• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM ASPEK PENGEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL

Rusdawati

Taman Kanak-Kanak Adzkia III Jl. Taratak Paneh No.7 Kuranji e_mail : ruskhadijah@yahoo.co.id

Abstract

Early Childhood Education Curriculum In Development Aspects of Religious and Moral Values; Early childhood education that includes knowledge of how children from birth until the age of 8 years to grow, develop and learn. To optimize growing and growing and learning so that children can follow the flow of globalization in accordance with the demands of religion and berakhlaqul karimah, hence the need for a well organized curriculum. The curriculum is one of the heart of education in addition to teachers and students, the curriculum is not just a learning design course but how he also menrupakan design of activities that can be implemented in real life.

Keywords: Early Childhood Education, Curriculum, Aspects of Religious and Moral Values

Abstrak

Kurikulum Pendidikan Anak Usia dini Dalam Aspek Pengembangan Nilai Agama dan Moral ; Pendidikan anak usia dini yang mencakup pengetahuan tentang bagaimana anak sejak lahir hingga usia 8 tahun bertumbuh, berkembang dan belajar. Untuk mengoptimalkan tumbuh dan berkembang dan belajar anak sehingga dapat mengikuti arus globalisasi yang sesuai dengan tuntutan agama dan berakhlaqul karimah, maka dibutuhkannya kurikulum yang terkelola dengan baik. Kurikulum merupakan salah satu jantungnya pendidikan selain guru dan siswa, kurikulum tidak hanya sekedar rancangan pembelajaran saja tapi bagaimana ia juga menrupakan rancangan kegiatan yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata.

Kata Kunci : Pendidikan Anak Usia Dini, Kurikulum, Aspek Nilai Agama dan Moral

Pendahuluan

Anak usia dini zaman modern saat ini berbeda dengan dulu, anak dulu dapat bermain bersama dengan teman sebaya di alam dengan permainan tradisional.

(2)

bisa membaca. Orang tua membebaskan anak untuk bermaian gadget sehingga ada yang tidak pantas untuk dilihat dan diketahuinya. Menurut (Santosa, 2017) Usia 0-6 tahun adalah tahap penguatan dan perawatan konsepsi, dimana pada tahap ini penting untuk fitrah keimanan dengan menghidupkan gairah cintanya pada kebenaran dan agama.

Dan ini juga dikuatkan dengan firman Allah dalam surat An Nisaa ayat 9 yang mengatakan bahwa : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Dari ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana menyiapkan anak didik supaya ia bertakwa kepada Allah dan menunjukkannya bagaimana akhlak yang baik. Maka penanaman konsep keimanan pada anak usia dini menjadi suatu hal utama karena itu yang akan menjadi bekal bagi mereka kelak dewasa, dimana mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Untuk itu perlunya kiranya orang tua dan pendidik

bersungguh sungguh dalam pengasuhan, kita lakukan stimulus fitrah keimanan dan ajarkan pendidikan agama sejak dini.

(3)

usia dini untuk mengadapi era globalisasi

.

Anak usia dini menurut (Suryana, 2005) adalah Usia kritis dalam arti periode keemasan menentukan perkembangan berikutnya sebagai tahap untuk perkembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak dan menentukan tahap perkembangan selanjutnya. Namun apabila tidak maksimal dan tidak optimal dalam stimulasinya, maka anak akan mendapatkan kesulitan perkembangan dalam kehidupan berikutnya.

Program pembinaan haruslah dirancang, direncanakan, untuk diterapkan dengan teliti sesuai dengan karakteristik anak. Program pembinaan tersebut dituangkan menjadi kurikulum. Kurikulum memandu pendidik dan tenaga kependidikan dalam memfasilitasi program pendidikan berkualitas yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum PAUD harus mampu memberikan kontribusi kepada anak untuk berkembang seluruh potensinya sehingga memiliki kemampuan yang berharga dalam mencapai keberhasilan di jenjang pendidikan berikutnya. Kurikulum menjadi panduan dalam penyiapan

sumber daya manusia berkualitas di masa datang yang dapat mengisi kebutuhan tenaga terdidik yang terampil sesuai dengan perkembangan pengetahuan, teknologi, dan pembangunan. (KEMENDIKBUD, 2015)

Anak membutuhkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman yang berkesinambungan dan mendapatkan pengalaman yang baru untuk menambah kemampuannya (Suryana, 2014). Dengan demikian dibutuhkan rancangan pembelajaran yang dapat memberikan stimulus sehingga pengetahuan dan pengalamannya dapat berkembang. Pembelajaran yang didisain sebaik mungkin dengan memperhatikan tumbuh kembang anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini

(4)

Dalam Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD, menguraikan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar arah pertumbuhan dan enam perkembangan : agama dan moral, fisik motorik, kognitif, Bahasa, social emosional dan seni, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangannya. Yang menjadi tujuan diselenggarakan pendidikan anak usia dini adalah :

1. Tujuan utama : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangnya sehingga siap untuk memesuki pendidikan dasar dan melalu kehidupan pada masa dewasa nanti.

2. Tujuan penyerta : untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akedemik) disekolah, sehingg anak usia putus sekolah dapat dikurangu dan siap untuk bersaing secara sehat di level pendidikan berikutnya.

Dari tujuan Pendidikan anak usia dini diatas kita perlu menyiapkan anak yang berkualitas, tentu untuk membentuk

anak yang berkualitas tidak semudah membalik telapak tangan, perlu kesungguhan dalam menyiapkan kurikulum yang benar-benar mengakomoodir semua lingkup aspek perkembangan anak.

Prinsip Prinsip Pembelajaran dalam Pendidikan Anak Usia Dini (Tim Mutu JSIT Indonesia, 2017)

1. Mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam seluruh proses pembelajaran.

Mengintegrasian nilai-nilai keislaman dapat dilakukan dengan pembiasaan sehari-hari. Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beragama dimulai sedini mungkin, meskipun masih terbatas pada latihan kebiasaan (habit formation) (Suryana, 2016) misalnya berdoa sebelum makan, memulai sesuatu dengan mengucapkan basmallah dan diakhiri dengan hamdalah, makan dengan tangan kanan dll 2. Dalam proses pembelajaran

(5)

dengan prinsip saling berpesan dengan kebenaran. (2) Integrasi, proses pengasuhan dan pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, setiap komponen masing-masing saling memberi pengaruh dan berhubungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Dimana komponen itu tersebut dapat meliputi : komponen dunia akhirat, rumah, sekolah, masyarakat, afeksi, fisik dan fikir. (3) Teladan, dimana anak belajar melalui contoh (modelling), anak mempunyai daya serap yang tinggi sehingga guru, orang tua, keluarga, orang-orang disekitar anak dan beragam media menjadi model yang diteladani anak (Tim Mutu JSIT Indonesia, 2017).

3. Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat, dan karakteristik anak.

4. Mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan

5. Pembelajaran dilaksanakan melalui bermain.

6. Kegiatan pembelajaran dilakukan

secara bertahap,

berkesinambungan, dan bersifat pembiasaan.

7. Proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan.

8. Proses pembelajaran berpusat pada anak.

Filosofi dari pembelajaran berpusat pada anak didasari suatu keyakinan bahwa anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses pembelajaran , yang didasari pada 3 prinsip utama yaitu (1) konstruktivisme, (2) pelaksaaan yang sesuai dengan perkembangan, (2) Pendidikan progresif, yang menekankan pendidikan dipandang sebagi proses sepanjang hidup bukanlah hanya persiapan untuk masa mendatang. (Nurani Sujiono Yuliani, 2009)

Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

(6)

tertentu”, berarti sangatlah penting bila pengalaman belajar bermakna untuk anak usia dini direncanakan, diterapkan secara seksama dan komprehensif agar mencapai tujuan yang diharapkan.

Definisi kurikulum adalah tidak hanya berisikan pengetahuan saja, tetapi bagaimana pengalaman nyata siswa yang betul-betul direncanakan dalam pembelajaran dengan baik oleh guru, karena guru elemen yang penting dalam pengembangan dan kesuksesan pelaksanaan kurikulum (Hutchison, 2015) kurikulum tidak hanya sekedar bersifat informasi semata tapi bagaimana anak langsung dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Misalnya kita programkan pada tema mencintai rasulullah, kita ingin anak mempunyai sifat seperti Rasulullan yakni mempunyai sifat suka berbagi dengan sesama. Kegiatan dapat di programkan dengan melatih anak untuk berinfak dan infak yang terkumpul kita belikan tiga bahan pokok (tibako), lalu anak kita ajak untuk mengantarkan langsung kerumah orang yang kurang mampu.

Kurikulum merupakan jantungnya dalam di dunia pendidikan. Kurikulum juga sebagai strategi dan cara yang

dirancang untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai disebuah lembaga pendidikan , begitu juga dengan pendidikan anak usia dini atau taman kanak-kanak.

Asosiasi nasional untuk anak usia dini di Amerika yang lebih dikenal dengan nama National Asociation Early Child Years (NAECY) memberi batasan lingkup kurikulum yang dikutip dari (KEMENDIKBUD, 2015) sebagai berikut:

1. Kurikulum berisi materi yang dipelajari anak

2. Kurikulum adalah proses yang diikuti oleh anak mencapai tujuan yang

ditetapkan

3. Kurikulum berisi dukungan guru kepada anak untuk mencapai tujuan 4. Kurikulum perpaduan dimana proses belajar dan mengajar terjadi

Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum

Dibawah ini akan dibahas tentang prinsip-prinsip penyusunan kurikulum menurut Ibnu Kaldun yang dikutip (Ismail, 2012) adalah sebagai berikut :

(7)

Adanya keterpaduan dalam pembentukkan kepribadian anak usia dini secara utuh dan optimal. 2. Prinsip Fleksibilitas

Dalam pengembangan kurikulum anak usia dini diusahakan agar yang dihasilkan memiliki keluwesan, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Diantaranya dapat disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang anak didik.

3. Prinsip Menyeluruh

Prinsip yang mengajarkan dalam kurikulum anak usia dini itu menyeluruh dan totalitas, tidak hanya terpaku pada satu bidang ilmu.

4. Prinsip Kontinuitas

Yakni dalam pembuatan kurikulum anak usia dini hendaknya disusun secara berkelanjutan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, sehingga anak siap untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

5. Prinsip Efisiensi

Dimana dalam pemgembangan kurikulum dapat mendayagunakan biaya, waktu dan sumber daya yang ada dengan tepat guna sehingga

mendapatkan hasil yang memuaskan.

6. Prinsip Relavansi

Kurikulum anak usia dini harus relevan dengan perkembangan dan kebutuhan anak secara individu, sehingga tidak terjadi mal praktek dalam kegiatan pembelajaran. 7. Prinsip Efektifitas

Kurikulum yang diatur sedemikian rupa, sehingga dapat berhasil guna, yakni tercapainya tujuan

pendidikan, dengan

mengesampingkan kegiata-kegiatan yang tidak pantas atau mubazir untuk anak usia dini.

Konsep Aspek Nilai Agama dan Moral

(8)

hidupnya. Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya menjadikan manusia yang pintar dan terampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah (Suryana, 2016)

Makanya penanaman moral sejak usia dini sangatlah penting. Anak akan belajar dan terbiasa untuk melakukan kebaikan dalam hidupnya jika penanaman moral itu sudah di arahkan sejak usia dini baik melalui cerita-cerita yang berisi nasehat ataupun dengan

berkomunikasi langsung.

(Rakimahwati, 2011)

Iman kepada Allah SWT merupakan dasar perbaikan dalam pendidikan bagi anak-anak, baik secara moral maupun spiritual. Jangalah pendidik menyia-nyiakan waktu yang berharga berlalu begitu saja tanpa adanya upaya membekali anak berbagai pengetahuan, petunjuk, dan nasihat yang mengarah kepada ridho Allah dan menguatkan iman serta akidahnya.(Ulwan, 2016)

Stimulus Pegembangan Aspek Nilai Agama dan Moral

Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberikan

stimulus perkembangan aspek nilai agama dan moral diantaranya adalah (Tim Mutu JSIT Indonesia, 2017)

1. Cinta Qur’an

(9)

2. Pengenalan Membaca Huruf Arab Dengan belajar seraya bermain, anak dikenalkan dengan huruf – huruf hijaiyah, bermain kartu hijaiyah atau langsung pada buku sesuai dengan metode tertentu.

3. Aqidah

Mengenalkan anak kepada keimanan , dengan mengajarkan kepada mereka dasar-dasar keimanan sejak anak mulai dapat mengerti. Yakni mengajarkan rukun-rukun islam dengan nyanyian, tepukan, melalui cerita dan bercakap-cakap. Ini sangaat penting diajarkan kepada anak semenjak dini sehingga mereka kenal dengan tuhan dan nabinya.

4. Akhlak

Pendidikan akhlak yang diberikan pada anak usia dini dengan mengenalkan kepada mereka prinsip-prinsip dasar akhlak dan keutamaan sikap serta watak yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan. Ada empat perkara yang perlu perhatian dan pengawasan terhadap akhlak yang buruk dan sifat yang hina adalah : (1) suka berbohong, (2) suka mencuri, (3)

suka mencela dan mengejek, (4) kenakalan dan penyimpangan (Ulwan, 2016)

5. Ibadah

Anak diajarkan cara beribadah yang baik dan benar. Dalam kegiatannya anak diajarkan praktek wudhu, sholat. Selain itu anak dapat juga dilatih untuk sholat berjama’ah.

6. Doa

Anak dibiasakan untuk membaca doa dalam melakukan aktifitas, hal ini dapat menumbuhkan keimanan anak untuk selalu yakin dengan keberdaan tuhannya. Misalnya doa sebelum dan sesudah makan, ketika turun hujan , mau tidur dan bangun tidur dll.

7. Hadist

(10)

diaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Ada kisah anak TK.B yang pergi dengan wisata rombongan kantor orang tuanya, lalu sewaktu bis berhenti naiklah seorang pengamen bernyanyi dengan suara yang tidak jelas (masuk kehidung) ini membuat ibu-ibu yang ada di bis itu tertawa, tapi apa yang dilakukan anak TK.B tersebut, Ia marah dengan suara keras kepada mamanya dengan berkata “mama, tidak boleh mencela” sehingga semua orang di bis terdiam merasa bersalah.

8. Siroh

Megenalkan kisah perjalanan hidup Rasulullah sehingga menimbulkan kecintaan kepada rasulNya dan menjadikan idola yang menjadi contah dalam kehidupan anak. Karakteristik anak usia dini yang suka meniru (imitasi) maka sangat baik untuk mengajarkan siroh sejak usia dini.

9. Kisah Islam

Mengenalkan anak dengan kisah-kisah Nabi, para sahabat, para tabiin, para tabiit tabiin, dan kisah-kisah Islami agar tumbuh kecintaan terhadap Allah dan RasulNYA. Pebentukaan pembiasaan juga

dapat dilakukan dengan membacakan kisah-kisah kepada anak. Bagaimana kita mengajarkan kepada anak untuk tidak pelit dengan membacakan kisah sahabat rasul yang dermawan seperti Abu Bakar dan ustman Bin Affan

Semua kegiatan dalam pengembagan aspek nilai agama dan moral dapat dirancang dalam kurikulum diawal tahun, kapan kegiatannya dikerjakan, targetnya sampai apa dan bagaiaman pelaksanaanya. Kegiatan dibuat menyenangkan dan senyaman mungkin sehingga anak melaksankan dengan senang hati dan keikhlasan sehingga akan berbekas dalam kehidupan saat anak dewasa nanti.

Kesimpulan

(11)

pembentukan nilai agama tidak hanya menjadikan manusia yang pintar dan terampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki moral dan akhlakul karimah.

Daftar Pustaka

Hutchison, D. (2015). Theory and Practice.

https://doi.org/10.1001/jama.2014. 11888

Ismail. (2012). Kurikulum Pendidikan Islam Perspektif Ibnu Khaldun, 7(2).

KEMENDIKBUD. (2015). Pedoman pengenalan kurikulum pendidikan anak usia dini.

Masganti, Khadijah, Fauziah Nasution, R. dll. (2015). Pengembagan Kreativitas Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing. Retrieved from

http://download.portalgaruda.org/a rticle.php?article=423437&val=82 74&title=BERMAIN DAN KREATIVITAS PADA ANAK USIA DINI

Nurani Sujiono Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Pertama). Jakarta: PT. Indeks

Permata Puri MEdia.

Rakimahwati. (2011). Peningkatan Moral Anak Usia Dini Melalui Mendongeng. Psikologi Pendidikan, 11(2), 21–29.

Santosa, H. (2017). Fitrah Based Education. (Dwi Roro DM, Ed.) (Version 3.). Bekasi: Yayasan Cahaya Mutiara Timur.

Suryana, D. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini.

Suryana, D. (2014). KURIKULUM PENDlDIKAN ANAK USIA DIN1 BERBABASIS PERKEMBANGAN ANAK. PESONA DASAR (Vol. 1 No.3).

Suryana, D. (2016). Stimulasi dan Aspek Perkembangan AUD (Pertama). Jakarta: Kencana. Tim Mutu JSIT Indonesia. (2017).

Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu. Depok.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

o Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan secara singkat beberapa jenis pendekatan pengembangan SI berikut dengan ciri-ciri dari masing-masing pendekatan tsb.. o

Hubungan Self Efficacy Dan Perceived Organizational Support Dengan Keterikatan Kerja Pada Karyawan Unit Theme Park Pt. Berdasarkan hasil perhitungan setelah beberapa item

[r]

Perancangan sistem pencatatan data pasien sebelum dan sesudah persalinan dengan menggunakan penggambaran Data Flow Daigram, Entity Relationship Diagram dan Normalisasi yang

Observasi terdiri dari observasi guru dan aktivitas siswa

pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami.. menghasilkan panas terutama saat siang

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan saudara masuk dalam calon daftar pendek untuk pekerjaan tersebut diatas, untuk itu kami mengundang saudara menghadiri

Pembiasaan men- jadi hal penting untuk menunjang upaya pengembangan PAI menjadi bu- daya agama di sekolah, karena pembiasaan merupakan hasil dari proses latihan terus menerus