• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERBAGAI CARA ATAU METODE ANALISIS MAKANAN HEWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BERBAGAI CARA ATAU METODE ANALISIS MAKANAN HEWAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BERBAGAI CARA ATAU METODE ANALISIS MAKANAN HEWAN

Kebiasaan dan cara makan adalah faktor penting yang menentukan keberhasilan mempertahankan eksitensi suatu organism karena makanan menyediakan semua nutrisi yang diperlukan oleh organisme untuk bertumbuh dan berkembang. Semua organism membutuhkan nutrisi dan energy untuk tumbuh, perawatan, aktivitas, reproduksi dan kelangsungan hidup. Organisme harus makan agar tetap bertahan. Makanan yang potensial dapat dijumpai dimana-mana, namun apa yang dieksploitasi oleh jenis tertentu tergantung dari jenis organism tersebut. Walaupun kelompok makanan yang potensial sangat banyak, tetapi kadang-kadang tidak dieksploitasi oleh hewan tersebut. Oleh karena itu, masing-masing hewan memiliki hubungan makanan yang khas.

Sumber makanan yang berlimpah dan tidak adanya predator merupakan lingkungan yang sangat disukai oleh suatu hewan. Namun, lingkungan yang mengalami perubahan atau dalam keadaan yang ekstrim dapat menyebabkan kelimpahan makanan menjadi berkurang dan predator yang banyak akan membuat hewan tersebut harus mengurangi makanan yang dikonsumsinya. Peristiwa tersebut dikenal dengan diet hewan. Kelimpahan makanan ini juga sangat berpengaruh terhadap populasi dari suatu hewan (organisme). Untuk mengetahui persaingan makanan (diet overlap) antar spesies perlu dilakukan analisis diet. Analisis diet adalah perbandingan pilihan makanan yang khas dalam suatu spesies.

Diet Relatif dan Diet Absolut

Hewan memiliki dua tipe diet yaitu diet relatif dan diet absolut. Kedua diet ini sangat berkaitan dengan makanan hewan. Makanan hewan dapat dilihat melalui dua aspek yaitu kuntitatif dan kualitatif. Kuantitatif meliputi kelimpahan makanan dilingkungan dan kebutuhan makanan yang diperlukan oleh hewan tertentu sedangkan kualititatif meliputi palatabilitas (kesukaan jenis makanan), nilai gizi, daya cerna dan ukuran makanan.

(2)

Untuk mengetahui atau menganalisis diet absolut dan diet relatif dapat dilakukan melalui pengamatan langsung tanpa perlu mematikan hewan yang diselidiki, dapat juga secara tidak langsung dengan menganalisis isi dari bagian-bagian saluran pencernaan makanan dan radioisotop.

Berbagai Cara Analisis Makanan Hewan

1. Pengamatan Langsung

Hewan yang diselidiki tidak perlu dimatikan terlebih dahulu. Relatif lebih mudah dilakukan terhadap hewan berukuran besar, diurnal, serta aktivitas dalam habitatnya mudah diikuti pengamat. Cara ini memakan banyak waktu dan tenaga. Ada kalanya merupakan satu-satunya cara untuk menyelidiki kebiasaan makan jenis hewan langka. Cara ini juga dilakukan pada hewan yang menyimpan makanan dalam kantung pipi atau tembolok. Organ-organ itu dimanipulasi hingga isinya dikeluarkan dengan cara dirangsang untuk dimuntahkan. Pada jenis hewan lain, analisis dapat dilakukan melalui tinjanya, meskipun hasilnya kurang akurat.

2. Pengamatan Tak Langsung

a. Analisis Isi Saluran Pencernaan

Cara yang umum digunakan untuk mengetahui jenis makanan yang dimakan hewan ialah dengan mengidentifikasi isi kandungan bagian-bagian anterior dari saluran pencernaan (tembolok, lambung) yang relatif belum tercerna. Makanan nabati, teruatam biji-bijian relatif sukar tercerna, setelah 24 jam dikonsumsi masih dapat dikenali. Pada hewan yang mempunyai tembolok atau lambung, analisis dilakukan terhadap isi organ-organ itu, sesudah specimen hewan dimatikan dan segera disuntik dengan larutan pengawet. Pada jenis-jenis hewan yang tidak mempunyai tembolok atau lambung, analisis dilakukan terhadap isi dari bagian anterior usus. Isi saluran pencernaan diidentifikasi macamnya dan aspek kuantitatifnya dapat dinyatakan secara numerical (jumlah), gravimetric (berat) ataupun volumetrik (isi).

b. Cara Penelusuran Radioisotope

(3)

menggunakan radioisotope yang usia-paruhnya relatif panjang. Radioisotop yang sudah diketahui besarannya dimasukkan ke dalam lingkungan, kemudian jalur perpindahan serta laju kecepatan perpindahannya dideteksi dan diukur dengan alat khusus (pecacah Geiger dan sebagainya). Cara ini sangat mahal, butuh keterampilan khusus dan berisiko tinggi apabila di lingkungan alami.

Contoh:

Analisis Makanan Ikan Bandeng dan Ikan Peperek di Perairan Mangrove Mayangan

Makanan sebagai komponen lingkungan merupakan factor ekologis yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk mendukung pertumbuhan yang optimal diperlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan. Selain utnuk pertumbuhan, makanan juga menentukan tingkat populasi atau densitas populasi, reproduksi dan dinamika populasi karena adanya energy yang bersal dari makanan tersebut. Dengan demikian makanan dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk menduga besarnya sumberdaya ikan di suatu perairan.

Makanan alami untuk kebutuhan ikan di dalam suatu perairan banyak sekali ragamnya baik dari golongan hewan (zooplankton, invertebrate, dan vertebrata), tumbuhan (fitoplankton dan tumbuhan air), dan organism mati (detritus). Ikan-ikan cenderung mencari makanan pada daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya. Bila ikan-ikan pendatang lebih dominan dibandingkan ikan-ikan yang telah lama hidup pada daerah tersebut maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup populasi ikan asli tersebut. Adanya persaingan antara ikan-ikan pendatang dan ikan-ikan asli tersebut akan mempengaruhi besarnya jumlah dan jenis persediaan makanan yang ada.

Urutan kebiasaan makanan ikan dibedakan dalam empat kategiro berdasarkan persentase bagian terbesar yang terdiri dari:

1. Makanan utama, yaitu makanan yang biasa dimakan dalam jumlah yang besar.

2. Makanan sekunder, yaitu makanan yang sering ditemukan dalam saluran pencernaan ikan dalam jumlah yang lebih sedikit.

(4)

4. Makanan pengganti, yaitu makanan yang hanya dikonsumsi jika makanan utama tidak tersedia.

Dengan mengetahui kebiasaan makanan setiap spesies ikan dapat dilihat hubungan ekologis di antara individu pada perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai makanan. Persaingan terhadap makanan merupakan hal yang perlu diketahui berkaitan dengan kemampuan suatu organism dalam mempertahankan keberadaannya di perairan tersebut. Persaingan ini sering terjadi baik antara individu dalam satu spesies atau persaingan antra spesies serta antara satu spesies dengan spesies yang lain atau persaingan inter spesies.

Tidak semua jenis makanan di perairan dimakan oleh ikan karena ada beberapa factor yang menentukan dimakan atau tidaknya makanan tersbeut oleh ikan, yaitu ukuran makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu spesies ikan tergantung kepada kebiasaan makanan ikan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan, suhu perairan dan kondisi umum ikan tersebut. Faktor ketersediaan makanan sangat mempengaruhi komposisi jenis makanan ikan, sehingga perubahan komposisi jasad makanan suatu ikan merupakan hal yang wajar terjadi. Ketersediaan makanan di perairan, selain dipengaruhi oleh kondisi biotic, juga ditentukan oleh kondisi abiotik dari lingkungan, antara lain suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.

Luas relung makanan menggambarkan sejumlah sumberdaya makanan yang berbeda yang dimanfaatkan oleh suatu jenis organisme. Selanjutnya dinyatakan, bahwa dalam lingkungan perairan dengan persediaan makanan yang berlimpah organism (ikan ) akan melakukan seleksi terhadap makanan, sehingga akan mempersempit luas relungnya. Organisme yang aktif mencari makan diduga luas relungnya cenderung meningkat walaupun sumber daya yang tersedia menurun. Luas relung makanan yang besar menunjukkan bahwa ikan tersebut mengkonsumsi jenis ikan yang beragam, sedangkan luas relung yang sempit mengindikasikan bahwa ikan tersebut lebih selektif dalam memilih makanannya. Tumpang tindih relung makanan akan terjadi jika terdapat dua organisme yang memanfaatkan sumberdaya makanan yang sama atau dalam pengertian penggunaan secara bersama atas sebuah atau lebih sumberdaya makanan oleh dua atau lebih organisme.

(5)

Mayangan. Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem yang spesifik, hal ini disebabkan adanya proses kehidupan biota (flora dan fauna) yang saling berkaitan baik yang terdapat di daratan maupun di lautan. Secara biologis yang menyangkut rantai makanan, ekosistem mangrove merupakan produsen primer energy hidup melalui serasah yang dihasilkannya. Serasah hutan berupa bahan organic dirombak menjadi bahan anorganik dan dimanfaatkan oleh berbagai jenis fitoplankton yang menjadi makanan bagi konsumer primer, yaitu zooplankton dan ikan sampai akhirnya dimakan oleh manusia sebagai konsumer utama.

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Gambar 2. Ikan Peperek (Lelognathus equulus)

(6)

Setelah mengidentifikasi jenis makanannya, dilakukan analisis kebiasaan makanan ikan, digunakan Index of Prepoderance (IP) yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumetric (kuantitatif).

Sebagai batasan untuk analisis kebiasaan makanan pada ikan, maka urutan makanan ikan dibedakan dalam tiga kategori berdasarkan persentase IP, yaitu makanan utama bila nilai IP lebih besar dari 40 %, makanan pelengkap bila nilai IP berkisar antara 4-40% dan makanan tambahan bila nilai IP kurang dari 4%.

 Kebiasaan Makanan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.)

Komposisi makanan (IP) ikan bandeng terdiri dari: Melosira (76,40%) yang berperan sebagai makanan utama; Fragilaria (6,0%), Detonula (5,82% dan Skeletonema (4,40%) yang berperan sebagai makanan pelengkap; Pleurosigma, Pelagothrix, Thallasiotrix, Bacteriastrum, hemiaulus, navicula dan Lauderia yang mempunyai nilai IP masing-masing kurang dari 4% digolongkan sebagai makanan tambahan. Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa ikan bandeng pada peraiaran mangrove Mayangan mengkonsumsi fotiplankton (diatoms) sebagai makanannya dan ini berarti bahwa ikan bandeng dikategorikan sebagai herbivore.

 Kebiasaan Makanan Ikan Peperek (Lelognathus equulus Cuv.)

(7)

Hasil analisis makanan tersebut menunjukan bahwa ikan bandeng dengan ikan peperek memiliki sumberdaya makanan yang sama, yaitu fitoplankton. Kedua ikan ini berada pada tingkat tropic yang sama dan dikategorikan sebagai hewan herbivora. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya persaingan di antara kedua ikan ini dalam memanfaatkan sumberdaya makanan yang terbatas.

Sumber

Rachmawati, Ayu. 2011. Makanan dan Hubungan Makanan. http://nenkiuedubio.blogspot.com/2011/04/makanan-dan-hubungan-makan.html. Diakses tanggal 20 Mei 2013.

Gambar

Gambar 1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Referensi

Dokumen terkait