• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAH KEBIJAKAN JASA KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARAH KEBIJAKAN JASA KONSTRUKSI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ARAH KEBIJAKAN JASA

KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA

(2)

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2

TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

2

TANTANGAN

JASA

KONSTRUKSI

(3)

Fungsi pembinaan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya menyentuh

masyarakat jasa konstruksi, sementara kemampuan pemerintah pusat

terbatas

TANTANGAN JASA KONSTRUKS

1

2

Badan usaha jasa konstruksi didominasi kualifikasi kecil (121.579 Badan

Usaha) atau sebesar 84,73% dari total Badan Usaha Jasa Konstruksi nasional

yang berjumlah 143.496 Badan Usaha. Dari total jumlah tersebut, baru

terdapat 7.448 Badan Usaha (atau hanya 5,19%) yang bersifat spesialis

3

Pengembangan usaha jasa konstruksi melalui investasi belum diatur di

dalam regulasi konstruksi sebelumnya

4

Sejak regulasi UUJK tahun 1999, Tenaga kerja konstruksi bersertifikat baru

sebesar 702.279 pekerja (9,12%) dari 7,7 juta pekerja sehingga perlu penataan

ulang pengaturan terhadap sistem sertifikasi

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(4)

TANTANGAN JASA KONSTRUKS

Belum optimalnya penyelesaian sengketa yang diatur dalam kontrak

konstruksi sehingga terjadi potensi kriminalisasi kontrak konstruksi

Masih tingginya angka kecelakaan kerja sektor konstruksi dimana pada

tahun 2016 tercatat kecelakaan kerja sebanyak 32.437 kejadian

Kegagalan bangunan karena belum mematuhi ketentuan konstruksi

berkelanjutan

Belum tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi yang terintegrasi

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

4

Masih belum terpenuhi mekanisme pengaturan remunerasi tenaga kerja

ahli

6

7

8

9

(5)

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

UU 02/2017

TENTANG

JASA

KONSTRUKSI

(6)

LATAR BELAKAN

Tuntutan

Good Governance

2

Tuntutan mutu produk konstruksi

1

Perkembangan sistem penyelenggaraan jasa konstruksi

4

Tantangan

penyelenggaraan

jasa

konstruksi

sudah

banyak

berubah dan semakin besar

3

Investasi Konstruksi

Pasar jasa konstruksi semakin terbuka secara global khususnya terbentuknya Pasar

Tunggal Mea, Trans-pasific Partnership

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(7)

5

a) Pemerintahan Daerah

b) Bidang PUPR

c) Bidang Ketenagakerjaan

d) Standar Internasional Terkait Usaha Jasa Konstruksi

e) Keprofesian (UU Keinsinyuran Dan RUU Arsitek)

f)

Sektor Terkait Jasa Konstruksi (ESDM)

LATAR

BELAKANG

Lingkungan strategis telah berubah secara signifikan sehingga

memerlukan

harmonisasi

terhadap

peraturan

perundang-undangan:

6

Sebagai

upaya

penyempurnaan

pada

aspek:

pembinaan,

penyelenggaraan,

penegakan

ketertiban/hukum,

partisipasi

masyarakat,

dan

keamanan

keselamatan,

kesehatan

dan

keberlanjutan konstruksi

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

(8)

8

PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG JASA

KONSTRUKSI

UU NO. 18 TAHUN 1999

(SISTEMATIKA)

UU NO. 2 TAHUN 2017

(SISTEMATIKA)

TERDIRI ATAS 12 BAB DENGAN 46 PASAL

TERDIRI ATAS 14 BAB DENGAN 106 PASAL

1.

BAB I. KETENTUAN UMUM

2.

BAB II. ASAS DAN TUJUAN

3.

BAB III. USAHA JASA KONSTRUKSI

4.

BAB IV. PENGIKATAN JASA KONSTRUKSI

5.

BAB V. PENYELENGGARAAN JASA

KONSTRUKSI

6.

BAB VI. KEGAGALAN BANGUNAN

7.

BAB VII. PERAN MASYARAKAT

8.

BAB VIII. PEMBINAAN

9.

BAB IX. PENYELESAIAN SENGKETA

10.

BAB X. SANKSI

11.

BAB XI. KETENTUAN PERALIHAN

12.

BAB XII. KETENTUAN PENUTUP

1.

BAB I. KETENTUAN UMUM

2.

BAB II. ASAS DAN TUJUAN

3.

BAB III. TANGGUNG JAWAB DAN

KEWENANGAN

4.

BAB IV. USAHA JASA KONSTRUKSI

5.

BAB V. PENYELENGGARAAN JASA

KONSTRUKSI

6.

BAB VI. KEAMANAN, KESELAMATAN,

KESEHATAN DAN

KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI

7.

BAB VII. TENAGA KERJA KONSTRUKSI

8.

BAB VIII. PEMBINAAN

9.

BAB IX. SISTEM INFORMASI JASA

KONSTRUKSI

10.

BAB X. PARTISIPASI MASYARAKAT

11.

BAB XI. PENYELESAIAN SENGKETA

12.

BAB XII. SANKSI ADMINISTRATIF

13.

BAB XIII. KETENTUAN PERALIHAN

14.

BAB XIV. KETENTUAN PENUTUP

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(9)

BAB I. KETENTUAN

UMUM

BAB II. ASAS DAN

TUJUAN

BAB III. TANGGUNG

JAWAB DAN

KEWENANGAN

BAB IV. USAHA JASA

KONSTRUKSI

BAB V.

PENYELENGGAR-AAN

JASA KONTRUKSI

BAB VI. KEAMANAN,

KESELAMATAN,

KESEHATAN, DAN

KEBERLANJUTAN

KONSTRUKSI

BAB VII. TENAGA

KERJA KONSTRUKSI

BAB VIII.

PEMBINAAN

BAB IX. SISTEM

INFORMASI JASA

KONSTRUKSI

BAB X. PARTISIPASI

MASYARAKAT

BAB XI.

PENYELESAIAN

SENGKETA

BAB XII. SANKSI

ADMINISTRATIF

BAB XIII. KETENTUAN

PERALIHAN

BAB XIV. KETENTUAN

PENUTUP

KERANGKA

UNDANG-UNDANG

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

(10)

Konsultansi Konstruksi

adalah

layanan keseluruhan atau sebagian

kegiatan yang meliputi pengkajian,

perencanaan, perancangan,

pengawasan, dan manajemen

penyelenggaraan konstruksi

suatu

bangunan

Pekerjaan Konstruksi

adalah

keseluruhan atau sebagian kegiatan

yang meliputi pembangunan,

pengoperasian, pemeliharaan,

pembongkaran, dan pembangunan

kembali suatu bangunan

Menteri

adalah menteri yang

menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang jasa

konstruksi

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

10

KETENTUAN

UMUM

Jasa Konstruksi

adalah layanan jasa

konsultansi konstruksi dan/atau

pekerjaan konstruksi

Pasal 1

Usaha

Penyediaan

Bangunan

adalah pengembangan jenis usaha

jasa

konstruksi

yang

dibiayai

sendiri oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, badan usaha,

atau

masyarakat,

dan

dapat

melalui

pola

kerjasama

untuk

mewujudkan,

memiliki,

menguasai,

mengusahakan,

dan/atau

meningkatkan

kemanfaatan bangunan

Standar Keamanan, Keselamatan,

Kesehatan dan Keberlanjutan

adalah pedoman teknis Keamanan,

Keselamatan, Kesehatan tempat kerja

konstruksi dan perlindungan sosial

tenaga kerja, serta tata lingkungan

setempat dan pengelolaan lingkungan

hidup dalam penyelenggaraan jasa

konstruksi

Kegagalan Bangunan

adalah suatu

keadaan keruntuhan bangunan

dan/atau tidak berfungsinya

(11)

ASAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN JASA

KONSTRUKSI

Asas Kejujuran dan Keadilan;

Asas Manfaat;

Asas Kesetaraan;

Asas Keserasian;

Asas Keseimbangan;

Asas Profesionalitas;

Asas Kemandirian;

Asas Keterbukaan;

Asas Kemitraan;

Asas Keamanan dan Keselamatan;

Asas Kebebasan;

Asas Pembangunan Berkelanjutan; dan

Wawasan Lingkungan .

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ASAS

memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi

untuk mewujudkan struktur usaha kukuh, andal, berdaya saing tinggi,

dan hasil Jasa Konstruksi berkualitas;

mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi

yang menjamin kesetaraan kedudukan Pengguna dan Penyedia

Jasa, serta peningkatan kepatuhan pada peraturan

perundang-undangan;

mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang

Jasa Konstruksi;

menata

sistem

Jasa

Konstruksi

yang

mewujudkan

keselamatan

publik

dan

kenyamanan

lingkungan

terbangun;

menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang

baik; dan

menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan

penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

TUJU

AN

1

2

3

4

5

(12)

12

12

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENA

Selaras dengan UU 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintah Daerah

untuk Sub Urusan Jasa Konstruksi

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PUSAT

KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL

PEMERINTAH PUSAT

KEWENANGAN SEBAGAI DAERAH OTONOM

Meningkatnya kemampuan dan kapasitas

usaha Jasa Konstruksi nasional

memberdayakan BU jaskon, pengawasan proses

IUJK-tertib usaha-rantai pasok dan fasilitasi

kemitraan BUJK

Kewenangan Pemerintah

Daerah

Provinsi

yaitu :

a.Penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli

Jasa

Konstruksi

b.Penyelenggaraan

Sistem

Informasi

Cakupan

daerah Provinsi

Kewenangan

Pemerintah

Daerah

Kabupaten/Kota:

a.Penyelenggaraan pelatihan tenaga

terampil konstruksi.

b. Penyelenggaraan sistem informasi jasa

konstruksi cakupan Daerah

kabupaten/kota.

c. Penerbitan izin usaha jasa konstruksi

nasional Kualifikasi kecil, menengah, dan

besar

d. Pengawasan tertib usaha, tertib

penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan

jasa konstruksi.

Terciptanya iklim usaha yang kondusif,

transparan, persaingan usaha yang sehat dan

jaminan kesetaraan hak-kewajiban pengguna

dan penyedia jasa

menyelengarakan

pengawasan

pemilihan

penyedia jasa, kontrak kerja konstruksi, tertib

penyelenggaraan dan pemanfaatan Jakon di

Provinsi

Terselenggaranya jasa konstruksi sesuai

standar keamanan, keselematan, kesehatan

dan keberlanjutan (K4)

menyelenggarakan

pengawasan

penerapan

standar keamanan, keselematan, kesehatan dan

keberlanjutan (K4)

Meningkatnya kompetensi, profesionalitas,

produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional

menyelenggarakan

pengawasan

sistem

SKK,

pelatihan dan upah tenaga kerja konstruksi

Meningkatknya kualitas dan penggunaan

material dan peralatan konstruksi, serta

teknologi konstruksi dalam negeri

menyelenggarakan

pengawasan

penggunaan

MPK

dan

tekhnologi

konstruksi,

fasilitasi

kerjasama

institusi

litbang,

fasilitasi

pengembangan tekhnologi prioritas, pengelolaan

& pemanfaatan sumber material konstruksi,

penggunaan

Standar

mutu

material

dan

peralatan sesuai SNI

Meningkatnya partisipasi masyarakat

memperkuat kapasitas lembaga, meningkatkan

partisipasi

masyarakat

dalam

pengawasan

penyelenggaraan

dan

usaha

penyediaan

bangunan

Tersedianya sistem informasi jasa konstruksi

mengumpulkan

data

dan

informasi

Usaha

Konstruksi di Provinsi

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(13)

STRUKTUR USAHA JASA

KONSTRUKSI

Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa Konstruksi dilakukan dengan

memperhatikan perubahan klasifikasi produk konstruksi yang berlaku secara

internasional dan perkembangan layanan usaha Jasa Konstruksi.

*)

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Jenis

Sifat

Klasifikasi

Layanan Usaha

Usaha Jasa

Konsultan

Konstruksi

Umum

1.

Arsitektur;

2.

Rekayasa;

3.

Rekayasa terpadu; dan

4.

Arsitektur lanskap dan

perencanaan wilayah.

1.

Pengkajian;

2.

Perencanaan;

3.

Perancangan;

4.

Pengawasan; dan/atau

5.

Manajemen

penyelenggaraan

konstruksi.

Spesialis

1.

Konsultansi ilmiah dan teknis; dan

2.

Pengujian dan analisi teknis.

1.

Survei;

2.

Pengujian Teknis; dan/atau

3.

Analisis.

Usaha

Pekerjaan

Konstruksi

Umum

1.

Bangunan gedung; dan

2.

Bangunan sipil.

1.

Pembangunan;

2.

Pemeliharaan;

3.

Pembongkaran; dan/atau

4.

Pembangunan kembali.

Spesialis

1.

Instalasi;

2.

Konstruksi

khusus;

3.

Konstruksi

prapabrikasi;

4.

Penyelesaian

bangunan; dan

5.

Penyewaan

peralatan.

1.

Pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau

bentuk fisik lainnya.

Usaha

Pekerjaan

Konstruksi

Terintegrasi

1.

Bangunan gedung; dan

2.

Bangunan sipil.

1.

Rancang bangun; dan

2.

Perekayasaan,

pengadaan, dan

pelaksanaan.

Kegiatan usaha jasa konstruksi didukung dengan usaha

rantai pasok sumber daya konstruksi yang diutamakan

berasal dari produksi dalam negeri

(14)

PERBANDINGAN USAHA JASA

KONSTRUKSI

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

14

UU NO. 18 TAHUN 1999

Mengenal istilah bidang usaha Jasa Konstruksi yang mencakup pekerjaan arsitektural

dan/atau sipil dan/atau mekanikal dan/atau elektrikal dan/atau tata lingkungan,

masing-masing beserta kelengkapannya (Pasal 6)

UU NO. 2 TAHUN 2017

Dalam UU baru ini terjadi perubahan klasifikasi usaha yang sebelumnya didasarkan pada bidang

arsitektur, sipil, mekanikal, kelistrikan dan tata lingkungan (ASMET) yang sudah tidak sesuai dengan

klasifikasi lapangan usaha saat ini, menjadi klasifikasi yang didasarkan pada Central Product Classification

(CPC). Artinya, klasifikasi bidang usaha didasarkan pada produk yaitu pekerjaan yang menghasilkan

sebuah bangunan gedung atau bangunan sipil (klasifikasi umum) dan pekerjaan instalasi, konstruksi

khusus, konstruksi pabrikasi, penyelesaian bangunan, atau penyewaan peralatan (klasifikasi spesialis)

(Pasal 14 ayat 2 ayat dan 3), klasifikasinya tidak lagi berdasarkan jenis pekerjaannya seperti pekerjaan

sipil, pekerjaan arsitek, pekerjaan eletrikal atau pekerjaan mekanikal

(15)

SEGMENTASI PASAR JASA

KONSTRUKSI

Bentuk dan Kualifikasi Usaha

Segmentasi Pasar

1.

Orang Perseorangan dan

2.

Badan Usaha Kualifikasi Kecil

1.

Beresiko Kecil;

2.

Berteknologi sederhana; dan

3.

Berbiaya kecil.

1.

Badan Usaha Kualifikasi Menengah

1.

Beresiko sedang;

2.

Berteknologi madya; dan/atau

3.

Berbiaya sedang.

1.

Badan Usaha Kualifikasi Besar

2.

Perwakilan Badan Usaha Jasa

Konstruksi Asing

1.

Beresiko Besar;

2.

Berteknologi Tinggi; dan/atau

3.

Berbiaya Besar.

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(16)

PENYELENGGARAAN JASA

KONSTRUKSI

Penyelenggaraa

n usaha Jasa

Konstruksi

Perjanjian penyediaan

bangunan

Penyelenggaraan Jasa

Konstruksi

Penyelenggaraa

n usaha

Penyediaan

Bangunan

Dikerjakan sendiri

Pengikatan jasa

konstruksi

Dikerjakan sendiri

16

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

16

Pasal 38

(17)

PEMILIHAN PENYEDIA JA

1. Yang bersumber dari keuangan negara dilakukan dengan cara tender atau seleksi,

pengadaan secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung

2. Tender atau seleksi dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, atau tender

cepat

3. Pengadaan secara elektronik merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yang sudah

tercantum dalam katalog,

4. Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal:

a. Penanganan darurat utk keamanan dan keselamatan masyarakat;

b. Pekerjaan kompleks yang hanya dapat dilaksanakan penyedia jasa sangat terbatas atau

pemengang hak;

c. Pekerjaan rahasia menyangkut keamanan dan keselamatan negara;

d. Pekerjaan berskala kecil; dan/atau

e. Kondisi tertentu (diatur dengan PP)

5. Pengadaan langsung dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu (diatur dengan PP)

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(18)

18

18

PENGELOLAAN JASA

KONSTRUKSI

Wajib menyerahkan hasil pekerjaan secara

tepat biaya, mutu, dan waktu.

Penyelenggaraan jasa konstruksi sesuai

perjanjian kontrak

Memenuhi standar keamanan, keselamatan,

kesehatan, keberlanjutan

Mengutamakan WNI sebagai pemimpin

tertinggi organisasi proyek

Kontrak

kerja

konstruksi

Sumber Pembiayaan:

••

Dana pemerintah pusat;

••

Dana pemerintah daerah;

••

Dana badan usaha; dan/atau

••

Dana masyarakat.

Dibuktikan dengan:

1. Kemampuan membayar ;dan/atau

2. Komitmen atas pengusahaan produk Jasa

Konstruksi

PENYEDIA JASA

PENGGUNA JASA

SUB PENYEDIA JASA

Pekerjaan utama hanya diberikan kepada

spesialis dengan persetujuan pengguna jasa

Pekerjaan penunjang diberikan oleh penyedia jasa

menengah/besar kepada sub penyedia jasa kecil

*Dapat dikenai ganti kerugian sesuai kesepakatan kontrak

*Dapat diberikan ganti kerugian sesuai kesepakatan

kontrak

Wajib membayar atas penyerahan hasil

pekerjaan secara tepat jumlah dan waktu.

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

18

Pasal 52-56

(19)

PENJAMINAN PENYEDIA JASA

KONSTRUKSI

Penyedia Jasa wajib memberikan jaminan kepada

Pengguna Jasa yang dapat dicairkan tanpa syarat dan

dalam batas waktu tertentu, yang dikeluarkan oleh

perbankan, perusahaan asuransi dan/atau perusahaan

penjaminan. Jaminan terdiri atas :

Jaminan penawaran

Jaminan Pelaksanaan

Jaminan uang muka

Jaminan pemeliharaan

Jaminan sanggah banding

Memperhatikan dinamika

pengembangan jaskon nasional

maupun internasional

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(20)

20

KEGAGALAN

BANGUNAN

Laporan Pengguna

Jasa dan/atau pihak

yang dirugikan

Penerimaan Laporan Kegagalan

Bangunan oleh Menteri

Penetapan Penilai Ahli oleh Menteri

paling lambat 30 (tiga puluh) hari

kerja sejak diterimanya laporan

Laporan Kajian Teknis oleh Penilai

Ahli

paling lambat 90 hari kerja

Penentuan Pihak yang

Bertanggungjawab (Pasal 61)

Pengguna Jasa bertanggung jawab atas

Kegagalan

Bangunan

yang

terjadi

setelah

jangka

waktu

yang

telah

ditentukan

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

20

MULAI

Kegagalan Bangunan:

Suatu keadaan keruntuhan

bangunan dan/atau tidak

berfungsinya bangunan setelah

penyerahan akhir

Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan

Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai

dengan rencana umur konstruksi paling lama 10 (sepuluh)

tahun terhitung sejak penyerahan akhir layanan Jasa

Konstruksi

1.

Standar Mutu Bahan

2.

Standar Mutu Peralatan

3.

Standar Keselamatan Kerja Dan

Kesehatan

4.

Standar Prosedur Pelaksanaan

5.

Standar Mutu Hasil Pelaksanaan

6.

Standar Operasi Dan Pemeliharann

7.

Pedoman Pelindungan Sosial Tenaga

Kerja

8.

Standar Pengelolaan Lingkungan Hidup

9.

Memperhatikan Kondisi Geografi Rawan

Gempa

Pasal 60-65

Kriteria Penilai Ahli:

1. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada

jenjang jabatan ahli di bidang yang sesuai

klasifikasi bangunan yang di nilai

2. Memiliki pengalaman sebagai perencana,

pelaksana,

dan/atau

pengawas

untuk

klasifikasi bangunan yang di nilai

3. Terdaftar

di

kementerian

yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang Jasa Konstruksi

Bekerja secara profesional dan tidak memihak

(21)

TENAGA KERJA

KONSTRUKSI

TENAGA KERJA

KONSTRUKSI

Tenaga Kerja Konstruksi

yang memiliki Sertifikat

Kompetensi Kerja berhak atas

imbalan yang layak

atas

layanan jasa yang diberikan

WAJIB memiliki

Sertifikasi Kompetensi

Kerja

, diperoleh melalui

Uji Kompetensi oleh

Lembaga Sertifikasi

Profesi dan diregistrasi

oleh Menteri

Pelatihan

sesuai Standar

Kompetensi Kerja,

diselenggarakan oleh Lembaga

Pendidikan & Pelatihan Kerja

yang diregistrasi Menteri

Lembaga Sertifikasi Profesi

, dapat dibentuk

oleh:

1. Asosiasi Profesi terakreditasi; dan

2. Lembaga Pendidikan & Pelatihan.

K

ua

li

fi

ka

si

Operator

Teknisi/Analis

Ahli

K

la

si

fi

ka

si

Arsitektur

Sipil

Mekanikal

Elektrikal

Tata Lingkungan

Manajemen

Pelaksanaan

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pasal 69

Pasal 68

Pasal 70

(22)

TENAGA KERJA

KONSTRUKSI ASING

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

22

KETENTUAN YANG WAJIB DIPENUHI:

1. Pemberi Kerja wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

(RPTKA) dan Ijin Memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA)

2. Hanya untuk Jabatan tertentu sesuai Peraturan Perundangan

3. Harus miliki surat tanda Registrasi dari Menteri

4. Surat tanda registrasi diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi menurut

hukum negaranya

5. Melakukan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja

pendamping sesuai Peraturan Perundangan

6. Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh

pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

Tenaga Kerja

Konstruksi

Asing

SERTIFIKAT

KOMPETEN

SI KERJA

wajib

PENYELENGGARAAN

JASA KONSTRUKSI

(23)

PEMBINAAN JASA

KONSTRUKSI

Pemerintah

Pusat-APBN

1.

Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional ;

2.

Penyelenggaraan kebijakan pengembangan yang bersifat strategis, lintas negara, lintas

provinsi dan/atau berdampak pada kepentingan nasional;

3.

Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa

Konstruksi nasional;

4.

Pengembangan kerjasama dengan Pemerintah Daerah provinsi dalam penyelenggaraan

kewenangan pemerintah daerah provinsi sub urusan jasa konstruksi; dan

5.

Dukungan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

Gubernur

sebagai wakil

Pemerintah

Pusat-APBN

1. Penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan di wilayah provinsi;

2. Penyelenggaraan kebijakan yang berdampak lintas kabupaten/kota di provinsi;

3. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan pengembangan di provinsi; dan

4. Penyelenggaraan pemberdayaan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam

kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota pada sub urusan jasa konstruksi.

Pembinaan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah

Gubernur ,

Bupati/Walikota-APBD

1.

Penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak hanya di wilayah

kabupaten/kota; dan

2.

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi nasional di wilayah

kabupaten/kota.

Bupati/Walikota

-APBD

Men

ter

i

Pe

la

p

o

ra

n

Gub

e

rnur

Pe

la

p

o

ra

n

Dalam pembinaan dapat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(24)

PENGAWASAN JASA

KONSTRUKSI

Tertib usaha dan perizinan tata bangunan

Tertib penyelenggaraan

Tertib pemanfaatan dan kinerja Penyedia Jasa

Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah daerah

mengawasi

Bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri

Bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia

Pemerintah Pusat

melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan

Jasa Konstruksi

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

24

(25)

SISTEM INFORMASI JASA

KONSTRUKSI

Pengguna dan penyedia jasa

serta institusi terkait harus

memberikan

DATA dan INFORMASI

Pembentukan suatu sistem

informasi terintegrasi yang

berisikan data dan informasi:

Dikelola oleh Pemerintah Pusat

dengan pembiayaan yang

dibebankan ke APBN

Tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa

Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah

Tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang

dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah

Tugas dan layanan di bidang Jasa Konstruksi yang

dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(26)

PARTISIPASI MASYARAKAT JASA

KONSTRUKSI

Keikutsertaan masyarakat Jasa konstruksi dilakukan melalui

SATU LEMBAGA

yang dibentuk dan pengurusnya

ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Unsur Pengurus Lembaga dapat

diusulkan dari Asosiasi Perusahaan, Asosiasi Profesi, Institusi Pengguna Jasa Konstruksi, dan Perguruan Tinggi / Pakar;

dapat juga diusulkan dari Asosiasi Rantai Pasok Konstruksi.

Syarat Asosiasi Badan

Usaha dan Profesi

terakreditasi

Pembiayaan

penyelenggaraan

partisipasi masyarakat

••

Jumlah dan sebaran anggota

••

Pemberdayaan kepada anggota

••

Pemilihan pengurus secara demokratis

••

Sarana dan prasarana di pusat dan daerah

••

Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

26

Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh Lembaga

dibiayai

oleh APBN dan/atau sumber lain yang sah

Biaya

yang

diperoleh

dari

masyarakat

atas

layanan

dalam

penyelenggaraan

sebagian kewenangan merupakan penerimaan negara bukan pajak

(27)

PARTISIPASI MASYARAKAT JASA

KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Pasal

85-87

q Ketentuan Angka (1) dan (2) Tidak berlaku atau dikecualikan dalam hal terjadi:

a. Terjadi hilangnya nyawa seseorang

b. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi.

1. Dugaan Kejahatan dan Pelanggaran

Pemeriksaan hukum

tidak mengganggu atau menghentikan

penyelenggaraan jasa konstruksi

2. Dugaan Kerugian Negera

Proses

pemeriksaan hukum

dilakukan

berdasarkan hasil

pemeriksaan

keuangan

dari

lembaga

negara

yang

berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara

Masyarakat Umum

Aparat Penegak

Hukum

Pekerjaan Konstruksi

Pengaduan

Pemeriksa

an

Ø

Mengakses informasi dan keterangan terkait dengan

kegiatan konstruksi;

Ø

Melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya

mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi

terhadap dampak kegiatan Jasa Konstruksi;

Ø

Membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha

di bidang Jasa Konstruksi.

Partisipasi Masyarakat dalam Pemberian Masukan kepada

Pemerintah Pusat Dan/ Daerah Dalam Perumusan Kebijakan Jasa

Konstruksi.

(28)

KRIMINALISASI

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

28

UU NO. 18 TAHUN 1999

Ada ketentuan pidana yang menghentikan proses konstruksi jika terjadi ketentuan pidana

terkait dengan kesalahan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan yang

tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang menyebabkan kegagalan pekerjaan (Pasal

43).

UU NO. 2 TAHUN 2017

Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran

yang disengaja dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap

Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau menghentikan

proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan kerugian negara dalam penyelenggaraan

Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan

dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara.

Hal-hal tersebut dikecualikan dalam hal terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau tertangkap

tangan melakukan tindak pidana korupsi

(Pasal 86)

Dalam UU ini,

jika terjadi pidana maka tidak akan menghentikan proses

(29)

PENYELESAIAN

SENGKETA

Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi :

a. Mediasi;

b. Konsiliasi dan;

c. Arbitrase;

Penyelesaian

Sengketa

Musyawarah

untuk Mufakat

Disesuaikan Berdasarkan

Kontrak Kerja

Konstruksi

Tercantum upaya

penyelesaian?

Y

A

TIDA

K

Tidak tercapai

Para

pihak

bersengketa

membuat

persetujuan tertulis mengenai tata cara

penyelesaian sengketa yang dipilih.

Selain upaya penyelesaian sengketa

(mediasi dan konsiliasi), para pihak

dapat membentuk Dewan Sengketa

Pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan

berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi

bagian dari salah satu pihak

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

(30)

SANKSI ADMINISTRATIF,

KETENTUAN PENUTUP DAN

PERALIHAN

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

30

1.

SANKSI ADMINISTRATIF DAPAT DIBERIKAN KEPADA PERORANGAN, BADAN

USAHA, ASOSIASI, PENGGUNA JASA, PENYEDIA JASA, PENILAI AHLI, TENAGA

KERJA, LSP, DAN TENAGA KERJA ASING YANG TIDAK MEMATUHI KETENTUAN

PERUNDANG-UNDANGAN

2.

LEMBAGA YANG DIBENTUK BERDASARKAN PERATURAN PELAKSANAAN UU

NO. 18 TAHUN 1999 TETAP MENJALANKAN TUGAS SERTIFIKASI DAN

REGISTRASI SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA LEMBAGA SESUAI

UNDANG-UNDANG INI

3.

UNDANG-UNDANG NO. 18 TAHUN 1999 DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK

BERLAKU,

SEMENTARA

PERATURAN

PELAKSANAANNYA

MASIH

TETAP

(31)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kurva pertumbuhan Gompertz diperoleh nilai titik infleksi, yaitu umur dan bobot infleksi yang digunakan untuk menduga laju pertumbuhan pada itik Alabimaster

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN.. TAHUN

Nama Paket /Kegiatan : Pekerjaan Pembangunan Embung Kecamatan Doloksanggul (Lokasi Desa Lumban Purba) sebanyak 1 (satu) unit2. Nama Program : Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada

Metode yang digunakan (1) untuk menganalisis sistem panen dan premi panen yang berlaku di lokasi penelitian, diggunakan metode deskriptif; (2) Untuk melihat tingkat kinerja

Terdapat penurunan derajat sumbatan hidung yang bemakna pada kelompok perlakuan, terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih derajat sumbatan hidung sebelum dan sesudah

Tanah sampel yang merupakan jenis tanah vertisol diambil dari lokasi tercemar limbah tekstil, termasuk dalam kondisi tanah tercemar logam berat dengan kadar awal Cu sebesar

# Empat Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Tujuh Puluh LIma Ribu Rupiah #... 12 | LKS NASIONAL TAHUN 2017 – PRAKTIK

Pada proses pembuatan label ini, tiap-tiap sampel suara penyakit akan didaftarkan pada suatu label yang diberi nama sesuai dengan nama penyakit yang dimaksud, sehingga