• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan ketera mpilan proses sains

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "peningkatan ketera mpilan proses sains"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL

BELAJAR BIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM

BASED LEARNING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BOGOR

Fadhila Priyandani

1

,

Triasianingrum Afrikani

2

, Surti Kurniasih

3

ABSTRACT

This study is a Class Action Research (CAR), the research subjects 29 students of class X MIA-4, this research aims to improve the science process skills (KPS) and biology student learning outcomes by using a model of Problem Based Learning (PBL). The research took place in two cycles. Each cycle there are four phases: planning action, action, observation and reflection. Each end of the cycle is done tests with instruments that have tested the validity of the test items, test reliability test items, items and level of difficulty distinguishing matter. The results showed that the application of the model of Problem Based Learning (PBL) can enhance the science process skills (PPP) and the biology of learning outcomes, seen from the average PPP class X MIA-4 cycle I reached 63.60 with a percentage of 31.03% achievement, in the second cycle the value of science process skills into 78.16 with a percentage of 79.31%. The results of pre-cycle study biology 68.71 with 34.48% percentage of achievement, in the first cycle achievement percentage 62.07% 70.67 and 78.92 in the second cycle with a percentage of 79.31% achievement. Based on the results achieved can be concluded that the application of the model of Problem Based Learning (PBL) with media power point can enhance science process skills and learning outcomes biology class X MIA-4 SMAN 6 Bogor.

Key words: Learning model, Problem Based Learning (PBL), Science Process Skills, learning outcomes, Biology

.

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subyek penelitian 29 siswa kelas X MIA-4, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) dan hasil belajar biologi siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus ada 4 tahap: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setiap akhir siklus dilakukan tes dengan instrument yang telah diuji validitas item tes, uji reliabilitas item tes, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda soal. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) dan hasil belajar biologi, terlihat dari rata-rata KPS siswa kelas X MIA-4 siklus I mencapai 63,60 dengan presentase pencapaian 31,03%, pada siklus II nilai keterampilan proses sains menjadi 78,16 dengan presentase 79,31%. Hasil belajar biologi pra siklus 68,71 dengan presentase pencapaian 34,48%, pada siklus I 70,67 presentase pencapaiannya 62,07% dan pada siklus II 78,92 dengan presentase pencapaian 79,31%. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)dengan media power point dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi siswa kelas X MIA-4 SMAN 6 Bogor.

Kata Kunci: Model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL), Keterampilan Proses Sains, Hasil belajar, Biologi.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan

2

Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pakuan

3

(2)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu investasi sumber daya manusia, di mana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia untuk berprestasi di bidangnya. Pembelajaran sains sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh isu perkembangan sains.

Hakikat belajar sains tidak cukup mengingat dan memahami konsep yang ditemukan ilmuwan. Tetapi ada hal yang lebih penting adalah membiasakan dalam menemukan konsep sendiri yang dibimbing oleh guru untuk mencari tahu, yaitu bisa melalui pengamatan, observasi di luar sekolah atau di dalam kelas dan hasil pengamatan akan di identifikasi, di bahas dan di simpulkan.

Era globalisasi saat ini sudah berkembang sangat pesat, diperlukan praktek pembelajaran kreatif dan inovatif. Pembelajaran sains sangat penting peranannya dalam mendorong kemajuan IPTEK. Dalam konteks pembelajaran sains negara-negara maju di dunia telah menargetkan peningkatan hingga mencapai level 6 yaitu: 1) siswa dapat mengidentifikasi masalah, 2) menjelaskan dan 3) mengaplikasikan sains dalam kehidupan sehari-hari, 4) menganalisis setiap informasi yang ada serta menggunakannya dalam pemecahan masalah, 5) mendemontrasikan kerja ilmiah secara logis dan 6) mampu memanfaatkan teknologi, pernyataan ini diambil dari data Programme for International Student Assessment 2006 (Airlanda, 2012:1).

Data hasil observasi pada pembelajaran biologi di kelas X SMA Negeri 6 Bogor menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi siswa masih rendah. Hal ini terlihat ketika guru menyampaikan materi pembelajaran, siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru.Walaupun guru pernah menerapkan beberapa model pembelajaran seperti Direct Instruction (DI), tetapi siswa tetap cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Jika diberi kesempatan untuk

bertanya, hanya satu dua orang yang berani untuk mengangkat tangan.Siswa juga jarang menyampaikan pendapat dan hanya beberapa siswa tertentu saja yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Peran serta siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, hanya sekitar 5% siswa pandai yang menunjukan keaktifan dan peran sertanya. Sebanyak 30% siswa kurang mempunyai semangat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan kurang semangat untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Siswa merasa bosan dengan proses pembelajaran yang monoton berpusat pada guru saja.

Pada kenyataannya, harapan untuk menciptakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan tidak hanya berpusat pada guru (teacher centered) sampai saat ini belum dapat terlaksana sepenuhnya. Alasan lain yang diperoleh dari hasil observasi adalah bahwa dalam hal mencari fakta yang relevan, merumuskan masalah, serta mengolah dan menganalisis data masih rendah. Dalam menarik suatu kesimpulan, siswa cenderung bingung dengan apa yang akan mereka simpulkan dari kegiatan tersebut. Siswa mengulasnya dengan mencari materi yang sama dari buku kemudian menuliskannya pada kegiatan menyimpulkan. Ini merupakan akibat dari jarangnya kegiatan pengamatan dilakukan disekolah. Hanya sesekali kegiatan mengamati dilakukan. Padahal indikator-indikator tersebut merupakan komponen dari salah satu keterampilan proses sains. Keterampilan proses yang didapat menurut hasil observasi awal hanya 8,7%. Akibat proses pembelajaran tersebut nilai rata-rata pada pokok bahasan keanekaragaman hayati dan klasifikasi makhluk hidup hanya 65, sedangkan KKM yang ditentukan sebesar 75 dan kriteria keberhasilannya hanya mencapai 25% dari yang seharunya 75%.

Permasalahan di atas akan dicoba dipecahkan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dengan media power point di kelas X MIA-4 SMAN 6 Bogor.

(3)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

mendengar, mencatat, kemudian menghafal

materi yang dicatat, akan tetapi melalui model ini siswa dituntut untuk mengamati, merumuskan masalah yang di berikan oleh guru, memperoleh data, mengolah data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan.

Problem Based Learning sebagai suatu strategi dalam pembelajaran dapat merangsang siswa berpikir tingkat tinggi terhadap suatu masalah yang dihadapinya. Peranan guru dalam implementasi PBL

adalah menyediakan bahan ajar dan membantu memberi petunjuk kepada siswa. Hal ini didukung oleh Rustaman (2005), mengemukakan bahwa penyajian masalah berasal dari guru, sedangkan pemecahan masalah dapat dirancang oleh siswa berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki siswa tentang prosedur pengumpulan data, menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah kepada pemecahan masalah, dan mengambil kesimpulan dari permasalahan yang dihadapinya. Cara lain yang dapat diterapkan guru adalah memberikan saran dan petunjuk untuk mengambil keputusan dari masalah yang dihadapi.

Problem Based Learning memiliki ciri-ciri spesifik dan tahapan, yaitu pengajuan pertanyaan atau masalah berupa situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai solusi untuk situasi tersebut.

Problem Based Learning Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, misalnya masalah pencemaran lingkungan. Menghasilkan karya nyata yang berupa laporan kegiatan yang menggambarkan tentang penyelesaian masalah yang telah dikerjakan bersama oleh siswa.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki model pembelajaran di atas maka diharapkan model pembelajaran ini mampu memperbaiki proses pembelajaran Biologi sehingga hasil belajar kognitif dan keterampilan proses sains pun meningkat. Rumusan masalah yang dapat diambil yaitu : (1) Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi dalam pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 6 Bogor? (2) Bagaimanakah penerapan model Problem Based Learning

agar dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi dalam

pembelajaran biologi siswa kelas X SMA Negeri 6 Bogor?

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi siswa dalam proses pembelajaran Biologi dengan penerapan model Problem Based Learning di kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Bogor.

Menurut Trianto (2011:16), belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar.

Belajar sering juga dimaknai sebagai adanya perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan alam. Seiring dengan perkembangan mutakhir yang didukung oleh hasil kajian neurofifiologi dan neuropsikologi makna belajar menjadi lebih luas yakni melibatkan kemampuan memproses informasi, menalar, dan mengembangkan pemahaman serta meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran. Proses membangun pengetahuan dan keterampilan harus berlangsung terus menerus dengan melibatkan semaksimal mungkin fisik dan mental peserta didik. Kemampuan tersebut memiliki implikasi penting bagi pembelajaran khususnya pembelajaran IPA atau sains yaitu bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang sangat mempengaruhi kemampuannya untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan yang baru (Jufri, 2013:38).

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad dan Haris, 2012:14).

(4)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

sebelumnya, ataupun untuk melakukan

penyangkalan terhadap suatu penemuan. Dimyati dan Mudjiono (2006) dalam Ariyati (2010: 4), mengemukakan bahwa keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : keterampilan proses dasar (basic skill) dan keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan proses dasar meliputi : observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, prediksi dan inferensi. Sedangkan keterampilan terintegrasi meliputi : mengidentifikasi variabel, tabulasi grafik, deskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis dan eksperimen.

Kata sains adalah serapan dari kata bahasa Inggris science yang diambil dari kata bahasa Latin sciencia yang berarti pengetahuan. Menurut filsafat ilmu, pengetahuan yang terkoordinasi, terstruktur dan sistematik disebut ilmu. Pengertian sains dibatasi hanya pada pengetahuan yang positif, artinya yang hanya dijangkau melalui indera kita. Pada mulanya ilmu hanya mempelajari alam, namun dalam perkembangannya juga mempelajari masyarakat. Atas dasar itu sains dapat berarti ilmu yang mempelajari alam atau ilmu pengetahuan alam, dan dapat berarti ilmu pada umumnya (Poedjiadi, 2005: 1).

Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip atau teori dalam rangka mengembangkan konsep yang telah ada atau menyangkal penemuan sebelumnya. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang khas, yang digunakan oleh semua ilmuan. Keterampilan proses juga dapat digunakan untuk memahami fenomena apa saja yang terjadi. Keterampilan proses diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip hukum dan teori-teori sains. Melalui keterampilan proses sains, seseorang dapat melakukan proses seperti yang dialami dan pernah dilakukan oleh para ilmuan ketika mereka berusaha memecahkan misteri-misteri alam. Keterampilan proses dapat menjadi roda penggerak penemuan, pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhkembang sikap, wawasan dan nilai (Toharudin, 2011: 35).

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Model pembelajaran dapat didefiniskan sebagai suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien (Amri, 2013).

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Penyelesaian masalah, bergantung pada masalah apakah tertutup atau masalah itu terbuka, jika masalah tertutup artinya tertuju kepada beberapa solusi alternatif penyelesaian. (Kasmad dan Pratomo, 2012: 106)

Menurut Yamin (2013: 63) pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik. Lingkungan belajar kontruktivistik mencakup beberapa faktor, menurut Jonassen (dalam Regeluth, Ed, 1999; 218): kasus-kasus berhubungan, fleksibelitas kognisi, sumber-sumber informasi, piranti kognitif, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial dan kontekstual. Dengan demikian PBL: (1) menciptakan pembelajaran yang bermakna, dimana peserta didik dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menerapkan dalam kehidupan nyata, (2) dapat menginntegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan, (3) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta sisik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan membuat kegiatan belajar menjadi lebih interaktif, efektif, dan menyenangkan sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dan dampaknya keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi dari segi kognitif dapat ditingkatkan.

METODE PENELITIAN

(5)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

ganjil yaitu bulan September 2014. Kelas

yang digunakan untuk penelitian adalah kelas X MIA-4 yang berjumlah 29 siswa. Materi yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah Keanekaragaman Hayati dan Klasifikasi Makhluk Hidup sesuai dengan materi pada kurikulum tahun ajaran 2013-2014.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan peneliti, guru, dan observer (pengamat). Guru bertindak sebagai pelaksana strategi dan siswa sebagai subjek serta objek yang akan diteliti. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Leraning (PBL)

dengan media power point. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam Penelitian tindakan telas ini dibagi ke dalam empat tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan analisis dan refleksi.

Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru berkolaborasi dalam menentukan masalah yang akan menjadi fokus penelitian serta, menyusun dan membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dipelajari oleh guru agar dapat di implementasikan dalam kegiatan pembelajaran pada kelas yang akan diteliti. Pada tahap perencanaaan, peneliti melakukan kegiatan persiapan berupa membuat Lembar Diskusi Siswa (LDS), membuat instrumen soal evaluasi, media pembelajaran berupa media power point, lembar observasi aktivitas siswa dan proses pembelajaran, lembar penilaian keterampilan proses sains, format wawancara untuk guru dan siswa yang diberikan setiap akhir siklus, serta alat dokumentasi.

Proses pembelajaran yang telah direncanakan dilaksanakan pada kelas X MIA-4 SMAN 6 Bogor sesuai jadwal Deskripsi tindakan yang dilakukan yaitu sesuai dengan langkah kerja dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dengan media power point. Pengamatan pada PTK dilakukan oleh tim observer. Data pengamatan diperoleh dari beberapa cara

yaitu: 1) tes soal evaluasi untuk hasil belajar kognitif setiap akhir siklus, 2) lembar observasi keterampilan proses sains dan antusiasme siswa, serta aktivitas guru selama proses pembelajaran, 3) pengamatan lapangan untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang berhubungan dengan bahan penelitian, terutama selama proses pembelajaran baik berbentuk catatan, foto, atau video.

Indikator keberhasilan diperoleh dari data kuantitatif dan kualititatif. Data kuantitatif hasil belajar biologi diperoleh dari tes hasil evaluasi dengan cara membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II. Kategori keberhasilan pada hasil belajar biologi ditandai dengan keberhasilan siswa yang memiliki nilai sama atau lebih dari KKM 75 untuk keterampilan proses sains siswa mencapai kategori baik. Seluruh hasil belajar siswa harus mencapai 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Setiap akhir siklus akan diadakan evaluasi sebagai tolak ukur terhadap sejauh mana kompetensi yang ada mampu dicapai oleh siswa. Apabila dalam siklus I belum mampu mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan, maka prosedur PTK akan diulangi pada siklus II.

Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang diperoleh dari data kualitatif. Data kualitatif berupa informasi berbentuk kalimat deskripsi yang memberikan gambaran terhadap proses pembelajaran meliputi kualitas model yang diterapkan oleh guru dan aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran .

HASIL PENELITIAN

(6)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

siklus hingga berakhirnya siklus I pada setiap

ranahnya, akan tetapi hasil rata-rata pada siklus I ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga perlu dilakukan tindakan selanjutnya.

Hasil analisis data siklus I, kemudian dilakukan refleksi oleh peneliti secara kolaborator bersama pelaksana model pembelajaran dan observer. Tujuan refleksi ini untuk melakukan perbaikan-perbaikan kelemahan pada siklus I untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan di siklus II. Setelah dilakukan tindakan siklus II beserta perbaikan-perbaikannya, keterampilan proses sains dan hasil belajar ranah kognitif pada siklus II, antusiasme siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan, serta aktivitas guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran sangat baik. Hasil belajar siswa dan antusiasme siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3, dan 4 berikut ini:

Gambar 1 Peningkatan hasil belajar ranah kognitif.

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa presentase pencapaian hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan secara signifikan dari sebelum dilakukannya tindakan (pra siklus) sampai siklus I dan II. Pada pra siklus rata-rata nilai kognitif siswa adalah 68,71 dengan tingkat pecapaian KKM hanya sebesar 34,48% dari jumlah seluruh siswa kelas X MIA-4 yang mencapai 29 siswa. Setelah siklus 1 pencapaian KKM meningkat sebanyak 62,07% dengan rata-rata yang dicapai siswa sebesar 70,67. Rata-rata dari pra siklus ke siklus I meningkat sebanyak 1,96 dengan peningkatan tingkat ketuntasan sebanyak 27,59%. Setelah dilakukannya tindakan siklus 2, rata-rata nilai belajar kognitif siswa menjadi 78,92 meningkat sebanyak 8,25% dan jumlah siswa

mencapai nilai diatas KKM sebanyak 23 siswa atau sebesar 79,31% artinya pada siklus II ini meningkat sebanyak 17,24% dari siklus I. Hasil rata-rata perolehan nilai hasil belajar kognitif pada siklus II sudah melewati nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 75, dengan tingkat ketuntasan lebih dari 75%. Perbandingan peningkatan hasil belajar kognitif pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 dapat menunjukkan keberhasilan penelitian tindakan kelas yang telah direncanakan dan dilaksanakan pada penelitian ini.

Gambar 2 Peningkatan keterampilan proses sains.

Gambar 2 menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains pada setiap siklus. Pada siklus 1 presentase pencapaian keterampilan proses sains sebesar 20,69% dari keseluruhan jumlah siswa X MIA-4 yang berjumlah 29 siswa, sedangkan pada siklus II presentase ketercapaian keterampilan sudah mencapai 75,86%. Rata-rata nilai keterampilan proses sains di sikus II ini mengalami peningkatan dan sudah mencapai ketentuan yang diharapkan yaitu mencapai kriteria baik dengan presentase 75%.

(7)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

Gambar 3 Peningkatan antusiasme belajar siswa.

Terlihat pada gambar 3, peningkatan antusiasme siswa di setiap pertemuannya meningkat. Pada saat pertemuan pertama di siklus I rata-rata aktivitas On task siswa sebesar 42,91% dan Off task sebesar 57,09%. Pada pertemuan kedua siklus I aktivitas On task meningkat 6,13% menjadi 49,04% dan

Off task menurun menjadi 50,96%. Pada pertemuan ketiga atau pertemuan pertama di siklus 2 aktivitas On task terus mengalami peningkatan sebanyak 26,44% menjadi 63,22% dari siklus 1 dan Off task menurun menjadi 36,78% begitu pun pada pertemuan keempat yakni pertemuan kedua di siklus II aktivitas On task meningkat menjadi 75,48% dan aktivitas Off task semakin menurun menjadi 24,52%. Hal ini membuktikan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran dapat berdampak terhadap peningkatan kriteria keberhasilan siswa.

PEMBAHASAN

Proses pembelajaran di kelas harus diciptakan sesuai dengan kondisi dan karakeristik siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Persentase hasil belajar biologi siswa kelas X MIA-4 SMAN 6 Bogor sebelum dilakukannya tindakan (pra siklus) hanya sebesar 34,48 % siswa mencapai KKM. Setelah dilakukannya tindakan pada sikus I persentase pencapaian hasil belajar kognitif meningkat menjadi 62,07%. Pencapaian ini belum memenuhi kriteria yang diharapkan sehingga dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar biologi diantaranya dari segi alokasi waktu, pengaturan tempat duduk, penyampaian materi, dan alat dan bahan untuk pengamatan, dan sistem reward. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II

pencapaian persentase hasil belajar kognitif mengalami peningkatan mencapai 79,31% dengan pencapaian 23 siswa mencapai nilai KKM yang diharapkan yaitu 75. Peningkatan persentase ini juga terjadi pada keterampilan proses sains (kps) siswa. Pada saat dilakukannya siklus I nilai kps siswa hanya 20,69% hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan dan berpikir proses secara ilmiah, sedangkan peningkatan terjadi pada siklus II sebesar 75,86%.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar diantaranya suasana belajar, proses pembelajaran, dan motivasi di dalam diri siswa. Saefullah (2012) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yang datang dari diri siswa dan dari luar atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa adalah kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, ada juga faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan psikis. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa dan di dukung oleh lingkungan pembelajaran yang sesuai maka hasil belajar dapat ditingkatkan. Hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan bahwa minat dan perhatian belajar siswa terhadap materi biologi menjadi semakin tinggi karena adanya dorongan untuk belajar yang lebih dari biasanya karena ditunjang oleh kegiatan belajar yang menyenangkan dan berbeda dari sebelumnya.

(8)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari

sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapatnya, menggalang kerjasama dan kekompakan siswa dalam kelompok, mengembangkan kepemimpinan siswa serta mengembangkan kemampuan pola analisis dan dapat membantu siswa mengembangkan proses nalarnya.

Pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa diharuskan untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Dengan diterapkannya model Problem Based Learning (PBL) siswa dihadapkan pada masalah yang nyata dan siswa diharapkan mampu menggunakan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya serta dapat menggunakan berbagai macam strategi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Penggunaan media power point di dalam pembelajaran ini mampu membuat suatu pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik karena pada pengaplikasiannya selain digunakan sebagai bahan untuk menjelaskan materi oleh guru media power point ini digunakan untuk membantu siswa mengamati berbagai gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan. Media power point ini mampu dijadikan sebagai sumber belajar pada saat pembelajaran selain handout dan buku paket. Antusiasme siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi lebih tinggi dengan adanya media ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik dalam Arsyad (2010) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Beberapa faktor yang dikemukakan di atas merupakan faktor penunjang untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk dilaksanakannya pembelajaran yang berimplikasi pada meningkatnya keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran dengan mengguanakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dengan media power point ini efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar biologi siswa.

KESIMPULAN

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media power point

dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi Keanekaragaman Hayati dan Klasifikasi Makhluk Hidup kelas X MIA-4 SMAN 6 Bogor yang mencakup keterampilan proses sains sebesar 75,86% dan ranah kognitif sebesar 79,31%, serta antusiasme belajar siswa dengan perolehan persentase sebesar 12,26%.

Penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dengan media

power point dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran karena siswa di setiap kelompok akan dilatih mencari dan memecahkan masalah dari kehidupan sehari-hari yang ditayangkan melalui gambar di slide power point. Peran guru sebagai fasilitator dan mediator siswa berperan dalam meningkatnya keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Airlanda, Gamaliel. 2012. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Pembelajaran Biologi Melalui Blended Learning pada Siswa kelas XI IPA 3 Putra SMA RSBI Pondok Pesantren Modern Islam Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya, Jakarta.

Ariyati, Eka. dkk. 2010. Diktat Evaluasi Pendidikan IPA. Program Studi Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

(9)

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. November 2014

Jihad, Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran.

Multi Presindo. Yogyakarta.

Kasmad, Mamad. dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Berbasis Paikem. Tangerang : pustaka mandiri.

Toharudin, Uus. dkk. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung : Humaniora.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Yamin, Martinis. dkk. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta : GP Press Group.

BIODATA PENULIS

Gambar

Gambar 2 menunjukkan peningkatan
Gambar 3  Peningkatan antusiasme belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Cepatnya perkembangan Teknologi Informasi dewasa ini mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi sehingga menyebabkan perubahan sistem dan cara kerja pada

Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 181 Tahun 2018 pada latar belakang disebutkan untuk pengukuran ketercapaian standar kompetensi

Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio

Dari Gambar 3 terlihat bahwa rasio realisasi terhadap anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kabupaten Kepulauan Meranti merupa- kan Kabupaten dengan rasio paling tinggi

Organisasi yang berada di luar kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM),

Tujuan penelitian ini yaitu, mengidentifikasi kondisi fisik jalan di jalur angkutan truk batubara yang ada di Jalan Lintas Muara Enim – Prabumulih,

Tanin adalah adalah senyawa organik non toksik yang tergolong polifenol yang bisa diperoleh dari ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti gambir, kacang-kacangan, teh, anggur

Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul” Faktor-Faktor Ibu Menyusui Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun