• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L) PADA TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L) PADA TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L) PADA TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh : Eva Tresnawati

0907161

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pertumbuhan Tanaman

Kentang (Solanum tuberosum L) pada Tanah yang Terakumulasi Logam

Berat Kadmium” ini adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada di

dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan.

Bandung, Agustus 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG ( Solanum tuberosum L) PADA TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM

Oleh

Eva Tresnawati 0907161

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dra.R. Kusdianti, M.Si. NIP. 196402261989032004

Pembimbing II

Rini Solihat, S.Pd, M.Si NIP. 197902132001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(4)

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L) PADA

TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM

Oleh

Eva Tresnawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Eva Tresnawati

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,

(5)

PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L) PADA TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM

ABSTRAK

Pada sistem budidaya kentang (Solanum tuberosum L) tidak terlepas dari penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi. Dalam jangka panjang, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebih dapat meningkatkan kandungan logam berat kadmium dalam tanah serta dapat berdampak terhadap kualitas tanaman dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan tanaman kentang pada tanah yang terakumulasi logam berat kadmium. Sampel tanaman berasal dari lokasi pertanian kentang di Pangalengan. Parameter yang diukur yaitu kandungan klorofil, biomassa, kandungan logam kadmium dalam tanah dan umbi kentang. Kandungan kadmium dalam sampel tanah dan umbi kentang diukur dengan menggunakan Atomic Absorption

Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian menunjukkan kandungan kadmium pada lahan

pertanian kentang telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Kandungan kadmium juga terakumulasi dalam tanaman kentang, tetapi kandungan kadmium dalam umbi masih berada di bawah ambang batas. Kandungan klorofil pada tanaman kentang menunjukkan peningkatan setiap minggunya, dari 4 MST (Minggu Setelah Tanam) hingga 10 MST kandungan klorofil pada daun kentang hanya mengalami sedikit peningkatan. Berat kering dan berat basah tanaman juga mengalami peningkatan dari 4 MST hingga 10 MST. Adanya logam kadmium yang diserap oleh tanaman kentang dapat menghambat pembentukan klorofil pada daun tanaman kentang. Pembentukan klorofil yang terhambat dapat mempengaruhi biomassa tanaman.

(6)

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Potato (Solanum tuberosum L) in farming is inseparable from the use of chemical fertilizers and pesticides. In the long term, the use of fertilizers and pesticides that excess can increase the heavy metal content of cadmium in soil and can affect the quality of the plants and the environment. This study aims to analyze the growth of potato plants in soil that accumulates heavy metals cadmium. Plant samples derived from potato farming at Pangalengan. Parameters measured the potato leaf chlorophyll content, biomass plants, the metal content of cadmium in soil and potato tubers. Cadmium content in potato tubers and soil were measured using Atomic

Absorption Spectrophotometry (AAS). The results showed cadmium content in soil have

exceeded the allowed threshold. The content of cadmium also accumulates in potato plants, but the content of cadmium in tuber is still below the threshold. Chlorophyll content in potato plants showed improvement every week, from 4 to 10 WAP (Week After Planting) chlorophyll content in potato leaves was slightly increased. Dry weight and wet weight of the plant was increased from 4 to 10 WAP. Presence of the metal cadmium is absorbed by the potato plant can inhibit the formation of chlorophyll in leaves of potato plants. Inhibited the formation of chlorophyll which can affect plant biomass.

(7)

DAFTAR ISI

C. Pertanyaan Penelitian ... 4

D. Batasan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG DAN PENCEMARAN LOGAM Cd AKIBAT PUPUK DAN PESTISIDA... 6

A. Deskripsi Kentang (Solanum tuberosum L.) ... 6

B. Pertumbuhan Tanaman ... 9

C. Klorofil ... 12

D. Pencemaran Pupuk dan Pestisida ... 14

E. Logam Berat Kadmium (Cd) ... 20

F. Pertumbuhan Tanaman pada Tanah yang Terakumulasi Logam Kadmium...24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ...25

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...25

C. Objek Penelitian dan Sampel ...25

(8)

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Penentuan Lokasi Pengamatan ...25

2. Pengambilan Sampel ...27

3. Pengukuran Faktor Klimatik dan Edafik ...27

4. Pengujian di Laboratorium ...27

E. Analisis Data ...30

F. Alur Penelitian ...31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...32

A. Hasil ...32

1. Kondisi Lokasi Pengamatan ...32

2. pH Tanah ...34

3. Materi Organik Tanah (MOT) ...35

4. Kandungan Kadmium dalam Tanah, Pupuk Kandang, dan Pestisida yang Digunakan ...35

5. Kandungan Kadmium dalam Umbi Kentang ...36

6. Biomassa Tanaman ...37

7. Kandungan Klorofil ...38

B. Pembahasan ...38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...49

A. Kesimpulan ...49

B. Saran ...49

DAFTAR PUSTAKA ...50

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kadar Hara Mikro dan Logam Berat Pada Pupuk Organik ... 19

2.2. Kadar Logam Berat Minimal Pupuk Organik ... 19

4.1. Rata-rata pH Tanah di Lahan Pertanian Kentang ... 34

4.2. Persentase Materi Organik Tanah ... 35

4.3. Kandungan Cd dalam Tanah, Pupuk Kandang dan Pestisida yang Digunakan ... 36

4.4. Rata-rata Kandungan Kadmium dalam Umbi Kentang ...36

4.5. Rata-rata Pengukuran Biomassa Tanaman Kentang...37

(10)

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tanaman Kentang ... 7

2.2. Bunga Tanaman Kentang ... 8

2.3. Struktur Kimia Klorofil a dan b ... 13

2.4. Logam Kadmium (Cd) dalam Bentuk Padat ... 23

3.1. Pembagian Lokasi Sampling ...26

3.2. Lokasi Sampling Bagian Atas ... 26

3.3. Lokasi Sampling Bagian Bawah ... 26

3.4. Hasil Titrasi MOT ... 27

3.5. Hasil Ekstraksi Klorofil Daun Kentang ... 28

3.6. Pengukuran Kandungan Klorofil dengan Spektrofotometer ... 28

3.7. Pengukuran Berat Basah Tanaman Kentang ... 29

3.8. Sampel Abu Umbi Kentang ... 30

3.9. Sampel Umbi Kentang yang Sudah Dipreparasi ... 30

3.10. Alur Penelitian ... 31

4.1. Lokasi Pengamatan Lahan Pertanian Kentang di Pangalengan ... 32

4.2. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Kentang ... 33

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Alat dan Bahan ... 56

B. Data Penelitian... 58

C. Hasil Pengukuran Kandungan Logam Kadmium ... 61

D. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ... 69

(12)

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai

ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah.

Kentang selain digunakan sebagai bahan makanan juga digunakan sebagai bahan

industri dan berpotensi untuk biofarmaka (Wattimena, 2008). Salah satu sentra

produksi kentang di Indonesia untuk daerah Jawa Barat adalah Pangalengan. Di

Pangalengan terdapat beberapa pertanian kentang, hal ini didukung oleh keadaan

iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kentang. Pada umumnya

para petani menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk meningkatkan

pertumbuhan serta mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Pemberian pupuk

merupakan salah satu sarana produksi terpenting dalam budidaya tanaman,

sehingga ketersediaannya mutlak diperlukan untuk keberlanjutan produktivitas

tanah dan tanaman (Hartatik dan Setyorini, 2012). Fungsi kimia dari pupuk ini

adalah sebagai penyedia hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S dan mikro

seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe (Siregar dan Hartatik, 2010).

Pemupukan dengan pupuk kimia mampu menambah unsur hara tanah tetapi

tidak dapat memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah. Untuk mempertahankan

dan meningkatkan kesuburan tanah biasanya para petani juga menggunakan

pupuk kandang sebagai tambahannya. Bahan organik seperti pupuk kandang yang

ditambahkan dapat berperan sebagai penyumbang unsur hara serta meningkatkan

efisiensi pemupukan dan serapan hara oleh tanaman (Nurmayulis, 2005).

Penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam pertanian intensif seringkali

dipakai secara berlebihan dan terus-menerus. Dalam jangka panjang penggunaan

pupuk dan pestisida yang berlebih dapat meningkatkan kandungan logam berat

dalam tanah serta dapat berdampak terhadap kualitas tanaman dan lingkungan

(Nurjaya et al., 2006). Penggunaan pupuk dan pestisida mengakibatkan tanah, air

(13)

2

Wahyuni, 2008). Menurut Nurjaya et al. (2006) pupuk dan pestisida merupakan

salah satu sumber bahan pencemar logam berat dalam pertanian.

Semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang dapat meracuni

makhluk hidup. Sebagai contoh adalah logam air raksa (Hg), kadmium (Cd),

timah hitam (Pb) dan khrom (Cr) (Palar, 2008). Jika dalam tanah terakumulasi

logam berat maka keberadaan logam berat tersebut akan diserap oleh tumbuhan.

Menurut Irwan et al. (2008) tanaman dapat menyerap logam berat dari media

tanah maupun udara yang telah tercemar karena tanaman memiliki kemampuan

untuk menyerap unsur mineral termasuk logam berat.

Diantara semua logam berat, kadmium (Cd) merupakan logam yang lebih

mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya

(Nopriani, 2011). Kadmium lebih bersifat racun yang dapat mengganggu aktivitas

enzim tanaman. Dalam pertumbuhannya, tanaman menyerap unsur-unsur hara

dari dalam tanah berikut logam berat dari dalam tanah, sehingga produk pertanian

dari lahan tersebut dipastikan mengandung logam berat yang sama. Kondisi

seperti ini akan berdampak negatif, karena produk pertanian tersebut dikonsumsi

oleh mahluk hidup lainnya. Akibatnya, walaupun dalam konsentrasi yang sangat

rendah sekalipun, logam berat tersebut lama kelamaan terakumulasi di dalam

tubuh, dan akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia/ mahluk hidup yang

mengkonsumsi produk tersebut (Irwan et al., 2008).

Penelitian yang dilakukan Khatimah (2006) menunjukkan serapan logam

kadmium sekitar 0,31 ppm sampai 0,61 ppm pada tanaman tomat akibat

penambahan enam macam pupuk organik. Selain itu penelitian yang dilakukan

oleh Harsojo dan Chairul (2011) pada beberapa macam sayuran seperti kacang

panjang, ketimun, kubis dan kemangi menunjukkan adanya serapan kadmium

yang bervariasi pada sayuran-sayuran tersebut. Serapan kadmium pada sayuran

bervariasi antara 0,021 hingga 0,053 ppm. Kandungan kadmium tertinggi

didapatkan pada kemangi dan terendah didapatkan pada kubis. Tingginya

kandungan logam berat kadmium dalam sayuran kemungkinan berasal dari bahan

agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang digunakan, tanah pertanian tempat

(14)

3

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dalam tubuh manusia kadmium dapat terakumulasi pada ginjal, sehingga

ginjal mengalami disfungsi. Kadmium yang terdapat dalam tubuh manusia

sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil

berasal dari air minum dan polusi udara (Irwan et al., 2008).

Dalam pertanian sumber pencemaran logam berat dapat berasal dari bahan

agrokimia seperti pupuk dan pestisida. Berbagai jenis pupuk, seperti pupuk

kandang, kompos, dan pupuk P (fosfat) dapat meningkatkan kadar kadmium

dalam tanah (Lahuddin, 2007). Selain itu insektisida, fungisida dan herbisida juga

mengandung logam berat seperti Hg, Pb dan Cd (Harteman, 2012). Menurut

penelitian Pramono dan Wahyuni (2008) kandungan logam berat kadmium dalam

sampel tanah dari daerah Salatiga dan Grobogan berkisar antara 0,11-4,42 ppm

dan 0,74-3,16 ppm. Beberapa sampel untuk masing-masing lokasi sudah berada

dalam ambang batas, hal ini diduga karena adanya masukan pupuk SP-36 dan

pupuk kandang yang tinggi pada beberapa lahan petani.

Akumulasi kadmium yang berlebihan dalam tanah dapat memberikan efek

merugikan pada pertumbuhan tanaman. Peningkatan kandungan kadmium dalam

larutan tanah ternyata cenderung menurunkan bobot jerami dan hasil beras.

Kehadiran kadmium juga dapat menurunkan kadar klorofil pada pakcoy (Brassica

rapa ssp. chinensis) dan pada perlakuan kadmium 1 ppm dapat menurunkan

biomassa tanaman (Listyaningrum, 2009). Penelitian yang dilakukan Kholidiyah

(2010) menunjukkan adanya respon biologis dari tanaman eceng gondok meliputi

tingkat nekrosis daun, penurunan panjang akar, berat kering akar, nisbah tajuk

akar, berat kering batang, dan kadar klorofil daun akibat adanya akumulasi logam

berat Cd dan Pb pada tanaman tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka

dilakukan penelitian untuk menganalisis pertumbuhan tanaman kentang meliputi

kandungan klorofil dan biomassa tanamannya yang tumbuh di tanah yang

mengandung logam berat kadmium serta menganalisis akumulasi logam berat

(15)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana pertumbuhan tanaman kentang pada tanah yang terakumulasi logam berat kadmium?”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat diuraikan menjadi

beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya:

1. Bagaimana kadar klorofil tanaman kentang yang tumbuh pada tanah yang

terakumulasi logam berat kadmium?

2. Bagaimana biomassa tanaman kentang yang tumbuh pada tanah yang

terakumulasi logam berat kadmium?

3. Berapa kadar logam kadmium dalam sampel umbi dan tanah pertanian

kentang?

4. Bagaimana kandungan materi organik terlarut pada tanah yang terakumulasi

logam berat kadmium?

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa batasan masalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan yang dianalisis meliputi kandungan klorofil dan biomassa

tanaman yang diukur setiap dua minggu sekali.

2. Sampel yang diambil untuk pengujian kadar logam adalah bagian umbi dan

tanah pertanian kentang.

3. Sampel umbi tanaman untuk uji logam diambil pada pertengahan dan akhir

musim tanam (panen).

4. Sampel tanah diambil pada awal penanaman, pertengahan, menjelang panen

dan pada saat panen.

5. Faktor Abiotik yang diamati meliputi suhu udara, kelembaban udara, intensitas

(16)

5

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

pertumbuhan tanaman kentang yang tumbuh pada tanah yang terakumulasi logam

berat kadmium. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kandungan logam berat kadmium pada umbi kentang (Solanum tuberosum L.) dan

tanah pertanian kentang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi tentang tingkat pencemaran logam berat kadmium di

pertanian kentang Pangalengan yang diakibatkan penggunaan pupuk dan

pestisida.

2. Memberikan informasi bahaya logam berat kadmium dalam tanah yang dapat

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskritif yaitu metode yang

menjelaskan atau menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta di lapangan dan

tidak dilakukan perlakuan terhadap objek yang diuji (Nazir, 2003)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Januari sampai

Juni 2013. Pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian

kentang yang berada di Desa Margaluyu, Pangalengan Kabupaten Bandung.

Pengukuran kandungan klorofil dan biomassa tanaman dilakukan di Laboratorium

Fisiologi Tumbuhan FPMIPA UPI Bandung. Esktraksi sampel dan pengukuran

logam berat yang terkandung dalam sampel tanah dan umbi dilakukan di

Laboratorium Penelitian dan Pelayanan Jurusan Kimia Universitas Padjadjaran.

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah tanaman kentang pada salah satu lahan

pertanian kentang di Pangalengan. Kentang yang ditanam merupakan kentang

varietas Granola. Bibit kentang yang ditanam adalah umbi bibit generasi ke tiga

(G3) yang selanjutnya akan menghasilkan umbi generasi ke empat (G4).

D. Langkah Kerja

Langkah kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu,

Penentuan Lokasi Pengamatan, Pengambilan Sampel, Pengukuran Faktor Klimatik

dan Edafik, serta Pengukuran di Laboratorium.

1. Penentuan Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan ditentukan dengan melihat rona lingkungan sekitar yang

(18)

26

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sampling diambil berdasarkan perbedaan ketinggian tanah (Gambar 3.1) yaitu pada

bagian yang lebih tinggi (Atas) dan bagian yang lebih rendah (Bawah), lokasi

sampling bagian atas dan bagian bawah dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan 3.3.

Gambar 3.1. Pembagian Lokasi Sampling

Keterangan: A= Lokasi Sampling Bagian Atas, B=Lokasi Sampling Bagian Bawah

Gambar 3.2. Lokasi Sampling Bagian Atas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.3. Lokasi Sampling Bagian Bawah (Sumber: Dokumentasi Pribadi) A

(19)

27

2. Pengambilan Sampel

Pada tiap lokasi sampling diambil 3 sampel tanaman dan 1 sampel tanah.

Sampel tanaman untuk pengukuran kandungan klorofil dan biomassa tanaman

diambil setiap 2 minggu sekali dan dicatat penggunaan pupuk serta pestisida yang

telah digunakan. Sampel umbi kentang untuk pengukuran logam diambil pada

pertengahan tanam dan pada saat panen. Sampel tanah diambil pada awal tanam,

pertengahan tanam, menjelang panen, dan pada saat panen.

3. Pengukuran Faktor Klimatik dan Edafik

Faktor klimatik yang diukur adalah intensitas cahaya, suhu udara, kelembaban

udara, dan kecepatan angin. Faktor edafik yang diukur antara lain pH tanah dan

Materi Organik Tanah (MOT). Analisis MOT dilakukan dengan metode Walkley

black (Michael, 1984). Cara analisis MOT adalah sebagai berikut: partikel tanah

berukuran kurang dari 0,2 mm sebanyak 0,5 gram ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 1 N

dan 20 ml H2SO4 pekat lalu diaduk hingga larut. Larutan tersebut dibiarkan selama

20 menit dan selanjutnya ditambahkan akuades hingga volume mencapai 200 ml,

tambahkan 10 ml H3PO4 85%, 0,2 gram NaF dan 30 tetes indikator diphenilamine.

Larutan sampel dititrasi dengan larutan ferro amonium sulphate sampai larutan

berwarna hijau metalik(Gambar 3.4).

Gambar 3.4. Hasil Titrasi MOT (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

4. Pengujian di Laboratorium

a. Pengukuran Kandungan Klorofil Daun

Pengukuran kandungan klorofil daun dilakukan berdasarkan metode Hendry

(20)

28

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

diambil adalah daun ketiga dari pangkal tanaman. Sampel daun sebanyak 0,1 gr

digerus dengan mortar kemudian ditambahkan aseton 80 % sebanyak 10 ml. Sampel

hasil ekstraksi (Gambar 3.5) disaring dengan kertas saring filter Whatman 41.

Filtrat kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 15000 rpm selama 10 menit.

Cairan hijau pada tabung sentrifuge dituang hingga tidak melebihi tanda batas pada

kuvet. Absorbansi diukur dengan menggunakan Optical Density (OD) 663 dan 645

nm pada Spectrophotometer (Gambar 3.6). Menurut Anggarwulan dan Solichatun

(2007) kandungan klorofil total dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Gambar 3.5. Hasil Ekstraksi Klorofil Daun Kentang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.6. Pengukuran Kandungan Klorofil dengan Spectrophotometer (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

(21)

29

b. Pengukuran Biomassa Tanaman

Berat basah tanaman kentang ditimbang dilapangan (Gambar 3.7) agar sampel

masih dalam keadaan segar. Berat kering ditimbang setelah tanaman dioven pada

suhu 80oC hingga beratnya konstan.

Gambar 3.7. Pengukuran Berat Basah Tanaman Kentang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

c. Pengukuran Kandungan Kadmium pada Tanah dan Umbi Kentang

Sampel umbi dikeringkan dalam oven dengan suhu 70 oC hingga mencapai

berat konstan. Setelah konstan sampel selanjutnya dikering abukan dengan

menggunakan furnace bersuhu 300 oC selama ± 16 jam. Untuk sampel tanah

disaring hingga mencapai diameter 0,1 mm dan dikeringkan dalam furnace bersuhu

300 oC. Abu kentang (Gambar 3.8) dan tanah selanjutnya didestruksi dengan

menggunakan HNO3 pekat (6,5%) sebanyak 10 ml. Hasil destruksi selanjutnya

diuapkan di atas pemanas selama 5 menit dalam ruang asam dan ditambahkan

aquades hingga 50 ml. Sampel yang sudah dipreparasi (Gambar 3.9) selanjutnya

diukur kandungan logam kadmium dengan alat Atomic Absorption

Spectrophotometry (AAS). Menurut Sembiring dan Sulistyawati (2006) Perhitungan

kandungan Kadmium dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Cy’ = Kandungan Kadmium pada sampel (μg/g)

Cy = konsentrasi Kadmium terukur pada AAS (μg/mL) V = volume pengenceran (mL)

W = berat kering sampel (g)

(22)

30

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.8. Sampel Abu Umbi Kentang

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.9. Sampel Umbi Kentang yang Sudah Dipreparasi (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

E. Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil

pengukuran klimatik dan edafik, pengukuran biomassa tanaman, pengukuran

kandungan klorofil dan kandungan logam kadmium tersebut dihitung rata-ratanya

(23)

31

F. Alur Penelitian

Alur penelitian ini (Gambar 3.10) adalah sebagai berikut :

Gambar 3.10 Alur Penelitian

Pengukuran Biomassa Tanaman

Pengukuran Kandungan Klorofil

Pengujian Kandungan Logam Kadmium Pengukuran Faktor

Klimatik dan Edafik Penentuan Lokasi

Pengamatan

Pengambilan Sampel Tanaman dan Tanah

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan Studi Literatur

Penyusunan Proposal

(24)

50

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa kandungan

klorofil pada tanaman kentang menunjukkan peningkatan setiap minggunya, dari

4 MST (Minggu Setelah Tanam) hingga 10 MST kandungan klorofil pada daun

kentang hanya mengalami sedikit peningkatan. Berat kering dan berat basah

tanaman juga mengalami peningkatan dari 4 MST hingga 10 MST. Adanya logam

kadmium yang diserap oleh tanaman kentang dapat menghambat pembentukan

klorofil pada daun tanaman kentang. Pembentukan klorofil yang terhambat dapat

mempengaruhi biomassa tanaman.

B. Saran

Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan pengukuran kandungan

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Alloway, B.J. (1995). Heavy Metal in Soils. 2nd Edition. New York: Blackie Academic and Professional-Chapman and Hall.

Atmojo, S.W. (2003). Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan

Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan

Tanah. Universitas Sebelas Maret.

Anggarwulan, E. dan Solichatun. (2007). “Kajian klorofil dan Karotenoid

Plantago major L. dan Phaseolus vulgaris L. sebagai Bioindikator

Kualitas Udara”. Biodiversitas. 8, (4). 279-282

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. (2002). Biologi. Edisi 5. jilid I. Jakarta: Erlangga.

Cronquist, A. (1988). The Evolution and Classification of Flowering Plants. Second Edition. Bronx, NY: The New York Botanical Garden.

Darmanti, S., Nurchayati, Y., Hastuti, E.D., Syaifudin, M. (2009).” Produksi

Biomassa Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) yang Ditanam pada Intensitas Cahaya yang Berbeda”. Jurnal Biologi. Universitas Diponegoro.

Darmono. (1999). “Kadmium (Cd) dalam Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap

Kesehatan dan Produktivitas Ternak ”. Wartazoa. 8, (1).

Dube, A., Zbytniewski, R., Kowalkowski, T., Cukrowska, E., Buszewski, B.

(2001). “Adsorption and Migration of Heavy Metals in Soil”. Polish Journal of Environmental Studies. 10, ( 1), 1-10.

Gardner, F.P., Pearce, R.B., Mitchell, R.L. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia.

Gray, S. (2012). Potato Plant. [Online]. Tersedia: http://dmt-sbi3u.wikispaces.com/Solanum Tuberosum. [24 Februari 2013]

Hanafiah, K. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.

Harsojo dan Chairul, S.M. 2011. “Kandungan Mikroba Patogen, Residu Insektisida Organofosfat dan Logam Berat Dalam Sayuran ”. Ecolab. 5,

(2), 89-96.

Hartatik, W. dan Setyorini, D. (2012). ”Pemanfaatan Pupuk Organik untuk

Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman”. Prosiding

(26)

51

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Harteman, E. (2012). ” Deteksi Kandungan Hg, Cd, Pb di Tulang Sirip Keras Ikan Sembilang (Plotosus Canius Web & Bia) di Muara Sungai Kahayan dan Katingan”. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 1, (1).

Hendriyani, I.S., dan Setiari, N. (2009). “Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan Kacang Panjang (Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang Berbeda”. Jurnal Sains & Matematika.17, (3), 145-150.

Huaman, Z. (1986). Systematic Botany and Morphology of The Potato. Technical Information Bulletin 6. Peru: International Potato Centre.

Irwan, A., Komari, N., Nova, Y.E. (2008).” Kajian Penyerapan Logam Cd, Ni, dan Pb Dengan Variasi Konsentrasi Pada Akar, Batang, dan Daun Tanaman Bayam (Amaranthus Tricolor L.)”. Jurnal Sains dan Terapan Kimia. 2, (2), 53 – 63.

Jhon, R., Ahmad, P., Gadgil, K., Sharma, S. (2009). “Heavy metal toxicity: Effect on plant growth, biochemical parameters and metal accumulation by

Brassica juncea L.”. International Journal of Plant Production. 3, (3).

Jula, T.F. (1971). “Environmental Aspects of Heavy Metal Toxicity”. Boston College Environmental Affairs Law Review. 1, (1).

Kadarisman, N., Purwanto, A., Rosana, D., 2011.” Peningkatan Laju

Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Melalui Spesifikasi Variabel Fisis Gelombang Akustik pada

Pemupukan Daun (Melalui Perlakuan Variasi Peak Frekuensi)”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Universitas Negeri Jogjakarta

Kasno, A. (2009). Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Balai Penelitian Tanah.

Khatimah, H.(2006).Perubahan Konsentrasi Timbal dan Kadmium Akibat Perlakuan Pupuk Organik dalam Sistem Budidaya Sayuran Organik. Skripsi pada FMIPA. IPB.

Kholidiyah, N.(2010).Respon Biologis Tumbuhan Eceng Gondok (Eichornis

crassipes Solms) Sebagai Biomonitoring Pencemaran Logam Berat Cadmium (Cd) dan Plumbum (Pb) pada Sungai Pembuangan Lumpur Lapindo. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. UIN

Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Kurnia, U. dan Sutrisno, N. (2008). ”Strategi Pengelolaan Lingkungan Pertanian”.

Jurnal Sumberdaya Lahan. 2, (1).

(27)

52

Lakitan, B. (1995). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Latifa, I.C. dan Anggarwulan E. (2009). “Kandungan nitrogen jaringan, aktivitas nitrat reduktase, dan biomassa tanaman kimpul (Xanthosoma sagittifolium)

pada variasi naungan dan pupuk nitrogen”. Jurnal Bioteknologi. 6, (2),

70-79.

Listyaningrum, R. (2009). Pengaruh Kadmium Terhadap Pertumbuhan Pakcoy

(Brassica rapa ssp. chinensis (L.) Hanelt). Skripsi pada Sekolah Ilmu dan

Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.

MDH (Minnesota Department of Health). (2008). Screening Evaluation of Heavy

Metals in Inorganic Fertilizers. [Online]. Tersedia:

http://www.health.state.mn.us/divs /eh/risk/studies/fertrpt08.pdf. [30 Desember 2012]

Michael, P. (1984). Ecologycal Methods for Field and Laboratory Investigasi. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Młodzińska, E. (2009). “Survey of Plant Pigments: Molecular and Environmental

Determinants of Plant Colors”. Acta Biologica Cracoviensia Series Botanica. 51, (1), 7-16.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nopriani, L.S. (2011). Teknik Uji Cepat Untuk Identifikasi Pencemaran Logam

Berat Tanah di Lahan Apel Batu. Disertasi Doktor pada Fakultas

Pertanian. Universitas Brawijaya.

Nurjaya., Zihan, E., Saeni, M.S. (2006).”Pengaruh Amelioran Terhadap Kadar Pb Tanah Serapannya Serta Hasil Tanaman Bawang Merah pada Inceptisol”. Jurnal ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 8, (2), 110-119.

Nurmayulis. (2005). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum

tuberosum L.) yang Diberi Pupuk Organik Difermentasi, Azospirillum sp., dan Pupuk Nitrogen di Pangalengan dan Cisarua. Disertasi Doktor Ilmu

Pertanian. Universitas Padjadjaran.

Oancea, S., Foca, N., Airinei, A. (2005). Effects of Heavy Metals on Plant Growth

and Photosynthetic Activity. Analele Ştiinţifice Ale Universităţii.

Paiman. (2006).”Korelasi Pertumbuhan Shoot dan Root Tanaman Jagung (Zea mays) dengan Perlakuan Dosis Pupuk NPK”. Jurnal Agros. 8, (1), 54-57.

(28)

53

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Parman, S.(2007).”Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)”. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 15, (2), 21-31.

Pramono, A. dan Wahyuni, S. (2008). Kandungan Logam Berat Pada Sistem

Integrasi Tanaman ternak di DAS Serang. Prosiding Seminar Nasional

Teknik Pertanian. Universitas Gadjah Mada.

Priyanto, B. dan Prayitno, J. (2000). Fitoremediasi sebagai Sebuah Teknologi

Pemulihan Pencemaran, Khususnya Logam Berat. Seminar Nasional

Peranan Teknologi Lingkungan Alam Pengembangan Industri dan Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan.

Purbonegoro, T. (2008). “Pengaruh Logam Berat Kadmium Terhadap

Metabolisme dan Fotosintesis di Laut”.Oseana. 33, (1), 25-31.

Purnobasuki, H. (2011). Pemisahan Pigmen Fotosintetik dan Pengukuran Kadar

Klorofil. [Online].Tersedia: http://skp.unair.ac.id/repository/Guru

Indonesia/PemisahanPigmen Fot_HeryPurnobasuki_233.pdf. [01 Juni 2013]

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbang-tanak). (2003). Pencemaran Bahan Agrokimia Perlu Diwaspadai. Puslitbang-tanak.

Saenong, M.S. (2007). Beberapa Senyawa Pestisida yang Berbahaya. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII. Sulawesi

Sasmitamihardja, D. dan Siregar, A. (1997). Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Sekara, A., Poniedzialek, M., Ciura, J., Jedrszczyk, E. (2004). “Cadmium and

Lead Accumulation and Distribution in the Organs of Nine Crops: Implications for Phytoremediation”. Polish Journal of Environmental Studies. 14, (4). 509-516.

(29)

54

Setyorini, D. (2005). “Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian”. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanah. 27, (6).

Setyorini, D., Soeparto., Sulaeman. (2003). Kadar logam berat dalam pupuk. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Produk Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Simarmata, T. (2005).”Aplikasi Pupuk Organik Olahan dan NPK Lengkap Untuk

Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Kentang Kultivar Panda di

Kamojang Garut, Jawa Barat”. Journal Agrisains. 6, (3), 121-127.

Siregar, A.F. dan Hartatik, W. (2010). ”Aplikasi Pupuk Organik dalam

Meningkatkan Efisiensi Pupuk Anorganik pada Lahan Sawah”. Prosiding

Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah.

SNI 7387:2009: Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan.

Sodiq, M.(2000).”Pengaruh Pestisida Terhadap Kehidupan Organisme Tanah”. Mapeta. 2, (5), 1411-2817.

Sofyan, A., Ramli, N., Titisari., Supriadin, J., Manaf, A. (2011). ”Taraf Toleransi

Logam Berat (Pb, Cd) dalam Aditif Pakan Terhadap Performan dan

Kualitas Karkas Ayam Broiler”. Institut Pertanian Bogor.

Sudarwin. (2008). Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) pada

Sedimen Aliran Sungai dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Jatibarang Semarang. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro Semarang.

Sudaryono. (2007). “Pengaruh Pupuk Kandangan Terhadap Serapan Cr pada Kacang Tanah”. Jurnal Teknik Lingkungan. 8, (1), 48-53.

Sujitno, E. (2010). Pengkajian Sistem Penyediaan (>90%) Kebutuhan Benih

Unggul Bermutu (Kentang, Mangga, Manggis) yang Lebih Murah (>20%) Secara Berkelanjutan Untuk Mendukung Program Strategis Peningkatan Produksi Kentang (>20%), Mangga (>20%) dan Manggis (>25%) di Wilayah Jawa Barat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sumarsono. (2008).”Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Soy

beans)”. Jurnal UNDIP. Universitas Diponegoro

(30)

55

Eva Tresnawati, 2013

Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadmium

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Suriadikarta, D.A. dan Setyorini, D. (2006). Baku Mutu Pupuk Organik. [Online]. Tersedia:

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/lainnya/11baku%20mut u%20pupuk%20organik.pdf. [20 April 2013]

Suriadikarta, D.A., Setyorini, D., Hartatik, W. (2004). Petunjuk Teknis Uji Mutu

dan Efektifitas Pupuk Alternatif Anorganik, Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Departemen Pertanian.

Susana, R., dan Suswati, D. (2011).” Ketersediaan Cd, Gejala Toksisitas dan

Pertumbuhan 3 Spesies Brassicaceae pada Media Gambut yang

Dikontaminasi Kadmium (Cd)”. Jurnal Perkebunan dan Lahan

Tropika.1.9-16.

Sutono, S.(2002). “Amankah Beras yang Kita Makan”. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia. 24, (1), 18-19.

Ummah, K. dan Purwito, A. (2009).”Budidaya Tanaman Kentang (Solanum

Tuberosum L.) dengan Aspek Khusus Pembibitan di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat”. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Wang, U. (2009). Cadmium Telluride on silicon, a Novel Approach in Solar.

[Online]. Tersedia:

http://www.greentechmedia.com/articles/read/cadmium-telluirde-on-silicon-a-novel-approach-in-solar. [01 Juni 2013]

Wattimena, G.A. (2008). Penerapan Sistem Tias dan Perbanyakan Mikro

Kentang pada Sistem Perbenihan Kentang Nasional di Indonesia. Lab.

Bioteknologi Tanaman Jurusan Agronomi IPB dan Lab. Biomolekuler dan Seluler Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi, IPB.

Widowati, H. (2011).”Logam Berat Cd, Pb Terhadap Perubahan Warna Batang

dan Daun Sayuran”. El-hayah. 1, (4), 167-173.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1. Pembagian Lokasi Sampling Keterangan: A= Lokasi Sampling Bagian Atas, B=Lokasi Sampling Bagian Bawah
Gambar 3.4. Hasil Titrasi MOT   (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung.. Universitas

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Pertumbuhan Tunas Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Kembang dengan Perbandingan Auksin dan Sitokinin

judul “ Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang ( Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Secara Kultur Tunas Dengan Kombinasi Nutrisi AB Mix Dan Pupuk Organik Cair ”. Atas

Grafik perbandingan berat basah umbi mikro kentang (Solanum tuberosum. L) dengan berbagai perlakuan penambahan air kelapa muda pada media MS dapat dilihat

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Kentang ( Solanum tuberosum L.) Kultivar Madisu AP-4 Terhadap Pemberian Bioroot “ adalah bukan

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Modifikasi Thiamin (Vitamin B1) Dan BAP (Benzil Amino Purine) Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas

Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “ Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Kentang Kultivar Madisu Ap-4 (Solanum Tuberosum L.) Melalui Penentuan

Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) Generasi Satu (G1) Varietas Granola pada Komponen Hasil Jumlah Umbi Per tanaman..