DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI MURID TAMAN KANAK-KANAK DUAFA DI MEDAN BINJAI 2010
OLEH :
MUNIROH HANAFIAH
070100392
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI MURID TAMAN KANAK-KANAK DUAFA DI MEDAN BINJAI 2010
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
MUNIROH HANAFIAH
070100392
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : DETEKSI DINI PERTUMBUHAN DAN STATUS GIZI MURID
TAMAN KANAK-KANAK DUAFA DI MEDAN BINJAI 2010
Nama : MUNIROH HANAFIAH
NIM : 070100392
Pembimbing Penguji I
(dr. Sri Sofyani, Sp A(K) ) (Prof. Dr. dr. Harun Al Rashyid SpPD SpGK)
NIP : 140328817 NIP : 19501105 197903 1 004
Penguji II
( dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes)
NIP : 19690609 199903 2 001
Medan, 14 November 2010
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
(Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)
ABSTRAK
Latar Belakang
Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk, dari jumlah tersebut 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Jumlah populasi yang besar menyebabkan Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak dari segi pelanyan kesehatan dan pendidikan.
Tujuan
Tujuan peneliatian ini adalah untuk meneliti dekteksi dini pertumbuhan dan perekembangan serta status gizi anak-anak yang bersekolah di TK Duafa Medan.
Metode
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 60 orang anak. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2010. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah stadiometer untuk mengukur tinggi badan anak; timbangan untuk mengukur berat badan anak dan KPSP ( Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Kurva CDC digunakan untuk menentukan jika pertumbuhan anak sesuai dengan anak seusianya dan untuk menentukan status gizi anak digunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002).
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar anak-anak murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki status gizi yang baik dengan jumlah 53 orang anak (81.5%) dan 1 orang anak (1.5%) dengan gizi buruk. Dari persentil tinggi badan ada 44 orang anak (73.3%) dengan tinggi badan yang sesuai dengan usianya sedangkan 16 orang anak (26.7%) dengan perawakan pendek. Pada persentil berat badan ada 30 orang anak (50%) dengan berat badan normal dan 30 orang (50%) lainnya memiliki berat badan rendah. Dari hasil KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) hanya ada 9 orang anak (48.3%) dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya dan 29 orang dengan perkembangan meragukan sedangkan 22 orang anak (36.7%) mengalami penyimpangan.
Kesimpulan
ABSTRACTS
Background
Indonesia consists of 214.6 million people from which 8.88% are children with the age range from 0 to 5 years old. The huge number of population resulted Indonesia to meet a lot of problem in providing health care as well as education.
Aim
The main aim of this research is to detect as early as possible in the children of the kindergarten of Duafa in Medan for any delayed in growth development as well as if there was any problem with their nutrition status.
Method
The method in this research is classified as descriptive with a total sample of 60 children. The research is done during the month of July 2010. The instrumens used in this research are stadiometer for the height measurement, weighing scale and KPSP or PDQ (Prescreening Development Questionnaire)to measure the development of children. The CDC percentile curve is used to determined whether the children height and weight is suitable according to their age. For their nutrition status the classification is based on the table of mass/height according to the Direktorat Gizi Masyarakat 2002.
Results
The results obtain shows that a large number of the children in Duafa kindergarten have a good nutrition status with a total of 53 children (81.5%) and only 1 child (1.5%) has a bad nutrition status. According to the height/age percentile there are 44 children (73.3%) with normal stature, while the remaining 16 children (26.7%) fall in the short stature classification. The body mass/age percentile shows that there are equal number of children with a normal body mass and those that falls into the underweight classification. The KPSP or PDQ shows that only 9 children (48.3%) are at the required development stage according to their age while 29 children are classified into the uncertain category and the remaining 22 children (36.7%) are classified as delayed development.
Conclusion
From the data obtain from this research, hopefully it may be of use to kindergarten teachers and children as well as health care worker to improve the quality of the children nutrition status, growth as well as development.
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT dalam rangka
menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Deteksi Dini
Pertumbuhan, Perkembangan dan Status gizi murid Taman Kanak-kanak Duafa di
Medan Binjai 2010”.
Di sini, saya ingini berterimakasih kepada dosen pembimbing saya, dr. Sri
Sofyani, Sp. A (K) yang telah sabar dalam membimbing saya sepanjang proses
bimbingan untuk proposal ini, disertai dengan dosen-dosen penguji yang telah
banyak member saran dan perbaikan. Saya juga ingin berterima kasih kepada
kepala sekolah Taman Kanak-kanak Duafa, Ibu Hj. Ety Mulyati, SE, SPd, disertai
dengan guru-guru dan murid-murid Taman Kanak-kanak Duafa yang telah
bersukarela menjadi bagian dari penelitian ini.
Selain itu, saya juga ingin berterima kasih kepada teman-teman yang
banyak memberikan dukungan moral dalam pembuatan proposal ini, kepada
keluarga besar saya yang tercinta yang tidak pernah putus memberikan bantuan,
saran dan dukungan sepenuhnya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah dapat
disiapkan dengan lancer.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik
dari isi maupun susunan, maka dari itu peneliti sangat mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Kepala Batas 14 November 2010
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1 Distribusi Status Gizi anak Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan
Berat badan dan Tinggi badan……….. 22
5.2 Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa
berdasarkan Status Gizi………. 22
5.3 Distribusi Persentil Tinggi Badan dengan perbandingan Umur anak
Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC………... 23
5.4 Distribusi Persentil Berat Badan dengan perbandingan Umur Anak
Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC... 25
5.5 Distribusi Status Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Duafa
menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)………….. 26
5.6 Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa
berdasarkan Tahap Perkembangan menurut KPSP (Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan)……….. 27
5.7 Distribusi Jumlah Tahap Perkembangan Terhambat yang dialami
Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner
DAFTAR SKEMA
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
Latar Belakang
Indonesia memiliki populasi 214.6 juta penduduk, dari jumlah tersebut 8.88% adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun. Jumlah populasi yang besar menyebabkan Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi kebutuhan anak dari segi pelanyan kesehatan dan pendidikan.
Tujuan
Tujuan peneliatian ini adalah untuk meneliti dekteksi dini pertumbuhan dan perekembangan serta status gizi anak-anak yang bersekolah di TK Duafa Medan.
Metode
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 60 orang anak. Penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2010. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah stadiometer untuk mengukur tinggi badan anak; timbangan untuk mengukur berat badan anak dan KPSP ( Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Kurva CDC digunakan untuk menentukan jika pertumbuhan anak sesuai dengan anak seusianya dan untuk menentukan status gizi anak digunakan Tabel Berat Badan/Tinggi Badan (Direktorat Gizi Masyarakat 2002).
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar anak-anak murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki status gizi yang baik dengan jumlah 53 orang anak (81.5%) dan 1 orang anak (1.5%) dengan gizi buruk. Dari persentil tinggi badan ada 44 orang anak (73.3%) dengan tinggi badan yang sesuai dengan usianya sedangkan 16 orang anak (26.7%) dengan perawakan pendek. Pada persentil berat badan ada 30 orang anak (50%) dengan berat badan normal dan 30 orang (50%) lainnya memiliki berat badan rendah. Dari hasil KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) hanya ada 9 orang anak (48.3%) dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya dan 29 orang dengan perkembangan meragukan sedangkan 22 orang anak (36.7%) mengalami penyimpangan.
Kesimpulan
ABSTRACTS
Background
Indonesia consists of 214.6 million people from which 8.88% are children with the age range from 0 to 5 years old. The huge number of population resulted Indonesia to meet a lot of problem in providing health care as well as education.
Aim
The main aim of this research is to detect as early as possible in the children of the kindergarten of Duafa in Medan for any delayed in growth development as well as if there was any problem with their nutrition status.
Method
The method in this research is classified as descriptive with a total sample of 60 children. The research is done during the month of July 2010. The instrumens used in this research are stadiometer for the height measurement, weighing scale and KPSP or PDQ (Prescreening Development Questionnaire)to measure the development of children. The CDC percentile curve is used to determined whether the children height and weight is suitable according to their age. For their nutrition status the classification is based on the table of mass/height according to the Direktorat Gizi Masyarakat 2002.
Results
The results obtain shows that a large number of the children in Duafa kindergarten have a good nutrition status with a total of 53 children (81.5%) and only 1 child (1.5%) has a bad nutrition status. According to the height/age percentile there are 44 children (73.3%) with normal stature, while the remaining 16 children (26.7%) fall in the short stature classification. The body mass/age percentile shows that there are equal number of children with a normal body mass and those that falls into the underweight classification. The KPSP or PDQ shows that only 9 children (48.3%) are at the required development stage according to their age while 29 children are classified into the uncertain category and the remaining 22 children (36.7%) are classified as delayed development.
Conclusion
From the data obtain from this research, hopefully it may be of use to kindergarten teachers and children as well as health care worker to improve the quality of the children nutrition status, growth as well as development.
BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara ke empat yang memiliki jumlah penduduk
terbesar di dunia. Hal ini terbukt i dari data sensus tahun 2004, Indonesia memiliki
populasi 214.6 juta penduduk. Dari jumlah penduduk tahun 2004 tersebut, 8.88%
adalah anak-anak yang berumur 0 hingga 5 tahun (Atmaria, 2005). Oleh karena
jumlah populasi yang besar, Indonesia mengalami masalah untuk memenuhi
kebutuhan anak, dari segi pelayanan kesehatan maupun pendidikan. Hampir lebih
dari 2 juta anak anak di bawah umur 5 tahun mengalami gizi buruk dan sepertiga
dari anak berusia 5-9 tahun tidak mendapat pendidikan sekolah (Atmaria, 2005).
Prevalensi pada anak pra-sekolah di Indonesia yang mengalami malnutrisi
sekarang meningkat sebanyak 40% dibandingkan pada tahun 1990. Pada saat ini
masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak dijumpai
dikalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra-uterin,
malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia
defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005).
Anak-anak yang mengalami defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan
penghambatan pertumbuhan akan tumbuh menjadi remaja dan juga orang dewasa
yang mengalami malnutrisi (Atmaria, 2005). Masalah malnutrisi dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak anak dan
remaja, di Indonesia sendiri banyak dijumpai gangguan pertumbuhan dan
perkembangan namun jumlah yang pasti untuk seluruh Indonesia seperti Medan
belum ada data yang tercantumkan. Pada tahun 2005 di Rumah Sakit Umum Dr.
Soetomo di Surabaya, dijumpai sebanyak 205 anak dan remaja yang mengalami
gangguan perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut gangguan
berbahasa terdapat 190 kasus, gangguan perkembangan motorik kasar maupun
halus didapati 133 kasus, ada 45 kasus Sindrom Down, sedangkan anak yang
menderita Cerebral Palsy ada 33 kasus. Pada kasus mikrosefali ada 22 anak,
anak, ada 14 kasus anak anak dengan epilepsi, hidrosefalus terdapat 13 kasus dan
mental retardasi dijumpai 12 kasus (Suryawan A, Narendra M.B, 2006).
Gangguan perkembangan akan semakin baik prognosisnya jika dijumpai
pada tahap dini hal ini dapat terjadi jika dilakukan deteksi secara dini agar dapat
segera diintervensi pada tahap awal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2005). Oleh karena itu program-program melakukan deteksi dini untuk melakukan
pertumbuhan dan perkembangan semangkin meningkat. Di Indonesia pun
program deteksi penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak telah giat
dilakukan. Deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat
skrining seperti Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah
suatu alat skrining yang mudah dan murah sehingga diharapkan dapat dipakai
secara luas
Meskipun program deteksi dini sudah disosialisasikan sejak tahun 2005
kepada petugas kesehatan tetapi belum semua anak berusia 0-6 tahun pernah
dideteksi pertumbuhan dan perkembangannya terutama pada anak-anak yang
berada di daerah terpencil, begitu juga dengan program untuk mendeteksi status
gizi buruk, terutama pada anak–anak dengan orang tua yang kurang mampu. Hal
inilah yang menjadi alasan peneliti memilih TK Duafa. Taman Kanak-kanak
Duafa adalah salah satu taman kanak-kanak di Medan bagi kaum Duafa.
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas peneliti merumuskan masalah penelitian untuk
menjawab pertanyaan, “Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan serta status
gizi murid TK Duafa?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk meneliti deteksi dini tumbuh
kembang dan menentukan status gizi pada anak yang bersekolah di TK Duafa
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan anak-anak di Taman Kanak-kanak Duafa.
2. Untuk mengetahui perkembangan motorik kasar dan halus anak-anak di
Taman Kanak-kanak Duafa.
3. Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak di Taman Kanak-kanak
Duafa.
4. Untuk mengetahui perkembangan sosial dan kemandirian anak-anak di Taman
Kanak-kanak Duafa.
5. Untuk mengetahui status gizi anak-anak di Taman Kanak-kanak Duafa.
1.4.Manfaat Penelitian.
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Untuk peneliti dalam meningkatkan penulisan karya ilmiah dan menambahkan
keperdulian secara sosial kepada lingkungan.
2. Sebagai masukan untuk Staf pengajar TK untuk bisa menjadi lebih menyadari
kepentingan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang layak buat
anak anak berusia 5 hingga 6 tahun yang kurang mampu. Ganguan tumbuh
kembang di TK Duafa bisa terdeksi secepat mungkin.
3. Sebagai masukan untuk para petugas kesehatan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan orang tua dari murid Taman Kanak-kanak Duafa
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak-anak berusia 5 hingga 6 tahun
kota medan.
4. Sebagai ide masukan bagi rekan-rekan mahasiswa, dan bagi para peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Doyle (2009), pertumbuhan atau physical growth adalah
peningkatan dalam ukuran tubuh yaitu tinggi badan, berat badan dan juga
bertambah besarnya ukuran organ kecuali jaringan limfa yang akan mengecil
ketika usia anak bertambah.
Dorland Medical Dictionary (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan
adalah proses normal dari pembesaran ukuran organisme yang disebabkan oleh
accretion (pertumbuhan) jaringan tubuh. Sedangkan Tanuwidjaya (2002),
mendefinisikan pertumbuhan sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan intraseluler, yang bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.
Doyle (2009) menyatakan bahwa perkembangan adalah peningkatan
fungsi dan kapabilitas seorang anak. Dalam mempelajari perkembangan dapat
dibagi atas beberapa kategori yang spesifik seperti gerakan motorik kasar,
gerakan motorik halus, perkembangan bahasa, sosial dan emosional. Pada anak
yang normal, proses perkembangan terjadi dalam kecepatan yang berbeda
misalnya ada anak yang berjalan dalam usia yang lebih cepat dari sebagian anak
lain namun lambat dalam perkembangan berbicaranya dan Tanuwidjaya (2002)
menyebutkan bahwa perkembangan anak ialah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dan bersifat kualitatif.
2.2.Masa Pertumbuhan dan Perkembagan
Pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar terbagi dua tahap,yaitu
masa prenatal, dan masa post natal. Masa prenatal, adalah masa janin didalam
kandungan, dan terdiri atas dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa
embrio adalah periode setelah konsepsi hingga umur kehamilan 8 minggu,
dimana ovum yang dibuahi akan mengalami diferensiasi yang berlangsung cepat
kehamilan pada awal minggu ke 9, dan dibagi pada dua tahap yaitu masa fetus
dini dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini mulai saat kehamilan berusia 9
minggu sampai dengan trimester kedua. Pada tahap ini, terjadi kecepatan yang
meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk
manusia dengan organ – organ tubuh yang mulai berfungsi. Masa akhir trimester
kedua memasuki trimester ketiga, menunjukkan fasa fetus dini memasuki fase
fetus lanjut dimana, pertumbuhan berlangsung dengan pesat dan perkembangan
fungsi-fungsi tubuh mulai terlihat. Pada fase ini juga terjadi transfer
immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta sedangkan di daerah
otak dan retina fetus terjadi akumulasi asam lemak essensial dari seri omega 3
dan omega 6 (Tanuwidjaya.S, 2002).
Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa
post natal. Masa post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal
(0-28 hari), masa bayi (bayi dini dan bayi lanjut), masa prasekolah, masa sekolah
atau pra-pubertas dan masa remaja (adolescent) (Tanuwidjaya.S, 2002).
Tahap awal neonatus adalah beradaptasi terhadap lingkungan, yang
termasuk perubahan sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ –
organ tubuhnya yang lain seperti parunya (Tanuwidjaya. S, 2002).
Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang
terbagi dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari
usia 1 bulan hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi
dengan pesat dan proses pematangan organ akan berlangsung secara
berkelanjutan terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (Tanuwidjaya.S, 2002).
Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir,
yang berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun, ditahap ini kecepatan
pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada perkembangan motorik dan
fungsi ekskresi.
Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki tahap prasekolah
(preschooler), di usia ini pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan
terjadi perkembangan dengan aktifitasnya sehari-hari dan meningkatnya
pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10 tahun, sedangkan anak laki laki
usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami pertumbuhan
yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan
intelektual makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis
kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki masa adolesensi 2
tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita memasuki masa
adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan
mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan
transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi
percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang
disebut Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi pertumbuhan
dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin
sekunder (Tanuwidjaya. S, 2002).
2.3. Monitoring pertumbuhan dan perkembangan
Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan
parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian milestones
perkembangan (Narendra, 2002). Penilaian pertumbuhan anak menggunakan
parameter ukuran antropometrik yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan
fisik yaitu berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit dan
lingkaran lengan atas panjang (Narendra, 2002).
Untuk berat badan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
timbangan seperti timbangan injak. Berat badan merupakan ukuran
antropometrik terpenting, karena merupakan hasil keseluruhan peningkatan
jaringan-jaringan tulang, otot, lemak dan juga cairan tubuh. Berat badan pada
saat ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan status gizi anak serta
keadaan tumbuh kembang anak (Narendra, 2002).
Pengukuran tinggi badan pada usia hingga 2 tahun diukur dengan
menggunakan alat infantometer. Bayi dalam posisi berbaring diantara alat, dan
satu bagian dari alat menempel dibagian ubun-ubun bayi. Untuk anak usia diatas
(Narendra, 2002). Tujuan dari pengukuran ini adalah mendapatkan jarak tinggi
dari permukaan kepala hingga telapak kaki, atau hingga ujung tulang sacrum
pada tinggi duduk. Anak biasanya disarankan untuk menarik nafas dalam-dalam
dan berdiri tegak untuk meluruskan posisi tubuh jika sang anak menderita kifosis
atau lordosis. Keistimewaan dari pengukuran tinggi badan adalah nilai tinggi
badan yang terus meningkat walaupun laju tumbuh akan berubah dari masa ke
masa. Tinggi badan hanya menyusut pada usia lanjut maka dari itu nilai tinggi
badan dapat digunakan untuk dasar perbandingan terhadap perubahan-perubahan
relatif seperti berat badan dan lingkaran lengan atas (Narendra, 2002).
Pengukuran lingkaran kepala dilakukan pada daerah occipitofrontal anak,
dan mencerminkan volume intrakranial yang merupakan ukuran pertumbuhan
otak. Laju tumbuh akan pesat dalam waktu 6 bulan pertama semenjak lahir, dan
akan terus berkurang hingga usia 3 tahun. Maka manfaat pengukuran lingkaran
kepala terbatas hingga usia 3 tahun kecuali pada kasus hidrosefalus (Narendra,
2002).
Lingkaran lengan atas dilakukan dari biasanya pada lengan kiri. Lengan
dibiarkan menggantung bebas disamping badan. Batas pengukuran adalah
pertengahan antara akromion dan olekranon pada lengan dibengkokkan 90
derajat. Pengukuran lingkaran lengan mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak dan otot yang tidak dipengaruhi terlalu banyak oleh jumlah cairan tubuh
seperti berat badan. Ini juga bisa dipakai untuk menilai status gizi dan keadaan
tumbuh kembang pada anak di dalam kelompok usia prasekolah (Narendra
2002).
Ketebalan lipatan kulit atau skinfold, dilakukan agar dapat menilai
tebalnya lemak subkutan. Alat yang dapat digunakan adalah Harpenden skinfold
caliper dan pengukuran dilakukan pada daerah biceps, triceps, subskapula dan
daerah panggul. Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang
merceminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan
menipis dan dalam keadaan gizi yang berlebihan seperti obesitas lipatan kulit
Selain menggunakan pengukuran antropometrik untuk menilai
pertumbuhan anak, dapat juga dilakukan pemantauan terhadap bentuk tubuh,
perbandingan bagian kepala, tubuh dan bagiannya, pertumbuhan rambut
termasuk warna rambut, diameter ketebalan atau ketipisan rambut dan akar
rambut.Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap gigi, melihat kapan gigi susu
anak tumbuh atau erupsi dan penggantian dengan gigi permanen (Narendra,
2002).
Kemajuan perkembangan pada anak dapat ditentukan oleh kemampuan
fungsionalnya yang dicapainya dengan prinsip-prinsip seperti terdapat pola
kemajuan perkembangan yang nyata dan konsisten dan dapat digambarkan
dengan patokan kemampuan perkembangan (milestones) berjenjang yang
penting. Kemajuan perkembangan pada setiap tahap harus dipertimbangkan
tercapai dalam batasan usia yang sesuai patokan dan dalam jangka waktu yang
tepat (Narendra, 2002).
Perkembangan anak pada fase awal dapat dibagi menjadi 4 aspek
kemampuan fungsional yaitu motorik kasar, motorik halus serta penglihatan,
berbahasa, berbicara dan pendengaran dan juga secara sosial emosi dan perilaku.
Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan-kemampuan seperti perhatian, kemampuan
konsentrasi dan sejauh mana kemampuan individual anak terintegrasi (Narendra,
2002). Terdapat variasi pada pola batas pencapaian dan kecepatan baik pada
perkembagan motorik sosial maupun perilaku. Kurangnya stimulasi mungkin
berkaitan dengan keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan
berbicara, bahasa dan sosial. Selain mencapai tahap perkembangan, kualitas yang
dicapai juga penting. Anak mungkin akan mencapai tolok ukur berbahasa,
menyusun kalimat, pada tahap yang sesuai akan tetapi tidak mampu atau lemah
dalam berdikusi atau berkomunikasi dengan orang dilingkungannya (Narendra,
2002).
Penilaian perkembangan anak kecil dilakukan diprogram kegiatan
surveilans dan skrining, kepedulian orang tua dan apabila terdapat hal-hal yang
ganjil ditemukan oleh para profesional pada perkembangan anak (Narendra,
2002). Skrining perkembangan adalah instrumen yang standard dan valid yang
telah diteliti kepekaannya untuk mendeteksi gangguan perkembangan pada anak.
Instrumen standard pengukuran memerlukan kepekaan dan spesifisitas sebanyak
70-80% (Glascoe, 2004). Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk
deteksi gangguan perkembangan anak, salah satu yang paling sering digunakan
secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test)
(Narendra, 2002). Sedangkan di Indonesia alat yang paling sering digunakan oleh
para ahli medis seperti dokter, bidan , perawat dan juga dikalangan masyarakat
oleh petugas PADU terlatih atau Guru TK terlatih, adalah KPSP atau Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005).
KPSP adalah suatu kuesioner yang berisi 9 hingga 10 pertanyaan yang
disusun merurut umur anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 hingga 72 bulan.
Acuan yang digunakan dalam penyusunan KPSP adalah 'Prescreening
Developmental Questionaire' (PDQ) dari Frankenburg dkk pada tahun 1976.
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor faktor yang berpengaruh digolongkan ke dalam dua golongan,
internal dan eksternal atau faktor lingkungan.
Faktor internal yang mempengaruhi perutumbuhan dan perkembangan
adalah perbedaan ras, etnik atau bangsa, usia mengalami pubertas, jenis kelamin
(wanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki - laki), kelainan gen atau
kromosom.
Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang
termasuk status gizi ibu pada saat hamil, posisi fetus normal atau tidak, salah satu
kelainan kongenital yang bisa disebabkan oleh abnormalitas posisi fetus adalah
club foot. Toksin atau obat-obatan yang bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti thalidomide. Kelainan gejala endokrin seperti yang dialami oleh ibu hamil
makrosomia atau kardiomegali atau hiperplasia adrenal. Paparan terhadap sinar
radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan
kongenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami infeksi pada trimester pertama
dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes
simpleks) dan penyakit menular seksual dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
congenital. Jika sang ibu memiliki golongan darah yang berbeda antara dirinya
dan janin maka ada kemungkinan terjadi Eritroblastosis fetalis, dimana tubuh
sang ibu akan membentuk antibodi terhadap darah sel darah merah janin, dan
akan mengalir ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis
yang akan mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus, yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak janin. Gangguan fungsi plasenta seperti
anoksia embrio juga dapat mengganggu pertumbuhan janin. Psikologis ibu juga
berperan penting dalam perkembangan janin.
Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi
yang diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika sang
anak atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan congenital, serta
lingkungan fisik dan kimia, contohnya adalah tempat tinggal anak sanitasinya
baik atau tidak, kecukupan terpapar dengan sinar matahari untuk membentuk
vitamin D, terpapar terhadap rokok, merkuri dan biji timah hitam, yang
memberikan dampak negatif pada anak. Psikologis sang anak, caranya
berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya, apakah sang anak tidak
dikehendaki oleh orang tuanya dan merasa tertekan. Gangguan hormon tiroid
anak dapat mengakibatkan anak mengalami dwarfnism (hypothyroid) atau
gigantism (hyperthyroid) dan juga retardasi mental pada hypothyroid.
Sosio-ekonomi keluarga sang anak, apakah kebutuhannya ditemui, serta apakah ia
2.5. Peyimpangan pada Pertumbuhan 2.5.1. Perawakan Pendek
Perawakan pendek atau dwarfinism adalah ketinggian yang berada dibawah persentil kedua atau 0.4th centile. Hanya 1 dari 50 anak lebih pendek
dari pada persentil kedua dan hanya 1 dari 250 anak lebih pendek dari 0.4th
centile. Kebanyakan anak-anak walaupun memiliki badan yang kecil tetap
berkembang normal namun ada kemungkinan besar ada gangguan patologis pada
tahap pertumbuhannya (Lissauer, Clayden, 2002).
2.5.2. Perawakan Tinggi
Walaupun jarang orang tua mengeluh tentang anaknya yang lebih tinggi
dibandingkan kawan-kawannya, anak-anak remaja merasa cemas pada saat
pubertal growth spurt, disebabkan tinggi mereka yang meningkat dengan cepat.
Kebanyakan anak yang tinggi disebabkan genetik orang tua dan juga disebabkan
karena mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Ini mengakibatkan obesitas
pada anak dan pertumbuhan yang cepat (Lissauer, Clayden, 2002).
2.5.3. Pertumbuhan Kepala Abnormal
Pertumbuhan pesat kepala terjadi dalam dua tahun pertama dan 80% dari
ukuran kepala dewasa telah dicapai pada usia 5 tahun. Ini memberi gambaran
terhadap pertumbuhan otak, namun ukuran besar atau kecilnya kepala biasanya
juga tergantung terhadap faktor keturunan dan biasanya perlu menggunakan
mid-parental head percentile untuk menentukannya(Lissauer, Clayden, 2002).
Pada saat lahir sutura dan fontanel masih belum tertutup. Setelah beberapa
bulan hidup, sirkumferens kepala bayi akan lebih melebar, terutama ukuran
badan bayi kecil dibanding umur gestasionalnya. Bagian posterior kepala tertutup
dalam minggu ke delapan, sedangkan bagian anterior fontanel tertutup dalam 12
hingga 18 bulan. Jika terjadi kecepatan pada kelebaran sirkumferens kepala,
Berbagai gangguan pertumbuhan kepala yang dialami adalah termasuk
mikrosefali, makrosefali, kepala asimetris dan kraniositosis (Lissauer, Clayden,
2002).
2.6. Penyimpangan pada Perkembangan 2.6.1. Gangguan Perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu
seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada
keluarganya rata-rata perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan pula
seperti anak tidak kesempatan untuk belajar karena terlalu dimanjakan, selalu
digendong atau diletakkan di babywalker terlalu lama dan juga anak yang
mengalami deprivasi maternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak misalnya
anak sangat penakut, gangguan retardasi mental juga adalah penyebab
perkembangan motorik yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas,
penyakit neuromuskular seperti penyakit duchenne muscular dystrophy dan buta
juga merupakan antara gangguan perkembangan motorik (Soetjiningsih, 2002).
2.6.2. Gangguan Perkembangan bahasa
Gangguan perkembangan bahasa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor
termasuk faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi yang rendah, kurang
pergaulan dan kurang interaksi dengan lingkungan sekitarnya, maturasi yang
lambat, gangguan lateralisasi dan juga masalah yang dialami oleh disleksia dan
afasia.
Gagap atau strutter mungkin disebabkan oleh tekanan dari orang tua
supaya anak berbicara dengan jelas, ada juga kemungkinan disebabkan sang anak
meniru seseorang dikeluarganya yang gagap, rasa tidak aman dan juga bisa oleh
kepribadian anak. Penyebab lain yang dapat menganggu perkembangan sang
anak dalam berbicara adalah kelainan kongenital seperti bibir sumbing atau cleft
2.6.3. Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah (IQ< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
2.6.4. Cerebral Palsy
Cerebral Palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan di sel-sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
2.6.5. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat jumlah
kromosom 21 yang berlebihan. Perkembangan pada anak anak dengan sindrom
down biasanya lebih lambat dari anak yang normal.
Anak dengan sindrom down biasanya juga menderita kelainan seperti
kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat dan juga masalah biologis
lainya yang dapat berperan dalam menyebabkan keterlambatan perkembangan
motorik dan keterampilan menolong diri sendiri (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2005).
2.6.6. Gangguan Autisme
Ini adalah gangguan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum
anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan
sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat dan mempengaruhi anak
dengan sepenuhnya. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme
mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Departemen
2.6.7. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah
Disfungsional susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan
akedemik yang berada dibawah normal, kelainan perilaku dan juga gangguan
dalam berinteraksi sosial, salah satu contoh adalah kasus ADHD dan disleksia
(Soetjiningsih,2002).
2.7. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
Gizi memegang peran yang penting terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bermula dari saat bayi ada di dalam kandungan ibu, bila ibu
mendapat makanan yang mencukupi, maka bayi yang dikandungnya akan lahir
dengan berat badan lahir bayi normal, sedangkan ibu yang kurang gizi akan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Maka dari itu asupan gizi pada
ibu hamil harus mendapat perhatian yang lebih terutama pada triwulan terakhir
kehamilan, karena pada masa itu terjadi proliferasi sel-sel otak yang pesat dan
akumulasi long chain polyunsaturated fatty acids (LCPUFAs) pada retina dan
otak yang pesat (Soetjiningsih, IKG, 2002).
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, proliferasi sel-sel
otak dan akumulasi LCPUFAs masih berlangsung; disertai dengan proses
mielinasi pertumbuhan dendrit dan sinaps yang pesat; sehingga terbentuk
jaringan otak yang kompleks. Periode kritis pertumbuhan otak terletak pada masa
triwulan terakhir kehamilan hingga anak berusia tiga tahun. Pada masa kritis ini
anak harus mendapat gizi yang esensial dan memadai untuk mencukupi
kebutuhan gizinya (Soetjiningsih, IKG, 2002).
ASI adalah salah satu sumber yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak
karena ASI telah dibuktikan mengandung LCPUFAs dalam jumlah yang memadai
untuk pertumbuhan otak anak. Selain gizi yang baik, pada masa periode kritis
tersebut, anak juga harus mendapat stimulasi mental dini yang memadai dan
dijaga kesehatannya agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik
Pada bayi yang berusia 6 bulan ke atas disarankan agar memberikan
makanan tambahan untuk mendamping-ASI atau makanan sapihan, bagi bayi
yang tidak disusui lagi oleh ibunya. Proses ini dikenal sebagai proses weaning.
Pada tahap ini diet bayi akan berubah dari ASI saja ke makanan orang dewasa.
Masa transisi ini merupakan masa yang sangat kritikal bagi bayi, karenakan bayi
akan mudah terkena infeksi terutama infeski saluran cerna. Gangguan gizi juga
sering terjadi pada tahap ini disebabkan oleh keluarga atau sang ibu yang kurang
pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan-makanan yang bergizi yang
diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dan juga peran
ekonomi, dimana keluarga sang anak kurang mampu menyediakan makanan yang
bergizi (Soetjiningsih, IKG, 2002).
Pada anak-anak yang berusia setahun hingga pra-remaja lebih cenderung
mengalami gangguan gizi yang disebabkan oleh asupan-asupan makanan yang
tidak tepat, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
asupan makanan seperti keluarga yaitu orang tua anak dan juga
saudara-saudaranya, media massa dimana gencaran iklan makanan dalam televisi dapat
bermain peran yang besar terhadap makanan asupan. Teman sebaya sang anak
terutama pada anak-anak pra-remaja karena bertambah luasnya kontak sosial anak
dengan lingkungannya maka tidak dapat dihindari. Penyakit dapat juga
berpengaruh terhadap nafsu makan sang anak dan juga asupan makanannya
(Soetjiningsih, IKG, 2002).
2.8. Penentuan Status Gizi Anak
Status gizi anak dapat diukur dengan beberapa cara yaitu dengan cara
pengukuran antropometrik, klinik dan laboratorik. Diantara ketiganya,
pengukuran antropometrik adalah yang relatif paling sederhana dan banyak
dilakukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).
Pengukuran antropometrik dilakukan dengan membandingkan pengukuran
berat badan dibadingkan dengan umur atau dengan perbandingan pengukuran
berat badan anak dengan tinggi badan anak dengan menggunakan Tabel Berat
Republik Indonesia, 2003). Dari pengukuran antropometri, status gizi anak dapat
diketahui dan dapat dibagi menjadi; status gizi baik (normal); status gizi kurang
(kurus); status gizi buruk (kurus sekali) dan status gizi lebih (gemuk)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Untuk penelitian ini kerangka konsep yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat diuraikan berdasarkan variabel-variabel seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.1. di bawah ini:
1.4. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala
penguku Deteksi Dini pertumbuhan dan
perkembangan anak KPSP
Pengukuran antopometrik
seorang anak,
perkembangan kasar.
Gangguan gerakan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif observasional secara cross sectional,
yaitu peneliti akan melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak tanpa ada intervensi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di TK Duafa di Jalan Sukatego no.4 STM atas
daerah Medan Binjai. TK Duafa adalah sekolah dari pemerintah bagi kaum duafa.
Penelitian ini akan berlangsung di bulan Juli 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi yang terjangkau pada penelitian ini adalah murid TK yang
berumur 4 hingga 6 tahun di TK Duafa di tahun 2010. Jumlah murid yang
diprediksi sekitar 60 orang.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, yaitu semua
anak di TK Duafa akan dinilai pertumbuhan dan perkembangannya.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu mendapatkan sumber
informasi secara langsung dari murid TK. Data akan diambil dengan
menggunakan alat-alat pengukuran antropometri serta kurva pertumbuhan WHO
Child Growth Standard dan CDC-NCHS 2000, KPSP dan table BB/TB
(Direktorat Gizi Masyarakat 2002), untuk mengukur perkembangan anak-anak
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Analisa data dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama adalah
editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data sesuai
dengan murid-murid TK yang dipakai untuk penelitian ini, dan masuk ke dalam
tahap kedua coding, dimana kode atau angka tertentu diberikan pada data yang
diperoleh untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, dan pada
tahap ketiga entry data yang telah diperoleh akan dimasukkan ke dalam program
komputer dengan menggunakan program SPSS. Pada tahap yang terakhir, akan
dilakukan cleaning dimana data yang telah di entry diperiksa ulang untuk
mengetahui bila ada kesalahan atau tidak. Setelah itu hasil penelitian akan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Duafa di Kecamatan Medan
Binjai. Sekolah ini adalah sekolah gratis bagi penduduk kaum duafa yang tinggal
di sekitar daerah tersebut. Sekolah ini memiliki sekitar 60 orang anak murid yang
dibagi kepada 3 kelompok.
Hari sekolah di Taman Kanak-kanak Duafa mulai dari hari Senin hingga
Sabtu, dari jam 8 pagi hingga jam 11 siang. Murid-murid Taman Kanak-kanak
Duafa ini diberikan makanan ringan dari sekolah setiap hari dengan menu yang
berbeda-beda tiap hari contoh seperti hari Senin nasi goreng, Selasa bubur kacang
hijau dan seterusnya.
5.1.2. Deskripsi karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada murid Taman
Kanak-kanak Duafa di Kecamatan Medan Binjai tahun 2010, data diperoleh dengan cara
mengukur berat badan dan tinggi badan anak serta perkembangan anak dengan
Tabel 5.1.
Distribusi Status Gizi anak Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Berat badan dan Tinggi badan
BB/TB (status gizi) n Persen (%)
Sangat kurus (%) 1 1,5
Kurus (%) 6 9,2
Normal (%) 53 81,5
Total 60 100
Anak-anak yang berpartipasi pada penelitian ini adalah anak-anak yang
berumur antar 4 tahun hingga 6 tahun. Dari Tabel 5.1 terdapat majoritas
anak-anak memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 53 orang (81,5%),
sedangkan yang paling sedikit adalah satu anak yang memiliki status gizi buruk
atau sangat kurus.
Tabel 5.2.
Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Status Gizi
Jenis Kelamin
Status gizi P L
Kurus 5 (8,3%) 1 (1,7%)
Kurus sekali 1 (1,7%) 0 (0%)
Normal 20 (33,3%) 33 (55%)
Total 25 (41,6%) 35 (58,4%)
Tabel 5.2 menunjukan jumlah anak berdasarkan jenis kelamin dan
kelompok status gizinya. Pada kedua jenis kelamin anak murid Taman
Kanak-kanak Duafa majoritas memiliki status gizi yang normal, dengan jumlah murid
Pada murid laki-laki tidak ada yang mengalami status gizi yang buruk atau kurus
sekali, sedangkan pada murid perempuan ada 1 orang (1,7%). Pada status gizi
kurang baik atau kurus hanya ada 1 orang murid perempuan (1,7%) sedangkan
pada murid laki-laki ada 5 orang (8,3%).
Tabel 5.3.
Distribusi Persentil Tinggi Badan dengan perbandingan Umur anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC
Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar dari anak murid Taman
Kanak-kanak Duafa memiliki perawakan pendek dengan jumlah 16 orang anak
(26,7%) dan yang memiliki tinggi badan normal ada 44 orang (73,3%). Dari Tabel
5.3 tidak ada anak yang memiliki tinggi badan yang berada di atas persentil 90
atau dengan perawakan tinggi.
Tabel 5.4.
Distribusi Persentil Berat Badan dengan perbandingan Umur Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC
BB(BB/U) n Persen (%)
Normal 30 50
Berat Badan Rendah 30 50
Tabel 5.4 menunjukan distribusi persentil berat badan dibandingkan
dengan umur anak murid taman kanak kanak Duafa, dari tabel di atas bisa dilihat
bahwa 30 orang dari murid Taman Kanak-kanak Duafa memiliki berat badan yang
TB(TB/U) n Persen(%)
Normal 44 73,3
Perawakan Pendek 16 26,7
ideal untuk anak seusianya (50%). Sedangkan 30 orang lagi memiliki berat badan
yang rendah untuk anak seusianya (50%). Dari data yang diperoleh tidak ada
anak-anak yang memiliki berat badan di atas persentil 90 atau berat badan yang
lebih (overweight).
Tabel 5.5.
Distribusi Status Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Dari Tabel 5.5 diatas tingkat perkembangan anak dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu penyimpangan atau perkembangan anak yang jauh dibelakang
anak-anak seusianya menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan).
Anak digolongkan mengalami perkembangan yang meragukan jika tindakan yang
seharusnya bisa ia lakukan dengan sempurna namun masih belum bisa seperti
mengancing baju sendiri dalam waktu yang lama.
Berdasarkan Tabel 5.5 hasil yang diperoleh menunjukan kebanyakan
anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-anak-kanak-anak Duafa mempunyai nilai KPSP yang
meragukan dengan jumlah 29 anak (48,3%), sedangkan tingkat perkembangan
anak yang paling sesuai dengan usianya hanyalah 9 orang anak (15%).
KPSP n Persen (%)
Penyimpangan 22 36,7
Meragukan 29 48,3
Sesuai 9 15
Tabel 5.6.
Distribusi Jenis Kelamin Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa
berdasarkan Tahap Perkembangan menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Jenis Kelamin
Tingkat Perkembangan KPSP Perempuan Laki-laki
Sesuai 7 (11,7%) 2 (3,3%)
Meragukan 13 (21,7%) 16 (26,7%)
Penyimpangan 15 (25%) 7 (11,7%)
Total 35 (58,4%) 25 (41,7%)
Tabel 5.8 di atas menunjukkan perbandingan tahap perkembangan anak
dengan jenis kelaminnya. Pada anak perempuan majoritasnya terdapat pada tahap
perkembangan dengan penyimpangan dengan jumah 15 orang anak (25%)
sedangkan pada anak laki-laki kebanyakan 16 orang anak (26,7%) mengalami
perkembangan yang meragukan. Pada anak perempuan ada 7 orang anak (11,7%)
dengan tingkat perkembangan yang sesuai sedangkan anak laki-laki hanya ada 2
orang (3,3%). Pada anak perempuan 13 orang anak (21%) mengalami
perkembangan yang meragukan dan pada anak laki-laki ada 7 orang anak (11,7%)
Tabel 5.9.
Distribusi Jumlah Tahap Perkembangan Terhambat yang dialami Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Tabel 5.9 menunjukan distribusi jumlah tahap perkembangan terhambat
yang dialami anak berdasarkan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan).
Hanya 9 orang anak (15%) Taman Kanak-kanak Duafa yang tidak terhambat
dalam tahap perkembangannya. Kebanyakan anak murid Taman Kanak-kanak
Duafa mengalami gangguan perkembangan dalam tiga bidang yaitu gerakan
motorik kasar dan perkembangan sosial dan kemandirian dengan jumlah 18 orang
anak (30%). Ada 8 orang anak (13,3%) yang mengalami perkembangan terhambat
dalam satu bidang dan ada 18 orang anak (30,0%) yang mengalami perkembangan
terhambat pada dua bidang sedangkan ada 6 orang anak (10,0%) yang mengalami
perkembangan terhambat pada semua 4 bidang. Jumlah Perkembangan
yang Terhambat n Persen (%)
0 9 15
1 8 13.3
2 18 30
3 19 31.7
4 6 10
Tabel 5.10.
Distribusi Jenis Perkembangan yang Terhambat dialami oleh Anak Murid Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Jenis perkembangan n Persen
(%)
Normal 9 15
Bicara dan berbahasa, sosial dan kemandirian 7 11,7
Bicara dan berbahasa 3 5
Bicara dan berbahasa, gerak halus 7 11,7
Bicara dan berbahasa, gerak halus, gerak kasar 2 3,3 Bicara dan berbahasa, gerak halus, gerak kasar,
sosial dan kemandirian
6 10
Bicara dan berbahasa, gerak halus, sosial dan kemandirian
11 18,3
Bicara dan berbahasa, gerak kasar, sosial dan kemandirian
5 8,3
Gerak halus 2 3,3
Gerak halus, gerak kasar, sosial dan kemandirian
1 1,7
Gerak halus, sosial dan kemandirian 4 6,7
Sosial dan kemandirian 3 5
Total 60 100
Tabel 5.10 di halaman sebelumnya menunjukan jenis perkembangan,
dimana anak mengalami keterhambatan. Anak murid Taman Kanak-kanak Duafa
yang hanya mengalami gangguan bicara dan berbahasa ada 3 orang anak (5%),
sedangkan pada anak yang mengalami gangguan berbicara dan berbahasa disertai
bidang yang lain seperti sosial dan kemandirian, ada 38 orang anak (63,3%).
Hanya ada 2 orang murid (3,3%) yang mengalami gangguan gerakan halus,
sedangkan jumlah anak yang mengalami gangguan gerakan motorik halus disertai
bidang yang lain ada 31 orang anak (60%). Pada gangguan gerakan motorik kasar
semua anak anak yang mengalami keterhambatan juga mengalami gangguan pada
bidang yang lain, tidak ada anak anak yang hanya mengalami gangguan gerakan
motorik kasar. Jumlah murid yang mengalami gangguan pada perkembangan
sosial dan kemandirian ada 3 orang anak (5%) dan yang mengalami gangguan
5.2 Pembahasan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi pertumbuhan,
perkembangan dan status gizi anak murid Taman Kanak-kanak Duafa dengan cara
mengukur berat badan dan tinggi badan anak disertai juga dengan menggunakan
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat ukur perkembangan
pada anak. Pada penelitian ini, anak-anak yang dipilih sebagai sampel adalah
anak-anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Duafa yang berusia 4 hingga 6
tahun. Sampel yang dipilih memiliki usia 4 hingga 6 tahun karena penelitian ini
bertujuan untuk mendeteksi sedini mungkin jika ada keterhambatan pada
pertumbuhan atau perkembangan sang anak dan usia ini adalah usia yang ideal
dan mudah untuk dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan. Dari
hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk menjadi tolak ukur dalam
pembahasan dan dapat diuraikan sebagai berikut:
5.2.1. Distribusi Status Gizi anak Taman Kanak-kanak Duafa berdasarkan Berat badan dan Tinggi badan
Dari Tabel 5.1 dapat diamati bahwa hanya 1 orang anak yang memiliki
status gizi yang buruk atau sangat kurus sedangkan majoritas lainnya, anak murid
Taman Kanak-kanak Duafa memiliki status gizi yang baik atau normal. Hasil
yang diperoleh berkontradiksi dengan hasil yang diperoleh Atmaria (2005),
dimana jumlah anak yang mengalami gizi burk atau sangat kurus meningkat
dibandingkan tahun1990. Hal ini berkemungkinan karena majoritas dari populasi
masyarakat sekarang memeliki kesadaran terhadap nutrisi baik untuk kehidupan
sehari-hari, dan juga di sekolah anak-anak diberi makanan yang bergizi untuk
memenuhi kebutuhannya.
5.2.2. Distribusi Persentil Tinggi Badan dengan perbandingan Umur anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC
Hasil yang diperoleh dari Tabel 5.3 menunjukan perbandingan tinggi
badan anak dengan usianya. Walaupun berdasarkan perbadingan berat badan dan
perbandingan tinggi badan dan umur anak bisa saja diklasifikasikan memiliki
perawakan pendek.
Seperti yang bisa diamati dari Tabel 5.3 ada 16 orang anak (26,7%) yang
memiliki perawakan pendek; ini berkemungkinan disebabkan masalah status gizi
yang kronis dan telah terjadi pada waktu jangka yang panjang seperti pada anak
masih berada dalam kandungan, faktor keturunan dan juga faktor sosial dan
ekonomi keluarga sang anak.
5.2.3. Distribusi Persentil Berat Badan dengan perbandingan Umur Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut kurva CDC
Dari Tabel 5.4 bisa diperoleh data tentang perbandingan berat badan anak
dengan umurnya. Seperti pembahasan di atas sebelumnya, walaupun anak
memiliki status gizi yang normal pada perbandingan berat badan dengan tinggi
badannya, belum tentu ia memiliki berat badan yang sesuai untuk anak seusianya.
Pada Tabel 5.4 jumlah anak yang mengalami berat badan rendah dan anak dengan
berat badan normal masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu 30 orang
anak (50,0%).
Anak murid Taman Kanak-kanak Duafa yang memiliki berat badan rendah
disebabkan karena sang anak memilih makanan yang dikonsumsinya (picky
eater); pengetahuan orang tua yang kurang dalam pemberian jenis makanan yang
tepat dan memenuhi kebutuhan nutrisi sang anak seharian. Karena Taman
Kanak-kanak Duafa adalah sekolah untuk masyarakat dengan status ekonomi menengah
dan ke bawah, faktor penghasilan orang tua sang anak juga berkemungkinan
berpengaruh terhadap jenis makanan yang dikonsumsi dan ada juga kemungkinan
karena majoritas dari murid Taman Kanak-kanak Duafa dengan orang tua yang
dua-duanya berkerja, ini menyebabkan orang tuanya kurang perhatian terhadap
5.2.4. Distribusi Status Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak Duafa menurut KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Dari Tabel 5.7 bisa diperoleh data yang menunujukan status
perkembangan anak murid Taman Kanak-kanak Duafa. Majoritas anak-anak
Taman Kanak-kanak Duafa mengalami perkembangan yang meragukan dengan
jumlah 29 orang anak (48,3%) dan hanya 9 orang anak (15,0%) dengan
perkembangan yang sesuai dengan usianya. Ini berkemungkinan disebabkan oleh
faktor lingkungan biofisikopsikososial dan bisa juga disebabkan oleh faktor
genetika.
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah faktor lingkungan sekolah dan
juga faktor lingkungan di rumah. Walaupun anak mendapat dukungan yang baik
di sekolah dan dari gurunya yang misalnya yang memberikan pelajaran
(stimulasi), namun kemungkinan dukungan dari orang tua sang anak sangat
kurang, apalagi bila orang tuanya sibuk dengan perkejaan untuk memberi nafkah
untuk keluarga maka perhatian orang tua terhadap sang anak berkurang. Ada juga
kemungkinan pengetahuan orang tua terhadap kepentingan perkembangan anak
kurang sehingga tidak mengetahui bagaimana penting peran mereka dalam tahap
perkembagan sang anak. Status ekonomi juga berkemungkinan memengang peran
yang penting dalam perkembangan sang anak, karena jika orang tua sang anak
tidak dapat menafkahi sang anak dengan sempurna maka tidak dapat memenuhi
kebutuhan anak yang diperlukan untuk perkembangan yang sesuai. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi juga berhubungan dengan perkembangan,banyak anak yang
berperawakan pendek menunjukan kebutuhan nutrisi yang tidak mencukupi dan
dukungan dari keluarga yang kurang mampu bisa menjadi penyebab
perkembangan anak yang tidak optimal
Tabel 5.7 menunjukan bahwa kebanyakan anak-anak murid yang bersekolah di
taman kanak-kanak Duafa mengalami gangguan perkembagan lebih dari satu
domain, hal ini berkemungkinan disebabkan karena tahap perkembangan adalah
tahap yang kontinious, jadi misalnya anak mengalami gangguan pada satu tahap
dibuktikan dari tabel 5.8, anak-anak yang mengalami gangguan dalam berbicara
dan berbahasa kebanyakan juga mengalami gangguan dalam bersosialisasi dan
kemandirian. Ini berkemungkinan karena anak memiliki kepayahan dalam
berkomunikasi kepada orang disekitarnya maka sang anak kurang berinteraksi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak murid Taman
Kanak-kanak Duafa dan uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Mayoritas (73,3%) tinggi badan anak murid Taman Kanak-kanak Duafa
adalah normal, namun ada beberapa orang yang memiliki tinggi badan
yang dikategorikan sebagai perawakan pendek (26,7%).
b. Dari segi berat badan dibandingkan dengan umur dapat disimpulkan
bahwa jumlah anak yang mengalami berat badan rendah dan jumlah anak
dengan berat badan normal adalah sama yaitu (50%).
c. Dari penilaian status gizi anak murid Taman Kanak-kanak Duafa
mayoritas (81,5%) memiliki status gizi yang baik atau normal sedangkan
yang status gizi buruk hanya ada 1,5%.
d. Dari hasil tes perkembangan dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan) sebagai alat ukur dapat disimpulkan majoritas
(48,3%) mengalami perkembangan yang meragukan, hanya 15% dari
murid Taman Kanak-kanak Duafa yang memiliki perkembangan yang
normal, sedangkan yang mengalami penyimpangan perkembangan ada
36,7%.
e. Perkembangan motorik kasar dan halus anak murid Taman Kanak-kanak
Duafa berdasarkan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
menunjukan bahwa 63,3% yang mengalami gangguan yaitu pada
f. Dalam hal perkembangan berbahasa dan berbicara ada 68,3% yang
mengalami gangguan. Berdasarkan jumlah ini dapat diuraikan yang
mengalami penyimpangan pada bidang ini ada 35% sedangkan 33,3%
lainya mengalami perkembangan berbahasa dan berbicara yang
meragukan.
g. Pada penilaian perkembangan sosial dan kemandirian anak ada 61,7%
yang mengalami perkembangan yang terhambat. Dari total ini dapat
diuraikan yang mengalami penyimpangan ada 25% orang anak sedangkan
6.2 Saran
a. Penelitian ini akan lebih baik lagi jika data mengenai riwayat tentang
pertumbuhan anak sebelumnya bisa diperoleh supanya bisa dilihat
bagaimana proses pertumbuhan anak.
b. Guru yang berkerja di Taman Kanak-kanak Duafa diharapkan untuk
memberitahukan kepada orang tua tentang bagaimana peran mereka
sangat penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan sang anak.
c. Orang tua dari anak murid Taman Kanak-kanak Duafa dianjurkan
untuk melakukan konseling dalam hal pemberian nutrisi dan
perkembangan untuk memperbaiki kondisi gizi yang kurang baik
atau status perkembangan anak yang tidak sesuai dengan usianya.
d. Petugas kesehatan diharapkan dapat membantu anak di Taman
Kanak-kanak Duafa untuk meningkatkan kegiatan di taman
kanak-kanak untuk meningkatkan status gizi, pertumbuhan dan
DAFTAR PUSTAKA
Atmaria, 2005. An Integrated International Seminar and Workshop on Lifestyle –
Related Diseases Gajah Mada University, Indonesia; Yogyakarta : 1-14.
Available from:
http://www.gizi.net/download/nutrition%20problem%20in%20Indonesia
.pdf. [Accessed March 2010]
Doyle A.D, 2009, Physical Growth and Development; Physical Growth, Merck
Manual Professional. Available from:
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch269/ch269b.html. [Accessed
March 2010]
Doyle A.D, 2009, Physical Growth and Development; Development, Merck
Manual Professional. Available from:
http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch269/ch269c.html. [Accessed
March 2010]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pedoman Pelaksanaan
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
Glascoe F.P, 2004 Developmental Screening and Surveillance.. In: Behrman,
Jenson, Kliegman, Stanton, 18thed. Nelson Textbook of Pediatrics.Philadelphia, PA : Saunders Elsevier, 76.
Lissauer T, Clayden G, 2007. Growth and Puberty. In: Illustrated Textbook of
Narendra, M. B., 2002 Baku/standard tumbuh kembang. In: Narendra, Sularyo,
Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh,. 1st ed. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 120.
Novak, 2004. Dorlands Pocket Medical Dictionary 27th ed. Philadelphia, PA:
Saunders Elsevier.
Soetjiningsih, 2002. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. In: Narendra,
Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh,. 1st ed. Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 86.
Soetjiningsih, IKG, 2002. Gizi Untuk Tumbuh Kembang Anak. In: Narendra,
Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh, 1st ed. Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 22.
Suryawan, Narendra M.B, 2006. Kuliah Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak.
Fakultas Kedokteran Universitas Air Langga RSU Dr . Soetomo
Surabaya. Indonesia, Surabaya; 1-15 Available from:
http://www.pediatrik.com/pkb/061022022956-57x6138.pdf. [Accessed
01 May 2010]
Suyitno H, Narendra M.B., 2002. Pertumbuhan Fisik Anak. In : Narendra M.B.,
Sularyo T.S, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IG.N.Gde., 1st ed. Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja. Jakarta, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 51.
Tanuwidjaya.S, 2002 Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. In:
Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh. 1st ed Tumbuh
Lembar Penjelasan
Kepada Yth Kepala Sekolah Ibu Hj.Ety Mulyati SE,SPd
Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Muniroh Hanafiah, dari
Fakultas Kedokteran USU.
Bersama ini saya ingin menyampaikan kepada Ibu kepala sekolah bahwa
saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai deteksi dini pertumbuhan,
perkembangan dan status gizi murid TK Duafa. Oleh karena saya memohon
keizinan ibu untuk membolehkan saya mengukur berat badan, tinggi badan dan
melakukan pemeriksaan untuk pengisian Kuesioner pra-skrining perkembangan
(KPSP) pada murid TK Duafa.
Jika Ibu bersedia maka kami mengharapkan ibu menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan. Demikianlah kami sampaikan. Atas perhatian dan
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Ibu dapat menghubungi Peneliti setiap waktu bila ingin menanyakan lebih
jelas lagi tentang penelitian ini yang belum ibu pahami melalui:
Muniroh Hanafiah
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: Ibu Hj.Ety Mulyati SE,SPd
Alamat: Taman Kanak-kanak Duafa, Medan Binjai
Setelah mempelajari dan telah menerima serta mengerti penjelasan dokter
mengenai penelitian “Deteksi Dini Pertumbuhan, Perkembangan dan Status Gizi
Anak di TK Duafa”.
Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya sebagai Kepala Sekolah TK
Duafa menyatakan setuju dan bersedia bahwa anak-anak murid menjadi peserta
penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.
Medan,……….2010
Yang membuat pernyataan, Peneliti,
FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
Lokasi :... Kec:... Kab/Kota:... Prov:...
I. IDENTITAS ANAK
1. Nama :... Laki-laki/Perempuan 2. Nama Ayah :...; Nama Ibu
:...
3. Alamat :... 4. Tanggal Pemeriksaan :.../.../20....
5. Tanggal Lahir :.../.../...
2. Apakah anak punya masalah tumbuh kembang
:...
...
...
...
...
III. PEMERIKSAAN RUTIN SESUAI JADWAL
1. BB :...Kg; PT/TB :...Cm. BB/TB : a. Gizi baik; b. Gizi kurang; c. Gizi buruk; d. Gizi lebih;
e. Rujuk: Ya/Tidak 2. Perkembangan anak :
a. Sesuai
b. Meragukan : b1. GK, b2 GH, b3. B-bahasa, b4. Sos Kemandirian, b5. Rujuk : Ya/Tidak
c. Penyimpangan : c1. GK, c2. GH, c3. B-bahasa, c4. Sos Kemandirian, c5. Rujuk : Ya/Tidak
IV. PEMERIKSAAN ATAS INDIKASI/JIKA ADA KELUHAN
1. Autis: a. Risiko tinggi; b. Risiko rendah; c. Gangguan lain; d. Batas normal, e. Rujuk : Ya/Tidak
V. Kesimpulan
... ... ...
... ...
VI. TINDAKAN INTERVENSI
1. konseling stimulasi bagi ibu: a. Diberikan; b. Tidak diberikan;
2. Intervensi stimulasi perkembangan: a.GK; b. GH; c. B-bahasa; d.Sos Kemandirian;
e. Tgl evaluasi... 3.Tindakan pengobatan lain :
...
... ... ...
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muniroh Hanafiah
Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 04 Juli 1989
Agama : Islam
Alamat : Jalan Tongkol no.5 Belawan Bahagia, Medan Indonesia
Jumlah Bersaudara : 5 orang
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Hang Tua 1995-1996
2. Park House English Speaking School 1997-1999
3. Al-Khor International School 2000-2007
Riwayat Pelatihan :