• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS CILACAP TENGAH 1 DAN 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS CILACAP TENGAH 1 DAN 2"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS CILACAP TENGAH 1 DAN 2

Dewi Prasetyani1, Evy Apriani2

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Email:prasetyanidewi78@gmail.com

ABSTRACT

Diabetes type 2 patients continues to increase. Health research results show that there is currently no difference in the number of DM patients between urban and rural communities. The results also show that many DM patients who are still in productive age. Likewise with other factors such as gender, knowledge and education. The success of DM management is influenced by the ability of patients to perform self-care activities to keep blood sugar level within normal limits. The purpose of the study: the study was to describe the characteristics of type 2 DM patients consisting of age, gender, education, occupation, income, duration of DM, knowledge and self-care ability. Type of research: the research used descriptive survey research. A total of 152 people were determined using total sampling technique. The instrument of the research is questionnaire about demographic data of respondent, knowledge and ability of self-care. Data analysis uses the mean, minimum, maximum, standard deviation and frequency distribution. Result: the average of the respondent have age 60,8 year. The majority of respondent were 101 women (66,4), high school or college education level of 78 people (51,3). Most of the work was retired respondent or housewives is as many as 129 people (84,9%). Most of the respondent had an income of more than and equal to the UMR89 people (58,6%). The average DM experience was 5 years. The level of knowledge about DM is mostly in the good category that is 85 people (55,9%). Most respondent have bad self-care ability that is 86 people (56,6%).

Keywords: type 2 diabetes mellitus, characteristics

PENDAHULUAN

PenyakitDiabetus Mellitus(DM) merupakan penyakit yang bersifat kronis

dan dikenal sebagaithe silent killerkarena seringkali penderitanya tidak merasakan

tanda dan gejala. International Diabetes Federation [IDF] (2011) memperkirakan

sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. DM juga

telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian di dunia.

PrevalensiDiabetes Melitus(DM) dari tahun ke tahun semakin meningkat

seiring perubahan gaya hidup. The International Diabetes Federation (IDF)

melaporkan bahwa pada tahun 2013 jumlah pasien DM di dunia sebesar 382 juta.

(2)

menjadi 592 juta orang atau 10 juta setiap tahun sampai tahun 2035. DM tipe II

merupakan tipe yang paling banyak jumlahnya, bahkan meliputi lebih dari 90% dari

semua populasi DM (Scott, et al., 2009; Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009; IDF,

2013, 2014).

Jumlah pasien DM di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan

dari 8.6 juta jiwa pada tahun 2013 menjadi 9 juta jiwa pada tahun 2014 (IDF, 2014).

Hasil riset kesehatan yang dilakukan BPPK Kemenkes (2013) menunjukkan bahwa

prevalensi DM tahun 2013 meningkat 2,1 % dibanding tahun 2007, yaitu 1,1 %.

Data yang sama juga ditunjukkan oleh hasil riset kesehatan dasar tahun

2013. Berdasarkan hasil riset tersebut, kejadian DM di provinsi Jawa Tengah lebih

tinggi (1,6%) dibanding persentase kejadian DM di Indonesia (1,5%). Data tersebut

adalah data kejadian DM yang terdiagnosa oleh dokter. Sementara yang belum

terdiagnosa diyakini lebih banyak lagi.

Sedangkan di kabupaten Cilacap, kejadian DM menunjukkan angka

tertinggi yaitu 3,9 % pada tahun 2009 (BPPK Kemenkes RI, 2009). Meskipun pada

tahun 2012 prevalensi DM di Cilacap bukan yang tertinggi, namun jumlah penderita

DM tipe II mencapai 7.064 orang (Dinkes Prop. Jawa Tengah, 2012).

Tingginya kejadian DM kemungkinan terjadi karena pola kebiasaan makan

masyarakat Cilacap yang menyukai makanan yang tinggi lemak dan kolesterol

seperti jeroan dan gorengan, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman

yang manis. Faktor genetik menjadi faktor lain yang menyebabkan kejadian DM.

Seringkali dalam satu keluarga peneliti menjumpai suami, istri yang menderita

diabetes dan menurun kepada anak-anaknya. Kebiasaan utama yang sulit

ditinggalkan oleh masyarakat adalah makan mendoan dan gorengan sejenisnya serta

kebiasaan minum yang manis.

Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 merupakan puskesmas yang telah

menyelenggarakan program PTM dan Prolanis secara kontinyu. Data pasien yang

teridentifikasi menunjukkan penyakit DM merupakan penyakit PTM terbanyak

kedua setelah hipertensi. Jumlah pasien yang teridentifikasi di puskesmas Cilacap

(3)

orang. Diperkirakan terdapat pasien DM yang tidak tercakup dalam penjaringan

tersebut.

Hasil survey awal menunjukkan bahwa pasien DM anggota prolanis di

Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini

ternyata berpengaruh terhadap kemampuan pasien dalam melakukan perawatan dan

menjaga kadar gula darahnya tetap dalam batas atau mendekati normal.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang mempunyai tujuan

untuk menggambarkan karakteristik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas

Cilacap Tengah 1 dan 2. Besar sampel yang didapatkan adalah 152 orang.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus–September 2017.

Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang karakteristik

responden yaitu tentang umur, alamat, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, lama DM, pengetahuan dan kemampuan self-care. Kemampuan self

care pasien DM dinilai menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self-Care

Activities(SDSCA) yang dikembangkan oleh Toobert et al (2000).

HASIL

Hasil olah data menunjukkan bahwa dari 152 responden, rata-rata memiliki

umur 60,8 tahun, dengan umur termuda 39 tahun dan tertua 89 tahun. Sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan 101 orang (66,4%), sebagian besar memiliki

tingkat pendidikan SMA atau Perguruan Tinggi sejumlah 78 orang (51,3%).

Sedangkan untuk pekerjaan, mayoritas responden pensiunan atau ibu rumah tangga

yaitu sebanyak 129 orang (84,9%). Sebagian besar responden memiliki penghasilan

lebih dari sama dengan UMR yaitu sejumlah 89 orang (58,6%), rata-rata mengalami

DM adalah 5 tahun dengan rentang terkena DM minimum satu tahun hingga 21

tahun. Tingkat pengetahuan responden tentang DM sebagian besar berada pada

kategori baik yaitu sejumlah 85 orang (55,9%) dan sebagian besar responden

memiliki kemampuan self-care buruk yaitu sejumlah 86 orang (56,6%). Karakteristik

(4)

Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 60

tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare (2008), bahwa umur sangat

erat kaitannya dengan kenaikan gula darah, dimana semakin meningkat umur maka

resiko mengalami DM tipe 2 semakin tinggi. Proses menua akan menyebabkan

perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah

meningkatnya resistensi insulin. Menurut WHO, setelah usia 30 tahun, kadar gula

darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa, dan akan naik 5.6-13 mg/dL pada

2 jam setelah makan (Sudoyo, 2006). Selain itu, pada individu yang lebih tua juga

mengalami penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 30% dan memicu

terjadinya resistensi insulin (Yale News, 2010). Pada usia tua juga cenderung

(5)

Hasil penelitian menggambarkan bahwa jumlah pasien DM perempuan

lebih banyak dibandingkan laki-laki. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh adanya

perbedaan komposisi lemak tubuh dan kadar hormon seksual antara perempuan dan

laki-laki dewasa. Kadar lemak normal pada laki-laki berkisar antara 15 – 20%

sedangkan pada perempuan berkisar antara 20–25% dari berat badan (Ernawati, et

al., 2004). Kadar HbA1c pada perempuan usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan laki-laki. Hal ini diduga akibat penurunan hormon estrogen pada

perempuan yang mengalami menopause (Yang et al., 1997). Penurunan hormon

estrogen juga menyebabkan peningkatan cadangan lemak tubuh terutama di daerah

abdomen (Thorand et al., 2007).

Tingkat pendidikan responden merata untuk tingkakt pendidikan dasar

(SD/SMP) dan pendidikan tinggi (SMA/PT). Tingkat pendidikan berpengaruh tidak

langsung terhadap kontrol gula darah pasien. Pasien dengan tingkat pendidikan yang

tinggi lebih mudah memahami informasi tentang diabetes yang diberikan dan

kebutuhan-kebutuhan terkait perawatan diabetes (Wilkinson, Whitehead & Ritchie,

2014). Hal ini juga ditunjukkan dari mayoritas responden memiliki pengetahuan baik

tentang DM. Tingkat pengetahuan yang baik ini dapat dijadikan modal bagi tenaga

kesehatan untuk selalu memotivasi pasien DM dalam melakukanself-caredan untuk

memilih metode edukasi yang tepat sehingga dapat mencapai sasaran.

Mayoritas penghasilan responden berada diatas UMR, yaitu dengan

penghasilan perbulan lebih dari Rp.1.200.000. Meskipun demikian pendapatan

tersebut belum sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan pasien

untuk mengelola penyakitnya. Karena dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk

perawatan DM, seperti kunjungan rutin ke puskesmas atau pemeriksaan gula darah

secara rutin. Namun dengan adanya program BPJS dapat membantu meringankan

beban biaya pada pasien DM.

Rata-rata lama responden menderita DM adalah 5,2 tahun. Lama menderita

DM sering dihubungkan dengan komplikasi. Komplikasi biasanya timbul setelah

pasien mengalami DM selama lebih dari 10 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa

(6)

beresiko untuk mengalami komplikasi. Namun tidak menutup kemungkinan untuk

terjadinya komplikasi karena faktor obesitas, dislipidemia dan lain-lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada

kategori rendah untuk kemampuanself-careDM. Self-care DM merupakan tindakan

yang dilakukan perorangan untuk mengontrol DM yang meliputi diet, peningkatan

aktivitas fisik, minum obat teratur, kontrol teratur dan perawatan kaki (Sigurdardotir,

2005). Aktivitas self-care idealnya dilakukan selama 7 hari dalam seminggu agar

tercapai kontrol gula darah yang optimal. Akan tetapi jika pasien tidak sanggup,

minimal dapat dilakukan 3 – 5 hari perminggu. Rendahnya kemampuan self-care

DM sebagian besar disebabkan karena jenuh, bosan atau merasa dibatasi. Faktor

kurang informasi dan biaya juga menjadi alasan kurangnya kemampuan self-care

pasien DM.

Keseluruhan aspek self-care DM harus dilakukan oleh pasien dalam

kehidupan sehari-hari agar tercapai pengontrolan kadar gula darah yang optimal

sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi. Oleh karena itu, perawat

sebagai petugas kesehatan harus memahami secara mendalam tentang aktifitas

self-care DM agar dapat memberikan informasi secara benar dan luas kepada pasien DM.

KESIMPULAN

1. Rata-rata umur pasien DM tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 adalah

60,8 tahun

2. Sebagian besar pasien DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan (66,4%)

3. Rata-rata lama menderita DM adalah 5,2 tahun

4. Sebagian besar pasien memiliki pengetahuan baik tentang DM (55,9%)

5. Sebagian besar responden memiliki kemampuan self-care kategori rendah

(56,6%).

SARAN

1. Perlu dilakukan edukasi dengan metode pemberian edukasi DM yang selalu

dimodifikasi seperti metode Focuss Group Discussion atau Small Group

(7)

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik pasien DM tipe 2

dengan memasukkan variabel-variabel lain seperti kebiasaan makan, kebiasaan

olah raga, keturunan dan obesitas.

3. Perlu pengembangan lebih lanjut penelitian tentang kemampuanself-carepasien

DM tipe 2.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2013). Standards of medical care in diabetes.Diabetes Care,36, 11–66

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013).

Riset kesehatan dasar 2013. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015 dari http://www.litbang.depkes.go.id.

Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005).Medical surgical nursing(7th ed.). Saint Louis : Elsevier Saunders

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Diabetes report card 2012. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2014 dari http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/DiabetesReportCard.pdf

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2014). National diabetes statistics report, 2014. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014 dari http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/statsreport14/national-diabetes-report-web.pdf

Day, John L.(2001). Living with diabetes : the diabetes UK guide for those treated with diet and tablets. London : Diabetes UK.

Hastono, Sutanto Priyo. (2006). Analisis multivariat. Depok :Departemen Biostatistika. FKM UI.

Hill, Jill. (2011). Diabetes monitoring: Risk factors, complications and management.

Nurse Prescribing. 9 : 122-130.

Info Datin (2014). Situasi dan analisis diabetes. Diunduh pada tanggal 7 Juli 2016 dari http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html

(8)

Irawan, D. (2010). Tesis: Prevalensi dan faktor resiko kejadian Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di daerah Urban Indonesia (Analisa data sekunder Riskesdas 2007).Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Nathan, D.M. & Delahanty, L.M. (2005). Beating diabetes: The first program clinically proven to dramatically improve your glucose tolerance. New York : Mc.Graw Hill

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2011). Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011.

Siagian, Priska. Trik mensiasati hormone stress.

http://preventionindonesia.com/article.php?channel=prevention&name=/tri k-mensiasati-hormon-stres. Diperoleh tanggal 27 Februari 2017

Sigal, R. J., Kenny, G. P., Wasserman, D. H., Castaneda-Sceppa, C., & White, R. D. (2006). Physical activity/exercise and type 2 diabetes : A consensus statement from the American Diabetes Association. Diabetes Care, 29,

1433 - 1438

Smeltzer, S.O. & Bare, B.G. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medical

surgical nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins

Sudoyo, A., et al. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sujaya, I.Ny. (2009). Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 di Tabanan Bali.Jurnal Skala Husada. Vol. 6 No.1: 75-81

Swanson, V. (2012).Diabetes diet. UK : Xlibris Corporation LLC

Teixeria-Lemos, Nunes S., Teixera F., Reis F. (2011). Regular physical exercise training assists in preventing type 2 diabetes development.Biomed Central Cardiovascular Diabetology, 10 1-15.

Thorand, B., Boumert, J., Kolb, H., Meisinger, Ch., Chambless, L., Koenig, W. & Herder, Ch. (2007). Sex differences in the predictions of type 2 diabetes by inflammatory markers.Diabetes Care,30, 854–860

Yale University Library (2010). Yale News. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2017 dari

Gambar

Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas CilacapTengah 1 dan 2

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan kecepatan, jangkauan, dan efisiensi komunikasi antar sesama manusia. Selain itu new media juga memiliki potensi yang sangat signifikan dalam memperkuat

dans le même temps, le Code Forestier wallon 38 ne prévoit plus de nouveaux droits d’usage (art. Il est également signalé qu’en forêt privée, les actes notariés précisent

Pelaksanaan pembelajaran musik Gordang sambilan dengan tidak menggunakan model TGT di kelas Kontrol tidak semua siswa dianggap aktif dan semangat dalam menerima pembelajaran, serta

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan teknik open-ended problem berpengaruh

NAJMUZ ZAMAN, D1215033, POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Provinsi

Atas segala pertolonganMu dan RidhloMu , sehingga penulis dapat menye lesaikan penelitian skripsi dengan judul” EFEK IMUNOMODULATOR EKSUDAT IKAN GABUS ( Channa

Warga desa Medali identik dengan warga pertanian yang me miliki pendidikan rendah hingga sedang dan juga skill yang rendah, warga desa Medali hanya mela kukan konflik yang

diberikan angket untuk menunjukkan respon siswa terhadap asesmen written feedback. Beberapa indikator komentar yang digunakan dalam pembelajaran asesmen written. feedback