EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ATENG ARABIKA (Coffea Arabica L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN
TAPANULI UTAR A
SKRIPSI
Oleh :
BERNART J.A. BARUS 080303054
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ATENG ARABIKA (Coffea Arabica L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN
TAPANULI UTAR A
SKRIPSI
Oleh :
BERNART J.A. BARUS 080303054
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Sat u Sya rat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Eval uas i Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupate n Tapanuli Utara
Nama : Bernart J. A. B arus
NIM : 080303054
Prog ram Studi : Agroekoteknologi
Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Razali, MP) (Ir. Gantar Sitanggang)
Ketua Anggota
Menge tahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Ir. T. Sabrina, M.Agr, Sc. PhD.) NIP: 19640620 198903 2 001
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi (Coffea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Dari hasil overlay peta jenis tanah, peta kemiringa n lereng, dan peta ketinggian tempat, diperoleh 3 (tiga) Satuan Peta Lahan (SPL). SPL 1 memiliki luas 741 ha, SPL 2 memiliki luas 13 ha, dan SPL 3 memiliki luas 609 ha. Dengan metode Pencocokan, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi (Coffea arabicaL.) pada setiap SPL. Pada SPL 1 dan SPL 2 kelas kesesuaian lahan aktualnya adalah S3 (wa,nr) sedangakan kelas kesesuaian lahan pot ensialnya adalah S3 (wa) dan pada SPL 3 kelas kesesuaian lahan aktualnya adalah S3 (wa,nr,eh) sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3(wa).
ABSTRACT
The objective of this research is to evaluate the land suitability coffea (Coffea arabica L.) in Muara Subdistrict of North Tapanuli District. The methode
of this research is the sur vay method. From the results of the overlay from the map of soil types, map of topography, and map of height place, retrieved 3 (three) units of land use map. SPL 1 has a land area of 741 hectares, SPL 2 has a land area of 13 hectares, and SPL 3 has a land area of 609 hectares.With the Matching method, then retrieved the land suitability class actual and potensial class for coffea (Coffea arabicaL.) on each of the SPL. At SPL 1 and SPL 2 are actual land suitability class S3 (wa,nr) while the potential land suitability class is S3 (wa) and at SPL 3 is actual land suitability class S3 (wa,nr,eh) while the potential land suitability class is S3 (wa).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 14 November 1990 dari Ayahanda R. Barus dan Ibunda Alm. N. br.Pinem. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
Riwayat Pendidikan
- SD Budi Murni 2 Medan, lulus pada tahun 2002. - SMP Santo Thomas 4 Medan, lulus pada tahun 2005. - SMA Santo Thomas 2 Medan, lulus pada tahun 2008.
- Tahun 2008 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Aktivitas Selama Pendidikan
- Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan..
- Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN IV Kebun Marjandi Juli tahun 2011.
KATA PENGAN TAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan baik. Adapun judul usulan penelitian ini adalah“Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk TanamanKopi Ateng Arabika(Coffea arabica L.)” di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah mendidik dan mendukung penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Razali, MP selaku ketua komisi pembimbing da n kepada Bapak Ir. Gantar Sitanggangselaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan berharga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan skrips i ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skr ipsi ini terdapat banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun de mi kesempurnaan skrips i ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Medan, November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGAN TAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL...iii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 4
Evaluasi Lahan... 6
Karakteristik Lahan ... 9
Sifat Fisik Tanah ... 11
Sifat Kimia Tanah ... 16
Syarat Tumbuh Tanaman... 18
BAHAN DAN METOD E Tempat dan Waktu Penelitian... 25
Bahan dan Alat Penelitian ... 25
Metodo logi Penelitian... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 28
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Karateristik Kesesuaian Lahan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) ... 22
2. Karakteristik lahan da n ke sesuaian lahan unt uk SPL 1... 28
3. Karakteristik lahan dan kesesuaian lahan untuk SPL 2... 29
4. Karakteristik lahan dan kesesuaian lahan untuk SPL 3... 30
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi (Coffea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Dari hasil overlay peta jenis tanah, peta kemiringa n lereng, dan peta ketinggian tempat, diperoleh 3 (tiga) Satuan Peta Lahan (SPL). SPL 1 memiliki luas 741 ha, SPL 2 memiliki luas 13 ha, dan SPL 3 memiliki luas 609 ha. Dengan metode Pencocokan, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi (Coffea arabicaL.) pada setiap SPL. Pada SPL 1 dan SPL 2 kelas kesesuaian lahan aktualnya adalah S3 (wa,nr) sedangakan kelas kesesuaian lahan pot ensialnya adalah S3 (wa) dan pada SPL 3 kelas kesesuaian lahan aktualnya adalah S3 (wa,nr,eh) sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3(wa).
ABSTRACT
The objective of this research is to evaluate the land suitability coffea (Coffea arabica L.) in Muara Subdistrict of North Tapanuli District. The methode
of this research is the sur vay method. From the results of the overlay from the map of soil types, map of topography, and map of height place, retrieved 3 (three) units of land use map. SPL 1 has a land area of 741 hectares, SPL 2 has a land area of 13 hectares, and SPL 3 has a land area of 609 hectares.With the Matching method, then retrieved the land suitability class actual and potensial class for coffea (Coffea arabicaL.) on each of the SPL. At SPL 1 and SPL 2 are actual land suitability class S3 (wa,nr) while the potential land suitability class is S3 (wa) and at SPL 3 is actual land suitability class S3 (wa,nr,eh) while the potential land suitability class is S3 (wa).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupaka n tubuh alam seba gai tempat tumbuh semua makhluk hidup. Tanah dimanfaatkan oleh manusia dengan cara mengelolahnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Tanah dapat bermanfaat dengan baik apabila manusia dapat juga memeliharanya dan memahami keadaan tanah tersebut dengan baik.Namun karena kurangnya kemapuan manusia dalam memelihara dan memahami khususnya kesesuaian lahan tersebut sehingga manusia tidak dapat memperoleh kebutuhan yang cukup bagi kehidupannya.
Evaluasi lahan adalah suatu penilaian terhadap karakteristik suatu lahan untuk mengetahui potensi lahan tersebut, sehingga penggunan lahan tersebut dapat maksimal. Pengunanan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan, oleh sebab itu evaluasi lahan merupaka n hal yang pe nt ing unt uk dilakuka n agar pe nggun anan lahan sesuai dengan kemampuannya.
Aceh, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur da n lain seba gainya. Indonesia menjadi prod usen ke-empat terbesar di dunia untuk penghasil kopi saat ini.
Kopi arabika atau kopi ateng juga banyak dikembangkan di Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Tapanuli Utara. Masyarakat yang menanam kopi di daerah ini sudah merasakan manfaatnya. Seperti petani di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara yang dulunya menanam tanaman jagung .
Kecamatan Muara adalah salah satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara, yang memiliki luas daerah sekitar 79,75 km2. Kecamatan Muara memiliki letak geografis yaitu 02º15’-02º22’ LU dan 98º49’-98º58’ BT. Dan sebagian besar masyarakat di daerah ini memiliki mata pencaharian sebagai petani tanaman kopi arabika atau kopi ateng.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman kopi arabika (Coffea arabica L.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
Kegunaa n Penelitian
–Sebagai bahan infor masi yang berguna bagi pengambil keputusan atau bagi yang memerlukan dalam budidaya tanaman kopi arabika (Coffea arabica L.) yang sesuai dengan kondisi lahannya di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara.
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pe laksanaan sur vei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di labor ator ium de ngan tujuan pe ndugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).
lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain- lain (Hardjowigeno, 1995).
Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliput i :
1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.
2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.
3. Kemungkina n peruba han pe rilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.
5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukka n oleh uji tana h (Hakim, dkk, 1986).
tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1997).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan merupaka n proses pe ndugaan po tensi lahan untuk macam–macam alternatif penggunaannya. Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan
survei atau penelitian bentuk bentang alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi dan aspek–aspek lahan yag lain. Keseluruha n evaluasi lahan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam–macam penggunaan lahan yang memberikan harapan positif (Abdullah, 1993).
Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk satu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat kimia dan fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, topo grafi, batuan dipermukaan dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Jika sifat fisik potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut, maka penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi akan mampu memberi hasil sesuai dengan yang diinginkan (Djaenudindkk., 2003).
dilakuka n melakuka n usaha klasifikasi teknis bagi suatu daerah (Hardjowigeno, 1995).
Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :
1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain pe netapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunaka n, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.
2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperluka n.
3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan lahan serta informasi- informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.
4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil- hasil evaluasi.
Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :
produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakuka n.
2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempe rtahanka n tingkat pe ngelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningka tka n masukan yang dipe rluka n.
3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keunt ungan atau lebih meningka tka n masuka n yang diperlukan.
4. Kelas N : Tidak Sesua i (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Penilaian kesesuaian lahan be rtuj uan untuk menduga tingka t kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungka n dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dike mba ngkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakuka n pada ko ndisi akt ual (current suitability) da n kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).
Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan ada lah sifat lahan yang dapa t diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperlua n evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).
1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan da lam oC.
3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.
4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.
5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.
6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.
7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.
8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.
9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.
10. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.
11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.
12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.
13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, d inyatakan dalam dS/m.
14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.
16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.
17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.
18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.
19. Batuan di permuka an : volume batuan (dalam %) yang ada di pe rmukaan tanah/lapisan olah.
20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.
Sifat Fisik Tanah
Drainase tanah
paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).
Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1998).
Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :
1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).
2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. C iri yang dapa t dike tahui di lapa ngan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). 3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air
sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapa ngan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa be rcak atau karatan besi da n atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.
5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapa ngan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.
6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warn agley (reduks i) dan bercak atau karatan besi da n atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.
7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat renda h, tanah basah secara permanen da n tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan pe rmukaan (Djaenudin, dkk, 2003).
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar – akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).
Kedalaman tanah dibedakan menjadi :
- Sangat dangkal : < 20 cm - Dangkal : 20 – 50 cm - Sedang : 50 – 75 cm - Dalam : > 75 cm
(Djaenudin, dkk, 2003).
Tekstur tanah
Partike l – partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran
2.00-0.05 mm, debu 2.00-0.05-0.005 mm dan liat 0.005 mm (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah :
- Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.
- Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.
- Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu lempung berpasir.
- Agak kasar (ak) : pasir berlempung. - Kasar (k) : pasir.
- Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1)
(Djaenudin, dkk, 2003).
Bahaya banjir
Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :
f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.
f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.
f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.
f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.
Batuan permukaa n
Batuan pe rmukaan adalah ba tuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :
- b0 = Tidak ada : kurang dari 0,01 % dari luas areal .
- b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
- b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permuka an tanah tertutup ; pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.
- b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.
Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berba gai pe nggun aan. Oleh ka rena itu jumlah da n ukuran ba tuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).
Sifat Kimia Tanah
Kapasitas tukar kation (KTK)
Kemampuan tukar kation ialah kapasitas tanah menyerap dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut kapasitas tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut kapasitas tukar anion (KTA). KTK dan KTA masing- masing diukur menur ut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat diserap tanah (Notohardiprawiro, 1998).
Salah satu sifat kimia tanah sawah yang berkaitan erat dengan ketersediaan hara ba gi tana man dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Cappa city (CEC). KTK merupaka n jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negatif (Noor, 2004).
Kejenuhan bas a (KB)
dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika
kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% + (Tan, 1998).
pH tanah
pH tanah merupaka n suatu ukuran intens itas ke masaman, buka n ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).
Perana n pH tanah :
a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman
b. Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah
c. Mempengaruhi keterikatan unsur P
d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus
(Sarief, 1986).
pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)
pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)
pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)
(Arsyad, 1989)
C-organik Tanah
Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan or ganik itu sendiri mempengaruhi strukt ur tanah da n cenderung untuk menaikka n ko ndisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1994).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah - Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
- Manamba h ke mampuan tanah unt uk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)
(Hardjowigeno, 1995).
KLASIFIKASI IKLIM SCHMIDT-FERGUSON
Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta suda h sangat dike nal di Indo nesia.
Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).
Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentuka n tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :
1. Bulan Basah (BB)
Bulan de ngan curah hujan > 100 mm
2. Bulan Lembab (BL)
Bulan de ngan curah hujan antara 60 – 100 mm
Bulan de ngan curah hujan < 60 mm
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu :
Tabel 3. K lasifikasi Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika
C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau
D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim E 100,0 – 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana F 167,0 – 300,0 Daerah kering, hutan sabana
G 300,0 – 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang
KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN
[image:33.596.115.518.270.552.2]Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm Bulan Kering (BK) : Bulan de ngan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm
Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.
Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.
Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.
[image:34.596.129.496.627.739.2]Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan. Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan. Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan. Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan. Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.
Tabel 1. Tipe Utama
NO. TIPE UTAMA PANJANG BULAN BASAH (BULAN)
2. B 7 - 9
3. C 5 - 6
4. D 3 - 4
[image:35.596.130.496.114.295.2]5. E <3
Tabel 2. Sub Tipe
NO. SUB TIPE PANJANG BULAN KERING (BULAN)
1. 1 <= 1
2. 2 2 - 3
3. 3 4 - 6
4. 4 > 6
rata-ratanya.
Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit.
Tanaman kopi dapat tumbuh di garis lintang 6º‐9º LU sampai 24º LS. Ketinggian tempat 700 s/d 1.500 m dpl. Curah hujan 1.000 s/d 2.000 mm/thn. Suhu udara rata‐rata 17‐21º C.
Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih‐lebih dimusim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.
tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan ka ta lain teks tur tanah harus ba ik. Tanah yang tekstur/strukturnya ba ik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukka n pe rakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.
Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah‐tanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk petumbuhan da n pe mbuahan.
tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.
Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan pH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam gembur dan banyak mengandung humus.
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat‐zat maka nan yang dibut uhka n oleh tanaman untuk pe rtumbuhan da n prod uks i.
Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan pH 5,5 ‐ 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun‐da un cukup ion Ca2+ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi de ngan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca‐(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).
Tabel 1. Karak teristik Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika
(Coffea arabica L.)
Karakteristik
Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temp. rata-rata(0C) 16-22 15-16
22-24 14-15 24-26 <14 >26 Ketersediaan air (wa)
Curah hujan tahunan rata-rata (mm)
1.200-1.800 1.000-1200
1.800-2.000 2.000-3.000 800-1.000 >3.000 <800 Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase ba ik sedang Agak
terhambat, agak cepat Terhambat, sangat terhambat, cepat Media perakaran
(rc)
halus, sedang
sangat halus
Bahan kasar (%) <15 15-35 35-60 >60
Kedalaman tanah (cm)
>100 75-100 50-75 <50
Retensi hara ( nr)
KTK (me/100gr) >16 <16 - -
Kejenuhan basa (%) >50 35-50 <35 -
pH H2O 5,6-6,6 6,6-7,3 <5,5 -
>7,4
C-organik >1,2 0,8-1,2 <0,8 -
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS /m) <0,5 - 0,5-2 >2
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) - - - -
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8-16 16-30
16-50
>30
>50 Bahaya erosi Sangat
rendah
Renda h, sedang
Berat Sangat berat Bahaya banjir (fh)
Penyiapan lahan
(lp)
Batuan di permukaan (%)
<5 5-15 15-40 >40
Singkapan batuan (%)
<5 5-15 15-25 >25
Sumber: Djaenudin, dkk, 2003
Kondisi Umum Wilaya h Penelitian
Kecamatan Muara merupakan kecamatan yang terkecil di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu seluas 79,75 km2 atau 2,10 % dari luas lahan Kabupaten
Tapanuli Utara. Kecamatan Muara memiliki letak geografis yaitu 02º15’-02º22’ LU dan 98º49’-98º58’ BT. Berdasarkan informasi terakhir
kecamatan Muara memiliki total luas lahan tanaman kopi arabika sebesar 56 ha dengan produksi 366,80 ton dengan rata-rata produksi 65,50 Kw/ha (BPS, 2011).
Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
BAHAN DAN METOD E
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara (02º15’-02º22’ LU dan 98º49’-98º58’ BT) dengan ketinggian tempat 900 sampai dengan 1640meterdi atas permukaan laut yang dilaksanakan dari bulan Mei 2013 sampai dengan September 2013 dan Laboratorium System Informasi Global (GIS). Analisis Tanah dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta Labor atorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang diambil dari setiap Satuan Peta Lahan (SPL), serta bahan-bahan yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakuka n de ngan metode sur vei yang terdiri dari tiga tahapa n, yaitu seba gai berikut:
Tahap pe rsiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data iklim untuk Kecamatan Muara selama 10 tahun (2002-2012) diperoleh dari Stasiun Klimatologi meliputi data: curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara.
Perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan dengan teknik overlay berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1:50000.
Tahap kegiatan di lapanga n
- Pengamatan karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Lahan (SPL) di lapa ngan yaitu:
2. Tekstur: tanah diambil setiap SPT dan diukur di labor atorium pertanian USU dengan metode hydrometer.
3. Kedalaman tanah : mengebor tanah setiap kedalaman 20 cm ada tidaknya akar.
4. KTK : tanah diambil setiap SPT kemudian diukur di laboratorium pertanian USU dengan metode ekstraksi NH4OAc pH 7
5. pH: tanah diambil setiap SPT kemudian diukur di laboratorium pertanian USU dengan metode elektrometri (1 : 2,5).
6. Kejenuhan Basa: tanah diambil setiap SPT kemudian diukur di laboratorium pertanian USU NH4 Asetat 1 N pH 7NH4 Asetat 1 N pH 7. 7. C-organik : tanah diambil setiap SPT kemudian diukur di laboratorium
pertanian USU dengan metode Walkey and Black. 8. Lereng : diukur dengan menggunakan alat climonometer
- Pengambilan sampel tanah di setiap Satuan Peta Lahan (SPL) dilakuka n secara zig- zag dengan jarak 500 meter pada kedalaman 0-30 cm lalu dikompositkan dari beberapa lokasi pada SPL yang sama. Kemudian dimasukkan sampel tanah tersebut ke dalam plastik dengan berat tanah + 2 kg serta diberi label lapangan.
Tahap pengo lahan data
dkk (2003). Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Temperatur (tc) 6. Bahaya erosi (eh)
– Temperatur rata-rata (0C) : - lereng
– Ketinggian tempat (m dpl) - Bahaya eros i 2. Ketersediaan air (wa) 7. Bahaya banjir (fh)
– Curah huj an tahunan rata-rata (mm) - Genangan
3. Ketersediaan oksigen (oa) 8. Penyiapan lahan (lp)
- Drainase - Batuan di Permuka an (%)
4. Media perakaran (rc) - Singkapa n Batuan (%) - Tekstur metode hydrometer
– Bahan kasar (%)
– Kedalaman tanah (cm) 5. Retensi hara (nr)
– KTK (me/100 g) metode ekstraksi NH4OAc pH 7
– pH H2O metode elektrometri (1 : 2,5)
– Kejenuhan basa (%) NH4 Asetat 1 N pH 7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. Iklim
Data iklim yang diperoleh dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika) yang mencakup kawasan Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara yaitu,
curah hujan, temperatur, untuk jangka waktu 10 tahun terakhir (2003 – 2012) dapat
dilihat dari Tabel 1 dan 2.
Adapun data-data iklim yang diperolehdengan rata-rata sebagaiberikut :
[image:48.596.114.511.585.749.2]- Curah huj an rata-rata tahunan : 2513 mm - Suhu udara rata-rata tahunan : 19,53 °C
Tabel 1. Data CurahHujanKecamatanMuaraKabupatenTapanuli Utara 10
TahunTerakhir(2003-2012)
CURAH HUJAN (mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total
2003 370.0 330.0 224.0 261.0 110.0 323.0 280.0 212.0 144.0 303.0 307.0 291.0 3155.0
2004 247.0 426.0 123.0 336.0 42.0 62.0 199.0 31.0 335.0 464.0 332.0 392.0 2933.0
2005 161.0 138.0 239.0 152.0 85.0 66.0 123.0 202.0 104.0 161.0 269.0 184.0 1884.0
2006 297.0 106.0 143.0 195.0 142.0 125.0 46.0 81.0 322.0 354.0 385.0 204.0 2400.0
2007 217.0 260.0 263.0 383.0 134.0 311.0 184.0 164.0 295.0 269.0 241.0 164.0 2885.0
2008 376.0 84.0 260.0 330.0 141.0 267.0 83.0 270.0 162.0 376.0 273.0 250.0 2872.0
2009 153.0 220.0 289.0 247.0 22.0 171.0 44.0 175.0 143.0 207.0 314.0 291.0 2276.0
2012 221.0 251.0 220.0 201.0 57.0 91.0 228.0 290.0 99.0 239.0 342.0 311.0 2550.0
Rata-rata 244.2 210.6 221.1 250.8 116.4 153.6 129.3 168.4 199.2 271.0 298.2 250.3 2513.1
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Muara memiliki curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2513 mm. Bila dicocokkan dengan kesesuaian lahan unt uk tanaman kopi arabika, Kecamatan Muara memiliki kelas kelas kesesuaian lahannya menjadi sesuai marginal / S3.
Data temperatur yang mencakup Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
[image:49.596.109.514.478.699.2]untuk 10 tahun terakhir (2003-2012), dapat diihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data TemperaturKecamatanMuaraKabupatenTapanuli Utara 10 Tahun
Terakhir(2003-2012)
TEMP ERATUR (°C )
Menurut kriteria kesesuaian lahan untuk kopi arabika Djaenuddin, dkk (2003),
dimana temperatur yang dibutuhkan adalah (16 – 22) °C. Untuk Kecamatan Muara
Kabupaten Tapanuli Utara diperoleh rata-rata temperatur adalah 19,53 °C, sehingga kelas
kesesuaian lahannya menjadi sangat sesuai / S1 (16 – 22) °C untuk tanaman kopi
b. Kemiringan Lereng
Dari hasil analisis data kontur lembar Muara (0618 – 34) diperoleh peta
kemiringan lereng. Sesuai dengan kriteria Djaenuddin, dkk (2003) untuk tanaman kopi
arabika di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara, maka kriteria kemiringan lereng
untuk tanaman kopi arabika adalah sebagai berikut :0 – 8% (S1), 8-16% (S2), 16 – 30%
(S3)dan> 30% (N).
Penyebaran kemiringan lereng di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara
menurut kriteria diatas dapat dilihat pada Gambar 1.
Ga mbar1.Peta Ke miringanLerengKeca matanMuaraKabupatenTapanuli Utara
c. Ketinggiantempat
[image:51.596.117.513.398.629.2]arabika. Hal ini terlihat di lapangan bahwa pada ketinggian tempat900-1300 meter di atas permukaan laut banyak ditemukan tanaman kopi arabika sedangkan pada ketinggian tempat >1300 meter di atas permukaan laut tidak ditemukan tanaman kopi arabika di daerah tersebut. Peta ketinggian tempat Kecamatan Muara dapat dilihat pada Gambar 2.
Ga mbar2.Peta KetinggianTe mpatKeca matanMuaraKabupatenTapanuli Utara
d. Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Land Unit Lembar Sidikalang, diketahui untuk Kecamatan
Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Maka didapatkan kriteria pengelompokan jenis tanah
[image:52.596.117.509.264.502.2]Penyebaran jenis tanah di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara menurut
kriteria diatas dapat dilihat pada Gambar 3.
Ga mbar3.PetaJenis Tanah Keca matanMuaraKabupatenTapanuli Utara
e. SatuanPetaLahan (SPL)
Berdasarkan hasil analisis dan teknik overlay peta jenis tanah, peta kemiringan
lereng, dan peta ketinggian tempat Kecamatan Muara dan criteria kesesuaian lahan
menuru tDjaenuddin (2003) yaitu :
- Semua kemiringan lereng diatas 30 % diabaikan - Batu, lembah/jurang diabaikan.
Sehingga SPL yang memenuhi persyaratan diatas terdiri dari 3 SPL. Dapat dilihat
[image:53.596.117.508.178.405.2]Tabel 3. Karakteristik Lahan SPL (Sat uan Peta Lahan)
SatuanPeta Jenis Tanah Kemiringan Ketinggian Luas (Ha) Lahan Lereng (%) Tempat
(SPL) (mdp l)
SPL 1 Inseptisol 0-8 900-1300 741 SPL 2 Inseptisol 8-16 900-1300 13 SPL 3 Inseptisol 16-30 900-1300 609
Ga mbar4.Peta SPL Kopi arabikaMuaraKabupatenTapanuli Utara
Dari hasilpengamatandilapangandandilaboratorium,
makakelaskesesuaianlahantanaman kopi arabika (Coffea arabicaL.) untuk setiap Satuan
Tabel 4. Kesesuaian Lahan TanamanKopi Arabika (Coffea arabicaL.)Untuk SPL (SatuanPetaLahan) 1
Karakteristik Data Kelas
Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)
Temp. rata-rata (oC) 19,53 S1 S1
Ketersediaan air (wa)
Curah huj an rata-rata (mm) 2513 S3 S3
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media Pe rakaran (rc)
Teks tur Lempung liat
berpasir (ah)
S1 S1
Bahan Kasar (%) >15 S2 S2
Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1
Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 gr) 14,75 S2 S1
Kejenuhan Basa (%) 20,73 S3 S1
pH H20 5,28 S3 S1
C-organik (%) 4,34 S1 S1
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) 1-2 S1 S1
Bahaya Eros i (ton/ha/thn) Sangat rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Batuan di permuka an (%) <5 S1 S1
Singkapan batuan (%) <5 S1 S1
Kesesuaian Lahan aktual S3 (wa, nr) Kesesuaian Lahan potensial S3 (wa)
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada SPL 1adalah sesuai marginal/S3 (wa, nr) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah huj an rata – rata da n retensi hara yaitu kejenuhan basa da n pH H20. Setelah
dilakuka n usaha pe rba ika n maka diperoleh
[image:56.596.116.510.402.755.2]kelaskesesuaianlahanpotensialnyaadalahsesuai marginal /S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan rata – rata.
Tabel 5. Kesesuaian Lahan TanamanKopi arabika (Coffea arabicaL.) Untuk SPL (SatuanPetaLahan) 2
Karakteristik Data Kelas
Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)
Temp. Rata-rata (oC) 19,53 S1 S1
Ketersediaan air (wa)
Curah huj an rata-rata (mm) 2513 S3 S3
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media Pe rakaran (rc)
Teks tur Lempung liat
berpasir (ah)
S1 S1
Bahan Kasar (%) >15 S2 S2
Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1
Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 gr) 13,00 S2 S1
Kejenuhan Basa (%) 20,05 S3 S1
pH H20 4,70 S3 S1
C-organik (%) 3,05 S1 S1
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) 16 S2 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permuka an (%) >5 S2 S1
Singkapan batuan (%) >5 S2 S1
Kesesuaian Lahan aktual S3 (wa, nr) Kesesuaian Lahan potensial S3 (wa)
[image:57.596.115.507.418.753.2]Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada SPL 2 adalah sesuai marginal/S3 (wa, nr) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah huj an rata – rata dan faktor pembatas retensi hara yaitu kejenuhan basa dan pH H20. Setelah dilakukan usaha perbaikan maka diperoleh kelaskesesuaianlahanpotensialnya adalahsesuai marginal /S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan rata – rata.
Tabel 6. Kesesuaian Lahan TanamanKopi arabika (Coffea arabicaL.) Untuk SPL (SatuanPetaLahan) 3
Karakteristik Data Kelas
Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)
Temp. Rata-rata (oC) 19,53 S1 S1
Ketersediaan air (wa)
Curah huj an rata-rata (mm) 2513 S3 S3
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media Pe rakaran (rc)
Teks tur Lempungberliat
(ah)
S1 S1
Bahan Kasar (%) >15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1
Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 gr) 22,38 S1 S1
Kejenuhan Basa (%) 15,15 S3 S1
pH H20 5,37 S3 S1
C-organik (%) 3,05 S1 S1
Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%) 20 S3 S2
Genangan F0 S1 S1 Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permuka an (%) >5 S2 S1
Singkapan batuan (%) >5 S2 S1
Kesesuaian Lahan aktual S3 (wa, nr, eh) Kesesuaian Lahan potensial S3 (wa)
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada SPL 3adalah sesuai marginal /S3(wa, nr, eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan rata – rata, faktor pembatas retensi hara yaitu pH H20 dan kejenuhan basa dan faktor pembatas bahaya erosi yaitu lereng. Setelah dilakukan usaha perba ikan maka diperoleh kelaskesesuaianlahanpotensialnya adalah sesuai marginal /S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan rata – rata.
Pembahas an
Kelaskesesuaianlahanaktualuntuk tanaman kopi arabika menurut Djaenuddin, dkk (2003), pada SPL 2 yaitusesuai marginal / S3 (wa, nr). Faktorpembatasnyaadalahcurahhujan rata-rata danretensiharakejenuhanbasadan pH H2OdanC-organik. Permasalahan curah hujan rata – rata tidak dapat dilakukanusaha perbaikan. Permasalahan kejenuhan basa, pH tanah dan C-organik dapat dilakukan usaha perbaikan dengan beberapa cara, yaitu pemupuka n,
penambahan ba han or ganik,
pengapuransehinggakesesuaianlahanpotensialnyasesuai marginal / S3 (wa)denganfaktorpembatasketersediaan air yaitucurahhujan rata-rata.
Kelaskesesuaianlahanaktualuntuk tanaman kopi arabika menurut Djaenuddin, dkk (2003), pada SPL 3yaitusesuai marginal / S3 (wa, nr, eh). Faktorpembatasnyaadalahcurahhujan rata-rata danretensiharakejenuhanbasadan pH H2OdanC-organikdanfaktorpembatasbahayaerosiyaitulereng.Permasalahan curah huj an rata – rata tidak dapat dilakukan usahaperbaikan, kejenuhan basa, pH tanah da n C-organik dapat dilakukan usaha perbaikan dengan beberapa cara, yaitu pemupuka n, penambahan bahan organik, pengapurandanpermasalahankemiringanlerengdapatdilakukanusahaperbaikandeng
ancarapenguranganlajuerosi, pembuatanteras, penanamantanamanpenutuptanahsehinggakesesuaianlahanpotensialnyasesuai
marginal / S3 (wa)denganfaktorpembatasketersediaan air yaitucurahhujan rata-rata.
dkk, 2003), maka diperoleh kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk setiap SPL yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabe l7.Ke lasKesesuaianLahanAktualdanPote nsialSe tiap SPL
SPL Ke lasKesesuaianLahan
Aktual Pote nsial Luas (ha)
1 S3 (wa,nr) S3 (wa) 741
2 S3 (wa,nr) S3 (wa) 13
3 S3 (wa,nr,eh) S3 (wa) 609
Kesimpulan
1. Ada empat Satuan Peta Lahan (SPL) untuk tanaman kopi arabika di Kecamatan
Muara yaitu SPL 1, SPL 2, dan SPL 3.
2. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada SPL 1,dan
SPL 2adalah sesuai marginal / S3 (wa, nr) dengan faktor pembatas ketersediaan air
dan retensi hara sedangkan pada SPL 3kelas kesesuaian lahan aktualnya adalah
sesuai marginal / S3 (wa, nr, eh) dengan faktor pembatas ketersediaan aair, retensi
hara dan bahaya erosi.
3. Kelas kesesuaian lahan potensialuntuk tanaman kopi arabika pada SPL 1, SPL 2,
dan SPL 3 adalah sesuai marginal / S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan
airyaitucurahhujan yang terlalutinggi.
4. Potensi luas lahan untuk pertanaman kopi arabika di Kecamatan Muara adalah 1.363
ha.
Saran
Perlu dilakukanpemilihankomoditas lain yang sesuai agar
penggunaanlahanlebihefektifdanefisienkarenakesesuaianlahantanaman kopi arabika di
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2004. Pedoman Bertanam Kopi arabika. Kanisius, Yogyakarta.
Arsyad, S. 2009. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
BPS.2009. BPS KabupatenTapanuli Utara.
____.2010.Tapanuli Utara DalamAngka 2011.
____.2011.Tapanuli Utara DalamAngka 2012.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum.2011. Kesuburan Tanah da nPemup uka n. USU Press, Meda n.
Djaenudin, D. 2008. Penentuan Model
UsahataniTanamanPanganpadaLahanSawahBerdasarkanEvaluasilahan.
PenelitiUtamaBidangPemetaan Tanah
danEvaluasiLahanBBSDL.Jurnal.IptekPangan vol. 3 No. 2.Diakses 10 Maret
2013.
Marwan, Subagio, dan A. Hidayat. 2003. PetunjukTeknisEvaluasiLahanUntukKomoditasPertanian.
Foth, H. D. 1994. Dasar-DasarIlmu Tanah EdisiKeenam.Terjemahan S.Adisoemarto.PenerbitErlangga, Jakarta.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong danH.H.
Baailey, 1986. Dasar-DasarIlmuTanah.,Universitas Lampung Press, Lampung.
Hardjowigeno, S., 2003.Ilmu Tanah. AkademiPressindo, Jakarta.
______________danWidiatmaka , 2007. EvaluasiKesesuaianLahandan
PerencanaanTatagunaLahan. GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Muhklis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press, Medan.
_______, Sarifuddin, H. Hanum. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU Press, Medan.
Rahayu, E, danBerlian,N. 1999.PedomanBertanam Kopi arabika.Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rayes, M. L. 2007. MetodeInventarisasiSumberDayaLahan. Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, dan H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center. Diakses 10 Maret 2013.
Samadi, B. danCahyono, B., 2005. Kopi arabikaIntensifikasi Usaha Tani.Kanisius,
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Sutanto, R., 2005. Dasar-DasarIlmu Tanah, KonsepdanKenyataan, PenerbitKanisius,
Yogyakarta.