• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinasi Faktor Perbedaan Individu da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Determinasi Faktor Perbedaan Individu da"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Determinasi Faktor Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Kedua

DETERMINASI FAKTOR PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA KEDUA DI LINGKUNGAN PONDOK

PESANTREN AMANATUL UMMAH

Eka Lidia Ustanti

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

ekaustanti16070835082@mhs.unesa.ac.id

Bambang Yulianto

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

bambangyulianto@unesa.ac.id

Abstrak

Perbedaan individu menjadi faktor penting penentu keberhasilan pembelajarn bahasa Indonesia sebagai

bahasa kedua. Perbedaan individu ini semakin terlihat dalam lingkungan pondok pesantren salah satunya yaitu

Amanatul Ummah. Berdasarkan perbedaan-perbedaan individu itu pasti ada yang mendominasi oleh karena itu

tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan faktor perbedaan individu yang paling berpengaruh dalam pembelajaran

bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data dengan langkah: (a) Melakukan observasi, (b) melakukan wawancara, (c) melakukan

perekaman pembacaan teks eksposisi, dan (e) melakukan pencatatan. Hasil penelitian meliputi. Perbedaan

individu merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Urutan perbedaan individu yang

berpengaruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu (1) Bakat bahasa, (2) kecerdasan (IQ), (3) Gaya

kognitif, (4) Sikap dan motivasi, (5) Strategi belajar, dan (6) Usia.

Kata kunci: Perbedaan individu, bahasa kedua, bakat bahasa.

Abstract

Individual differences become an important factor determining the success of Indonesian language

learning as a second language. Individual differences are increasingly seen in the boarding school environment

one of which is Amanatul Ummah. Based on the individual differences, there must be dominating, therefore this

paper aims to explain the individual differences factor that most influential in learning Indonesian as a second

language. This research uses descriptive qualitative research type. Technique of collecting data by step: (a)

Conducting observation, (b) conducting interview, (c) doing recording exposition text recording, and (e) doing

record. The results include. Individual differences are a very important aspect of language learning. The order of

individual differences that influence the learning of the Indonesian language are (1) Language talent, (2)

intelligence (IQ), (3) cognitive style, (4) attitude and motivation, (5) learning strategy, and (6) age.

Keywords: Individual differences, second language, language talent

PENDAHULUAN

Bahasa

Indonesia

merupakan

bahasa

persatuan bangsa Indonesia. Hal ini karena tiap

daerah di Indonesia memiliki bahasa daerahnya

masing-masing. Masyarakat dearah yang satu

belum tentu memahami bahasa daerah lain

sehingga menggunakan bahasa persatuan untuk

berkomunikasi. Kedudukan bahasa Indonesia

sendiri di masyarakat Indonesia sebagian besar

merupakan bahasa kedua (B2) mereka. Meskipun

begitu bahasa Indonesia harus digunakan sesuai

kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal (Suyatno,

2004:7)

(2)

yaitu sekolah.

Di lingkungan sekolah yang berbasis

pondok pesantren siswanya berasal dari berbagai

daerah di Indonesia. Salah satunya yaitu Pondok

Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Hal

ini sangat memengaruhi dalam pembelajaran

bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua karena

faktor kepribadian dalam diri seseorang dengan

suatu cara tertentu menyumbang bagi keberhasilan

pembelajarn bahasa kedua.

Pada dasarnya setiap pemelajar itu unik dan

memiliki karakternya sendiri-sendiri. Ellis (1985)

berpendapat

bahwa

mengidentifikasi

dan

mengklasifikasi faktor perbedaan individu ini telah

menjadi sesuatu yang problematik karena sangat

sulit untuk mengobservasi kualitas secara langsung

seperti aptitude, motivasi dan keinginan. Dalam

proses pembelajaran, seorang pengajar harus

memperhatikan perbedaan individu dengan baik

sebab hal ini dapat mempengaruhi metode dan

teknik yang akan digunakan. Idealnya, pengajar

harus dapat merancang kegiatan pembelajaran

sedemikian rupa agar dapat mengakomodasi

seluruh perbedaan pelajarnya. Yulianto (2011:7)

mengemukakan

bahwa

guru

tidak

hanya

menentukan isi dan struktur pengajaran, namun

juga bahasa itu diajarkan sehingga diperlukan

metode-metode untuk mengatur strategi dalam

kegiatan

belajar-mengajar

yang

mampu

mempermudah

peserta

didik

memperoleh

pembelajaran. Hal ini tidaklah mudah untuk

dilakukan

karena

diperlukan

kepekaan

dan

pengalaman yang memadai. Oleh sebab itu,

pengetahuan mengenai perbedaan individu wajib

diketahui oleh pengajar. Menurut Suyatno (2005:2)

guru harus memiliki cara tersendiri untuk mengolah

pembelajaran agar menarik, menyenangkan, dan

memberi manfaat bagi siswa.

Perkembangan bahasa seorang pemelajar

bahasa itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor

tersebut meliputi faktor internal dan eksternal.

Menurut Ardiana dan Samsul Sodiq (2001:4.21) (1)

faktor eksternal yang mencakup (perkembangan

kognisi, hipotesis bawaan, dan IQ dan pemerolehan

bahasa (2) faktor eksternal yang mencakup;

linfkungan sosial, dan kesempurnaan masukan.

Meskipun

terdapat

banyak

faktor

yang

memengaruhi pembelajaran bahasa Indonesia

sebagai

bahasa

kedua

pembelajaran

harus

diusahakan

mencapai

keberhasilan.

Menurut

prinsip-prinsip pembelajaran bahasa secara umum.

Hal ini sesuai dengan pendidikan di

lingkungan pondok pesantren yang siswanya

berasal dari berbagai daerah. Mereka memiliki

budaya, karakter, dan bahasa pertama yang

berbeda-beda. Tentu menarik jika mengaitkan

antara perbedaan individu tiap santri dengan

pemerolehan bahasa kedua. Oleh karena itu,

melalui penelitian ini mengupas tentang faktor

individu mana yang paling berpengaruh dalam

pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa

kedua.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti

melakukan

pengamatan

terhadap

fenomena

pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa

kedua siswa Pondok Pesantren Amanatul Ummah

Pacet Mojokerto. Data diperoleh melalui teknik

observasi, wawancara mendalam, catat, serta

dibantu dengan rekaman video.

Data dalam penelitian ini berupa tuturan

berbahasa Indonesia siswa Pondok Pesantren

Amanatul Ummah Pacet Mojokerto. Pondok

pesantren tersebut di dalamnya terdapat sekolah

yaitu X MA Amantul Ummah layanan Cerdas

Istimewa. Sumber data dalam penelitian ini yaitu

siswa kelas X MA Amantul Ummah layanan

Cerdas Istimewa tahun ajaran 2017/2018 yang

masih berstatus siswa baru. Sehubungan dengan

jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 225 maka

dibatasi hanya diambil 1 siswa saja dari

masing-masing kelas yang sesuai dengan kriteria yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel penelitian

diambil secara nonrandom sampel. Pengambilan

sampel dengan nonrandom sampel ini dipilih cara

proporsive sampling yaitu cara pengambilan

sampel dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan

tujuan.

(3)

Determinasi Faktor Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Kedua

Maka subejk penelitian dipilih dari sembilan kelas

yang berbeda. Masing-masing kelas hanya diambil

satu orang saja. Subjek penelitian ini hanya diambil

dari siswa yang kelas tertinggi, sedang, dan rendah.

Sampel diperoleh enam siswa yang terdiri dari

siswa putra dari kelas A, B, dan C masing.

Sedangkan kelas putri diambil dari kelas D, F, dan

I.

Pengumpulan data dalam penelitian ini

melalui (a) teknik observasi, (b) teknik

wawancara, (c) teknik pemancingan, (d) teknik

perekaman, dan (e) teknik catat. Teknik observasi

digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang

kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa

kedua siswa MA Amanatul layanan Cerdas

Istimewa. Teknik wawancara digunakan untuk data

tentang latar belakang siwa tersebut yang

melingkupi (daerah asal, bahasa pertama (B1), usia,

motivasi mengikuti pelajaran bahasa Indonesia,

strategi

belajar

bahasa

Indonesia).

Tekinik

pemancingan

digunakan

untuk

mendapatkan

stimulus pada subjek untuk memunculkan gejala

kebahasaan yang diharapkan peneliti. dalam hal ini

siswa

diberi

gambar

dan

diminta

untuk

menceritakan dengan lisan gambar tersebut dalam

bentuk teks anekdot. Teknik perekaman digunakan

untuk menyimpan data tuturan subjek yang

diperoleh dari teknik wawancara dan pemancingan.

Teknik

catat

digunakan

untuk

memberikan

keterangan pada rekaman tentang subjek.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu daftar cek list, alat perekam, alat

bantu tulis, daftar pertanyaan, dan media gambar.

Berikut contoh instrumen yang menggunakan

gambar sebagai berikut:

Pengumpulan

data

dilakukan

dengan

langkah sebagai berikut: (a) Melakukan observasi,

(b) melakukan wawancara, (c) menlakukan

perekaman pembacaan teks eksposisi, dan (e)

melakukan pencatatan. Sedangkan teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini ialah

teknik deskriptif. isntrumen yang digunakan untuk

analisis data yaitu berupa lembar klasifikasi

perbedaan individu dan hasil belajar untuk

emudahkan analisis. Prosedur penganalisisan data

melingkupi (a) pertranskripsian hasil catat dan

rekaman, (b) pengkodean data dengan format

nomor urut data/kelas/usia/jenis kelamin, (c)

pengklasifikasian data, (d) penganalisisan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciri Individu pada Siswa MA Amanatul

Layanan Cerdas Istimewa

Berdasarkan

wawancara

yang

sudah

dilakukan kepada enam siswa pada MA Amanatul

Layanan Cerdas Istimewa Terlihat jelas bahwa

keenam siswa tersebut memiliki latar belakang dan

ciri individu yang berbeda satu dengan yang

lainnnya. ciri individu. Hasil wawancara tersebut

dapat terlihat dari tabel berikut ini.

Tabel 1

Identifikasi Perbedaan Individu Siswa

Kode

Asal

04/D/14/P

Pasuruan

Formalitas saja

Jawa

05/F/14/P

Banyuwa

ngi

Formalitas saja

Oseng

06/I/16/P

Surabaya

Formalitas saja

Jawa

Berda merekasarkan tabel tersebut terlihat

bahwa dari enam santri pondok pesanteen Amantul

Ummah memiliki latar belakang dan motivasi yang

berbeda-beda

dalam

pembelajaran

bahasa

Indonesia sebagai bahasa kedua mereka. adanya

berbagai perbedaan individu tersebut tentunya

berpengaruh pada hasil belajar dan penguasaan

bahasa Indonesia mereka.

Kemampuan Berbahasa Indonesia Sebagai

Bahasa Kedua

(4)

Hasil Mengarang Teks Anekdot

Kode

Kelancar

an

Berbahas

a

Diksi

Ekspr

esi

01/A/16/L

88

88

82

02/B/14/L

90

90

87

03/C/15/L

78

80

82

04/D/14/P

85

86

80

05/F/14/P

90

88

87

06/I/16/P

88

89

84

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa perbedaan

individu itu memang sangat memengruhi terhadap

pembelajaran bahasa Indonesia sebagi bahasa

kedua siswa MA Unggulan Amanatul Ummah

program CI Pondok Pesantren Amanatul Ummah

Pacet Mojokerto. Berdasarkan tabel di atas terlihat

bahwa dari berbagai faktor internal dari siswa ada

yang lebih mendominasi.

Data 01/A/16/L diketahui berasal dari daerah

Kintamani Bali. Dia sejak kecil tinggal di Bali.

Ayahnya asli Bali sedangkan Ibunya asli Jawa.

Meski demikian, B1- nya yaitu bahasa Bali karena

tempat mereka tinggal di Bali. Komunikasi

sehari-harinya menggunakan bahasa Bali. Namun, ketika

SMP dia bersekolah di Jakarta dan tinggal bersama

neneknya. Hal ini membuat dia harus mulai

menggunakan

bahasa

Indonesia

untuk

berkomunikasi dengan teman-teman sekolahnya.

Dia merupakan salah satu siswa yang pandai

dan berhasil masuk di kelas A. Dia juga menduduki

peringkan 5 paralel. Ketika diminta untuk

menceritakan teks anekdot secara lisan di depan

kelas data 01/A/16/L cukup bagus. Penguasaan

bahasanya cukup bagus dan kosa kata yang

dimiliki juga sangat variatif. Hal ini memengaruhi

kelancaran dia saat menggunakan bahasa Indonesia

meskipun dia sebenarnya tidak begitu menyukai

pelajaran bahasa Indonesia.

Data 01/A/16/L tidak begitu menyukai

pembelajaran bahasa Indonesia. Dia mengikuti

pelajaran tersebjut hanya sebatas formalitas saja

karena kewajiban. Dia juga jarang belajar bahasa

Indonesia. Usia merupakan usia yang sewajarnya

untuk duduk di bangku kelas X Madrasah Aliyah.

yang cukup juga menjadi faktor yang mendukung

dia mudah untuk mengikuti pelajaran bahasa

Indonesia.

Penguasaan

dan

nilai

bahasa

Indonesianya juga cukup yaitu 92.

Data 02/B/14/L berasal dari daerah Mojokerto

Jawa Timur dengan B1-nya yaitu bahasa Jawa. Dia

kurang menguasai bahasa Indonesia. Ketika

berkomunikasi dengan teman satu pondok dia lebih

sering menggunakan bahasa Jawa. Dia mengikuti

pelajaran

bahasa

Indonesia

karena

sangat

menyukainya. Data 02/B/14/L salah satu siswa

yang pandai. Dia berhasil masuk di kelas B putra.

Usianya cukup mudayaitu 14 tahun karena dulu

ketika SMP ikut program CI yang hanya ditempuh

dua tahun. Ketika diminta mencerikan kembali teks

anekdot dengan bahasa Indonesia cukup lancar

meski kosakata yang digunakan tidak terlalu

variatif.

Data

02/B/14/L

meskipun

jarang

berkomunikasi dengan bahasa Indonesia tapi dia

tidak begitu kesulitan dalam pembeljaaran bahasa

Indonesia sebagai bahasa kedua. Hal ini karena IQ

yang cukup tinggi, motivasi belajar yang tinggi

juga usia yang masih terbilang mudah membuat dia

mudah mengikuti pembelajran. Selain itu, dia juga

memiliki pola belajar yang cukup bagus yaitu

dengan belajar yang ampuh. Suasana pondok

pesantren yang ramai tidak menyurutkan semnagat

belajarnya yaitu dengan belajar ketika teman-teman

pondoknya sudah tidur.

Data 03/C/15/L berasal dari daerah

Bangkalan Madura dengan bahasa pertamanya

yaitu bahasa Madura. Dia tidak menguasai

menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi

dengan teman satu pondoknya. Dia merupakan

siswa yang nantinya ingin masuk jurusan bahasa

Indonesia saat kuliah. Kemampuan dia ketika

menceritakan kembali teks anekdot sangat bagus.

Ketika berbicara sangat lancar dan diksi yang

digunakan cukup variatif. Dia berusia 15 tahun

sesuai dengan normalnya ketika duduk di bangku

kelas X Madrasah Aliyah. Strategi pembelajaran

bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa ini

yaitu dia sering membaca novel dan latihan soal

untuk meningkatkan diksi. Meskipun dia masuk di

kelas C namun dia cukup pandai di kelasnya.

(5)

Determinasi Faktor Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Kedua

dengan teman satu pondoknya. Dia merupakan

siswa yang pandai dan bisa masuk di kelas D.

Kelas D merupakan kumpulan siswa putri yang

pandai-pandai. Dia mengikuti pelajaran bahasa

Indonresia hanya sebatas formalitas saja karena

tidak begitu menyukainya.

Tingkat kecerdasan yang cukup tinggi

membuat dia cukup mudah untuk mempelajari

bahasa Indonesia sebagai B2-nya. Meski tidak

pernah belajar bahasa Indonesia dia anekdot sangat

bagus ketika menceritakan kembali teks. Data

04/D/14/P dapat berbicara dengan cukup lancar dan

diksi yang digunakan cukup variatif. Dia berusia 14

tahun karena ketika SMP mengikuti program CI

yang ditempuh dua tahun. Usia yang masih muda

dibanding

teman-teman

yang

lainnya

juga

membantu dia dengan muda menerima pelajaran.

Data 05/F/14/P merupakan anak yang berasal

dari daerah Banyiwangi dengan B1 bahasa Oseng.

Dia kurang menguasai bahasa Indonesia. Ketika

berkomunikasi dengan teman satu pondok dia

berusaha menggunakan bahasa Indonesia karena

tidak banyak yang bisa bahasa Oseng. Dia

mengikuti pelajaran bahasa Indoensia hanya

sebatas formalitas saja. Usianya masih muda yaitu

14 tahun. Ketika diminta mencerikan kembali teks

anekdot dengan bahasa Indonesia kurang lancar,

disksi yang digunakan kurang variatif. Dia tidak

pernah belajar bahasa Indonesia. Meskipun begitu,

karena merasa perlu untuk bisa bahasa Indonesia

untuk berkomunikasi dengan teman dan gurunya

dia mulai mencoba mempelajari bahasa Indonesia.

Data Audre/06/I/15 berasal dari daerah

Surabaya dengan B1-nya yaitu bahasa Jawa. Dia

dia lebih sering menggunakan bahasa Indonesia

saat berkomunikasi dengan teman satu pondoknya

karena ketika dilingkungan rumahnya dulu sering

menggunakan bahasa Indonesia. Dia mengikuti

pelajaran bahasa Indonesia hanya sebatas ikut saja

tidak ada mlotif lain dia juga tidak begitu tertarik

dengan bahasa Indonesia.

Dia merupakan salah satu siswa yang kurang

begitu pandai. Namun, ketika diminta menceritakan

kembali teks anekdot secara lisan dia bisa berbicara

secara lancar dan diksi yang dipilih cukup variatif.

Hal ini karena bakat bahasa yang dia miliki. Dia

jarang belajar bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat

diketahui urutan perbedaan individu yang paling

berpengaruh dalam pembelajaran bahasa kedua

sebagai berikut.

Tabel 3

Tingkat Perbedaan Individu yang Paling

Berpengaruh Pembelajaran Bahasa Kedua

No.

Faktor Perbedaan

Individu

individu yang paling memengaruhi peserta didik

sebagai pemelajar bahasa adalah bakat bahasa. Jika

seseorang memiliki bakat bahasa yang bagus maka

sebagian besar akan mampu menguasai bahasa

tersebut dengan baik. Bahasa ini akan diimbangi

dengan kecerdasan (IQ) dan gaya kognitif. Hal-hal

tersebut akan mendapatkan hasil yang lebih jika

diimbangi dengan strategi belajar yang bagus.

Tepat dalam memilih startegi belajar juga

memengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa

kedua. Usia juga memengaruhi namun tidak

banyak jika seseorang memelajari bahasa kedua

sesuai usia yang umumnya maka semunya akan

maksimal.

SIMPULAN

Perbedaan individu merupakan aspek yang

sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Hal

ini disebabkan oleh banyaknya siswa dalam satu

kelas yang tentunya akan berbeda antara satu

dengan yang lain. Bagaimanapun juga

perbedaan-perbedaan ini tidak bisa diubah oleh pengajar.

Maka dari itu, proses pembelajaranlah yang harus

menyesuaikan diri dengan perbedaan tersebut.

(6)

berpengaruh

dalam

pembelajaran

bahasa

Indonesia sebagai bahasa kedua siswa MA

Unggulan Amanatul Ummah program CI Pondok

Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto

sebagai berikut:

1.

Kecerdasan (IQ)

2.

Bakat bahasa

3.

Gaya kognitif

4.

Sikap dan motivasi

5.

Strategi belajar

6.

Usia

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana, Leo Idra dan Syamsul Sodiq. 2000.

Psikolinguistik.

Universitas

Terbuka:

Jakarta.

Brown, H. Douglas. 2008.

Prinsip Pembelajaran

dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan

Amerika Serikat di Jakarta.

Ellis, Rod. 1997.

Second Language Acquisition.

New York: Oxford University press.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajarn Bahasa dan

Sastra. Surabaya: SIC.

Suyatno. 2005.

Pendukung Pembelajaran Bahasa

dan Sastra. Jakarta: Grasindo.

Trawinski, Mariusz. 2005.

An Outline of Second

Language Acquisition Theoties. Krakow:

Wydawnictwo

Naukowe

Akademii

Pedagogicznej.

Yulianto, Bambang. 2008.

Aspek Kebahasaan dan

Perkembangannya.

Surabaya:

Unesa

University Press

Gambar

Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

dari Static Load Test sehingga nantinya digunakan untuk dibandingkan dengan hasil perhitungan settlement pondasi tiang metode hand analysis.. Teori tentang PDA dan

3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan; dan 4. pelaksanaan administrasi Pusat. Indikator

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian proposal kegiatan usaha ini .Oleh karena itu bagi dosen maupun teman-teman mahasiswa yang ingin memberi kritik dan

Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kandungan Na -dd di lahan sawah lebak Kabupaten Banjar tiga kecamatan yang diambil sampel tergolong kriteria Rendah

Hasil penelitian menunjukkan untuk faktor Perilaku Masyarakat yang dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel Kebiasaan menggantung pakaian, OR= 6,29 (95% CI:

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien gastritis di Puskesmas Wonorejo Samarinda Periode Agustus 2016 - September 2016 2016 lebih banyak terdapat pada

Gambar 2.3 menunjukkan patofisiologi RA dimulai dari fase sensitisasi, dimana terjadi kontak pertama kali terhadap alergen diikuti fase respon cepat yang ditandai dengan

Salah satu bahasan penting dalam buku ini adalah mengenai hijrahnya ibukota Sumatera ke Pematangsiantar yang menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemerintahan dan militer wilayah