• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Investment dan Return on Equity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Indonesian Institute for Crorporate Governance (IICG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Return on Investment dan Return on Equity Pada Perusahaan yang Terdaftar di Indonesian Institute for Crorporate Governance (IICG)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan

Konsep Good corporate governance (GCG) sesungguhnya telah dimulai

jauh sebelum isu GCG ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan para eksekutif

bisnis. Bersama dengan dikembangkannya sistem korporasi di Inggris, Eropa dan

Amerika Serikat sekitar tahun 1840-an, isu corporate governance telah muncul

kepermukaan, meskipun hanya berupa saran. Kajian teoritis corporate governance

ini mulai muncul di akhir tahun 1980-an berdasarkan atas agency theory. Teori

tersebut menyatakan bahwa para dewan (para agen yang mewakili para pemegang

saham) secara rasional akan bertindak bagi kepentingan mereka, dan bukan

dengan bijaksana dan adil bertindak bagi kepentingan pemegang saham. Oleh

sebab itu, diperlukan suatu sistem checks and balances untuk mencegah potensi

penyalah gunaan kekuasaan.

Menurut Jensen dan Meckling dalam Kodrat et al (2009:152) menyatakan

“pada dasarnya hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara manajer

(agent) dengan investor (principal)”. Pada praktiknya agen mungkin saja

bertindak tidak sesuai dengan kepentingan investor (principal) dalam

pengambilan-pengambilan keputusannya. Konflik kepentingan yang dikarenakan

oleh kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan

(2)

sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan Principal untuk melakukan

pengawasan terhadap agen. Berangkat dari teori keagenan ini, corporate

governance mulai dikaji secara teoritis di akhir tahun 1980-an.

2.1.2 Good Corporate Governance

Istilah “corporate governance” pertama kalinya diperkenalkan oleh Cadbury

Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan

mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Laporan ini dipandang

sebagai titik balik yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di

seluruh dunia. Definisi corporate governance menurut Cadbury Committee dalam

Tjager et al (2002 : 27) adalah:

a set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities

(Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka.)

OECD (Oganization for Economic Cooperation and Development) dalam

Tjager et al (2003:27-28) mendefinisikan corporate governance sebagai:

The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board objective of the company, the means of attaining those objectives and monitoring performance.

(Struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.)

Adapun definisi-definisi lain dari corporate governance, sebagian besar

memiliki arti yang tidak jauh berbeda dari kedua definisi diatas. Kedua definisi

(3)

Sumber: Tjager et al (data diolah)

Gambar. 2.1 Bagan pihak-pihak dalam Corporate Governance

Definisi yang dipaparkan oleh Cadbury committee, corporate governance

memiliki perspektif yang lebih luas, dimana tidak hanya mencakup pihak-pihak

yang bersentuhan langsung dengan perusahaan seperti Manajer, pemegang saham,

dan komisaris tetapi juga melibatkan pihak lainnya seperti karyawan, kreditor,

pemerintah bahkan masyarakat (stakeholders). Dengan demikian, kita bisa

menyimpulkan definisi corporate governance adalah suatu sistem, aturan/tata cara

yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan secara luas

(stakeholders) namun terutama antara pemegang saham, dewan komisaris, dan

dewan direksi untuk tujuan bersama.

Pada Gambar 2.1 diperlihatkan keseluruhan pihak-pihak yang berperan

tercakup dalam corporate governance, dimana digambarkan bahwa dalam

perusahaan hubungan antar manajemen, dewan komisaris, dan pemegang saham

- Pemegang

saham

- Dewan

Komisaris

- Manajer

Pemerintah

Supplier

(4)

adalah yang paling utama diatur namun tidak juga mengesampingkan pihak-pihak

lainnya seperti pemerintah, masyarakat, kreditor dan lain-lain.

2.1.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

OECD dalam Tjager et al (2003:57) merumuskan dan menyusun

prinsip-prinsip good corporate governance se-universal mungkin sehingga dapat

dijadikan acuan oleh semua negara dan disesuaikan dengan sistem hukum, aturan

atau nilai yang berlaku di tiap negara.

Kemudian pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini kementrian BUMN

mengeluarkan berbagai keputusan yang mewajibkan BUMN-BUMN menerapkan

prinsip-prinsip good corporate governance. Prinsip-prinsip yang dimaksud

merupakan penyelarasan dari apa yang di susun oleh OECD, yaitu:

- Transparency (keterbukaan), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai perusahaan. Konsep good corporate

governance harus menjamin pengungkapan yang cukup, akurat dan tepat

waktu terhadap seluruh kejadian penting yang berhubungan dengan

perusahaan termasuk didalamnya mengenai kondisi keuangan, kinerja,

struktur kepemilikan dan pengaturan perusahaan.

- Accountability (akuntabilitas), yaitu, kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban setiap pihak dalam organisasi. Realisasi dari prinsip ini

bisa berupa ikutnya perusahaan dalam pemeringkatan yang dilakukan oleh

IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) agar mendapat kritik

(5)

- Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi. Prinsip ini berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk

mematuhi semua peraturan hukum yang berlaku, termasuk juga

prinsip-prinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyampaian laporan

keuangan perusahaan.

- Fairness (kewajaran), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi

hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan pernjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Untuk dapat melaksanakan prinsip ini

diperlukan ketersediaan peraturan yang melindungi kepentingan para

pemegang saham minoritas maupun asing, membuat pedoman perilaku

perusahaan dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap

perlakuan buruk orang dalam.

Sumber: Tjager et al (2002)

Gambar 2.2 Prinsip-prinsip dasar GCG

- Independency (kemandirian), yaitu professional tanpa ada kepentingan dan

pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

Accountability Transparancy

Good Corporate Governance

(6)

dan norma dalam pengelolaannya. Prinsip kemandirian ini diluar dari prinsip

dasar yang dikemukakan oleh OECD, namun merupakan prinsip tambahan

yang dirasa perlu diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang

dirumuskan dalam keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002

tentang penerapan praktik GCG pada BUMN (Tjager et.al 2003:57).

2.1.4 Nilai Corporate Governance Perception Index

IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance) adalah salah satu

badan yang memberikan perhatian khusus akan pelaksanaan corporate

governance di Indonesia. Sejauh ini IICG telah melakukan penelitian akan

penerapan corporate governance perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya

perusahaan public yang tercatat di BEJ (Bursa Efek Jakarta) dan menyusun

pemeringkatannya yang disebut dengan Corporate Governance Perception Index

(CGPI). Riset ini dilakukan bersama Majalah SWA, Kamar Dagang dan Industri

Indonesia (KADIN), serta BEJ.

Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang

memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat

langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Dengan demikian, perusahaan

hendaknya memperhatikan stakeholder, karena berpengaruh terhadap aktivitas

serta kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh IICG ini, menggunakan kaidah yang

mengacu pada kesepakatan umum yang berlaku di beberapa negara dengan

menggunakan pendekatan Stakeholders Theory yang diuraikan dalam 9 variabel

(7)

komisaris, komite-komite fungsional, dewan direksi, transparansi, perlakuan

terhadap pemegang saham, peran pihak berkepentingan lainnya, integritas, dan

independensi.

Penilaian awal dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dimana aspek

yang dinilai meliputi komitmen terhadap tata kelola perusahaan, hak pemegang

saham dan fungsi kepemilikan kuni, perlakuan yang setara terhadap seluruh

pemegang saham, peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan,

pengungkapan transparansi, serta tanggung jawab dewan komisaris dan dewan

direksi.

Tahapan riset berikutnya adalah dengan penyusunan makalah yang

merefleksikan program dan hasil penerapan good corporate governance sebagai

sebuah sistem di perusahaan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk

membantu perusahaan memamparkan upayanya dalam penerapan good corporate

governance pada saat tim penilai melakukan observasi.

Kemudian tahapan akhir merupakan kegiatan peninjauan langsung ke

seluruh perusahaan peserta corporate governance perception index untuk

memastikan bagaimana praktek good corporate governance sebagai sebuah

sistem pengelolaan bisnis di lingkuangan perusahaan tersebut.

Bobot tahapan-tahapan penilaian CGPI (Corporate Governance Perception

Index) tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Self-assesment (bobot 15%)

Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengisi kuesioner self-assesment

(8)

melibatkan seluruh organ dan anggota perusahaan serta para pihak yang

berkepentingan lainnya (Stakeholders) dalam memberikan tanggapan terhadap

implementasi GCG di perusahaan.

2. Kelengkapan dokumen (bobot 25%)

Penelusuran dokumen dan bukti yang mendukung penerapan GCG dalam

perspektif pengetahuan. Kelengkapan dokumen mempersyaratkan pemenuhan

dokumen terkait penerapan GCG dan praktek bisnis yang beretika serta

kelengkapan sistem yang berlaku di perusahaan.

3. Penyusunan makalah dan presentasi (bobot 12%)

Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan tentang

kebijakan dan kegiatan perusahaan terkait GCG dalam perspektif pengetahuan,

dalam bentuk makalah dengan memperhatikan sistematika penyusunan yang telah

ditentukan.

4. Observasi ke perusahaan (bobot 48%)

Pada tahap ini dilakukan klarifikasi dan konfirmasi dan informasi seputar

penilaian melalui diskusi dan kunjungan ke perusahaan. Diskusi observasi

melibatkan dewan komisaris, direksi, dan pimpinan manajerial perusahaan

(Sumber: iicg.org).

Skor CGPI diperoleh dengan menjumlahkan nilai bobot dari setiap

tahapan-tahapan diatas. Setelah skor-skor tersebut diproleh, kemudian pemeringkatan

corporate governance perception index dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan

(9)

- Sangat terpercaya (85,00-100)

- Terpercaya (70,00-84,99)

- Cukup terpercaya (55,00-69,00)

2.1.5 Manfaat Good Corporate Governance dan Kaitannya dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

Berikut adalah teori-teori yang menyebutkan apa tujuan/manfaat dari

pelaksanaan GCG (good corporate governance):

- Menurut Bank Dunia (World Bank), good corporate governance dapat

mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan agar bekerja secara efisien,

menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi

para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara luas (Tangkilisan

2003: 12).

- Menurut (Fahmi 2013:72) dinyatakan beberapa manfaat dari diterapkannya

good corporate governance adalah sebagai berikut:

a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan

yang didasarkan pada asas keterbukaan, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, kewajaran dan kesetaraan untuk mendorong fungsi

dan kemandirian masing-masing organ perusahaan.

b. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota

direksi membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh

nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

(10)

c. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan.

d. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

e. Meningkatkan daya saing nasional maupun internasional perusahaan.

- Sedangkan, manfaat diterapkannya good corporate governance menurut FCGI

(Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah:

a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan sehingga dapat lebih

meningkatkan corporate value.

c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya.

d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

- Pada GCG Workshop Kantor Meneg PM BUMN, Desember 1999 Dalam

Tangkilisan (2003), dinyatakan bahwa GCG berkaitan dengan pengambilan

keputusan yang efektif, yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai,

sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk

mendorong dan mendukung:

a. Pengembangan perusahaan

(11)

c. Pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan

stakeholders lainnya.

Jika dilihat dari beberapa uraian diatas tentang manfaat/tujuan pelaksanaan

GCG (good corporate governance), semuanya menekankan pada pengelolaan

yang baik dan efisien demi tercapainya kinerja perusahaan yang baik. Maka dapat

disimpulkan dengan meningkatnya penerapan good corporate governance pada

suatu perusahaan akan meningkatkan kinerja kinerja keuangan perusahaan

tersebut.

1.1.6 Kinerja Keuangan

Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengukur atau menentukan

sejauh mana kualitas perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan tersebut

dapat diketahui melalui keadaan financial dan hasil-hasil yang telah dicapai

perusahaan selama periode tertentu.

Pengukuran kinerja digunakan untuk dapat melakukan perbaikan atau

pembenahan atas kegiatan operasional perusahaan. Bagi investor, informasi

mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk referensi pengambilan

keputusan dalam mempertahankan investasinya pada perusahaan tersebut atau

mencari alternatif investasi lain.

Begitu juga untuk para pemegang saham, informasi mengenai kinerja

keuangan, dapat digunakan untuk pertimbangan dalam membeli atau menjual

saham atas perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur dengan

(12)

a. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk melihat seberapa berat utang perusahaan.

Utang meningkatkan pengembalian bagi pemegang saham ketika keuntungan

perusahaan meningkat, dan sebaliknya mangurangi pengembalian tersebut ketika

perusahaan merugi. Maka utang tersebut dikatakan menciptakan leverage

keuangan. Rasio leverage mengukur seberapa besar leverage keuangan yang

ditanggung perusahaan.

b. Rasio Likuiditas

Likuiditas artinya kemampuan untuk menjual sebuah asset guna mendapatkan

kas pada waktu singkat. Asset yang likuid dapat diubah menjadi kas dengan cepat

dan murah. Karena itu, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa

mudah perusahaan dapat memegang kas.

c. Rasio Efisiensi atau Rasio Tingkat Perputaran

Rasio efisiensi atau rasio tingkat perputaran digunakan untuk melihat seberapa

produktif perusahaan menggunakan asset-asetnya. Misalnya, kita bisa melihat

penjualan yang dihasilkan per dolar asset atau tingkat persediaan per dolar barang

yang dijual.

d. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur fokus pada laba perusahaan. Misalnya,

pemegang saham ingin tahu berapa banyak laba yang telah dihasilkan untuk setiap

dolar yang telah mereka investasikan dalam perusahaan. Rasio profitabilitas

digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan. (Brealey

(13)

Dari keempat rasio yang dipaparkan diatas, rasio profitabilitas adalah rasio

yang paling sering digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan karena

fokus pada laba perusahaan yang menjadi tujuan dasar dari perusahaan.

Menurut Brealey et al (2011:25): “Rute terpasti untuk memaksimalkan nilai

dimulai dengan produk dan jasa yang memuaskan pelanggan. Reputasi yang baik

dengan pelanggan, karyawan, dan stakeholder lain juga penting bagi nilai dan

profitabilitas jangka panjang perusahaan.”

Reputasi yang baik tersebut dapat dicapai dengan menerapkan

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Secara tak

langsung juga menyatakan semakin baik penerapan good corporate governance

semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari semakin

meningkatnya profitabilitasnya.

1.1.7 Profitabilitas

Demi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri, perusahaan harus

senantiasa dalam keadaan yang menguntungkan/profitable. Keuntungan memiliki

arti penting karena, tanpa adanya keuntungan perusahaan akan sangat sulit untuk

menarik modal dari luar.

Menurut Warsono (2003:37) “Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh

kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio

profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan”. Dengan demikian rasio profitabilitas merupakan salah

satu rasio yang penting dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan.

(14)

Gross Profit Margin, yaitu presentase dari laba kotor dibandingkan dengan

sales (penjualan), dimana semakin besar gross profit margin semakin baik

keadaan opreasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of goods

sold relative lebih rendah dibandingkan dengan penjualan dan demikian

sebaliknya.

Gross profit margin = 𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺−𝑪𝑪𝑪𝑪𝑺𝑺𝑪𝑪𝑪𝑪𝒐𝒐𝒈𝒈𝑪𝑪𝑪𝑪𝒈𝒈𝑺𝑺𝑺𝑺𝑪𝑪𝑺𝑺𝒈𝒈

𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺

𝒙𝒙

𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏

%

Net Profit Margin (NPM), untuk mengukur laba bersih sesudah pajak

dibandingkan dengan volume penjualan. Dimana semakin tinggi net profit

margin, semakin baik operasi perusahaan.

Net profit margin = 𝑵𝑵𝑺𝑺𝑪𝑪𝒑𝒑𝒑𝒑𝑪𝑪𝒐𝒐𝒑𝒑𝑪𝑪𝑺𝑺𝒐𝒐𝑪𝑪𝑺𝑺𝒑𝒑𝑪𝑪𝑺𝑺𝒙𝒙𝑺𝑺𝑺𝑺

𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺

𝒙𝒙

𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏

%

Total Assets Turnover, menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan

aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu, dimana

semakin tinggi total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan

keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan.

Total Assets Turnover = 𝑺𝑺𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺

𝑪𝑪𝑪𝑪𝑪𝑪𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑪𝑪𝑺𝑺

𝒙𝒙

𝟏𝟏

𝒌𝒌𝑺𝑺𝑺𝑺𝒑𝒑

Return on Investment (ROI) atau rasio pengembalian atas investasi adalah

rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia

didalam perusahaan, dimana semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik

keadaan perusahaan.

ROI = 𝑵𝑵𝑺𝑺𝑪𝑪𝒑𝒑𝒑𝒑𝑪𝑪𝒐𝒐𝒑𝒑𝑪𝑪𝑺𝑺𝒐𝒐𝑪𝑪𝑺𝑺𝒑𝒑𝑪𝑪𝑺𝑺𝒙𝒙𝑺𝑺𝑺𝑺

(15)

Return on Equity (ROE) atau disebut juga tingkat pengembalian atas para

pemegang saham, adalah rasio untuk mengukur penghasilan yang tersedia

bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam

perusahaan, tentu semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh

semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

ROE = 𝑵𝑵𝑺𝑺𝑪𝑪𝒑𝒑𝒑𝒑𝑪𝑪𝒐𝒐𝒑𝒑𝑪𝑪𝑺𝑺𝒐𝒐𝑪𝑪𝑺𝑺𝒑𝒑𝑪𝑪𝑺𝑺𝒙𝒙𝑺𝑺𝑺𝑺

𝑬𝑬𝑬𝑬𝒂𝒂𝒑𝒑𝑪𝑪𝑬𝑬

Dari teori tentang rasio-rasio profitabilitas diatas, tampak bahwa return on

investment merupakan tingkat pengembalian atas investasi. Sementara return on

equity merupakan ukuran penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan

(pemegang saham) atas modal yang bereka dinvestasikan dalam perusahaan

tersebut. Karena itu, return on investment dan return on equity merupakan hal

yang sangat penting diperhatikan bagi para pemegang saham ataupun bagi para

investor. Karena itu penelitian ini menggunakan return on investment dan return

on equity untuk menganalisis pengaruh penerapan good corporate governance

terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan good corporate governance yang pernah

dilakukan, diantaranya:

1 Corporate Governance dan Kinerja Keuangan oleh Supatmi (2007)

Riset ini menyimpulkan bahwa belum tentu perusahaan yang memperoleh

(16)

baik pula. Dimana hasil secara statistik menunjukkan bahwa corporate

governance tidak berpengaruh terhadap rasio-rasio keuangan.

Dalam risetnya, Supatmi menggunakan skor CGPI sebagai ukuran

corporate governance yang merupakan variabel bebas, sedangkan kinerja

keuangan sebagai variabel terikat dilihat dari profitabilitas, liquiditas, leverage,

dan aktivitas perusahaan dan kebangkrutan yang ditentukan berdasarkan rumus

Altmant-z-score yang diukur secara dummy.

Yang menjadi objek penelitiannya adalah perusahaan-perusahaan yang

memperoleh peringkat baik dalam penerapan corporate governance menurut

IICG yang dipublikasikan di majalah SWA mulai tahun 2001-2004. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analsis regresi linear

sederhana.

2 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada

Perusahaan Go Public di Indonesia oleh Ibnu Austrindanney Sina Azhar

Penelitian ini menggunakan penerapan good corporate governance

sebagai variabel bebasnya dan profitabilitas sebagai variabel terikatnya.

Penerapan GCG diukur dengan skor yang dikeluarkan oleh IICG, dan

profitabilitas diukur dengan ROA (return on assets). Dari penelitian ini

disimpulkan bahwa penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan (ROA).

Perusahaan-perusahaan yang dijadikan objek penelitiannya adalah

perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar dalam pemeringkatan yang

(17)

periode 2007-2009. Penelitian ini juga menggunakan analsis regresi linear

sederhana sebagai metode analisis datanya.

3 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Return On Asset,

Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar Di

Corporate Goevernance Perception Index oleh Dani Riandi dan Hasan Sakti

Siregar (2011).

Penelitian ini menggunakan GCG sebagai variabel independent-nya dan

tiga buah variabel dependent yaitu, Return on asset, net profit margin, dan

earning per share. Seperti penelitian lain yang diungkapkan di atas, penelitian

ini menggunakan skor CGPI sebagai ukuran corporate governance.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan GCG berpengaruh

secara parsial terhadap NPM perusahaan dan tidak berpengaruh terhadap ROA

perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan go

public yang terdaftar dalam pemeringkatan CGPI dan menerbitkan laporan

keuangan lengkap dari tahun 2006-2009. Penelitian ini juga menggunakan

analisis regresi linear sederhana sebagai metode analisis datanya.

4 Pengaruh Kualitas Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan oleh Denta Wisnu Pradipta.

Penelitian ini menggunakan GCG sebagai variabel Independent yang

diukur dengan skor CGPI sedangkan kinerja keuangan perusahaan sebagai

variabel dependent-nya di proksikan dengan ROI dan TAT (total asset

(18)

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kualitas GCG

berpengaruh terhadap return on investment dan total asset turnover pada

perusahaan-perusahaan go public yang mengikuti survey pemeringkatan CGPI

tahun 2009-2011. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini

adalah analisis regresi berganda.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel yang digunakan Governance dan Kinerja Keuangan

Variabel bebas:

Corporate Governance (skor CGPI) variabel terikat: rasio profitabilitas

leverage, Likuiditas ,aktivitas dan Governance (skor CGPI) dan variabel terikat profitabilitas Terdaftar di CGPI

Variabel bebas: Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan skor CGPI dan variabel terikat: ROA,NPM skor CGPI, variabel kontrol: umur perusahaan dan variabel terikat diukur dengan ROI dan TAT

(19)

2.3 Kerangka Konseptual

Good corporate governance diakui membantu mengebalkan perusahaan dari

kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, dalam banyak hal corporate

governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat sampai

30% diatas tingkat kembalian (rate of return) yang normal (Tangkilisan

2003:112).

Menurut Bank Dunia (World Bank), good corporate governance dapat

mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan agar bekerja secara efisien,

menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para

pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara luas (Tangkilisan 2003: 12).

Dengan pengelolaan yang didasarkan pada asas keterbukaan, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, kewajaran dan kesetaraan untuk mendorong fungsi dan

kemandirian masing-masing organ perusahaan maka akan menciptakan

kesinambungan perusahaan yang mengarah pada efisiensi dan efektifitas kinerja

masing-masing organ perusahaan sehingga menghasilkan laba yang maksimal.

Pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan yang dilandasi

dengan nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan akan juga mengurangi resiko yang mungkin terjadi pada perusahaan

akibat pelanggaran dalam menjalankan kegiatannya, yang pada akhirnya juga

berkontribusi dalam memaksimalkan laba perusahaan.

Pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik tersebut menghasilkan

integritas perusahaan yang mampu mendorong para pemegang saham atau

(20)

untuk meningkatkan kinerjanya melalui penyediaan dana yang lebih untuk

dikelola.

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan dengan semakin

baiknya penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan akan

semakin baik pula kinerja perusahaan, yang dapat dilihat dari semakin

meningkatnya laba perusahaan. Rasio profitabilitas berusaha mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dengan menggunakan

seluruh aktiva yang ada maupun menggunakan modal sendiri (Tangkilisan

2003:156). Penelitian ini menggunakan return on investment dan return on equity

untuk mengukur profitabilitas perusahaan.

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Seperti yang diperlihatkan Gambar 2.3 diatas, dalam penelitian ini variabel

independent-nya adalah penerapan good corporate governance yang diukur

dengan skor/nilai CGPI dan variabel dependent-nya adalah return on investment

dan return on equity.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan diatas

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Penerapan Good Corporate Governance

(Nilai CGPI)

Return on Investment (ROI)

(21)

1. Penerapan good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return on investment (ROI) pada perusahaan yang terdaftar dalam

IICG.

2. Penerapan good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan

Gambar

Gambar. 2.1 Bagan pihak-pihak dalam Corporate Governance
Gambar 2.2 Prinsip-prinsip dasar GCG
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Rojaz Mendez dan Davies (2005) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ketika individu memiliki orientasi waktu yang dominan pada masa lalu dan masa kini, maka keyakinan

Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi, menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Negeri

Hasil pretest sikap responden tentang child abuse cukup baik, namun pada beberapa item yang rata-rata masih kurang yaitu item nomor (4) sikap responden tentang

Pada gangguan positif sistem dengan kontroler lebih boros daripada sistem tanpa kontroler karena dengan penambahan gangguan positif pada air charge membuat

W umur 26 tahun G2P1A0Ah1 hamil trimester III usia kehamilan 38 +1 minggu dengan kehamilan normal dengan ketidaknyamanan punggung pegel-pegel, kram pada kaki dan rasa

Di dalam penelitian “Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Fiqih Peserta Didik Kelas IV Di MIN 9 Blitar” akan terlihat ada tidaknya pengaruh

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkapkan penerapan metode diskusi pada pembelajaran IPS, mengungkapkan kemampuan berpikir kritis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa deretan pulsa PB yang didominasi oleh pulsa-pulsa dengan polaritas positif pada setengah siklus pertamanya