• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FENETIK SEMBILAN KULTIVAR KENTANG (Solanum tuberosum L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FENETIK SEMBILAN KULTIVAR KENTANG (Solanum tuberosum L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FENETIK SEMBILAN KULTIVAR KENTANG (Solanum tuberosum L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi

oleh Andri Barlian

0905921

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Analisis Fenetik Sembilan Kultivar

Kentang (

Solanum tuberosum

L.)

Berdasarkan Karakter Morfologi

Oleh Andri Barlian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Andri Barlian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANDRI BARLIAN

ANALISIS FENETIK SEMBILAN KULTIVAR KENTANG (Solanum tuberosum L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Topik Hidayat, S.Pd, M.Si NIP. 197004101997021001

Pembimbing II

Dra. R. Kusdianti, M.Si NIP. 196402261989032004

Pembimbing III

Rinda Kirana, SP. MP. NIP. 197401041999032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

(4)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN UMUM MORFOLOGI TUMBUHAN, KENTANG (Solanum tuberosum L.), DAN BIOSISTEMATIKA A. Morfologi Tumbuhan ... 5

4. Deskripsi Sembilan Kultivar Kentang ... 14

C. Sistematika ... 16

(5)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Fenetik ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19

B. Objek Penelitian ... 19

C. Bahan... 19

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

E. Pelaksanaan Penelitian ... 20

1. Persiapan Awal... 20

2. Pengamatan Morfologi ... 20

3. Analisis Fenetik ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variasi Morfologi Kentang (Solanum tuberosum L.) ... 23

1. Batang ... 23

2. Daun ... 26

3. Umbi ... 32

B. Analisis Fenetik ... 35

C. Implikasi Taksonomi ... 39

D. Aplikasi dalam Pembentukan Bibit Unggul ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(6)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Sembilan Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L) ... 19 4.1. Hasil Penskoran Karakter Morfologi Batang Sembilan Kultivar

Kentang ... 24 4.2. Hasil Penskoran Karakter Morfologi Daun Sembilan Kultivar

Kentang. ... 27 4.3. Hasil Penskoran Karakter Morfologi Umbi Sembilan Kultivar

(7)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tumbuhan Kentang ... 10

2.2. Morfologi Tumbuhan Kentang ... 10

2.3. Morfologi Daun Kentang ... 11

2.4. Batang, Stolon, dan Umbi ... 13

2.5. Morfologi Umbi Kentang ... 13

2.6. Bentuk Umbi Kentang ... 14

3.1. Alur Penelitian ... 22

4.1. Tinggi Tanaman ... 24

4.2. Tipe Tanaman ... 25

4.3. Kebiasaan Tumbuh ... 25

4.4. Antosianin pada Batang ... 26

4.5. Ukuran Outline Daun ... 28

4.6. Susunan Anak Daun ... 29

4.7. Intensitas Warna Hijau Daun ... 29

4.8. Gelombang Tepi Daun Rata dengan Permukaan Daun Tidak Mengkilap ... 31

4.9. Frekuensi Daun Sekunder ... 31

4.10. Ukuran Anak Daun Sekunder ... 32

4.11 Bentuk Umbi ... 33

4.12 Kehalusan Kulit Umbi ... 34

4.13 Warna Daging Umbi ... 35

(8)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Alat ... 44 2. Karakter Morfologi Kentang ... 45 3. Hasil Penskoran Karakter Morfologi Kentang... 50 4. Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Deskripsi Varietas

(9)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Phenetic Analysis of Nine Cultivar of Potatos (Solanum tuberosum L.) Based on Morphological Chatacters

Study on phenetic analysis to determine the genetic relationship of nine cultivars of potato (Solanum tuberosum L.) was conducted based on 27 morphological characters, including organ stems, leaves, and tubers. The characters observed were futher scored. The score was analyze using UPGMA method. The results showed a high diversity of morphological characters of which 20 characters were different. The phenogram indicated that the nine cultivars of potato were classified into three main groups. The first group was consisted of cultivar of Cipanas, Granola variety, Atlantic variety, and Repita variety. The second group was housed of cultivar of Manohara and GM 05. The third group was composed of cultivar of Margahayu, Mb 17, and Maglia. The cultivar of Manohara and GM-05 has the closest genetic relationship, whereas cultivar of Repita and Margahayu were the most distant genetic relationships. These pattern relationship can be used as one of the base in the process of cross-breeding plants to assemble the new cultivar. Morever the cross-breeding will be better if it made between distantly related cultivar.

Key words: Solanum tuberosum L., Phenetic, Varieties, Morphology

ABSTRAK

Analisis Fenetik Sembilan Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) Berdasarkan Karakter Morfologi

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis fenetik guna mengetahui hubungan kekerabatan sembilan kultivar kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian dilakukan berdasarkan 27 karakter morfologi, meliputi organ batang, daun, dan umbi. Karakter – karakter yang diamati kemudian dijadikan bentuk skor. Hasil penskoran karakter dianalisis dengan menggunakan metode UPGMA sehingga terbentuk fenogram. Hasil penelitian menunjukkan keragaman morfologi yang cukup tinggi, dari 27 karakter yang diamati, 20 diantaranya menunjukkan perbedaan. Dari fenogram yang terbentuk dapat diketahui bahwa dari sembilan kultivar kentang yang diamati terdapat tiga kelompok utama. Kelompok pertama terdiri dari kultivar Cipanas, Granola, Atlantik, dan Repita. Kelompok kedua terdiri dari kultivar Manohara dan GM 05. Kelompok ketiga terdiri dari kultivar Margahayu, Mb 17, dan Maglia. Kultivar Manohara dengan GM 05 memiliki hubungan kekerabatan paling dekat, sedangkan kultivar Repita dengan Margahayu memiliki hubungan kekerabatan paling jauh. Hubungan kekerabatan yang diketahui dari penelitian ini dapat dijadikan salah satu dasar dalam proses persilangan tumbuhan untuk merakit kultivar baru. Hasil persilangan akan lebih baik apabila dilakukan antara kultivar yang berkerabat jauh.

(10)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dianugerahi sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya adalah keanekaragaman tumbuhan. Tanah yang subur dengan bentuk topografi yang beragam, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi mengakibatkan banyak sekali variasi tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik di negara ini.

Salah satu tumbuhan yang tumbuh cukup baik adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Kentang merupakan tumbuhan berkeping dua yang bersifat annual, termasuk ke dalam famili Solanaceae, dan memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Kentang dapat tumbuh subur di tempat - tempat yang cukup tinggi, seperti di pegunungan dengan ketinggian berkisar 500 sampai 3000 m di atas permukaan laut. Namun idealnya pada ketinggian antara 1000 sampai 1300 m di atas permukaan laut (Setiadi, 2009).

Bagian utama kentang yang menjadi bahan makanan adalah umbi yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18 persen, protein 2,4 persen, dan lemak 0,1 persen. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal. Kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya vitamin C, kadarnya mencapai 31 miligram per 100 gram bagian kentang yang dapat dimakan (Astawan, 2005).

Dalam dunia pertanian, kentang merupakan salah satu dari lima jenis komoditas pangan penting dunia, selain gandum, jagung, sorgum, dan padi (Handayani et al. 2011). Di Indonesia, kentang merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat prioritas untuk dikembangkan (Rukmana, 1997). Kentang merupakan salah satu komoditas yang mempunyai

(11)

2

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai sayuran dan pengganti pangan pokok, kentang adalah bahan baku untuk industri olahan makanan ringan seperti kentang goreng dan keripik kentang. Hal ini mengakibatkan permintaan akan bahan baku kentang menjadi meningkat, sehingga untuk memenuhinya dilakukan peningkatan produksi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan kultivar - kultivar unggul.

Hibridisasi atau persilangan adalah salah satu teknik yang banyak digunakan dalam kegiatan pemuliaan tanaman untuk merakit kultivar unggul baru. Prinsip dasar dalam pemuliaan adalah adanya keragaman, terutama keragaman genetik. Indukan kentang yang akan disilangkan sebaiknya memiliki jarak kekerabatan yang jauh sehingga dapat menghasilkan keragaman genetik tinggi pada keturunannya (Handayani, 2014). Untuk mengetahui kekerabatan kentang perlu dilakukan pengklasifikasian.

Dalam pengklasifikasian suatu organisme terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar organisme adalah analisis fenetik. Analisis fenetik merupakan metode pengklasifikasian organisme berdasarkan nilai kesamaan/ similaritas karakter yang dimiliki oleh objek studi (para ahli fenetik menyebutnya OTU yaitu Operational Taxonomic Unit). Jenis karakter yang digunakan tidak dibatasi seperti: morfologi, kimia, fisiologi, ataupun ekologi, asalkan karakter tersebut memiliki bobot yang sama dan dapat diperbandingkan diantara OTU (Rasnovi, 2004).

Data dari Balai Penelitian Tanaman Sayur (Balitsa) menyatakan terdapat 27 kultivar kentang yang telah dikembangkan, baik lokal maupun introduksi. Kultivar – kultivar ini perlu diketahui hubungan kekerabatannya. Dengan diketahuinya hubungan kekerabatan, maka dapat dibentuk suatu sistem kekerabatan ilmiah yang akan membantu dalam proses persilangan untuk merakit kultivar baru.

(12)

3

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan kekerabatan pada sembilan kultivar tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) berdasarkan karakter morfologi?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat dibuat menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana keragaman morfologi antara sembilan kultivar tanaman kentang (S. tuberosum L.) yang diamati?

2. Apakah terdapat hubungan kekerabatan pada sembilan kultivar kentang bila dianalisis secara fenetik?

3. Kultivar kentang mana yang memiliki hubungan kekerabatan paling dekat dan yang paling jauh?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, ruang lingkup dibatasi pada:

1. Tanaman yang diamati adalah sembilan kultivar kentang yang ditanam di kebun percobaan Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayur), Lembang. 2. Jumlah karakter yang diamati sebanyak 27 karakter.

3. Karakter yang diamati hanya pada organ batang, daun, dan umbi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui keragaman morfologi antara kultivar kentang (S. tuberosum L.) yang ditanam di Balitsa.

2. Mengetahui hubungan kekerabatan pada kultivar kentang bila dianalisis secara fenetik.

(13)

4

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini akan didapat data berupa karakter morfologi dari beberapa kultivar kentang yang dapat digunakan sebagai :

1. Sumber informasi mengenai keanekaragaman karakter morfologi kultivar kentang (S. tuberosum L.).

2. Data dasar dalam melakukan persilangan pada tanaman kentang untuk menghasilkan kultivar baru.

(14)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian dasar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui keragaman morfologi dan hubungan kekerabatan kultivar kentang (Solanum tuberosum L.) berdasarkan karakter morfologi yang diamati.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah kultivar - kultivar tanaman kentang yang dibudidayakan di Balai Penelitian Tanaman Sayur (Balitsa) Lembang. Sampel yang diamati adalah sembilan kultivar kentang yang ditanam di dalam rumah kasa di kebun percobaan Balitsa. Tanaman ditanam dalam polibag dengan media tanam campuran arang sekam dengan pupuk kandang.

C. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan kultivar tumbuhan kentang yang dibudidayakan di Balitsa (Tabel 3.1)

Tabel 3.1. Sembilan Kultivar Kentang (S. tuberosum L.) yang Digunakan

Nomor Nama Kultivar

(15)

20

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 Kentang Kultivar Atlantik 9 Kentang Kultivar Maglia D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian berlangsung selama bulan Juni 2013 – Januari 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang pada ketinggian tempat 1250 mdpl.

E. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Awal

Persiapan awal dimulai dari penyusunan proposal penelitian dan survei lapangan untuk menentukan lokasi pengambilan sampel. Setelah proposal selesai dibuat kemudian menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian.

2. Pengamatan Morfologi

(16)

21

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27 karakter yang digunakan merupakan karakter yang sesuai dengan yang disyaratkan UPOV dalam pengujian DUS (uji keunikan, keseragaman, dan kesetabilan), yaitu:

1) Merupakan ekspresi dari suatu genotipe atau merupakan kombinasi genotipe.

2) Cukup konsisten dan memberikan hasil pengujian yang sama bila diulang pada lingkungan pengujian tertentu.

3) Menunjukkan variasi yang cukup di antara kultivar sehingga dapat dibedakan.

4) Dapat didefinisikan dan dikenal secara jelas. 5) Memenuhi syarat keseragaman.

6) Memenuhi syarat kestabilan dalam arti memberikan hasil yang sama pada beberapa siklus pengujian.

3. Analisis Fenetik

(17)

22

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Persiapan Materi Penelitian (Studi Literatur & Observasi Lapangan)

Penyusunan Proposal

Analisis Fenetik/ Analisa Data Pencuplikan & Pengamatan

Karakteristik Morfologi

Penyusunan Laporan/ Skripsi

(18)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Organ tumbuhan kentang yang diamati menunjukkan keragaman yang cukup tinggi, dari 27 karakter yang diamati, 20 diantaranya beragam, sedangkan tujuh lainnya seragam pada semua kultivar.

2. Dari fenogram yang terbentuk dapat diketahui bahwa dari sembilan kultivar kentang yang diamati terdapat tiga kelompok utama. Kelompok pertama terdiri dari kultivar Cipanas, Granola, Atlantik, dan Repita. Kelompok kedua terdiri dari kultivar Manohara dan GM 05. Kelompok Ketiga terdiri dari kultivar Margahayu, Mb 17, dan Maglia.

3. Dilihat dari nilai kesamaan karakter morfologinya, kultivar Manohara dengan GM 05 memiliki hubungan kekerabatan paling dekat, sedangkan kultivar yang memiliki hubungan kekerabatan paling jauh adalah kultivar Repita di kelompok kesatu dengan Margahayu di kelompok ketiga.

B. Saran

Dari penelitian ini ada beberapa saran untuk penelitian selanjutnya pada kultivar kentang, yaitu:

1. Penambahan jumlah karakter dapat menghasilkan fenogram yang lebih spesifik dan baik.

2. Organ bunga dan tunas (sprout) kentang sangat direkomendasikan untuk diamati.

(19)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M.. (2005). Kentang : Sumber Vitamin C dan Pencegah Hipertensi [online]. Tersedia : http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_kentang.php. [15 Maret 2013].

Balitsa (2014). Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang Menjawab Kebutuhan Bahan Baku Olahan. Bandung.

C-Martasari. Sugiyanto, A. Yusuf, M. H. & Rahayu, L. D. (2009). Pendekatan Fenetik Taksonomi dalam Identifikasi Kekerabatan Spesies Anthurium. J. Hort. Vol. 19 No. 2 : 155 – 163.

Campbell, A. N. Reece, B. J. Urry, A. L. Cain, L. M. Wasserman, A.S. Minorsky, V. P. & Jackson, B. R. (2012). Biologi Jilid 2. Edisi kedelapan. Editor: Wibi H., Prinandita A.. Jakarta: Erlangga.

Cronquist. (1981). An Intergrated System of Classification of Flowering Plant. New York : Columbia University Press.

Departemen Pertanian. (2002). Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang PerlindunganVarietas Tanaman. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. Departemen Pertanian.

Elrod. S. & Stanfield. W. (2007). Genetika. Edisi keempat. Editor: Amalia S. Jakarta: Erlangga.

Hadipoentyanti, E. & Wahyuni, S. (2004). Pengelompokan Kultivar Ketumbar Berdasarkan Sifat Morfologi. Buletin Plasma Nuftah. Vol. 10 No. 1: 32 – 36 Handayani, T. Sofiari, E. & Kusmana. (2011). Karakterisasi Morfologi Klon Kentang di

Dataran Medium. Buletin Plasma Nuftah. Vol. 17 No. 2: 116 – 121

Handayani, T. (2014). Persilangan Untuk Merakit Varietas Unggul. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Hartuti, N & Sinaga. M. R. (1998). Kripik Kentang Salah Satu Diversifikasi Produk. Bandung: Balitsa.

Hidajat, B. E. (1994). Morfologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Hidayat, T. (2012). Petunjuk Praktikum Botani Phanerogamae. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

(20)

Andri Barlian, 2014

Analisis fenetik sembilan kultivar kentang (salanum tuberosum) berdasarkan karakter morfologi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Huaman, Z. (1986). Systematic Botany and Morfologi of the Potato. Lima: International Potato Center ( CIP).

Lisinska, G. & Leszczynski, W. (1989). Potato Science and Technology. New York : Elsevier Applied Science.

Kusmana & Sofiari, E.. (2007). Karakterisasi Kentang Varietas Granola, Atlantic, dan Balsa dengan Metode UPOV. Bandung: Balitsa.

Permadi, H. A., Wasito A., & Sumiati E. (1985). Morfologi dan Pertumbuhan Kentang. Lembang: Balai Penelitian Hortikultura.

Pitojo, S. (2004). Benih Kentang. Yogyakarta: Kanisius.

PPVT. (2006). Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Kentang (Solanum tuberosum L.). Jakarta: Departemen Pertanian Indonesia.

Rasnovi, S. (2004). Konsep Spesies: Mengapa Fenetik atau Filogenetik?. Floribunda 2 (5): 138 - 143.

Rukmana, R. (1997). Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa Plastik. Yoyakarta: Kanisiun. Setiadi. (2009). Budidaya Kentang (Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih).

Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar, M. B. E. (2002). Proses Ekspresi Gen Pada Tanaman. Universitas Sumatra Utara.

Sunarjono, H. (2007). Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Jakarta: Agromedia Pustaka. Sumardi, I. & Pudjoarinto, A. (1993) Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi.

Tjitrosoepomo, G. (2005). Morfologi Tumbuhan. Edisi kelimabelas. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

UPOV. (2004). Potato (Solanum tuberosum L.) Guidelines for The Conduct of Tests for Distinctness, Uniformity and Stability. Geneva: International Union for The Protection of New Varieties of Plants.

Yatim, W. (2003). Genetika. Edisi kelima. Bandung: Tarsito.

Yatim, W. (2003). Kamus Biologi. Edisi kedua. Jakarta: Buku Obor. Yudianto, A. S. (1992). Mengerti Morfologi Tumbuhan. Bandung: Tarsito.

Gambar

Gambar Halaman
Tabel 3.1. Sembilan Kultivar Kentang (S. tuberosum L.) yang Digunakan
Gambar 3.1. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

// Adapted from the Blink without Delay example distributed with Arduino environment.b.

dkk (2011) Profil dan Kinerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas satu Sukamiskin, Bandung: Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa Barat Lapas Klas

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas setiap kasih dan rahmat-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

KREDIT BERMASALAH, KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF, BOPO, CAR, DAN LDR TERHADAP PROFITABILITAS BANK PADA SEKTOR PERBANKAN GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Among the coup’s first-hand witnesses was Iraqi poet Badr Shākir al-Sayyāb, who was hiding out with the Iranian Communist Party (the Tūdah) in Tehran at the time.. The

Dari kegiatan-kegiatan yang difasilitasi guru agama di atas sehingga siswa memiliki harapan dan optimisme yang tinggi untuk memperoleh cita-cita

Di Indonesia bambu telah banyak digunakan sebagai bahan bangunan, namun pemanfaatannya belum maksimal, terbatas sebagai bahan pendukung. Bambu memiliki banyak