RINI ANDRIYANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :
”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2008
iii
RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member.
The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare.
The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group.
The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment.
As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the break-even point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the break-even point, and gained profit.
iv
Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota.
Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang
terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan
untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil
menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu
maupun kuantitas.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok
Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap
keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha
KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi
pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei
lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan,
serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer.
Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi
terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah
metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok.
Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan
produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari
kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi.
KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah
melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan
dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum
mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari
pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga
kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang
v
kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah
melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ.
Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja
kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain,
artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis
pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya.
Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi
kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha
kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2)
vi
(Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
RINI ANDRIYANI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
vii
Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
Nama Mahasiswa : Rini Andriyani
Nomor Pokok : F052054025
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua
Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota
Mengetahui,
Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah
Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
viii
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI),
Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing
atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
akhir.
2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah
mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan
perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini.
3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan
membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam
proses penyampaian materi studi.
4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan
akhir ini selesai.
5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu,
dukungan dan semangat.
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran
bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan
diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Bogor, Maret 2008
ix
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga
dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana
ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus
pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program
dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak
tahun 2005.
Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja
x
Halaman
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Perumusan Masalah... C. Tujuan ………...………... 5 6 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil...………... ... 7
B. Kelompok...………... 13
C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro………... 15
D. Deskripsi Umum UKM Perikanan... 17
E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila...……….... 18
III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu...………... 21
B. Pengumpulan Data...………... 21
C. Pengolahan dan Analisis Data... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum……..………...……... 31
B. Hal Yang Dikaji…...………... 52
C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT... 79
D. Implementasi Strategis... 82
E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh... 87
KESIMPULAN DAN SARAN 92 1. Kesimpulan ... 92
2. Saran... 96
DAFTAR PUSTAKA... 97
RINI ANDRIYANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ii
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :
”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Maret 2008
iii
RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member.
The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare.
The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group.
The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment.
As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the break-even point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the break-even point, and gained profit.
iv
Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota.
Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang
terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan
untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil
menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu
maupun kuantitas.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok
Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap
keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha
KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi
pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei
lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan,
serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer.
Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi
terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah
metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok.
Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan
produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari
kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi.
KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah
melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan
dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum
mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari
pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga
kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang
v
kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah
melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ.
Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja
kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain,
artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis
pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya.
Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi
kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha
kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2)
vi
(Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
RINI ANDRIYANI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
vii
Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)
Nama Mahasiswa : Rini Andriyani
Nomor Pokok : F052054025
Program Studi : Industri Kecil Menengah
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua
Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota
Mengetahui,
Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah
Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
viii
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI),
Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis
menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing
atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
akhir.
2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah
mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan
perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini.
3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan
membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam
proses penyampaian materi studi.
4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan
akhir ini selesai.
5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu,
dukungan dan semangat.
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran
bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan
diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
Bogor, Maret 2008
ix
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga
dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana
ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus
pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program
dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak
tahun 2005.
Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja
x
Halaman
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Perumusan Masalah... C. Tujuan ………...………... 5 6 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil...………... ... 7
B. Kelompok...………... 13
C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro………... 15
D. Deskripsi Umum UKM Perikanan... 17
E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila...……….... 18
III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu...………... 21
B. Pengumpulan Data...………... 21
C. Pengolahan dan Analisis Data... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum……..………...……... 31
B. Hal Yang Dikaji…...………... 52
C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT... 79
D. Implementasi Strategis... 82
E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh... 87
KESIMPULAN DAN SARAN 92 1. Kesimpulan ... 92
2. Saran... 96
DAFTAR PUSTAKA... 97
xi
Halaman
1. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2000-2006... 2
2. Jenis-jenis usaha budidaya ikan dan kebutuhan modal... 4
3. Matriks IFE/EFE... 25
4. Matriks SWOT... 28
5. Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya... 34
6. Sebaran presentase anggota berdasarkan jenis kelamin... 42
7. Sebaran prosentase anggota berdasarkan tingkat pendidikan... 42
8. Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ... 49
9. Perhitungan uji kelayakan usaha KTIMJ... 66
10. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : A. Fatah……... 68
11. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : Rosadi ....……... 69
12. Hasil uji kelayakan usaha...…...…... 70
13. Faktor-faktor strategik internal...……... 75
14. Faktor-faktor strategik eksternal ... 76
15. Perumusan strategi usaha KTIMJ.dengan Matriks SWOT... 80
16. Analisa usaha budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung... 90
xii
1. Matriks IE... 29
2. Tambak Pembudidayaaan ikan KTIMJ... 35
3. Tempat pembenihan ikan... 45
4. Keramba jaring apung KTIMJ... 45
5. Susunan pengurus KTIMJ... 48
6. Matriks IE strategi KTIMJ... 82
xiii
Halaman
1. Laporan Keuangan KTIMJ………. 99
2. Neraca Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani……….. 101
3. Laba usaha KTIMJ dari retribusi……… 102
4. Data penjualan pakan KTIMJ... 103
5. Data hasil retribusi KTIMJ... 104
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar
18.000 km dan jumlah pulau lebih dari 17.508 buah, Indonesia memiliki
sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah, baik dari jumlah
maupun spesies. Sumber daya tersebut merupakan aset nasional yang
diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pesisir.
Pada perkembangannya, sampai saat ini potensi tersebut belum mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, pembudidaya dan pengolah
ikan.
Pendekatan pembangunan sebaiknya beriorientasi pada pendekatan
pembangunan berkelanjutan, holistik dan berbasis pada masyarakat (Dahuri,
2002). Tanpa filosofi berkelanjutan, maka pembangunan tidak akan
memakmurkan kehidupan. Pengembangan investasi di sektor budidaya,
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan diharapkan akan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta
pengembangan wilayah pedesaan. Berkembangnya investasi di suatu wilayah
sangat tergantung dari potensi dan kemampuan sumber dayanya seperti
fasilitas infrastruktur, pendanaan, teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan
sistem tata niaga komoditas agribisnis/agroindustri di wilayah tersebut. Selain
itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi di
bidang budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat
diharapkan bagi pengembangan sektor perikanan berkelanjutan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pada
umumnya adalah permodalan, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak
perbankan saat ini masih penuh keraguan untuk membiayai usaha semacam
ini, dikarenakan belum adanya catatan (track record) dari setiap usaha
pembudidayaan yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti catatan
pengalaman membudidayakan ikan dan catatan keuangan, baik untuk
Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka pengembangan usaha
mikro dan kecil adalah modal atau investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek), serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Indonesia yang masih
relatif ketinggalan dalam penguasaan Iptek mutakhir dan juga kekurangan
modal pembiayaan pembangunan, jelas belum memiliki keunggulan
komparatif pada sektor ekonomi berbasis pada Iptek dan padat modal.
Sehubungan dengan itu, pembangunan ekonomi Indonesia harus
dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada
sumber daya alam (SDA), padat tenaga kerja dan berorientasi pada pasar
domestik.
Pada saat ini perkembangan industri perikanan darat menunjukkan
hasil yang menggembirakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa prosepek
usaha budidaya ikan dapat berkembang dengan baik. Ikan nila yang banyak
dibudidayakan di daerah Bogor mempunyai perkembangan produksi yang
baik dengan kenaikan setiap tahun 39,98% dan mempunyai prospek untuk
dikembangkan lebih jauh.
Tabel 1: Produksi perikanan budidaya (Ton)
Perkembangan Produksi (ton) Perikanana Budidaya Menurut Komoditas, 2004 - 2006
No Komoditas
Jumlah 1.468.610 2.163.674 2.625.800 24,08
Keberhasilan usaha budidaya ikan nila dipengaruhi oleh efisiensi dan
produktivitas lahan. Sedangkan produktivitas lahan sangat erat kaitannya
dengan konstruksi kolam pemeliharaan yang berpengaruh terhadap
ketersediaan ait. Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila di
Indonesia adalah ketersediaan benih di tingkat pembenihan. Permasalahannya
terletak pada mutu benih yang dihasilkan, ketepatan waktu dan ketepatan
ukuran serta pasokan benih yang berkesinambungan. Salah satu penyebabnya
adalah bahwa pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih
yang pengelolaan benihnya masih secara tradisional dan tidak terpola dengan
baik (DKP, 2004b)
Kegiatan pembudidayaan dan pengolahan ikan skala kecil dan rumah
tangga sudah dilakukan dengan baik oleh masyarakat Indonesia di beberapa
daerah. Data menunjukkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi sumber
mata pencaharian yang dapat diandalkan apabila dikelola secara profesional.
Untuk mengembangkan ke arah usaha yang lebih profesional, selalu
dihadapkan pada kendala internal maupun eksternal. Beberapa kendala yang
sering dihadapi oleh pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan adalah
lemahnya modal, akses terhadap pasar, kurangnya pendidikan dan pelatihan
serta pengetahuan yang terbatas. Dampak dari kelemahan ini adalah
pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan skala kecil dan rumah tangga
terkesan belum merupakan suatu bisnis yang menguntungkan (DKP, 2006 b).
Untuk memperkuat dan mengembangkan skala usaha mikro dan kecil
usaha perikanan, secara garis besar terdapat 3 (tiga) kebijakan dan strategi
pokok yang dapat dilaksanakan, yaitu (1) menciptakan sistem usaha yang
kondusif (condusive business climate) dan sekaligus menyediakan lingkungan
yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan usaha mikro
secara sistematis, mandiri dan berkelanjutan, (2) menciptakan sistem
penjaminan (guaranteé system) secara finansial terhadap operasionalisasi
kegiatan usaha mikro dan (3) menyediakan bantuan teknis dan pendampingan
(technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan
status usaha mikro agar layak sekaligus bankable dalam jangka panjang (DKP,
Sejak tahun 2004, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melaksanakan program
replika Skim Modal Kerja (SMK) melalui ujicoba pada 9 Kelompok
Pembudidaya Ikan hias, konsumsi dan tanaman hias air tawar di 6 kabupaten,
yaitu Belitung, Bogor, Wonosobo, Semarang, Sleman dan Gunung Kidul
(DKP, 2004 a).
Program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan
peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan diperlukan untuk
mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil
menengah berbasis pada kelompok agar kelompok dapat meningkatkan
produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman
permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan
pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a).
Modal yang dibutuhkan oleh pembudidaya ikan sangat tergantung dari
jenis usaha budidaya dan sistem pembudidayaan ikan. Dilihat dari Tabel 2,
maka dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan
usaha budidaya ikan nila, yaitu budidaya yang selama ini dijalankan oleh
kelompok tani ikan Mekar Jaya.
Sebelum terpilih sebagai kelompok yang diberikan kredit SMK oleh
DKP, setiap kelompok diharuskan mengajukan dan mengisi formulir
pengajuan pinjaman dan ringkasan proposal rencana usaha. Setelah disetujui,
maka kelompok terlebih dahulu membuka rekening atas nama kelompok
untuk menerima dana SMK dari DKP. Salah satu kelompok yang memperoleh
program SMK adalah Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) yang
berlokasi di Lido, Bogor.
Program implementasi SMK merupakan langkah strategis untuk
membina, memberdayakan, membangun dan mengembangkan potensi lokal
dalam masyarakat untuk turut serta dalam memberikan kontribusi produksi
perikanan nasional secara makro. Pendekatan kelompok dalam pelaksanaan
program ini adalah untuk meningkatkan pengawasan pada level yang paling
bawah. Penguatan permodalan dalam program SMK ini dilakukan dengan
basis kelompok. Pengelompokan atau pengorganisasian pembudidaya ikan
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pembudidaya.
Meskipun program ini telah direncanakan dan dilaksanakan di
beberapa Kabupaten dengan matang dan disertai dengan pembinaan dari pusat
dan daerah, akan tetapi dalam prakteknya upaya untuk mengangkat derajat
pembudidaya/pengolah ikan skala kecil dan rumah tangga sering dihadapi
dengan kendala yang mengakibatkan program ini tidak dapat terlaksana
dengan baik. Kendala yang dihadapi KTIMJ dalam melaksanakan program
SMK, diantaranya adalah berada pada faktor teknis seperti ekosistem lokasi
budidaya, bahan baku produksi, potensi pemasaran, potensi ikan yang akan
dibudidayakan dan potensi pembudidaya ikan lainnya. Kendala lain adalah
faktor non teknis seperti disiplin anggota untuk melakukan pencatatan usaha
masih belum optimal dan sulit mengumpulkan anggota kelompok untuk
diadakan pembinaan.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana upaya KTIMJ selama ini dalam melaksanakan usahanya
dengan program SMK dari DKP ?
3. Apakah usaha KTIMJ telah memiliki kelayakan usaha seperti yang
dipersyaratkan pada umumnya ?
4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang akan dilaksanakan oleh
pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok ?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program
SMK dari DKP
2. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan
KTIMJ
3. Menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ
4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi
II. LANDASAN TEORI
A. Usaha Kecil
Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan
yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang
mampu diserap oleh usaha kecil. Selain memiliki arti strategis bagi
pembangunan, usaha kecil juga merupakan upaya untuk memeratakan
hasil-hasil pembangunan. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia,
usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya di sektor pertanian lebih
dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor
perdagangan lebih dari 98% , di sektor transportasi lebih dari 99%.
Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala
Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE)
yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis
maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Industri kecil di
Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional,
karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi
melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan
devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997).
Menurut surat edaran Bank Indonesia No 26/I/UKK tanggal 29 Mei
1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK), UK adalah usaha yang memiliki total
aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
rumah yang ditempati. Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang UK, yang
dimaksud dengan UK adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. UK
yang dimaksud di sini adalah meliputi juga usaha kecil informal dan usaha
kecil tradisional. Adapun UK informal adalah berbagai usaha yang belum
terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani
penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan
menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun
temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2005).
1. Karakterisitik UK
Secara umum sektor UK memiliki ciri-ciri berikut :
a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala
pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja
usahanya
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat
tinggi
c. Modal terbatas
d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk
mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat
terbatas.
g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk
mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti
sistem administrasi standar dan harus transparan
Karakterisik yang dimiliki oleh UK menyiratkan adanya
kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini
menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan
pendanaan atau modal usaha.
2. Permasalahan yang Dihadapi Usaha Kecil
Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah
untuk membantu perkembangan UK melalui berbagai macam program
pengembangan atau pembinaan UK. Namun demikian, perkembangan UK
hingga saat ini berjalan sangat lamban. Sebagai contoh industri
terhadap pembentukan total nilai tambah di sektor tersebut atau Produk
Domestik Bruto (PDB) masih relatif rendah dibandingkan dengan industri
menengah dan besar. Permasalahan yang dihadapi UK disebabkan hal
berikut :
a. Managerialskill
Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola
manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan
usahanya.
b. Pemasaran
Permasalahan UK pada bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu
permasalahan persaingan pasar dan produk, akses terhadap informasi
pasar dan kelembagaan pendukung usaha kecil. Permasalahan tersebut
dapat diatasi apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan
internal maupun eksternal.
c. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerjasama antar pengusaha
dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan
pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa
meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan
hubungan yang setara (sebagai mitra) bukan bentuk hubungan yang
merupakan manifestasi hubungan patron-klien.
d. SDM
Permasalahan UK yang menyangkut SDM terkait dengan struktur
organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan kemampuan
manajerial pengusaha.
e. Keuangan
Pengusaha kecil umumnya belum mampu melakukan pemisahan
manajemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini
mengakibatkan pengusaha kecil sulit melakukan
perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan
menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang
Dalam memperoleh progam SMK, kelompok pembudidaya ikan
mendapat pembinaan dan pelatihan dari DKP. Pelatihan yang dilaksanakan
berorientasi untuk pengembangan kelompok, yaitu meningkatkan
kemampuan manajerial anggota kelompok yang meliputi kewirausahaan
bagi pemula, marinepreneurship dan kecerdasan wirausaha, strategi bisnis
dan pemasaran, jaringan dan kemitraan bisnis, studi kelayakan usaha,
manajemen kelompok dan pelaporan keuangan.
3. Upaya Pengembangan UK
UU no. 9/1995 tentang UK pasal 14 merumuskan bahwa
”pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan UK dalam bidang : produksi dan pengolahan; pemasaran;
sumberdaya manusia (SDM); dan teknologi”
Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil,
menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada beberapa faktor, antara
lain :
a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan
ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di
Kota/Kabupaten.
b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan
daya saing.
c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik
maupun ekspor).
d. Berbasis bahan baku domestik.
e. Substitusi impor.
Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional
pengembangan UKMK adalah :
a. Tahap pertama :
1) Penumbuhan iklim usaha kondusif.
3) Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk
mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses
produksi.
4) Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling
memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.
b. Tahap kedua :
1) Dukungan penguatan.
2) Peningkatan mutu SDM UKMK.
3) Peningkatan penguasaan teknologi.
4) Peningkatan penguasaan informasi.
5) Peningkatan penguasaan modal.
6) Peningkatan penguasaan pasar.
7) Perbaikan organisasi dan manajemen.
8) Pencadangan tempat usaha.
9) Pencadangan bidang-bidang usaha.
Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan
perkembangan UK, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan,
kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran,
tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan
dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang
akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi,
khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.
Pengembangan UK menurut Haryadi (1998) adalah :
1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
UK.
2. Mewujudkan UK menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki
tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan
ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi
pembangunan ekonomi nasional.
3. Mendorong UK agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan
kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan UK dalam kompetisi di
tingkat nasional maupun internasional.
Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat penting
untuk meniciptakan iklim kondusif bagi perkembangan UK, sehingga
perkembangan UK pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian
nasional.
4. Manajemen dalam usaha kecil
Manajemen merupakan seni yang dapat dipergunakan atau
diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun, karena dalam setiap
kegiatan akan terdapat unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
(Hubeis, 2007). Atas dasar hal tersebut, maka praktek-praktek manajemen
dapat dilakukan di berbagai bidang ataupun fungsi yang ada dalam suatu
usaha. Fungsi manajemen dalam industri kecil sama dengan ilustrasi pada
umumnya, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan(Planning) adalah perhitungan dan penentuan tentang apa
yang akan dijelaskan di dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu
dari suatu organisasi atau perusahaan, dimana, bilamana, oleh siapa
dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
b. Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk memikirkan, memperhitungkan dan menyediakan segala
sesuatunya, untuk membuka suatu kemungkinan, agar rencana yang
telah ditentukan sebelumnya dapat dilaksanakan dengan baik
c. Pelaksanaan (Actuating) adalah fungsi manajemen yang merupakan
penggabungan dari beberapa fungsi manajemen lain. Dalam praktek,
fungsi actuating dilaksanakan dalam bentuk lima subfungsi
manajemen yaitu komunikasi, kepemimpinan, pengarahan atau
penjelasan, memotivasi dan penyediaan sarana dan kemudahan.
d. Pengawasan (Controlling) adalah keseluruhan kegiatan yang
membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah
dilaksanakan dengan kriteria, standar atau rencana-rencana yang telah
Sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima M, yaitu
(a) man, (b) money, (c) material, (d) methods dan (e) market.
5. Kegagalan dan Keberhasilan UK
Menurut Griffin dan Ebert (2006) berdasarkan survei terhadap UK
di Amerika, 63% dari bisnis baru tidak akan merayakan ulang tahun
keenamnya. Dalam hal ini, ada 4 faktor umum yang mempengaruhi
kegagalan UK, yaitu :
a. Manajerial yang tidak kompeten
b. Kurang memberi perhatian
c. Sistem kontrol yang lemah
d. Kurangnya modal
Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan UK meliputi 4 faktor dasar
yaitu :
a. Kerja keras, motivasi dan dedikasi
b. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan
c. Kompetensi manajerial
d. Keberuntungan.
Kenyataan yang terjadi seperti di atas sungguh merupakan hal
kontras, dimana mencapai keberhasilan memerlukan suatu usaha yang
selain secara ilmiah dapat dipelajari dan dilaksanakan, ternyata juga
memerlukan suatu dasar lain, yaitu keberuntungan, yang tidak setiap orang
dapat memperolehnya.
B. Kelompok
Suatu kelompok didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari dua orang
atau lebih individu, yang saling berinteraksi satu sama lain, sama-sama
bergabung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sofyandi dan Barni, 2007).
Schein (1979) mengatakan bahwa kelompok yang mempunyai ikatan
psikologis adalah sejumlah orang yang saling berhubungan, saling
memperhatikan dan menerima kenyataan sebagai suatu kelompok. Senada
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi
tersebut bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu.
1. Kemandirian Kelompok
Kemandirian kelompok akan terbentuk secara baik bila kegiatan
pertemuan rutin kelompok dilakukan dengan tingkat kehadiran yang tinggi
dari anggota dan setiap permasalahan serta pencapaian tujuan efisiensi
aspek usaha yang dikembangkan dilakukan dalam suatu pengelolaan
organisasi kelompok. Kemandirian kelompok juga ditunjukkan dengan
adanya AD/RT kelompok yang akan selalu disepakati untuk tujuan
kebersamaan. Kelompok Pembudidaya ikan Mekar Jaya telah
menunjukkan kemandirian kelompok yang sangat bagus, dengan
melakukan pertemuan rutin kelompok.
2. Profil Kelompok
Profil kelompok merupakan suatu pendekatan yang baik untuk
menilai eksistensi kelompok secara nyata. Kondisi umum dan khusus dari
kelompok, aktifitas budidaya, fasilitas sarana dan prasarana, produksi yang
dihasilkan dan aspek pemasaran, serta pengelolaan keuangan kelompok
akan tergambarkan secara jelas. Profil kelompok dalam bentuk sederhana
adalah sama dengan berdirinya koperasi, yaitu adanya AD/RT kelompok
dan pengembangan dari AD/RT kelompok dapat memberikan informasi
detail dari setiap kegiatan usaha kelompok. Profil kelompok akan menjadi
kekuatan kelompok dalam mengakses pasar dan permodalan dari lembaga
keuangan formal.
3. Catatan Dalam Pembukuan Kelompok
Catatan dalam pembukuan keuangan kelompok merupakan catatan
pengelolaan keuangan yang terkait dengan aliran keuangan kelompok,
baik modal, harta, piutang dan catatan pemberian dan pengembalian dana
SMK yang dipinjamkan kepada anggota, serta catatan dalam rekening
kelompok di Bank. Catatan pembukuan keuangan kelompok akan menjadi
secara benar, sehingga akan menjadi penentu dalam upaya memperoleh
akses ke perbankan formal.
C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro
Lembaga Pembiayaan memiliki arti yang sangat strategis dalam upaya
untuk pengembangan usaha yang akan atau sedang dilakukan, terutama dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai
hilir. Lembaga pembiayaan yang ada saat ini secara umum masih belum
menyentuh pada kegiatan usaha masyarakat dengan nilai investasi rendah.
Penyaluran kredit kepada UK dianggap sebagai usaha berisiko tinggi, karena
UK tidak memiliki aset yang cukup dapat diandalkan sebagai agunan guna
memperoleh pembiayaan usahanya.
Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku UK
yang tidak memiliki aset, kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan
esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan
ekonomi lokal tidak akan memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan
skala UK adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan
pendekatan Grameen Bank.
1. GrameenBank
Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad
Yunus, seorang profesor Ekonomi dari Universitas Chittagong,
Bangladesh adalah dengan melaksanakan program kredit kepada
masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap
orang-orang miskin. Landasan pemikiran Yunus untuk memilih kredit
sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat
kemiskinan yang parah. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum
miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal
yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan masyarakat
bawah untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut (DKP,
Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh
Yunus merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan.
Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset
aksi di desa Jobra, Bangladesh antara tahun 1976 – 1979. Pada tahun 1979
dilakukan replikasi di desa Tangail dengan dukungan Bank Sentral
Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke
daerah-daerah lain di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank telah menjadi
lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. Selain pinjaman
umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi
beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman, pinjaman untuk
perusahaan umum, pinjaman untuk perumahan dasar, pinjaman kesehatan,
dan pinjaman pendidikan. Kisah sukses Grameen Bank telah menjadi
lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh.
2. Mikro Mitra Mina
Mikro Mitra Mina merupakan lembaga keuangan mikro yang
melayani aktifitas simpan pinjam berskala kecil menggunakan pendekatan
Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir, guna membiayai
kegiatan ekonomi pokok maupun tambahan dan mengembangkan
budidaya menabung, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
mengembangkan kemandirian usaha. Skim ini mengintegrasikan simpanan
atau tabungan (wajb dan sukarela) sebagai suatu komponen yang tidak
terpisahkan dengan aktifitas pinjam. Komponen tabungan dirasakan
semakin penting dalam pengelolaan keuangan dan usaha, serta dalam
rangka pembentukan dan pemupukan modal guna meningkatkan
kemandirian usaha. Sebagai sebuah alternatif, skim ini diharapkan dapat
menghilangkan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap para pelepas
uang (informal money lenders) yang banyak beroperasi di wilayah pesisir
3. Skim Modal Kerja
Skim modal kerja DKP adalah program penyediaan kredit modal
yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya
ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan
UKM berbasis pada kelompok, agar kelompok dapat meningkatkan
produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman
permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan
(DKP, 2004 a).
D. Deskripsi Umum UKM Perikanan
UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan
UKM identik dengan membangun Indonesia karena ada sekitar 80 juta orang
Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM
sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh
80 juta lebih orang Indonesia. Untuk UK, selama tahun 2000-2003 sebesar
86% bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan
perikanan. Sementara hanya 9% pengusaha menengah yang bergerak di
lapangan usaha ini. Sisanya, pengusaha besar yang kehidupannya tergantung
jatuh bangunnya sektor usaha kecil dan menengah, sehingga UK menjadi
sasaran pembangunan nasional (Anoraga, 2005).
Kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi
kemiskinan telah terbukti di berbagai negara. Oleh karena itu, komitmen yang
sungguh-sungguh dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan UKM
harus ditindaklanjuti dengan implementasi dari civitas akademika dan dunia
bisnis. Bermacam kebijakan sedang dilakukan pemerintah untuk
memberdayakan kembali potensi ekonomi di tingkat petani dan UKM di
segala bidang. Cadangan dana disediakan dengan harapan petani dan UKM
kembali bergairah untuk meningkatkan produksi di bidang usahanya
masing-masing.
Di bidang perikanan darat, komoditas budidaya ikan nila dan udang
dengan berbagai alasan, antara lain harganya paling tinggi diantara komoditas
ikan konsumsi air tawar, pasar domestik yang masih jauh dari kejenuhan,
lahan/kolam petani ikan untuk usaha budidaya yang banyak terlantar dan satu
hal lagi yang harus digaris bawahi, Indonesia mempunyai kekayaan
keanekaragaman hayati yang bernilai untuk strain udang galah, mulai dari
peraian di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Sulawesi. Persoalannya adalah
petani dan UKM perikanan masih mempunyai kendala di bidang teknis
budidaya dan manajemen usaha yang perlu mendapat perhatian lembaga
penelitian dan pengembangan (litbang) dan dinas terkait. Komunikasi lintas
sektoral dirasakan sangat perlu untuk menjembatani permasalahan yang ada di
petani dan UKM dengan menyajikan hasil penelitian yang mampu
menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya, bila kesuksesan di tingkat
produksi tercapai, asosiasi petani udang galah tingkat nasional sangat
dibutuhkan untuk menggalang jaringan kerja para petani, sehingga
kelanggengan usaha yang menguntungkan dapat tercapai (DKP, 2006a).
E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila
Merebaknya kasus pembalakan liar kayu - kayu di hutan menyisakan
bencana alam dan pengangguran akibat berkurangnya kesempatan kerja.
Begitu pula dengan industri pertambangan yang telah habis sumbernya maka
akan menambah pula angka pengangguran. Dari pembicaraan dengan berbagai
pihak di wilayah yang mempunyai potensi perairan umum cukup besar seperti
Kalimantan dan Sumatera, budidaya perikanan diharapkan dapat menjadi
katup penyelamat. Budidaya ikan relatif cepat menghasilkan, teknologinya
mudah dikuasai dan pasar dalam negeri masih terbuka luas. Namun demikian
untuk mewujudkan gagasan tersebut perlu dukungan yang simultan dari
berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat cepat dirasakan
Dalam laporan terbarunya The State of World Aquaculture 2006,
(FAO, 2006) menyatakan bahwa 45,5 juta ton (43%) ikan yang dikonsumsi
berasal dari budidaya. Angka tersebut telah menunjukkan lompatan yang luar
biasa dibandingkan dengan kondisi tahun 1980 yang hanya 9%. Produksi
umum adalah sekitar 95 juta ton per tahun, dimana 60 % dikonsumsi manusia
(FAO, 2006).
Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi,
tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan
akan begitu seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagaimana tingkat
konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari
hasil budidaya.
Seperti dikatakan di atas, permintaan terhadap ikan akan terus naik
sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan. Meskipun saat ini
sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan
telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya.
Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan kontribusi
yang cukup tinggi pada sektor perikanan, namun di sisi lain FAO pada tahun
2002 menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap dunia cenderung
mengalami penurunan akibat eksploitasi dan menurunnya sumber daya ikan di
laut. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tingkat konsumsi seperti saat ini di
tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Akuakultur
mempunyai kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dan salah satu
pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui
budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan baik
(Warta Budidaya, 2005).
Budidaya ikan dapat mengisi kesenjangan permintaan dengan
pasokan. Tetapi di sisi lain juga terdapat beberapa kekuatan yang mungkin
dapat membelokkan produksi ke arah yang sebaliknya sehingga tidak
memungkinkan industri budidaya tumbuh secara besar-besaran untuk
memenuhi besarnya permintaan di masa mendatang. Salah satu kendalanya
adalah kurangnya investasi modal di kalangan pembudidaya dan terbatasnya
lahan, serta ketersediaan air bersih yang digunakan dalam usaha budidaya.
Meningkatnya biaya energi, dampak lingkungan dan sederet pertanyaan lain
yang terkait dengan keamanan produk memerlukan perhatian seksama. Tanpa
maka rasanya akan sulit untuk dapat memenuhi secara kontinu permintaan
ikan pada 25 tahun mendatang (Deptan, 1999).
Perikanan Budidaya merupakan bagian dari sektor kelautan dan
perikanan mempunyai arti penting dalam memberikan kontribusinya.
Akuakultur juga mampu menciptakan peluang usaha dan penyerapan tenaga
kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa akuakultur dapat dilakukan di setiap lapisan
masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan; mempunyai
karakteristik usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin
keuntungan yang cukup besar, mempunyai cakupan usaha yang luas, sehingga
dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan,
hatchery (pembenihan), industri jaring, industri pengolahan, cold storage,
pabrik es, dan sebagainya); dapat mengatasi kemiskinan penduduk;
tersedianya teknologi terapan dan merupakan sumber protein yang dapat
memacu peningkatan gizi masyarakat guna pemenuhan protein hewani dalam
rangka ketahanan pangan nasional (DKP, 2006a).
Untuk pengembangan akuakultur ke depan, dapat dilakukan melalui
program peningkatan produksi ikan untuk ekspor dan kebutuhan domestik,
dengan kegiatan pokok intesifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan
rehabilitasi. Sedangkan pemanfaatan potensi akuakultur bagi pengembangan
ekonomi nasional, kebijakan yang akan ditempuh adalah melalui
pengembangan kawasan budidaya dan komoditas unggulan. Dengan tujuan
untuk mendorong penerapan manajemen hamparan dalam mencapai skala
ekonomi, mencegah penyebaran penyakit dan memperoleh efisiensi dalam
penggunaan air, melalui azas kebersamaan ekonomi antar pembudidaya.
Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di
kolam, karamba, keramba jaring apung, maupun sawah, selain mampu
memenuhi kebutuhan lokal. Nila merupakan komoditas ekspor yang semakin
hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini
menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah
berupaya dengan mengembangkan Program intensifikasi budidaya (INBUD)
Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan Nila, sertifikasi
III. METODE KAJIAN
A. Lokasi dan waktu 1. Lokasi kajian
Lokasi kajian ini dilaksanakan di Kelompok petani ikan di Desa Wates
Jaya Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor sebagai penerima Progam
Skim Modal Kerja.
2. Waktu
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu
bulan Agustus hingga Oktober 2007.
B. Pengumpulan data
1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara
dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Bogor dan bagian pemasar ikan. Kuesioner untuk wawancara
dapat dilihat pada Lampiran 6. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada
setiap anggota yang berjumlah 20 orang, namun terdapat 9 anggota yang
tidak aktif, sehingga jumlah contoh yang diteliti berjumlah 11 responden,
yang dianggap sebagai pakar praktisi.
2. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan
laporan instansi terkait.
C. Pengolahan dan Analisis data
Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data adalah :
1. Metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi profil
kelompok, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pakan
ikan, pembenihan dan pendederan ikan nila. Data lain yang dibutuhkan
adalah permintaan pasar dan kelompok usaha pesaing di bidang
pembudidayaan ikan nila. Analisis data yang digunakan dalam kajian ini
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer data,
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek manajemen, aspek
teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Aspek analisis kuantitatif
digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan usaha dengan menggunakan
metode analisis kelayakan investasi, disamping analisa tekno-ekonomi
seperti nilai investasi, anggaran yang direncanakan, arus kas, nilai
penjualan, rugi/laba dan Return on Investment (ROI), serta Analisis
kegiatan usaha dengan berbagai kriteria (Giatman, 2006) yaitu :
a. Laba usaha. Yang diperhitungkan adalah keuntungan kotor yang
diperoleh untuk kegiatan budidaya selama 1 periode tanam, yaitu
selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya tidak tetap dan
biaya tetap). Sedangkan keuntungan bersih adalah keuntungan setelah
dikurangi bunga pinjaman 15% efektif
b. Kelayakan usaha (B/C) Ratio
Kelayakan usaha yang ditentukan oleh perbandingan antara
pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila
nilai B/C ratio< 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan.
c. Titik impas usaha (BEP)
Titik impas usaha (Break Event Point atau BEP) terbagi 2 jenis
analisis, yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan
antara total biaya dengan harga satuan produk sebagai perhitungan titik
impas usaha dicapai pada jumlah produksi ekor ikan tertentu dan (2)
Titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total
biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha
yang dapat dicapai pada harga produk tertentu per kg ikan. Laba = Pendapatan – total biaya
Kelayakan usaha = Pendapatan
d. Pengembalian modal
Modal yang dikeluarkan sebagai modal biaya untuk usaha akan
kembali dalam waktu berapa kali periode panen yang merupakan
perbandingan antara total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dengan
laba bersih.
e. Efisiensi Modal
Keuntungan yang diperoleh dalam usaha dapat mencapai presentase
tertentu dari total biaya yang dikeluarkan merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan total biaya (biaya tetap dan tidak tetap)
dikalikan 100%.
f. Daya laba (ROI)
Perhitungan jangka waktu pengembalian investasi yang dapat
dikembalikan berdasarkan laba yang diperoleh. BEP Produksi = Total biaya
Harga satuan produk
BEP harga Produksi = Total biaya
Total produksi
Pengembalian Modal = Total biaya
Laba bersih
Efisiensi modal = Laba bersih X 100 %
Total biaya
Daya laba = Laba bersih x 100 %
2. Metode analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif kelayakan usaha, Matriks External
Factor Evaluation (EFE), Internal Factor Evaluation (IFE) dan Analisis
Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT).
1) Analisis Titik Impas dan Profit Margin
Satuan yang digunakan dalam perhitungan impas (Break Event point)
dinyatakan dalam satuan rupiah penjualan, dengan menggunakan
rumus :
Biaya Tetap BEP =
Harga Satuan – Biaya Variabel
Analisis imbangan penerimaan dan biaya dinamakan R/C rasio, yang
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Total Penerimaan
R/C ratio =
Total pengeluaran
Keterangan:
R = Revenue (penerimaan)
C = Cost (Biaya)
Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan R/C rasio,
meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (nilai input
keluarga yang dipakai dalam usaha). Rasio R/C menunjukkan besarnya
penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam usaha
kelompok petani ikan, semakin tinggi nilai R/C, maka semakin
menguntungkan usaha tersebut.
2) Matriks EFE dan IFE
Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas
dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi,
dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi
perusahaan (David, 1995).
David (1995) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk
menyusun matrik EFE dan IFE (Tabel 2), yaitu :
(1) Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang,
ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap
Kelompok Petani Ikan Mekar Jaya.
(2) Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan
kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0
(tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).
(3) Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan
strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating
tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4
(superior).
(4) Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk
setiap pembagi.
(5) Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor
organisasi.
(6) Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor
4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman
yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0
menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan
mengatasi ancaman yang ada.
Tabel 3. Matriks IFE/EFE
b. Matriks EFE
3) Matriks Internal dan Eksternal (IE)
Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi
yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan
pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE
dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal
lemah, 2,0 – 2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3,0 – 4,0
menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat
pada Gambar 1.
Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai
implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah :
(1) Daerah 1 meliputi sel I, II atau IV termasuk dalam daerah grow
and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi
intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau
pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi
horizontal dan integrasi vertikal.
(2) Daerah II meliputi sel III, V atau VII. Strategi yang paling sesuai
adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam
strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
(3) Daerah III, meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest dan