• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Berbantuan Media Stik Keberuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Berbantuan Media Stik Keberuntungan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7

2.1.1 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

2.1.1.1Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat dengan IPS. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang SD/MI/SDLB hingga jenjang SMA/MA/SMK. Beberapa ahli menyatakan pendapatnya mengenai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai berikut ini:

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Trianto (2012: 171) merupakan Integrasi dari bebagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS merupakan gabungan dari berbagai ilmu sosial yang mengkaji tentang realitas dan fenomena serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat untuk memperoleh suatu kesimpulan yang berhubungan dengan kejadian yang terjadi pada suatu masyarakat tertentu.

Selannjutnya, kejadian tersebut diangkat untuk dijadikan suatu materi pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik sehingga dapat memahami tentang segala

sesuatu yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya.

Pendapat Gunawan (2011:93), yang menyatakan bahwa IPS adalah telah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bersama dengan sesamanya. Hubungan yang terjadi antara manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan manusia yang lain akan dipelajari secara jelas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Bahkan bukan hanya hubungan saja yang akan dibahas, tetapi juga masalah sosial yang terjadi dalam dunia manusia tersebut. 2.1.1.2Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Menurut Sa’dun dan Hadi (2010:78) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(2)

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memilki kemampuan untuk dapat berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Kesimpulan dari beberapa tujuan IPS yaitu belajar IPS tidak hanya menimbun pengetahuan, melainkan harus dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam bentuk yang lebih bermanfaat dalam kehidupan sehari- hari. Sebab dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas dari kegiatan sosial.

2.1.1.3Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ruang lingkup adalah batasan. Selanjutnya, ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, Tempat dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture

2.1.2.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

(3)

dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Taniredja (2013: 55) pembelajaran kooperatif picture and picture merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur, berkelompok, sehingga terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.

Menurut Soekamto, dkk (dalam Aqib Zaenal, 2013: 126) mengemukakan pendapat bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Dari penjelasan diatas peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif picture and picture yakni suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis, gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran, model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa, dengan kemampuan heterogen, jenis kelamin

berbeda, saling membantu, dan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan

pembelajaran.

2.1.2.2Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture

Langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture yang diutarakan oleh Hamdani (2011: 89), yaitu:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Menyajikan materi sebagai pengantar.

(4)

4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5) Guru menanyakan alasan dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6) Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menamakan konsep

materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7) Kesimpulan atau rangkuman.

Sintak langkah-langkah penerapan metode Picture and Picture menurut Miftahul Huda (2013:236) sebagai berikut:

a) Tahap Penyampaian Kompetensi

Pada tahap ini, guru diharapkanmenyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran

yang bersangkutan. Dengan demikian, siswa dapat mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang harus dikuasai. Disamping itu, guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebutuntuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

b) Tahap Presentasi Materi

Pada tahap penyajian materi, guru telah menciptakan momentum awal pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Pada tahap inilah, guru harusberhasil memberi motivasi pada beberapa siswa yangkemungkinan masih belum siap.

c) Tahap Penyajian Gambar

Pada tahap ini, guru menyajikan gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan. Dengan gambar, pengajaran akan hemat energi, dan siswa juga akan lebih mudahmemahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya, guru dapat memodifikasi gambar atau menggantinya dengan video atau demonstrasi kegiatan tertentu.

d) Tahap Pemasangan Gambar

Pada tahap ini, guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang gambar-gambar secara berurutan dan logis. Guru juga bisa melakukan

(5)

e) Tahap Penjajakan

Tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan kepada siswa tentang alasan/dasar pemikiran dibalik urutan gambar yang disusunnya. Setelah itu, siswa bisa diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru juga bisa mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.

f) Tahap Penyajian kompetensi

Berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar, guru bisa mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Selama proses ini, guru harus memberi penekanan pada ketercapaian kompetensi tersebut. Disini guru bisa mengulangi, menuliskan, atau menjelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator-indikator yang telah ditetapkan. g) Tahap Penutup

Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat menjawab persoalan bagaimana belajar itu bermakna, menyenangkan, kreatif, dan sesuai dengan realita yang ada serta lebih melibatkan siswa aktif belajar, baik secara mental, intelektual, fisikl, maupun sosial.

Metode pembelajaran picture and picture yang merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan media gambar. Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran ialah gambar yang memiliki kesesuaian dengan tujuan

pembelajaran. Maka dari itu, ada tiga syarat yang harus dipenuhi.

1) Otentik, yaitu gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti melihat benda sebenarnya.

(6)

3) Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni.

2.1.2.3Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture

Menurut Istarani (2011:8), pembelajaran dengan menggunakan metode picture and picture memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan pembelajaran dengan model picture and picture, diantaranya:

a. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.

b. Siswa lebih cepat menangkap materi karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

c. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

d. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

e. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru

Dengan menunjukkan gambar sebagai alat bantu untuk menyampaikan materi, akan menguntungkan guru. Begitu juga dengan siswa, dengan melihat gambar secara langsung mereka akan lebih mudah mengingat karena siswa “melihat” tidak hanya “mendengar” melalui penjelasan dari guru. Selain itu, penelaran siswa juga akan terasah karena di dalam proses pembelajarannya, siswa harus mempunyai alasan pada saat mereka dituntut untuk mengurutkan gambar secara logis dan sistematis. Kemudian, siswa tidak akan merasa bosan lagi karena media yang digunakan untuk belajar lebih menyenangkan karena selama ini siswa hanya menggunakan media papan tulis sebagai alat bantu mereka dalam belajar. Disamping memiliki kelebihan, metode pembelajaran ini juga memiliki kelemahan seperti di bawah ini:

a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran.

b. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.

c. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

(7)

Kelemahan dalam model pembelajaran picture and picture adalah sulinya memperoleh gambar yang berkualitas, sesuai serta guru dan siswa tidak terbiasa menggunakannya. Jika melihat kelebihan yang ada dalam model ini, seharusnya para guru dapat menutupi kelemahan dengan beberapa kelebihan yang ada tanpa harus memikirkan dana untuk memperolehnya.

2.1.3 Stick Keberuntungan

Penelitian tindakan kelas ini memadukan antara model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan stick keberuntungan. Model

pembelajaran kooperatif tipe stick keberuntungan ini mengacu pada model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Menurut Huda (2013: 224) talking stick adalah model pembelajaran kelompok yang menggunakan bantuan stick. Jika talking stick menggunakan stick sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka stick keberuntungan dalam proses pembelajarannya menggunakan stick bekas es

krim yang diberi tugas di dalam kertas kecil kemudian ditempelkan di badan stick tersebut.

Menurut Suprijono (2009: 90) talking stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah stick sebagai alat penunjuk giliran. Namun, pada stick keberuntungan tidak dilakukan secara bergiliran. Pelaksanaannya, guru membuat stick dan menempelkan tugas di badan stick tersebut sejumlah kelompok untuk dikerjakan dalam kelompok. Kemudian setiap perwakilan dalam kelompok mengambil stick tersebut dan kembali ke kelompok untuk kemudian berdiskusi dan menyelesaikan tugas dari guru tersebut. Dengan kata lain, model pembelajaran stick keberuntungan adalah model pembelajaran kelompok yang memanfaatkan media stick sebagai alat bantu pembelajaran dimana di badan stick tersebut ditempeli tugas oleh guru untuk kemudian dikerjakan oleh masing-masing kelompok.

2.1.4 Hasil Belajar

(8)

mengenai kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur (Sugandi, 2006: 63).

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Kemudian, menurut Hamalik (2002: 155) hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati,diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2002: 22). Hasil belajar ialah perubahan tingkah

laku siswa yang baru, yang didapat setelah melalui proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tegantung pada apa yang dipelajari oleh siswa.

Menurut Dimyanti (2002: 20), hasil belajar peserta didik merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Nana sudjana (2006: 22) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tetang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.

Uraian mengenai hasil belajar di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar memgacu pada perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah siswa mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur.

Perubahan dalam hal ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Jadi yang dimaksud hasil belajar disini adalah nilai tes IPS yang diberikan guru sebagai hasil belajar siswa.

(9)

a. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari :

1. Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2. Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi.

3. Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

4. Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

5. Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

6. Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.

b. Kemampuan afektif (The affective domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

1. Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat. 2. Sambutan (Responding), merupakan sikap mahasiswa dalam

memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penghargaan (Valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi. 4. Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5. Karakteristik nilai (Characterization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya.

c. Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:

(10)

perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

2. Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3. Gerakan terbimbing (Guidance response), mencakup kemampuan untuk

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi)

4. Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

5. Gerakan kompleks (Complexs response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen,dengan lancar, tepat, dan efisien.

6. Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

7. Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan sendiri

2.1.4.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang

terjadi secara berkesinambungan dan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut. Karena pada dasarnya belajar merupakan proses perkembangan yang memerlukan segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa maupun pengaruh dari lingkungan. Menurut Sudjana (Ahmad Susanto, 2013:15) faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Kecerdasan anak

(11)

b. Kesiapan atau kematangan

Kematangan adalah dimana organ manusia tersebut dapat berfungsi dengan baik. Kesiapan atau kematangan ini erat kaitannya dengan bakat yang dimiliki oleh siswa.

c. Bakat anak

Menurut Chalpin, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi yang akan dicapainya.

d. Kemauan belajar

Peran guru sangat diperlukan untuk menumbuhkan kemauan siswa dalam belajar. Kemauan belajar yang tinggi dan disertai dengan rasa tanggung jawab akan berpengaruh pada hasil belajar yang diraihnya.

e. Minat

Minat adalah keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Misal saja seorang siswa memiliki minat terhadap salah satu mata pelajaran, maka ia akan lebih memusatkan pikirannya pada mata pelajaran tersebut dan akan belajar lebih giat lagi.

f. Model penyajian materi pelajaran

Model penyajian materi yang menyenangkan akan membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti pelajaran.

g. Pribadi dan sikap guru

Guru harus memiliki sikap yang kreatif dan penuh inovatif, agar siswa dapat menirukan sikap tersebut.

h. Suasana pengajaran

Suasana belajar yang menyenangkan akan memberikan nilai lebih sehingga keberhasilan belajar siswa akan meningkat.

i. Kompetensi guru

(12)

j. Masyarakat

Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh masyarakat.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Kiswanti Henny (2013) meneliti tentang Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Tipe Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri Bawen 05. Hasil penelitian terdahulu ini membuktikan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari ketuntasan klasikal hasil belajar siswa siklus I pertemuan I sebesar 31% dan siklus I pertemuan II 62%. Kemudian Pada siklus II pertemuan I sebesar 72% dan siklus II pertemuan II sebesar 83%.

Hasil penelitian Sidauruk Manganjutua Erina (2016) tentang Penerapan Metode Picture and Picture dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa tentang Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Pada Kelas VII B SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Membuktikan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar pada siklus I 59,76 menjadi 77,08 di siklus II. Presentase pencapaian KK< dari 43,46% di siklus I menjadi 86,95% di siklus II.

Sutarto (2016) dengan judul penelitian Upaya Meningkatkan Minat dan

(13)

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Kiswanti Henny (2013), Sidauruk Manganjutua Erina (2016) dan Sutarto (2016), penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuliastanti Dini (2014) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture juga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, menunjukkan bahwa hal itu dapat meningkatkan nilai siswa pada setiap siklusnya. Nilai pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I mencapai 73,03 dengan ketuntasan klasikal 75% dan pada siklus II mendapatkan nilai Bahasa Indonesia 87,08 dengan ketuntasan klasikal 91,66%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan dari beberapa penelitian terdahulu yang relevan di atas telah menunjukkan dan membuktikan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar.

2.3 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menjelaskan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dengan model pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubung dengan kegiatan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi antara guru dengan siswa. Banyak faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap pemahaman siswa, salah satunya guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

Oleh sebab itu, guru diwajibkan mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan mengimplementasikan berbagai model pembelajaran. Menurut Ibrahim (2007:10) picture and picture memiliki prosedur yang ditetapkan secara

eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

(14)

dimulai dengan memberikan soal kemudian siswa diminta secara mandiri menjawab soal dan tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari guru selanjutnya siswa diminta untuk berpasangan dengan teman yang memiifliki soal yang sama.

Kemudian dari hasil perpaduan jawaban yang ditemukan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah dilakukan di depan kelas. Tahap akhir, setelah melakukan presentasi siswa diberikan lembar evaluasi. Dengan penerapan metode picture and picture siswa aktif dalam pembelajaran baik secara individu maupun kelompok hal inilah yang

mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar siswa merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu nilai yang berbeda-beda yakni ada yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan uraian diatas diduga dengan menerapkan metode picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa teori mengenai implementasi metode picture and picture, maka terdapat suatu gagasan atau pendapat dari penulis. Gagasan tersebut

(15)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, dan kerangka berpikir di atas yang telah penulis uraikan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil validasi tersebut oleh validator materi I memberikan skor 109 (sangat baik), sedangkangkan oleh validator materi II awalnya memberikan skor 63

Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya, bahwa skripsi saya yang berjudul:” STUDI TENTANG PROSES RITUAL ADAT KEMATIAN SUKU DAYAK AGABAG DI DESA TETABAN

Pada penelitian terdahulu, variabel-variabel yang digunakan adalah kualitas layanan, kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pelanggan, sedangkan variabel- variabel yang

Misalnya kita akan memilih layout Title and Content, maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.3 Dan kita bisa menambahkan tulisan presentasi pada slide kedua misalnya seperti

Berdasarkan tabel 4.8, hasil analisa jalur yang dilakukan oleh peneliti, menyatakan bahwa kepuasan berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas pemilik dan

Pindo Deli Pulp and Paper Mills, diperlukan keselarasan antara bisnis proses, SDM, serta teknologi informasi serta perusahaan perlu fokus pada perbaikan terus-menerus melalui

♥ Winda Dwi Yunita (ginda), yang selalu mensupport saya agar bias menjadi sarjana dan terima kasih telah membantu dalam urusan skripsi saya dalam mengasih saran ♥ Tedo

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas berkat rahmat dan karuniaNya peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Kepuasan Pelanggan