• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.), dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.), dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffee sp.) KENTANG (Solanum tuberosum L.) KUBIS (Brassica oleraceae L.) DAN

JERUK (Citrus sp.) DI KECAMATAN HARIAN KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

SUMINA H. SILABAN 110301143

AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffee sp.) KENTANG (Solanum tuberosum L.) KUBIS (Brassica oleraceae L.) DAN

JERUK (Citrus sp.) DI KECAMATAN HARIAN KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

OLEH :

SUMINA H. SILABAN 110301143

AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi :Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.),

Dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) Di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

Nama : Sumina H. Silaban

NIM : 110301143

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Bintang, MP Ir. Posma Marbun, MP NIP. 196007031986032001 NIP.196012211987011002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat kasih dan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah ” Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Kubis (Brassica oleraceae L.) dan Jeruk (Citrus Sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih

kepada dosen pembimbing skripsi ibu Ir. Bintang Sitorus, M.P selaku Ketua

Komisi Pembimbing dan ibu Ir. Posma Marbun, M.P selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir

kata Penulis mengucapkan terima kasih.

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... . iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... .3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 5

Evaluasi Lahan ... 6

Karakteristik Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 8

Sifat Fisik Tanah Tekstur Tanah ... 9

Struktur Tanah ... 9

Drainase Tanah ... 11

Kedalaman Tanah ... 13

Warna Tanah ... 14

Bahaya Banjir ... 14

Bahaya Erosi ... 15

Sifat Kimia Tanah Kapasitas Tukar Kation ... 15

Kejenuhan Basa ... 16

Ph Tanah ... 16

C-Organik ... 17

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.) ... 17

(6)

Tanaman Kubis (Brassica oleraceae L.) ... 21

Tanaman Jeruk (Citrus sp.) ... 22

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Alat ... 24

Metode Penelitian ... 25

Pelaksanaan Penelitian Tahapan Persiapan ... 26

Tahapan Kegiatan Dilapangan ... 26

Tahap Pengolahan Data ... 26

Parameter Pengamatan ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 29

Iklim... 29

Karakteristik Lahan ... 29

Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 31

Pembahasan ... 70

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 82

Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(7)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Nama-nama desa pada Setiap SPL (Satuan Peta Lahan) di Kecamatan

Harian Kabupaten Samosir ... 30

2. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 1 ... 30

3. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 1... 31

4. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 1 ... 32

5. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 1 ... 33

6. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 2... 34

7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 2 ... 35

8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 2... 36

9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 2 ... 37

10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 3... 38

11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 3 ... 40

12. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 3 ... 41

13. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 3 ... 42

14. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 4... 44

15. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 4 ... 45

16. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 4 ... 46

17. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 4 ... 47

(8)

20. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 5 ... 50

21. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 5 ... 51

22. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 6... 52

23. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 6 ... 53

24. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 6 ... 54

25. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 6 ... 55

26. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 7... 56

27. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 7 ... 57

28. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 7 ... 58

29. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 7 ... 59

30. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 8... 60

31. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 8 ... 61

32. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 8 ... 62

33. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada SPL 8 ... 63

34. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada SPL 9... 64

35. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang SPL 9 ... 65

36. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada SPL 9 ... 66

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Arabika ... 87

2. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang ... 88

3. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kubis ... 89

4. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Jeruk ... 90

5. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Harian Periode Tahun 2005-2014... 91

6. Data Kelembapan Udara (%) rata-rata di Stasiun Harian Periode Tahun 2005-2014 ... 91

7. Data Suhu Udara (oC) rata-rata di Stasiun Harian Periode Tahun 2005-2014... 92

8. Hasil Laboratorium Analisa Tanah ... 93

9. Peta Administrasi Kecamatan Harian Kabupaten Samosir ... 94

10. Peta Jenis Tanah di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir ... 95

11. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Harian Kabupaten Samosir ... 96

12. Peta Kemiringan Lereng di Harian Kabupaten Samosir ... 97

13. Satuan Peta Lahan (SPL) di Harian Kabupaten Samosir ... 98

14. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk tanaman Kopi Arabika ... 99

15. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk tanaman Kopi Arabika ... 100

16. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk tanaman Kentang ... 101

17. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk tanaman Kentang ... 102

(10)

19. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk tanaman Kubis ... 104

20. Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk tanaman Jeruk ... 105

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi arabika, kentang, kubis dan jeruk Di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir. Diperoleh 9 (sembilan) SPL (satuan peta lahan) yang ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 50.000, kemudian dilakukan overlay. Penilaian kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1993 dan metode evaluasi lahan adalah metode limit berdasarkan Djaenuddin, 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan potensial tertinggi pada SPL 1 adalah jeruk (S1), pada SPL 2 adalah kubis S2 (wa) dan jeruk (S2 tc), pada SPL 3 adalah jeruk (S1), pada SPL 4 adalah kopi, kentang, kubis dan jeruk (S3 wa,rc,eh), pada SPL 5 dan 6 adalah tidak sesuai (N rc) SPL 7 adalah kopi, kentang, kubis dan jeruk (S3 wa, rc, eh), pada SPL 8 adalah jeruk (S1) dan pada SPL 9 adalah kopi, kentang, kubis dan jeruk (S3 wa, rc, eh).

Kata kunci: kesesuaian lahan, kopi, kentang, kubis dan jeruk.

(12)

ABSTRACT

The purpose of the study was to find out the land suitability classes in Harian district, regency of Samosir for arabica coffee potato, cabbage dan orange. Obtained to 9 (nine) SPL (set of land) which is determined by pursuant to map of land, ground type, map of inclination of slope and map of place height yielded from topography map with the scale 1 : 50000, is later conducted by overlay. Assessment of land suitability pursuant to staff criterion the soil research centre of Bogor 1993 with the limit method of pursuant to Djaenuddin, 2011.

The result at this research showed the highest potential of land suitability classes in set of land 1 is orange (S1),in set of land 2 is cabbage (S2 wa), in set of land 3 is orange (S1), in set of land 4 is coffee arabica, potato, cabbage dan orange (S3 wa,rc,eh), in set of land 5 and 6 is not corresponding (N rc), in set of land 7 is coffee arabica, potato, cabbage dan orange (S3 wa,rc,eh), in set of land 8 is orange, and in set of land 9 is coffee arabica, potato, cabbage dan orange (S3 wa,rc,eh).

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe

penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang

dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Kesesuaian lahan dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu ordo S (sesuai) dan ordo N (tidak sesuai). Lahan yang tergolong

kelas S adalah lahan yang dapat digunakan suatu penggunaan tertentu secara lestari,

tanpa resiko kerusakan terhadap sumber daya la hannya. Sedangkan ordo N adalah

lahan tersebut mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah

penggunaannya dengan tujuan yang telah dipertimbangkannya (Sitorus, 1985).

Evaluasi lahan dilakukan dengan tujuan untuk dapat menentukan nilai

potensi suatu lahan dengan tujuan tertentu, yaitu sebagai tempat untuk mendirikan

bangunan tempat tinggal dan bangunan-bangunan lain maupun tempat untuk

bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya

pelaksanaan evaluasi lahan adalah dengan memilih sistem-sistem yang sudah ada

tergantung dari kepentingan evaluasi yang akan dilakukan dan kemudian

dimodifikasi dengan keadaan setempat dan disesuaikan dengan ketersediaan data.

Kecamatan Harian dengan ibu kota Harian Boho, merupakan satu dari 9

kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir. Secara geografis terletak pada bagian

barat Kecamatan Dolok Sanggul pada koordinat 2030'-3045' LU dan

diantara 98030'-98049' BT dengan ketinggian 900-1.847,5 meter diatas permukaan

laut. Kecamatan Harian merupakan kecamatan terbesar di wilayah

Kabupaten Samosir dengan luas wilayah 56.045 Ha atau seluas 38,81 %

(14)

Mayoritas masyarat Kecamatan Harian hidup dari pertanian dan hasil hutan.

Jenis lahan pertanian yang umum adalah ladang umum dengan komoditi kentang,

kubis, kopi, cabe dan tanaman palawija lainnya. Luas lahan kering berkisar 494.5

ha sedangkan luas lahan persawahan berkisar 833.0 ha. Di beberapa desa masih

terdapat lahan-lahan yang tidak dikelola atau diusahakan. Hal ini dikarenakan oleh

kondisi topografi yang berbukit-bukit dan bergelombang hingga pegunungan,

struktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik ( BPS

Kecamatan Harian, 2014).

Kentang (Solanum tuberosum L.) dan kubis (Brassica oleraceae L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak mendapat perhatian di Kabupaten

Samosir karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Desa Partungko

Naginjang adalah salah satu desa di Kecamatan Harian merupakan satu-satunya

desa penghasil kentang dan kubis, menurut data BPS Kecamatan Harian pada tahun

2012 produksi kentang adalah 936 ton dengan luas lahan 130 ha dan pada tahun

2013 produksi kentang menurun menjadi 850 ton dengan luas lahan 125 ha. Untuk

tanaman kubis produksi di tahun 2012 adalah 1.310 ton dengan luas lahan 160 ha

sedangkan pada tahun 2013 produksi kubis menurun menjadi 1.203 ton dengan luas

lahan 161 ha.

Di Kecamatan Harian masyarakat membudidayakan tanaman perkebunan

yaitu tanaman kopi arabika (Coffe Arabica.). Permasalahan yang dihadapi petani

kopi di daerah ini adalah penurunan produksi tanaman kopi dari tahun ke tahun,

sehingga sumber pendapatan petani kopi menjadi menurun dan mengganggu

kegiatan ekonomi para petani. Berdasarkan data BPS Kecamatan Harian (2014),

(15)

sedangkan tahun 2013 produksi tanaman kopi menurun menjadi 190,3 ton dengan

luas 156,3 ha.

Tanaman jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian belum pernah

dibudidayakan oleh masyarakat setempat, namun minat masyarakat terhadap

Tanaman jeruk (Citrus sp.) cukup tinggi. Sebagai wilayah didaerah wisata Danau

Toba tanaman jeruk perlu di kembangkan di daerah wisata tersebut melalui

pertanian khususnya tanaman buah. Selain tercapainya kelestarian daerah wisata

melalui penghijauan, hasil produksi tanaman buah khususnya jeruk dapat

dipasarkan kepada wisatawan sebagai produk asli asal daerah tersebut.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan

penelitian mengevaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk (Citrus sp.),

kopi arabika (Coffea arabica), kentang (Solanum tuberosum L.), dan kubis (Brassica oleraceae L.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir.

Dengan adanya kegiatan penelitian ini, maka diharapkan petani di

Kecamatan Harian Kabupaten Samosir dapat mengetahui tingkat kesesuaian

tanaman di wilayah ini sehingga evaluasi selanjutnya dapat dilakukan oleh pelaku

usaha tani.

Tujuan Penelitian

Mengevaluasi kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial serta usaha

perbaikan yang dapat dilakukan untuk tanaman jeruk (Citrus sp.), kopi arabika

(16)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dalam penanaman dan pengembangan tanaman jeruk

(Citrus sp.), kopi arabika (Coffee Arabica), kentang

(Solanum Tuberosum L.), kubis (Brassica oleraceae L.), dan di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir.

2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah

Menurut Soil Survey Division Staff (1993) survei tanah mendeskripsikan

karakteristik tanah-tanah di suatu daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem

klasifikasi baku, memplot batas tanah dan peta dan membuat prediksi tentang sifat

tanah. Perbedaan pengunaan tanah dan bagaimana tanggapan pengelolaan

mempengaruhi tanah. Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu

pengembangan rencana penggunaan lahan dan sekaligus mengevaluasi dan

memprediksi pengaruh pengunaan lahan terhadap lingkungan (Rayes, 2007).

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah

dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya

kedalam satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan

dari masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-pengunaan lahan

tertentu. Sifat-sifat satuan peta peta secara singkat dicantumkan dalam laporan

survei tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007).

Survei tanah memisahkan jenis tanah dan menggambarkan dalam suatu peta

beserta uraiannya. Klasifikasi dan survei merupakan dwitunggal yang saling

melengkapi dan saling memberi manfaat bagi peningkatan daya gunanya. Survei

tanah yang dilaksanakan dapat bertujuan untuk meningkatkan pembukaan areal,

penanaman baru, rasionalisasi penggunaan tanah, pemecahan permasalahan

kerusakan tanah dan sebagainya yang akan menghasilkan suatu rekomendasi untuk

(18)

Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.

Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe

pengunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang

dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui

potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe pengunaan lahan

tersebut (Hardjowigeno, 2007).

Pada umumnya pelaksanaan evaluasi lahan adalah memilih sistem-sistem

yang sudah ada tergantung dari kepentingan evaluasi yang akan dilakukan dan

kemudian dimodifikasikan dengan keadaan setempat dan disesuaikan dengan

ketersediaan data. Evaluasi lahan dilakukan dengan tujuan untuk dapat menentukan

nilai potensi suatu lahan dengan tujuan tertentu. Dalam evaluasi lahan perlu

dipahami beberapa pengertian, antara lain 1) kemampuan lahan (land capability)

adalah potensi lahan yang didasarkan atas kecocokan lahan untuk penggunaan

lahan secara umum 2) kesesuaian lahan (land suitability) merupakan potensi yang

didasarkan atas kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan secara khusus 3)

kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan sebelum dilakukan perbaikan

lahan 4) kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan

perbaikan lahan, 5) karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur

besarnya seperti pH tanah, tekstur tanah, curah hujan, kadar hujan, kadar NPK,

asam, basa dan lain-lain (Sitorus, 1985).

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Ritung (2007)

(19)

Kelas S1 : Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau

faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap

produktivitas lahan secara nyata.

Kelas S2 : Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor

pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya,

memerlukan tambahan masukan. Pembatas tersebut biasanya dapat

diatasi oleh petani sendiri.

Kelas S3 :Sesuai marginal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan

faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap

produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak

daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas

pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan

atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Kelas N :Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang

sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Menilai klas kesesuaian lahan menjelaskan bahwa kesesuaian lahan dapat

dikatagorikan menjadi dua, yaitu order S (sesuai) dan order N (tidak sesuai). Lahan

yang tergolong order S adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan

tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya

lahannya. Sedangkan yang termasuk order N adalah lahan tersebut mempunyai

kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya dengan tujuan yang

(20)

Kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian pada dasarnya merupakan

pencerminan kesesuaian kondisi fisik lahan terhadap peruntukan yang

bersangkutan. Diketahuinya data kesesuaian lahan dan data produksi serta

produktifitas pertanian daerah penelitian akan dapat menemukenali keselarasan

antara kondisi lahan dengan kemampuan berproduksinya, sehingga diketahui

wilayah-wilayah yang berkontribusi positif terhadap pengusahaan tanaman

pertanian maupun yang bermasalah (Anggoro, 2006).

Menurut FAO (1977) dalam Nasution (2005) bahwa kesesuaian lahan untuk

penggunaan tertentu biasanya dievaluasi dengan menggunakan karakteristik lahan

atau kualitas lahan. Karakteristik lahan merupakan kelengkapan lahan itu sendiri,

yang dapat dihitung atau diperkirakan. Seperti curah hujan, tekstur tanah dan

ketersediaan air. Sedangkan kualitas lahan lebih merupakan sifat tanah yang lebih

kompleks, seperti kesesuaian kelembaban tanah, ketahanan terhadap erosi dan

bahaya banjir.

Karakteristik Lahan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur atau di

estimasi. Sifat sifat lahan yang dapat kita estimasi untuk keperluan pertanian antara

lain; tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi, dan sosial ekonomi.

Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber

daya lahan, karakteristiknya dirinci dan di uraikan yang mencakup keadaan

lingkungan fisik dan tanahnya. Data ini digunakan untuk interprestasi dan evaluasi

lahan. Dari data lengkap yang diperoleh melalui survei atau penelitian tanah

(21)

Karakteristik lahan terdiri atas 1) karakteristik tunggal, misalnya total curah

hujan, kedalama n tanah, lereng dan lain-lain. 2) karakteristik majemuk, misalnya

permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air, dan lain-lain

(Rayes, 2007).

Sifat Fisik Tanah Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling

kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada

juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila

komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut

tanah lempung (Ruijter, 2004).

Tekstur tanah dibagi atas 12 kelas yaitu pasir (sandy), pasir berlempung

(loam sandy), lempung berpasir (sandy loam), lempung liat berpasir (sandy-clay

loam), lempung liat berdebu (sandy-silt loam), lempung berliat (clay loam),

lempung berdebu (silty loam), debu (silt), liat berpasir (sandy-clay), liat berdebu

(silty-clay), liat (clay). Suatu tanah dikatakan bertekstur pasir apabila mengandung

minimal 85 % pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80 % debu dan

bertekstur liat apabila berkadar minimal 40 % liat (Hanafiah, 2005).

Struktur Tanah

Struktur merupakan kenampakan dari fraksi-fraksi tanah (pasir, debi dan liat

individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer

(22)

Penyipatan strukur tanah meliputi 2 hal yaitu bentuk, ukuran.

a. Bentuk struktur

Bentuk struktur tanah dibedakan menjadi :

1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih pendek dari sumbu horisontal.

2. Prismatik (prismatic) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal.

Sisi atas tidak membulat.

3. Tiang (columnar) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi

sisi atas membulat.

4. Gumpal bersudut (angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu

horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut tajam.

5. Gumpal membulat (subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu

horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut membulat.

6. Granuler (granular) : membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped

tidak porous.

7. Remah (crumb) : membulat atau banyak sisi, sangat porous.

b. Ukuran Struktur

1. Untuk bentuk struktur lempeng, granuler dan remah :

- sangat halus/tipis : < 1 mm.

- halus : 1-2 mm.

- sedang : 2-5 mm.

- kasar/tebal : 5-10 mm.

- sangat kasar : > 10 mm.

2. Untuk bentuk struktur gumpal membulat dan gumpal menyudut :

(23)

- halus : 5-10 mm.

- sedang : 10-20 mm.

- kasar : 20-50 mm.

- sangat kasar : > 50 mm.

3. Untuk bentuk struktur prismatik dan tiang :

- sangat halus/tipis : < 10 mm.

- halus : 10-20 mm.

- sedang : 20-50 mm.

- kasar/tebal : 50-100 mm.

- sangat kasar : > 100 mm

(Mega, 2010).

Drainase Tanah

Parameter kondisi drainase perlu dicatat dalam kaitannya untuk penentuan

klasifikasi baik kemampuan maupun kesesuaian lahan. Parameter ini dibutuhkan

mengingat pengaruhnya yang besar pada pertumbuhan tanaman. Keterkaitan

parameter ini dengan parameter fisik lainnya cukup besar. Pada daerah aluvial

biasanya mempunyal drainase yang relatif jelek daripada pada daerah miring.

Namun demikian pada lereng bukit yang bentuknya kompleks, dimungkinkan

adanya cekungan atau dataran di sepanjang lereng tersebut, sehingga kondisi

drainase di cekungan maupun dataran di lereng akan berbeda dengan kondisi

drainase umum di lereng tersebut. Kondisi drainase pada lahan dengan batuan

induk kapur akan berbeda dengan batuan vulkanik, karena kapur dapat meloloskan

air, sedangkan batuan induk vulkanik umumnya didominasi oleh tekstur halus yang

(24)

Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :

1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan

daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa

irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen

tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan

air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa

irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny

tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,

yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan

serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.

4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah

dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian

cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu

tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta

warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya

menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan.

Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.

Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa

bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada

(25)

6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan

air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama

sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian

kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan

seikit pada lapisan sampai permukaan.

7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya

menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk

waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk

padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada

lapisan permukaan (Djaenudin dkk, 2011).

Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi

pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus

oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan padas keras,

padas liat, padas rapuh. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut:

K0= dalam (>90 cm)

K1= sedang (90-50 cm)

K2= dangkal (50-25 cm)

K3= sangat dangkal (<25 cm)

(Rayes, 2007).

Pada satu unit lahan, kedalaman tanah mempunyai pola umum. Dibukit

(26)

Demikian pula tanah di lereng atas umumnya lebih dangkal dibandingkan dengan

lereng tengah. Dengan mengikuti pola umum tersebut, maka kedalaman tanah dapat

diidentifikasikan dengan penaksiran foto udara (Siswanto, 2006).

Warna Tanah

Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna

komponen-komponen penyusunannya. Efek komponen-komponen terhadap warna

komposit ini secara langsung proposional terhadap total permukaan tanah yang

setara dengan luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetrik

masing-masingnya terhadap tanah, yang bermakna materi koloidal mempunyai dampak

terbesar terhadap warna tanah, misalnya humus dan besi-hidroksida yang secara

jelas menentukan warna tanah (Hanafiah, 2005).

Bahaya Banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan

pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

(Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun

f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.

f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.

f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu

dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi

(27)

memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah

dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,

dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon

A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung

bahan organik yang cukup banyak (Djaenuddin, 2011).

Kelas erosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

E0 = < 0,15% (sangat ringan)

E1 = 0,15 - 0,9% (ringan)

E2 = 0,9 - 1,8% (sedang)

E3 = 1,8 - 4,8% (berat)

E4 = > 4,8% (sangat berat)

(Ritung, 2007).

Sifat Kimia Tanah Kapasitas Tukar Kation

Kapasitas tukar kation merupakan ukuran kemampuan suatu koloid untuk

mengadsorbsi dan mempertukarkan kation. Kation ini dapat didefenisikan pula

sebagai ukuran kuantitas kation, dan segera dapat dipertukarkan dan yang

menetralkan muatan negatif tanah. Jadi penetapan KTK merupakan pengukuran

jumlah total muatan negatif per unit berat bahan (Mukhlis, 2014).

Didalam tanah selain terjadi proses pertukaran kation ada proses pertukaran

anion (KTA) akan tetapi lebih banyak dibicarakan KTK karena sebagian besar

unsur hara esensial didalam tanah dalam bentuk kation, sehingga reaksi-reaksi

(28)

Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.

Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya,

terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering

dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation

terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah

dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika

kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤

50% (Tan, 1998).

pH Tanah

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran

total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat

berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih

besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Musa dkk, 2007).

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :

pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)

pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)

pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)

(Arsyad, 2010).

C-Organik

Bahan organik tanah merupakan sumua bahan organik didalam tanah baik

yang mati maupun yang hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya

(29)

organik sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu

menetapkan arah proses pembentukan tanah (Mukhlis, 2014).

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain

terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya

sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan

meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran

kation (KPK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK

tanah. Sekitar 20 – 70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber

pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan

organik dengan KPK tanah (Atmojo, 2003).

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.)

Kopi merupakan komoditi penting dalam konstelasi perkebunan, disamping

itu permintaan konsumsi kopi dunia semakin hari semakin meningkat. Saat ini,

produksi kopi Indonesia telah mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80

persen berasal dari perkebunan rakyat. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat

pada periode berikutnya mengingat pangsa pasar ekspor dan kebutuhan konsumsi

yang tinggi terhadap kopi. Kegiatan konsumsi akan mempunyai dampak ekologis

(ecological footprint) yang tinggi sebagai akibat gaya hidup manusia yang pada

ujungnya bertumpu pada kemampuan sumber daya alam untuk menyediakan

kecukupan pemenuhan bahan baku tersebut (Arief, 2011).

Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai

perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan

(30)

alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi

akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit

semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian

(Bagian Penelitian dan Pengembangan Prov. Sumut , 2008).

Menurut Najiyati dan Danarti (1997) dalam Cibro (2012) Kopi arabika

tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat

tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya

adalah 18-26 oC. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna

hijau hingga merah gelap. Umumnya berbuah sekali dalam setahun.

Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi

sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi mempunyai sifat yang

sangat khusus, karena masing-masing jenis kopi mengkehendaki lingkungan yang

agak berbeda. Faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi

antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah

(Najiyati dan Danarti, 1997).

Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan

temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup pada 1000-1700 m diatas

permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta dapat hidup pada 500-1000 m

diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut dengan suhu

20ºC. Pertanaman kopi arabika yang dekat permukaan laut banyak diserang

penyakit karat daun, sedang ketinggian lebih dari 2000 m sering diganggu embun

upas. Jenis Liberica dapat hidup baik didaratan rendah (Sentani, 1991).

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000 -

(31)

- 3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada

waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kering dikehendaki maximal

1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga

lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap

angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan

mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon

pelindung, untuk mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam pohon

penahan angin (Sentani, 1991).

Syarat tanah yang dikehendaki oleh tanaman kopi adalah 1) mempunyai

solum yang cukup dalam 2) gembur dengan bahan organik yang cukup 3) sangat

cocok ditanam pada tanah bekas hutan 4) Keasaman (pH) tanah 5,5 - 6, Air tanah

cukup dalam (Sentani, 1991).

Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) adalah termasuk tanaman sayuran yang berumur pendek. Saat ini kegunaan umbinya semakin banyak dan

mempunyai peran penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan kentang akan

meningkat akibat pertumbuhan jumlah penduduk, juga akibat perubahan pola

konsumsi di beberapa negara berkembang (Parman, 2007).

Di indonesia, tanaman kentang sangat diusahakan didaerah yang memiliki

ketinggian 500 m- 3000 m diatas permukaan laut, dan pada ketinggian optimum

antara 1000 m- 2000 m diatas permukaan laut. Suhu yang paling tepat bagi

pertumbuhan kentang adalah suhu 20o C – 24o C pada siang hari dan 8o C-12o C

(32)

Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan

reaksi tanah (pH) 5 – 6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andisol dengan ciri –

ciri solum tanah agak tebal antara 1–2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat

tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah.

Jenis tanah Andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi,

produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral

(Soelarso, 1997).

Menurut penelitian Rinsema (1983) dalam Haris (2010) menyatakan

Peningkatan produktivitas kentang sangat ditunjang oleh sistem pemupukan dan

lingkungan tumbuh yang sesuai. Pemupukan sangat diperlukan untuk mencukupi

kebutuhan unsur hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah sehingga perakaran

dapat tumbuh baik serta dapat menyerap unsur hara dalam jumlah cukup. Hal ini

sangat diperlukan sehubungan dengan proses pembentukan umbi kentang. Unsur

hara utama yang dibutuhkan tanaman kentang dalam jumlah besar adalah unsur

hara makro primer yaitu Nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian unsur hara N, P dan K adalah penting untuk

perkembangan umbi kentang.

Tanaman Kubis (Brassica oleraceaeL.)

Berdasarkan Angka Tetap (ATAP) 2011 dari Direktorat Jenderal

Hortikultura, perkembangan luas panen kubis di Indonesia selama periode

2000-2011 cenderung menurun. Tahun 2000 luas panen kubis di Indonesia sebesar

66.914 ha dan berkurang menjadi 65.323 ha (2,38%) pada tahun 2011. Sedangkan

(33)

42.548 ha dan 22.775 ha (Deptan, 2013).

Brassica merupakan salah satu genus yang memiliki keragaman spesis.

Hampir 40 spesies dari Brassica tersebar diseluruh dunia. Sebagian besar tumbuh

didaerah beriklim sedang, dan beberapa diantaranya bahkan tumbuh diiklim

subartik. Beberapa tanaman umumnya diketahui sebagai crucifer yang sangat

dikenal oleh masyarakat karena manfaatnya bagi kesehatan dan kandungan gizinya

yang tinggi juga berguna bagi manusia. Beberapa diantaratanaman kubis -

kubisan merupakan sayuran daun dan akar setahun dan dua-tahunan

(Rusmiati dkk, 2007).

Kubis pada umumnya ditanam di daerah yang berhawa sejuk, di dataran

tinggi 800–2000 m dpl dan bertipe iklim basah, namun terdapat pula varietas yang

dapat ditanam di dataran rendah atau 200 m dpl. Pertumbuhan optimum didapatkan

pada tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus, pH tanah antara 6–7.

Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Namun

kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif

(Rusmiati dkk, 2007).

Tanaman Jeruk (Citrus sp.)

Pada umumnya jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur

mengandung banyak hawa udara ( oksigen ), bahan organis ( humus ) dan air dalam

tanah agak dalam. Tanah yang kurang subur pun dapat ditanami jeruk, asalkan soal

pemuukan diperhatikan benar - benar. Tanah yang longgar dan tidak lekas padat,

sehingga air berlebihan ( air hujan ) bisa cepat dialirkan/dilarutkan. Jeruk sama

sekali tidak tahan terhadap air yang tergenang ( penyakit akar ). Tanah yang banyak

(34)

perkebunan jeruk. Yang baik ialah, jika air dalam tanah waktu musim hujan 50 cm

dan di musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah (Cibro, 2012).

Tanaman jeruk dapat ditanam di daerah antara 40 LU- 40 LS. Di daerah

tropis, dapat ditanam didataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl. Di daerah

katulistiwa dapat di tanam sampai ketinggian 2000 m dpl. Temperatur optimal

25-30 q C. Sinar matahari sangat diperlukan untuk pertumbuhan jeruk oleh karena itu

jeruk manis yang ditanam di tempat terlindung pertumbuhannya kurang baik dan

mudah terserang penyakit (Purnomosidhi, 2007).

Angin dengan kecepatan 40-48 Km/jam menyebabkan buah jeruk akan

tergoncang bahkan dapat rontok. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang

intensitas angin yang sangat tinggi diperlukan tanaman penahan angin (lamtoro,

cemara, dsb ) yang ditanam kurang lebih dari 2 meter berderet dengan arah tegak

lurus datangnya angin (Soelarso, 1996).

Tanaman jeruk ditanam pada berbagai jenis tanah ulai dari tanah berpasir

sampai tanah liat berat. Paling baik pada bekas endapan sungai. Tanaman jeruk

memerlukan cukup air terutama bila mulai berbunga, tetapi tidak tahan genangan,

oleh karena itu drainase harus baik dengan pH tanah 5-6 (Purnomosidhi, 2007).

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok

(Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyakditanami

di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. , jeruk Siem (C. microcarpa L.

dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang,

jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica),

jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan - Madium dan

(35)

jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas

introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan

varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut

(36)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir (2030'

-3045' LU dan diantara 98030'-98049' BT) dengan luas 56.045 ha dan ketinggian

tempat 900-1.800 meter diatas permukaan laut. Sampel tanah yang diperoleh

dilapangan di analisis di Laboratorium Analitik di PT. Socfin Indonesia Kabupaten

Serdang Bedagai Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan

Juni 2015 sampai selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah yang

diambil dari setiap Satuan Peta Lahan (SPL), serta bahan-bahan yang digunakan

untuk analisis di laboratorium, kriteria kesesuaian lahan tanaman kopi, kentang,

kubis, jeruk dan peta administrasi.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah Peta Satuan Peta

Lahan (SPL) Kecamatan Harian skala 1 : 50.000 yang dihasilkan dari overlay

antara Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000, Peta Kemiringan Lereng skala 1 : 50.000

dan Peta Ketinggian Tempat skala 1 : 50.000, Global Position System (GPS) untuk

mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, bor tanah untuk mengambil

sampel tanah, meteran untuk mengukur kedalaman tanah, pisau untuk mengambil

tanah dari bor tanah, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan,

kantong plastik sebagai tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat sampel

tanah dalam kantong plastik, label untuk menandai sampel tanah, dan alat tulis serta

(37)

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data iklim yang

dikasifikasikan berdasarkan tipe iklim Schimdt dan Ferguson, data kesuburan tanah

meliputi sifat kimia dan fisika dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh

Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1993.

Metode evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode pembandingan

(matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan

dengan cara mencocokkan serta memperbandingkan antara karakteristik lahan

dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap satuan

lahan tertentu.

Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman

kopi arabika (Coffea arabica), kentang (Solanum tuberosum L.), kubis (Brassica oleraceae L.) dan jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten

Samosir, maka data iklim data hasil pengamatan di lapangan (kondisi fisik

lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan

kriteri kelas kesesuaian lahan untuk kopi arabika (Coffea arabica), kentang

(Solanum tuberosum L.), kubis (Brassica oleraceae L.) dan jeruk (Citrus sp.) oleh Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian (Djaenudin, 2011)

sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual. Setelah melakukan usaha-usaha

perbaikan pada faktor-faktor penghambatnya, maka selanjutnya diperolehlah kelas

kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi arabika (Coffea arabica), kentang

(38)

Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan

rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,

penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan persiapan

alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Pengumpulan data iklim untuk Kecamatan Harian selama 10 tahun terakhir

(2005-2014) diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sampali

Medan meliputi data: curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara.

Tahap Kegiatan di Lapangan

- Pengamatan karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Lahan (SPL) di

lapangan.

- Pengambilan sampel tanah di setiap Satuan Peta Lahan (SPL) dilakukan secara

zig-zag pada kedalaman 20-40 cm lalu dikompositkan dari beberapa lokasi

pada SPL yang sama. Kemudian dimasukkan sampel tanah tersebut ke dalam

plastik dengan berat tanah + 2 kg serta diberi label lapangan.

Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan metode Matching yaitu membandingkan

karakteristik lahan pada setiap SPL dengan kriteria kelas kesesuaian lahan tanaman

kopi arabika (Coffea arabica), kentang (Solanum tuberosum L.), kubis (Brassica oleraceae L.) dan jeruk (Citrus sp.), dan dalam buku Petunjuk Teknis Evauasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian oleh Djaenudin, dkk., (2011).

Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam penelitian ini adalah

(39)

1. Temperatur (tc)

o Rata-rata suhu tahunan dan kelembaban (%) serta curah hujan (mm/tahun)

yang diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Sampali Medan untuk Kecamatan Harian Kabupaten Samosir.

2. Ketersediaan Oksigen (oa)

o Drainase

3. Media Perakaran (rc)

o Bahan kasar (%)

o Kedalaman tanah (cm)

o Tekstur dengan metode hydrometer

4. Retensi Hara (nr)

o KTK (me/100g) metode ekstraksi NH

4OAc pH 7

o pH H2O metode elektrometri (1:2,5)

o Kejenuhan basa (%) NH

4-asetat 1N pH 7

o C-organik (%) metode Walkey and Black

5. Toksitas

o Salinitas (ds/m)

6. Sodisitas

o Alkalinitas / ESP (%)

7. Bahaya sulfidik

o Kedalaman sulfidik (cm)

8. Bahaya erosi

o Lereng (%)

(40)

9. Bahaya Banjir

o Genangan

10. Penyiapan Lahan (lp)

o Batuan di permukaan (%)

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data Iklim

Data iklim selama 10 tahun terakhir (2005-2014) diperoleh dari Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sampali Medan meliputi data : Curah

hujan, suhu udara dan kelembaban udara rata-rata bulanan pada pos

pengamatan/stasiun terdekat yaitu Stasiun Geofisika Parapat Kabupaten Samosir

dianggap dapat mewakili data iklim di Kecamatan Harian.

Adapun data iklim yang diperoleh dengan data rata-rata berikut:

a. Suhu udara rata-rata tahunan :

- Ketinggian 900 – 1200 m dpl : 21,09 0C

- Ketinggian 1200 – 1500 m dpl : 19,23 0C

- Ketinggian 1500 – 1800 m dpl : 17,37 0C

b. Curah hujan rata-rata tahunan : 2135 mm/tahun

c. Kelembaban rata-rata tahunan : 81,08 %

d. Lamanya bulan kering : 1,14 bulan

e. Tipe iklim (Schimdt dan Ferguson) : A (Daerah sangat basah, Q: 2,91%)

Karakteristik Lahan

Dari hasil pengamatan di lapangan, data iklim dan analisis tanah yang

dilakukan pada kedalaman 0 cm – 30 cm dan 30 cm – 60 cm, maka diperoleh data

(42)

Tabel 1. Nama-Nama Desa pada Setiap SPL (Satuan Peta Lahan)

SPL Desa

SPL 1

(Entisol, 900-1200 m dpl, 0-8 %)

Sampur Toba, Dolok Raja, Hariara Pohan, Janji Martahan, Turpuk Sihotang

SPL 2

(Entisol, 900-1200 m dpl, 8-16 %)

Sampur Toba, Dolok Raja, Hariara Pohan, Janji Martahan, Turpuk Sihotang, Siparmahan

SPL 3

(Entisol, 1200-1500 m dpl, 0-8 %)

Janji Martahan, Hariara Pohan

SPL 4

(Inceptisol, 900-1200 m dpl, 8-16 %)

Turpuk Limbong, Turpuk Malau

SPL 5

(Andisol, 900-1200 m dpl, 8-16 %)

Sosor Dolok, Partungko Naginjang, Turpuk Limbong, Dolok Raja, Siparmahan

SPL 6

(Andisol, 1200-1500 m dpl, 8-16 %)

Partungko Naginjang, Sosor Dolok, Turpuk Limbong, Dolok Raja, Siparmahan, Turpuk Limbong, Hariara Pohan, Turpuk Sagala, Turpuk Sihotang

SPL 7

(Andisol, 1200-1500 m dpl, >30%)

Partungko Naginjang

SPL 8

(Andisol, 1500-1800 m dpl, 8-16 %)

Partungko Naginjang, Sosor Dolok, Turpuk Limbong, Dolok Raja, Siparmahan,, Hariara Pohan, Turpuk Sihotang, Janji Martahan

SPL 9

(Andisol, 1500-1800 m dpl, >30 %)

(43)

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika

pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 2

[image:43.595.110.512.223.634.2]

berikut:

Tabel 2. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)

Persyaratan penggunaan

lahan/karakteristik lahan Nilai Data

Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

21,09 900-1200 2135,80 S1 S1 S3 S1 S1 S2 Lamanya masa kering(bln) 1,14 S1 S1

Kelembaban (%) 81,08 S3 S3

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Agak Kasar (Pasir Berlempung)

S3 S3

Bahan kasar (%) <15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) 75-100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 11,35 S2 S1 Kejenuhan basa (%) 86,94 S1 S1

pH H2O 5,69 S1 S1

C-organik (%) 0,691 S3 S1

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,036 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 0-8 S1 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1 Kesesuain Lahan Aktual S3 (wa, rc, nr)

Usaha Perbaikan Irigasi, bahan organik Kesesuaian Lahan Potensial S3 (wa, rc)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada Tabel 2. adalah sesuai

marginal / S3 (wa, rc, nr) dengan faktor pembatas ketersediaan air, media

(44)

kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah sesuai marginal / S3 (wa, rc) dengan

faktor pembatas ketersediaan air, media perakaran.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kentang pada

Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 3.

berikut :

Tabel 3. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kentang pada Tabel 3. adalah sesuai

Persyaratan penggunaan

lahan/karakteristik lahan Nilai Data

Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) Bulan ke-1

Bulan ke-2 dan ke-3 Bulan ke-4

21,09

170 175,67 dan 86,17

212,75 S3 S1 S1 S1 S3 S1 S1 S1

Kelembaban (%) 81,08 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Agak Kasar (Pasir Berlempung)

S2 S2

Bahan kasar (%) <15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) 75-100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 11,35 S2 S1

Kejenuhan basa (%) 86,94 S1 S1

pH H2O 5,69 S1 S1

C-organik (%) 0,691 S3 S1

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,036 S1 S1 Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 4,75 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 0-8 S1 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1

[image:44.595.107.517.252.685.2]
(45)

marginal / S3 (tc, nr) dengan faktor pembatas temperatur dan retensi hara. Namun

setelah dilakukan usaha perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan

potensialnya adalah sesuai marginal/ S3 (tc) dengan faktor pembatas temperatur.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Kubis pada

Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 4.

[image:45.595.103.516.261.671.2]

berikut :

Tabel 4. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kubis pada Tabel 4. adalah sesuai

marginal/S3 (tc,wa,rc) dengan faktor pembatas temperatur, ketersediaan air dan

Persyaratan penggunaan

lahan/karakteristik lahan Nilai Data

Kelas Kes. Lahan Aktual Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm/Tahun)

21,09 900-1200 2135,80 S3 S2 S3 S3 S2 S2

Kelembaban (%) 81,08 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Agak Kasar (Pasir Berlempung)

S3 S3

Bahan kasar (%) <15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) 75-100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 11,35 S2 S1

Kejenuhan basa (%) 86,94 S1 S1

pH H2O 5,69 S2 S1

C-organik (%) 0,691 S2 S1

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,036 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 0-8 S1 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1

Kesesuaian Lahan Aktual S3 (tc,wa,rc)

(46)

media perakaran. Namun setelah dilakukan usaha perbaikan maka diperoleh kelas

kesesuaian lahan potensialnya adalah sesuai marginal/S3 (tc,rc) dengan faktor

pembatas temperatur dan media perakaran.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Jeruk pada

Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 5.

berikut :

Tabel 5. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)

Persyaratan penggunaan

lahan/karakteristik lahan Nilai Data

Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

21,09 900-1200 2135,80 S1 S1 S1 S1 S1 S1

Kelembaban (%) 81,08 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Agak Kasar (Pasir Berlempung)

S1 S1

Bahan kasar (%) <15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) 75-100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 11,35 S2 S1 Kejenuhan basa (%) 86,94 S1 S1

pH H2O 5,69 S1 S1

C-organik (%) 0,691 S3 S1

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,036 S1 S1 Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 4,75 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 0-8 S1 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual S3 (nr)

[image:46.595.103.516.281.710.2]
(47)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman jeruk pada Tabel 5. adalah sesuai

marginal/S3 (nr) dengan faktor pembatas retensi hara. Namun setelah dilakukan

usaha perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah sangat

sesuai/ S1.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika

pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 6

[image:47.595.99.518.335.729.2]

berikut:

Tabel 6. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)

Persyaratan penggunaan

lahan/karakteristik lahan Nilai Data

Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

21,09 900-1200 2135,80 S1 S1 S3 S1 S1 S2 Lamanya masa kering(bln) 1,14 S1 S1

Kelembaban (%) 81,08 S3 S3

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Halus

(tanah liat berpasir)

S1 S1

Bahan kasar (%) < 15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 19,36 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 74,74 S1 S1

pH H2O 5,6 S1 S1

C-organik (%) 0,931 S2 S1

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,043 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1

(48)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada Tabel 6. adalah sesuai

marginal / S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air. Namun setelah

dilakukan usaha perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya

adalah sesuai marginal / S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kentang pada

Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 7.

[image:48.595.104.511.312.750.2]

berikut :

Tabel 7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang pada SPL (2)

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

Nilai Data Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

21,09 900-1200 S3 S2 S3 S2 Bulan ke-1

Bulan ke-2 dan ke-3 Bulan ke-4

170 175,67 dan 86,17

212,75 S1 S1 S1 S1 S1 S1 Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Halus

(tanah liat berpasir)

S2 S2

Bahan kasar (%) < 15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 19,36 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 74,74 S1 S1

pH H2O 5,6 S1 S1

C-organik (%) 0,931 S2 S1

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,043 S1 S1 Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 2,89 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual S3 (tc)

(49)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kentang pada Tabel 7. adalah sesuai

marginal / S3 (tc) dengan faktor pembatas temperatur. Namun setelah dilakukan

usaha perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah sesuai

marginal/ S3 (tc) dengan faktor pembatas temperatur.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kubis pada

Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 8.

berikut :

Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)

Persyaratan penggunaan

lahan/karakteristik lahan Nilai Data

Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

21,09 900-1200 2135,80 S1 S2 S3 S1 S1 S2

Kelembaban (%) 81,08 S2 S2

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Halus

(tanah liat berpasir)

S1 S1

Bahan kasar (%) < 15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 19,36 S1 S1 Kejenuhan basa (%)

pH H20 C-Organik 74,74 5,6 0,931 S1 S3 S1 S1 S1 S1 Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,043 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1 Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1

[image:49.595.102.519.345.738.2]
(50)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kubis pada Tabel 8. Adalah sesuai marginal

/ S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air. Namun setelah dilakukan usaha

perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah sesuai

marginal/ S2 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman Jeruk pada

Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) yang berada di desa Sampur Toba, pada Tabel 9.

berikut :

Tabel 9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

Nilai Data Kelas Kes. Lahan Aktual

Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)

Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)

21,09 900-1200 2135,80 S2 S2 S2 S2 S2 S1

Kelembaban (%) 81,08 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Halus

(tanah liat berpasir)

S1 S1

Bahan kasar (%) < 15 S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) 19,36 S1 S1

Kejenuhan basa (%) pH H20 C-Organik 74,74 5,6 0,931 S1 S1 S2 S1 S1 S1 Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) 0,043 S1 S1 Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 2,89 S1 S1 Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1 Bahaya banjir (fh)

Genangan

< 5

F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

[image:50.595.101.520.333.741.2]
(51)

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman jeruk pada Tabel 9. adalah cukup sesuai / S2

(tc,wa) dengan faktor pembatas temperatur dan ketersediaan air. Namun setelah

dilakukan usaha perbaikan maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensialnya

adalah cukup sesuai/ S2 (tc) dengan faktor pembatas temperatur.

Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika

pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3) yang berada di Desa Janji Martahan, pada Tabel

[imag

Gambar

Tabel 2. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika pada Satuan Peta Lahan                  1 (SPL 1)
Tabel 3. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kentang pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Tabel 4. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kubis pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Tabel 5. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk pada Satuan Peta Lahan 1                          (SPL 1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui keragaman morfologi dan hubungan kekerabatan kultivar kentang (Solanum tuberosum L.)

PENGUKURAN DIFUSIFITAS PANAS KENTANG (Solanum tuberosum L.).. PADA PENY:'IMPANAN

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|

suhu hidrolisis terhadap karakteristik dekstrin dari pati kentang ( Solanum tuberosum L.) dengan metode enzimatis.. Metode: Umbi kentang dari Pasar Pagi Setia

PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS NODUS KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA DENGAN PERLAKUAN SP-36 DAN KNO 3 PADA MEDIA AB MIX SECARA..

Jenis tanah yang paling baik adalah Andisol dengan ciri – ciri solum tanah agak tebal antara 1 – 2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau

[r]

Pengaruh Penambahan Kentang (Solanum tuberosum L.) dan Suhu Pembekuan Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Donat Kentang Beku (Dibimbing oleh EKA LIDIASARI)..