• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Hukum Tentang Lembaga Lembaga Nega

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Hukum Tentang Lembaga Lembaga Nega"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Hukum Tentang Lembaga-Lembaga Negara

Mengenal Lebih Jauh Badan Pemeriksa Keuangan

\

Dosen: Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.

Disusun Oleh:

Nama

: Ghaisa Maulani

NPM

: 110110130304

Kelas

: H

Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran

(2)

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Menurut Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M., lembaga negara

adalah alat kelengkapan negara yang bersifat vital dan fundamental

yang diperlukan dalam penyelenggaraan negara dan keberadaannya

diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Vital berarti lembaga

negara tersebut sangat penting bagi penyelenggaraan negara dan jika

tidak ada, maka akan menyebabkan penyelenggaraan negara tidak

dapat berjalan dengan baik, sedangkan fundamental berarti lembaga

negara tersebut memiliki tugas, fungsi, dan wewenang yang bersifat

mendasar yang diperlukan keberadaannya dalam penyelenggaraan

negara.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Perubahan,

terdapat tujuh lembaga negara di Indonesia, yaitu Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah

Agung, dan Mahkamah Konstitusi.

Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota DPR dan

anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih

lanjut dengan undang-undang. 1 Presiden Republik Indonesia

memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang

Dasar.2 Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga perwakilan

rakyat yang terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum

yang dipilih melalui Pemilihan Umum.3 Dewan Perwakilan Daerah

adalah lembaga negara yang anggotanya merupakan perwakilan dari

setiap provinsi yang dipilih melalui Pemilihan Umum. 4 Badan

Pemeriksa Keuangan adalah sebuah lembaga negara yang bertugas

memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan

                                                                                                               

1

Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 2  

Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 2  

Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

3

http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Republik_Indonesia

4

(3)

negara.5 Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi merupakan pemegang kekuasaan kehakiman di Indonesia.

Seperti yang disebutkan di atas, Badan Pemeriksa Keuangan

atau yang biasa disebut BPK adalah sebuah lembaga negara yang

bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang

keuangan negara. Peran dan tugas pokoknya bisa diuraikan dalam

dua hal. Pertama, BPK adalah pemeriksa semua asal-usul dan

besarnya penerimaan negara, dari manapun sumbernya. Kedua, BPK

harus mengetahui tempat uang negara itu disimpan dan untuk apa

uang negara itu digunakan. Keuangan negara yang dimaksudkan

adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan

uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang

yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban tersebut.6

Dasar hukum BPK dapat dilihat di Bab VIII A amandemen ketiga

Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan,

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa

Keuangan sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973

Tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Pembendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 Tentang Keuangan Negara.

Kantor Pusat BPK RI bertempat di Jl. Gatot Subroto Kav. 31

Jakarta Pusat. BPK juga memiliki kantor perwakilan di 34 provinsi di

Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa saja tugas dan wewenang dari BPK?

2. Bagaimanakah struktur keanggotaan BPK

                                                                                                               

5

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Mengenal Lebih Dekat BPK: Sebuah Panduan Populer, Biro Humas dan Luar Negeri Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Jakarta, hlm 2

6  

(4)

Bab II

Pembahasan

A. Tugas dan Wewenang BPK

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik

Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan

lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.7

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan

evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif dan profesional

berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 8 Ada tiga jenis

pemeriksaan yang dilakukan BPK, yaitu pemeriksaan keuangan,

pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan

keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam hal ini,

pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang terkait

dengan penggunaan uang; misalnya untuk apa uang itu digunakan,

mana kwitansi penggunaan uang tersebut, dan sebagainya.

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi

dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim

dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan

intern pemerin-tah. Pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan

yang dibiayai dengan keuangan negara atau daerah diselenggarakan

secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara

efektif.

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk tujuan khusus tertentu dan dapat juga dilakukan

sebagai tindak lanjut peme-riksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja

                                                                                                                7  

Pasal 6 Ayat (1) UU No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan 8  

(5)

karena ada persoalan penting yang harus diselesaikan. Misalnya,

apabila diduga ada unsur pidana dalam tindakan keuangan instansi

yang diperiksa, atau untuk memeriksa pelaksanaan rekomendasi BPK

oleh instansi terperiksa. 9

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:

1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan

melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode

pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan

pemeriksaan;

2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh

setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha

Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,

dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang

milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata

usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap

perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,

pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan negara;

4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib

disampaikan kepada BPK;

5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah

konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang

wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara;

6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara;

7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK

yang bekerja untuk dan atas nama BPK;

8. Membina jabatan fungsional Pemeriksa;

                                                                                                                9  

(6)

9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan

10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah. 10

B. Struktur Keanggotaan BPK

BPK memiliki 9 orang anggota, dengan susunan 1 orang Ketua

merangkap anggota, 1 orang Wakil Ketua merangkap anggota, serta 7

orang anggota. Anggota BPK memegang jabatan selama 5 tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. Ketua

dan Wakil Ketua BPK dipilih dari dan oleh Anggota BPK dalam sidang

Anggota BPK dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung

sejak tanggal diresmikannya keanggotaan BPK oleh Presiden. Ketua

dan Wakil Ketua BPK terpilih wajib mengucapkan sumpah atau janji

menurut agamanya yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.11

Untuk periode 2014-2019, Ketua BPK adalah Dr. H. Harry Azhar

Azis, M.A. dan Wakil Ketua BPK ialah Drs. Sapto Amal Damandari,

Ak., C.P.A.. Dr. Agung Firman Sampurna, S.E., M.Si.; Agus Joko

Pramono, M.Acc., Ak.; Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi; Prof. Dr. H.

Rizal Djalil, M.M.; Dr. Moermahadi Soerja Djanegara, S.E, Ak., M.M.,

C.P.A.; Prof. Dr. Bahrullah Akbar, M.B.A., C.M.P.M.; dan Achsanul

Qosasi masing-masing menjabat sebagai Anggota I, Anggota II,

Anggota III, Anggota IV, Anggota V, Anggota VI, dan Anggota VII BPK.

Untuk dapat dipilih sebagai Anggota BPK, calon harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Warga negara Indonesia;

2. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

3. Berdomisili di Indonesia;

4. Memiliki integritas moral dan kejujuran;

5. Setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;                                                                                                                

10  

Pasal 9 Ayat (1) UU No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan 11  

(7)

6. Berpendidikan paling rendah S1 atau yang setara;

7. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 5 (lima)

tahun atau lebih;

8. sehat jasmani dan rohani;

9. paling rendah berusia 35 (tiga puluh lima) tahun;

10. paling singkat telah 2 (dua) tahun meninggalkan jabatan sebagai

pejabat di lingkungan pengelola keuangan negara; dan

11. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.12

Ketua, Wakil Ketua, dan/atau Anggota BPK diberhentikan

dengan hormat dari jabatannya dengan keputusan Presiden atas

usul BPK karena:

1. meninggal dunia;

2. mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang diajukan kepada

Ketua atau Wakil Ketua BPK;

3. telah berusia 67 (enam puluh tujuh) tahun;

4. telah berakhir masa jabatannya; atau

5. sakit jasmani atau rohani secara terus-menerus atau berhalangan

tetap yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter. 13

Ketua, Wakil Ketua, dan/atau Anggota BPK diberhentikan tidak

dengan hormat dari keanggotaannya atas usul BPK atau DPR

karena:

1. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;

2. melanggar kode etik BPK;

3. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya selama 1 (satu) bulan

berturut-turut tanpa alasan yang sah;

4. melanggar sumpah atau janji jabatan;

5. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; atau                                                                                                                

12  

Pasal 13 UU No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan 13  

(8)

6. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPK sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, huruf c, dan huruf e. 14

Menurut UU, anggota BPK dilarang memperlambat atau tidak

melaporkan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana

kepada instansi yang berwenang. Bila ketetapan ini dilanggar,

hukumannya ialah dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling

sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling ban-yak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Anggota BPK juga

dilarang menggunakan keterangan, bahan, data, informasi, atau

dokumen lainnya yang diperolehnya pada waktu melaksanakan tugas

yang melampaui batas kewenangannya, kecuali untuk kepentingan

penyidikan yang terkait dengan dugaan adanya tindak pidana.

Ancaman pidana atas pelanggaran ketetapan ini juga berat: dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

(lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah) paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Di luar itu, ada pula tiga larangan lain:

1. Anggota BPK dilarang secara langsung maupun tidak langsung

menjadi pemilik seluruh, sebagian, atau penjamin badan usaha

yang melakukan usaha dengan tujuan untuk mendapatkan laba

atau keuntungan atas beban keuangan negara;

2. Anggota BPK dilarang merangkap jabatan dalam lingkungan

lembaga negara lain dan badan-badan lain yang mengelola

keuangan negara, swasta/nasional/asing

3. Anggota BPK dilarang menjadi anggota partai politik.

                                                                                                                14  

(9)

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Badan Pemeriksa Keuangan adalah sebuah lembaga negara

yang berperan memeriksa semua asal-usul dan besarnya penerimaan

negara, dari manapun sumbernya dan mengetahui tempat uang

negara itu disimpan dan untuk apa uang negara itu digunakan.

BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik

Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan

lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

BPK memiliki 9 orang anggota. Anggota BPK memegang

jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk

satu kali masa jabatan. Ketua dan Wakil Ketua BPK dipilih dari dan

oleh Anggota BPK dalam sidang Anggota BPK dalam jangka waktu

paling lama satu bulan terhitung sejak tanggal diresmikannya

keanggotaan BPK oleh Presiden.

B. Saran

Diharapkan BPK dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih

baik lagi. BPK diharapkan dapat menjaga transparansi dan

akuntabilitas keuangan negara mengingat pengelolaan keuangan

negara yang bertanggungjawab merupakan prasyarat bagi kesehatan

perekonomian dan pembangunan nasional. Transparansi dan

akuntabilitas ini juga akan mendorong peningkatan kinerja BUMN dan

BUMD sehingga mampu bersaing di pasar global.

Selain itu, dengan posisinya sebagai lembaga pemeriksa yang

bebas dan mandiri, diharakan BPK dapat melakukan tugasnya dengan

leluasa tanpa pandang bulu. Ini sangat diperlukan dalam rangka upaya

menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi

(10)

Daftar Pustaka

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Rakyat_Republik_In

donesia

3. http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Perwakilan_Daerah_Republik_In

donesia

4. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Mengenal Lebih

Dekat BPK: Sebuah Panduan Populer, Biro Humas dan Luar

Negeri Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Jakarta

5. UU No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan

6. UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa tentang hak pengasuhan anak dimana pertimbangan hukum Pengadilan Agama yang memberikan hak hadhanah kepada Termohon Konvensi/Penggugat

Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith (da- lam Amir, 2009), Problem Based Learning meru- pakan suatu metode yang dalam proses pembela- jarannya bermanfaat untuk meningkatkan

XNA adalah sebuah game engine dari microsoft yang dipakai untuk membuat game 3D atau 2D pada konsol XBOX.. Lisensi engine ini gratis, tapi tidak untuk

Berdasarkan hasil penelitian, penambahan tepung kedelai dalam tepung campuran bonggol pisang dan ubi jalar pada pembuatan biskuit memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada intensitas cahaya 50%, genotipe toleran Ceneng memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk menghasilkan karakter yang mendukung

Penelitian ini di fokuskan pada remaja yang menggunakan smartphone , untuk itulah peneliti akan membahas mengenai pemanfaatan penggunaan smartphone baik bersifat

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan distribusi frekuensi penyakit TB di Puskesmas Sukabumi jumlah kasus TB dari tahun 2010 sampai 2014 di Puskesmas Sukabumi