, toko–toko serba lima ribu yang
jumlahnya dua buah, toko yang menjual barang–barang kebutuhan wanita seperti tas,
pakaian, dompet, dan toko-toko lainnya. Toko–toko ini mayoritas menggunakan tenaga
kerja perempuan sebagai pramuniaga tokonya. Di samping keberadaan toko–toko
warung–warung kecil, kedai kopi, rental dvd atau vcd, kios–kios penjualan vcd, dan
salon–salon kecantikan yang tidak terlalu besar.
Di bidang sarana komunikasi seperti media massa dapat dikatakan sangat
baik dimana masyarakat Kelurahan Kampung Baru sudah terbiasa menggunakan
media massa seperti koran dan majalah-majalah. Sedangkan media elektronik telah
dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir
seluruh rumah penduduk memiliki televisi, radio atau media massa elektronik
lainnya. Alat komunikasi telepon bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat
Kelurahan Kampung Baru apalagi di jaman yang serba canggih seperti sekarang
ini. Hampir di semua rumah penduduk menggunakan sambungan telepon rumah
dari Telkom, atau menggunakan telepon genggam (Handphone) untuk sarana
bertelekomunikasinya, disamping terdapat beberapa telepon umum yang terletak di
jalan-jalan dan berbagai warung telekomunikasi yang menyediakan jasa
telekomunikasi yang dapat kita temui di berbagai sudut Kampung Baru.
Dalam bidang sarana kesehatan di Kampung Baru juga cukup lengkap, dapat
dilihat dengan adanya dua unit rumah sakit yang salah satunya sekaligus sebagai rumah
bersalin yang sudah ada sejak lama yaitu rumah sakit Wina dan adanya satu unit
puskesmas yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah sakit tersebut (laporan BPS tahun
2004). Biasanya di puskesmas tersebut warga sekitar bisa mendapat pengobatan gratis
hanya dengan menunjukkan kartu keluarga saja. Adapula beberapa praktek dokter umum
yang letaknya di pinggir jalan utama yang setiap hari selalu ramai dikunjungi pasiennya.
Selain itu juga akan kita temukan adanya praktek dokter gigi, praktek klinik kecantikan
Dalam bidang sarana pendidikan, Kelurahan Kampung Baru juga cukup lengkap.
Sarana pendidikannya dapat kita lihat dalam tabel berikut :
No.
Sarana Pendidikan Kelurahan Kampung Baru
Tabel 8
Jenis Jumlah %
1 TK/Playgroup 4 21 %
2 SD 8 42,1%
3 SMP 5 26,3%
4 SMA/SMK 2 10,5%
5 Perguruan Tinggi - 0 %
Jumlah 19 100%
Sumber : Kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007, data diolah kembali oleh penulis.
Dimana disini terdapat beberapa TK Islam maupun TK reguler yang berjumlah 4
buah, SD negeri dan swasta yeng berjumlah 8 buah, SMP negeri dan swasta yang
berjumlah 5 buah, dan SMU/SMK negeri maupun swasta yang berjumlah 2 buah,
Biasanya sekolah-sekolah swasta tergabung dalam suatu lembaga–lembaga pendidikan
yang dalam satu wilayah terdapat semua tingkat pendidikan seperti Al–Wasliyah, W.R.
Supratman, Harapan Mandiri dan lain–lain. Selain itu juga di kawasan Kelurahan
Kampung Baru terdapat pula berbagai kursus–kursus keterampilan seperti kursus bahasa
Inggris, kursus komputer, dan lain–lain.
Di bidang sarana peribadatan, di Kelurahan Kampung Baru terdapat 9 buah
mesjid dan 12 buah langgar yang menjadi tempat ibadah warga sekitar yang mayoritas
beragama Islam (laporan kantor Kelurahan Kampung Baru, 2007). Walaupun
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan-kunjungan antar umat bila ada Hari
Raya, ataupun hari besar umat beragama lainnya.
Di bidang sarana pengangkutan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
daerah Kelurahan Kampung Baru merupakan daerah yang lalu lintasnya cukup padat. Hal
ini dikarenakan Kelurahan Kampung Baru merupakan salah satu rute jalan besar
terusan dari tengah kota. Jadi, banyak sekali kita dapati trayek angkutan umum yang
melintasi daerah Kampung Baru sebagai rute perjalanannya misalnya dari daerah Padang
Bulan untuk dapat mencapai ke daerah Kampung Baru, kita dapat menggunakan
angkutan umum yang bernomor trayek 02 yang berwarna kuning, trayek 121 atau 120
yang berwarna merah dengan biaya perjalanan sebesar Rp. 2.500,-. Angkutan-angkutan
umum lain yang melintas di Kampung Baru bervariasi, tapi yang paling banyak adalah
angkutan umum yang bernomor trayek 08 dan 17 yang rute-nya juga melintasi kawasan
Titi Kuning, Deli Tua, dan ke kawasan Terminal Sambu. Biaya atau ongkos yang
diperlukan untuk menggunakan kedua trayek ini juga relatif sama, yaitu sebesar
Rp.2.500,- – Rp.3.000,-. Jalan besar ini dilapisi aspal tebal dan untuk memisahkan jalan
terdapat trotoar. Hal ini dibangun untuk memudahkan para pengguna jalan.
2. 7. Sistem Kemasyarakatan
2. 7. 1. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Kelurahan Kampung Baru adalah masyarakat yang heterogen,
dikatakan demikian, karena terdiri dari banyak suku bangsa yang hidup dan bertempat
tinggal di Kelurahan Kampung Baru sejak lama seperti suku Batak, Mandailing, Padang,