• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

RINI ANDRIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :

”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008

(3)

iii

RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member.

The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare.

The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group.

The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment.

As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the break-even point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the break-even point, and gained profit.

(4)

iv

Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota.

Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang

terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan

untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil

menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu

maupun kuantitas.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok

Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen

Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap

keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha

KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi

pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei

lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan,

serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer.

Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi

terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah

metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok.

Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan

produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari

kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi.

KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah

melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan

dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum

mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari

pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga

kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang

(5)

v

kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah

melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ.

Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja

kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain,

artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis

pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya.

Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi

kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha

kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2)

(6)

vi

(Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

RINI ANDRIYANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

vii

Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

Nama Mahasiswa : Rini Andriyani

Nomor Pokok : F052054025

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua

Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota

Mengetahui,

Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah

Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(8)

viii

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI),

Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis

menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing

atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan

akhir.

2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan

perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini.

3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan

membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam

proses penyampaian materi studi.

4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan

akhir ini selesai.

5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu,

dukungan dan semangat.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan

diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Maret 2008

(9)

ix

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga

dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana

ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus

pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah,

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan

Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program

dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak

tahun 2005.

Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja

(10)

x

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Perumusan Masalah... C. Tujuan ………...………... 5 6 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil...………... ... 7

B. Kelompok...………... 13

C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro………... 15

D. Deskripsi Umum UKM Perikanan... 17

E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila...……….... 18

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu...………... 21

B. Pengumpulan Data...………... 21

C. Pengolahan dan Analisis Data... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum……..………...……... 31

B. Hal Yang Dikaji…...………... 52

C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT... 79

D. Implementasi Strategis... 82

E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh... 87

KESIMPULAN DAN SARAN 92 1. Kesimpulan ... 92

2. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97

(11)

RINI ANDRIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :

”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008

(13)

iii

RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member.

The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare.

The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group.

The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment.

As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the break-even point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the break-even point, and gained profit.

(14)

iv

Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota.

Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang

terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan

untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil

menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu

maupun kuantitas.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok

Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen

Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap

keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha

KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi

pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei

lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan,

serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer.

Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi

terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah

metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok.

Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan

produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari

kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi.

KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah

melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan

dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum

mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari

pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga

kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang

(15)

v

kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah

melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ.

Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja

kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain,

artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis

pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya.

Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi

kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha

kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2)

(16)

vi

(Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

RINI ANDRIYANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

vii

Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

Nama Mahasiswa : Rini Andriyani

Nomor Pokok : F052054025

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua

Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota

Mengetahui,

Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah

Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(18)

viii

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI),

Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis

menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing

atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan

akhir.

2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan

perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini.

3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan

membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam

proses penyampaian materi studi.

4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan

akhir ini selesai.

5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu,

dukungan dan semangat.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan

diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Maret 2008

(19)

ix

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga

dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana

ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus

pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah,

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan

Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program

dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak

tahun 2005.

Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja

(20)

x

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Perumusan Masalah... C. Tujuan ………...………... 5 6 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil...………... ... 7

B. Kelompok...………... 13

C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro………... 15

D. Deskripsi Umum UKM Perikanan... 17

E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila...……….... 18

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu...………... 21

B. Pengumpulan Data...………... 21

C. Pengolahan dan Analisis Data... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum……..………...……... 31

B. Hal Yang Dikaji…...………... 52

C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT... 79

D. Implementasi Strategis... 82

E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh... 87

KESIMPULAN DAN SARAN 92 1. Kesimpulan ... 92

2. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97

(21)

xi

Halaman

1. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2000-2006... 2

2. Jenis-jenis usaha budidaya ikan dan kebutuhan modal... 4

3. Matriks IFE/EFE... 25

4. Matriks SWOT... 28

5. Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya... 34

6. Sebaran presentase anggota berdasarkan jenis kelamin... 42

7. Sebaran prosentase anggota berdasarkan tingkat pendidikan... 42

8. Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ... 49

9. Perhitungan uji kelayakan usaha KTIMJ... 66

10. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : A. Fatah……... 68

11. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : Rosadi ....……... 69

12. Hasil uji kelayakan usaha...…...…... 70

13. Faktor-faktor strategik internal...……... 75

14. Faktor-faktor strategik eksternal ... 76

15. Perumusan strategi usaha KTIMJ.dengan Matriks SWOT... 80

16. Analisa usaha budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung... 90

(22)

xii

1. Matriks IE... 29

2. Tambak Pembudidayaaan ikan KTIMJ... 35

3. Tempat pembenihan ikan... 45

4. Keramba jaring apung KTIMJ... 45

5. Susunan pengurus KTIMJ... 48

6. Matriks IE strategi KTIMJ... 82

(23)

xiii

Halaman

1. Laporan Keuangan KTIMJ………. 99

2. Neraca Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani……….. 101

3. Laba usaha KTIMJ dari retribusi……… 102

4. Data penjualan pakan KTIMJ... 103

5. Data hasil retribusi KTIMJ... 104

(24)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai

terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar

18.000 km dan jumlah pulau lebih dari 17.508 buah, Indonesia memiliki

sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah, baik dari jumlah

maupun spesies. Sumber daya tersebut merupakan aset nasional yang

diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pesisir.

Pada perkembangannya, sampai saat ini potensi tersebut belum mampu

meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, pembudidaya dan pengolah

ikan.

Pendekatan pembangunan sebaiknya beriorientasi pada pendekatan

pembangunan berkelanjutan, holistik dan berbasis pada masyarakat (Dahuri,

2002). Tanpa filosofi berkelanjutan, maka pembangunan tidak akan

memakmurkan kehidupan. Pengembangan investasi di sektor budidaya,

pengolahan dan pemasaran hasil perikanan diharapkan akan dapat memacu

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta

pengembangan wilayah pedesaan. Berkembangnya investasi di suatu wilayah

sangat tergantung dari potensi dan kemampuan sumber dayanya seperti

fasilitas infrastruktur, pendanaan, teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan

sistem tata niaga komoditas agribisnis/agroindustri di wilayah tersebut. Selain

itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi di

bidang budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat

diharapkan bagi pengembangan sektor perikanan berkelanjutan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pada

umumnya adalah permodalan, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak

perbankan saat ini masih penuh keraguan untuk membiayai usaha semacam

ini, dikarenakan belum adanya catatan (track record) dari setiap usaha

pembudidayaan yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti catatan

pengalaman membudidayakan ikan dan catatan keuangan, baik untuk

(25)

Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka pengembangan usaha

mikro dan kecil adalah modal atau investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi

(Iptek), serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Indonesia yang masih

relatif ketinggalan dalam penguasaan Iptek mutakhir dan juga kekurangan

modal pembiayaan pembangunan, jelas belum memiliki keunggulan

komparatif pada sektor ekonomi berbasis pada Iptek dan padat modal.

Sehubungan dengan itu, pembangunan ekonomi Indonesia harus

dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada

sumber daya alam (SDA), padat tenaga kerja dan berorientasi pada pasar

domestik.

Pada saat ini perkembangan industri perikanan darat menunjukkan

hasil yang menggembirakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa prosepek

usaha budidaya ikan dapat berkembang dengan baik. Ikan nila yang banyak

dibudidayakan di daerah Bogor mempunyai perkembangan produksi yang

baik dengan kenaikan setiap tahun 39,98% dan mempunyai prospek untuk

dikembangkan lebih jauh.

Tabel 1: Produksi perikanan budidaya (Ton)

Perkembangan Produksi (ton) Perikanana Budidaya Menurut Komoditas, 2004 - 2006

No Komoditas

Jumlah 1.468.610 2.163.674 2.625.800 24,08

(26)

Keberhasilan usaha budidaya ikan nila dipengaruhi oleh efisiensi dan

produktivitas lahan. Sedangkan produktivitas lahan sangat erat kaitannya

dengan konstruksi kolam pemeliharaan yang berpengaruh terhadap

ketersediaan ait. Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila di

Indonesia adalah ketersediaan benih di tingkat pembenihan. Permasalahannya

terletak pada mutu benih yang dihasilkan, ketepatan waktu dan ketepatan

ukuran serta pasokan benih yang berkesinambungan. Salah satu penyebabnya

adalah bahwa pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih

yang pengelolaan benihnya masih secara tradisional dan tidak terpola dengan

baik (DKP, 2004b)

Kegiatan pembudidayaan dan pengolahan ikan skala kecil dan rumah

tangga sudah dilakukan dengan baik oleh masyarakat Indonesia di beberapa

daerah. Data menunjukkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi sumber

mata pencaharian yang dapat diandalkan apabila dikelola secara profesional.

Untuk mengembangkan ke arah usaha yang lebih profesional, selalu

dihadapkan pada kendala internal maupun eksternal. Beberapa kendala yang

sering dihadapi oleh pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan adalah

lemahnya modal, akses terhadap pasar, kurangnya pendidikan dan pelatihan

serta pengetahuan yang terbatas. Dampak dari kelemahan ini adalah

pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan skala kecil dan rumah tangga

terkesan belum merupakan suatu bisnis yang menguntungkan (DKP, 2006 b).

Untuk memperkuat dan mengembangkan skala usaha mikro dan kecil

usaha perikanan, secara garis besar terdapat 3 (tiga) kebijakan dan strategi

pokok yang dapat dilaksanakan, yaitu (1) menciptakan sistem usaha yang

kondusif (condusive business climate) dan sekaligus menyediakan lingkungan

yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan usaha mikro

secara sistematis, mandiri dan berkelanjutan, (2) menciptakan sistem

penjaminan (guaranteé system) secara finansial terhadap operasionalisasi

kegiatan usaha mikro dan (3) menyediakan bantuan teknis dan pendampingan

(technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan

status usaha mikro agar layak sekaligus bankable dalam jangka panjang (DKP,

(27)

Sejak tahun 2004, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan,

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melaksanakan program

replika Skim Modal Kerja (SMK) melalui ujicoba pada 9 Kelompok

Pembudidaya Ikan hias, konsumsi dan tanaman hias air tawar di 6 kabupaten,

yaitu Belitung, Bogor, Wonosobo, Semarang, Sleman dan Gunung Kidul

(DKP, 2004 a).

Program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan

peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan diperlukan untuk

mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil

menengah berbasis pada kelompok agar kelompok dapat meningkatkan

produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman

permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan

pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a).

Modal yang dibutuhkan oleh pembudidaya ikan sangat tergantung dari

jenis usaha budidaya dan sistem pembudidayaan ikan. Dilihat dari Tabel 2,

maka dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan

usaha budidaya ikan nila, yaitu budidaya yang selama ini dijalankan oleh

kelompok tani ikan Mekar Jaya.

(28)

Sebelum terpilih sebagai kelompok yang diberikan kredit SMK oleh

DKP, setiap kelompok diharuskan mengajukan dan mengisi formulir

pengajuan pinjaman dan ringkasan proposal rencana usaha. Setelah disetujui,

maka kelompok terlebih dahulu membuka rekening atas nama kelompok

untuk menerima dana SMK dari DKP. Salah satu kelompok yang memperoleh

program SMK adalah Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) yang

berlokasi di Lido, Bogor.

Program implementasi SMK merupakan langkah strategis untuk

membina, memberdayakan, membangun dan mengembangkan potensi lokal

dalam masyarakat untuk turut serta dalam memberikan kontribusi produksi

perikanan nasional secara makro. Pendekatan kelompok dalam pelaksanaan

program ini adalah untuk meningkatkan pengawasan pada level yang paling

bawah. Penguatan permodalan dalam program SMK ini dilakukan dengan

basis kelompok. Pengelompokan atau pengorganisasian pembudidaya ikan

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pembudidaya.

Meskipun program ini telah direncanakan dan dilaksanakan di

beberapa Kabupaten dengan matang dan disertai dengan pembinaan dari pusat

dan daerah, akan tetapi dalam prakteknya upaya untuk mengangkat derajat

pembudidaya/pengolah ikan skala kecil dan rumah tangga sering dihadapi

dengan kendala yang mengakibatkan program ini tidak dapat terlaksana

dengan baik. Kendala yang dihadapi KTIMJ dalam melaksanakan program

SMK, diantaranya adalah berada pada faktor teknis seperti ekosistem lokasi

budidaya, bahan baku produksi, potensi pemasaran, potensi ikan yang akan

dibudidayakan dan potensi pembudidaya ikan lainnya. Kendala lain adalah

faktor non teknis seperti disiplin anggota untuk melakukan pencatatan usaha

masih belum optimal dan sulit mengumpulkan anggota kelompok untuk

diadakan pembinaan.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana upaya KTIMJ selama ini dalam melaksanakan usahanya

dengan program SMK dari DKP ?

(29)

3. Apakah usaha KTIMJ telah memiliki kelayakan usaha seperti yang

dipersyaratkan pada umumnya ?

4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang akan dilaksanakan oleh

pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok ?

C. Tujuan

1. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program

SMK dari DKP

2. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan

KTIMJ

3. Menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ

4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi

(30)

II. LANDASAN TEORI

A. Usaha Kecil

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan

yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang

mampu diserap oleh usaha kecil. Selain memiliki arti strategis bagi

pembangunan, usaha kecil juga merupakan upaya untuk memeratakan

hasil-hasil pembangunan. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia,

usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya di sektor pertanian lebih

dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor

perdagangan lebih dari 98% , di sektor transportasi lebih dari 99%.

Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala

Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE)

yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis

maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Industri kecil di

Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional,

karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi

melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan

pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan

devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997).

Menurut surat edaran Bank Indonesia No 26/I/UKK tanggal 29 Mei

1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK), UK adalah usaha yang memiliki total

aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

rumah yang ditempati. Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang UK, yang

dimaksud dengan UK adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. UK

yang dimaksud di sini adalah meliputi juga usaha kecil informal dan usaha

kecil tradisional. Adapun UK informal adalah berbagai usaha yang belum

terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani

penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan

(31)

menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun

temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2005).

1. Karakterisitik UK

Secara umum sektor UK memiliki ciri-ciri berikut :

a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak

mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala

pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja

usahanya

b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat

tinggi

c. Modal terbatas

d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat

terbatas

e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk

mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat

terbatas.

g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,

mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk

mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti

sistem administrasi standar dan harus transparan

Karakterisik yang dimiliki oleh UK menyiratkan adanya

kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini

menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan

pendanaan atau modal usaha.

2. Permasalahan yang Dihadapi Usaha Kecil

Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah

untuk membantu perkembangan UK melalui berbagai macam program

pengembangan atau pembinaan UK. Namun demikian, perkembangan UK

hingga saat ini berjalan sangat lamban. Sebagai contoh industri

(32)

terhadap pembentukan total nilai tambah di sektor tersebut atau Produk

Domestik Bruto (PDB) masih relatif rendah dibandingkan dengan industri

menengah dan besar. Permasalahan yang dihadapi UK disebabkan hal

berikut :

a. Managerialskill

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola

manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan

usahanya.

b. Pemasaran

Permasalahan UK pada bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu

permasalahan persaingan pasar dan produk, akses terhadap informasi

pasar dan kelembagaan pendukung usaha kecil. Permasalahan tersebut

dapat diatasi apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan

internal maupun eksternal.

c. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerjasama antar pengusaha

dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan

pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa

meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan

hubungan yang setara (sebagai mitra) bukan bentuk hubungan yang

merupakan manifestasi hubungan patron-klien.

d. SDM

Permasalahan UK yang menyangkut SDM terkait dengan struktur

organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan kemampuan

manajerial pengusaha.

e. Keuangan

Pengusaha kecil umumnya belum mampu melakukan pemisahan

manajemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini

mengakibatkan pengusaha kecil sulit melakukan

perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan

menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang

(33)

Dalam memperoleh progam SMK, kelompok pembudidaya ikan

mendapat pembinaan dan pelatihan dari DKP. Pelatihan yang dilaksanakan

berorientasi untuk pengembangan kelompok, yaitu meningkatkan

kemampuan manajerial anggota kelompok yang meliputi kewirausahaan

bagi pemula, marinepreneurship dan kecerdasan wirausaha, strategi bisnis

dan pemasaran, jaringan dan kemitraan bisnis, studi kelayakan usaha,

manajemen kelompok dan pelaporan keuangan.

3. Upaya Pengembangan UK

UU no. 9/1995 tentang UK pasal 14 merumuskan bahwa

”pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan

pengembangan UK dalam bidang : produksi dan pengolahan; pemasaran;

sumberdaya manusia (SDM); dan teknologi”

Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil,

menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada beberapa faktor, antara

lain :

a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan

ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di

Kota/Kabupaten.

b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan

daya saing.

c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik

maupun ekspor).

d. Berbasis bahan baku domestik.

e. Substitusi impor.

Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional

pengembangan UKMK adalah :

a. Tahap pertama :

1) Penumbuhan iklim usaha kondusif.

(34)

3) Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk

mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses

produksi.

4) Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling

memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.

b. Tahap kedua :

1) Dukungan penguatan.

2) Peningkatan mutu SDM UKMK.

3) Peningkatan penguasaan teknologi.

4) Peningkatan penguasaan informasi.

5) Peningkatan penguasaan modal.

6) Peningkatan penguasaan pasar.

7) Perbaikan organisasi dan manajemen.

8) Pencadangan tempat usaha.

9) Pencadangan bidang-bidang usaha.

Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan

perkembangan UK, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan,

kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran,

tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan

dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang

akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi,

khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

Pengembangan UK menurut Haryadi (1998) adalah :

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya

UK.

2. Mewujudkan UK menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki

tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan

ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi

pembangunan ekonomi nasional.

3. Mendorong UK agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan

(35)

kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan UK dalam kompetisi di

tingkat nasional maupun internasional.

Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat penting

untuk meniciptakan iklim kondusif bagi perkembangan UK, sehingga

perkembangan UK pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian

nasional.

4. Manajemen dalam usaha kecil

Manajemen merupakan seni yang dapat dipergunakan atau

diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun, karena dalam setiap

kegiatan akan terdapat unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

(Hubeis, 2007). Atas dasar hal tersebut, maka praktek-praktek manajemen

dapat dilakukan di berbagai bidang ataupun fungsi yang ada dalam suatu

usaha. Fungsi manajemen dalam industri kecil sama dengan ilustrasi pada

umumnya, yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan(Planning) adalah perhitungan dan penentuan tentang apa

yang akan dijelaskan di dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu

dari suatu organisasi atau perusahaan, dimana, bilamana, oleh siapa

dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

tersebut.

b. Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu tindakan yang dilakukan

untuk memikirkan, memperhitungkan dan menyediakan segala

sesuatunya, untuk membuka suatu kemungkinan, agar rencana yang

telah ditentukan sebelumnya dapat dilaksanakan dengan baik

c. Pelaksanaan (Actuating) adalah fungsi manajemen yang merupakan

penggabungan dari beberapa fungsi manajemen lain. Dalam praktek,

fungsi actuating dilaksanakan dalam bentuk lima subfungsi

manajemen yaitu komunikasi, kepemimpinan, pengarahan atau

penjelasan, memotivasi dan penyediaan sarana dan kemudahan.

d. Pengawasan (Controlling) adalah keseluruhan kegiatan yang

membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah

dilaksanakan dengan kriteria, standar atau rencana-rencana yang telah

(36)

Sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima M, yaitu

(a) man, (b) money, (c) material, (d) methods dan (e) market.

5. Kegagalan dan Keberhasilan UK

Menurut Griffin dan Ebert (2006) berdasarkan survei terhadap UK

di Amerika, 63% dari bisnis baru tidak akan merayakan ulang tahun

keenamnya. Dalam hal ini, ada 4 faktor umum yang mempengaruhi

kegagalan UK, yaitu :

a. Manajerial yang tidak kompeten

b. Kurang memberi perhatian

c. Sistem kontrol yang lemah

d. Kurangnya modal

Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan UK meliputi 4 faktor dasar

yaitu :

a. Kerja keras, motivasi dan dedikasi

b. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan

c. Kompetensi manajerial

d. Keberuntungan.

Kenyataan yang terjadi seperti di atas sungguh merupakan hal

kontras, dimana mencapai keberhasilan memerlukan suatu usaha yang

selain secara ilmiah dapat dipelajari dan dilaksanakan, ternyata juga

memerlukan suatu dasar lain, yaitu keberuntungan, yang tidak setiap orang

dapat memperolehnya.

B. Kelompok

Suatu kelompok didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari dua orang

atau lebih individu, yang saling berinteraksi satu sama lain, sama-sama

bergabung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sofyandi dan Barni, 2007).

Schein (1979) mengatakan bahwa kelompok yang mempunyai ikatan

psikologis adalah sejumlah orang yang saling berhubungan, saling

memperhatikan dan menerima kenyataan sebagai suatu kelompok. Senada

(37)

orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi

tersebut bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu.

1. Kemandirian Kelompok

Kemandirian kelompok akan terbentuk secara baik bila kegiatan

pertemuan rutin kelompok dilakukan dengan tingkat kehadiran yang tinggi

dari anggota dan setiap permasalahan serta pencapaian tujuan efisiensi

aspek usaha yang dikembangkan dilakukan dalam suatu pengelolaan

organisasi kelompok. Kemandirian kelompok juga ditunjukkan dengan

adanya AD/RT kelompok yang akan selalu disepakati untuk tujuan

kebersamaan. Kelompok Pembudidaya ikan Mekar Jaya telah

menunjukkan kemandirian kelompok yang sangat bagus, dengan

melakukan pertemuan rutin kelompok.

2. Profil Kelompok

Profil kelompok merupakan suatu pendekatan yang baik untuk

menilai eksistensi kelompok secara nyata. Kondisi umum dan khusus dari

kelompok, aktifitas budidaya, fasilitas sarana dan prasarana, produksi yang

dihasilkan dan aspek pemasaran, serta pengelolaan keuangan kelompok

akan tergambarkan secara jelas. Profil kelompok dalam bentuk sederhana

adalah sama dengan berdirinya koperasi, yaitu adanya AD/RT kelompok

dan pengembangan dari AD/RT kelompok dapat memberikan informasi

detail dari setiap kegiatan usaha kelompok. Profil kelompok akan menjadi

kekuatan kelompok dalam mengakses pasar dan permodalan dari lembaga

keuangan formal.

3. Catatan Dalam Pembukuan Kelompok

Catatan dalam pembukuan keuangan kelompok merupakan catatan

pengelolaan keuangan yang terkait dengan aliran keuangan kelompok,

baik modal, harta, piutang dan catatan pemberian dan pengembalian dana

SMK yang dipinjamkan kepada anggota, serta catatan dalam rekening

kelompok di Bank. Catatan pembukuan keuangan kelompok akan menjadi

(38)

secara benar, sehingga akan menjadi penentu dalam upaya memperoleh

akses ke perbankan formal.

C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro

Lembaga Pembiayaan memiliki arti yang sangat strategis dalam upaya

untuk pengembangan usaha yang akan atau sedang dilakukan, terutama dalam

penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai

hilir. Lembaga pembiayaan yang ada saat ini secara umum masih belum

menyentuh pada kegiatan usaha masyarakat dengan nilai investasi rendah.

Penyaluran kredit kepada UK dianggap sebagai usaha berisiko tinggi, karena

UK tidak memiliki aset yang cukup dapat diandalkan sebagai agunan guna

memperoleh pembiayaan usahanya.

Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku UK

yang tidak memiliki aset, kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan

esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan

ekonomi lokal tidak akan memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang

dilakukan untuk memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan

skala UK adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan

pendekatan Grameen Bank.

1. GrameenBank

Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad

Yunus, seorang profesor Ekonomi dari Universitas Chittagong,

Bangladesh adalah dengan melaksanakan program kredit kepada

masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap

orang-orang miskin. Landasan pemikiran Yunus untuk memilih kredit

sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat

kemiskinan yang parah. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum

miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal

yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan masyarakat

bawah untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut (DKP,

(39)

Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh

Yunus merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan.

Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset

aksi di desa Jobra, Bangladesh antara tahun 1976 – 1979. Pada tahun 1979

dilakukan replikasi di desa Tangail dengan dukungan Bank Sentral

Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke

daerah-daerah lain di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank telah menjadi

lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. Selain pinjaman

umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi

beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman, pinjaman untuk

perusahaan umum, pinjaman untuk perumahan dasar, pinjaman kesehatan,

dan pinjaman pendidikan. Kisah sukses Grameen Bank telah menjadi

lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh.

2. Mikro Mitra Mina

Mikro Mitra Mina merupakan lembaga keuangan mikro yang

melayani aktifitas simpan pinjam berskala kecil menggunakan pendekatan

Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir, guna membiayai

kegiatan ekonomi pokok maupun tambahan dan mengembangkan

budidaya menabung, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan

mengembangkan kemandirian usaha. Skim ini mengintegrasikan simpanan

atau tabungan (wajb dan sukarela) sebagai suatu komponen yang tidak

terpisahkan dengan aktifitas pinjam. Komponen tabungan dirasakan

semakin penting dalam pengelolaan keuangan dan usaha, serta dalam

rangka pembentukan dan pemupukan modal guna meningkatkan

kemandirian usaha. Sebagai sebuah alternatif, skim ini diharapkan dapat

menghilangkan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap para pelepas

uang (informal money lenders) yang banyak beroperasi di wilayah pesisir

(40)

3. Skim Modal Kerja

Skim modal kerja DKP adalah program penyediaan kredit modal

yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya

ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan

UKM berbasis pada kelompok, agar kelompok dapat meningkatkan

produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman

permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan

pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan

(DKP, 2004 a).

D. Deskripsi Umum UKM Perikanan

UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan

UKM identik dengan membangun Indonesia karena ada sekitar 80 juta orang

Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM

sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh

80 juta lebih orang Indonesia. Untuk UK, selama tahun 2000-2003 sebesar

86% bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan

perikanan. Sementara hanya 9% pengusaha menengah yang bergerak di

lapangan usaha ini. Sisanya, pengusaha besar yang kehidupannya tergantung

jatuh bangunnya sektor usaha kecil dan menengah, sehingga UK menjadi

sasaran pembangunan nasional (Anoraga, 2005).

Kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi

kemiskinan telah terbukti di berbagai negara. Oleh karena itu, komitmen yang

sungguh-sungguh dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan UKM

harus ditindaklanjuti dengan implementasi dari civitas akademika dan dunia

bisnis. Bermacam kebijakan sedang dilakukan pemerintah untuk

memberdayakan kembali potensi ekonomi di tingkat petani dan UKM di

segala bidang. Cadangan dana disediakan dengan harapan petani dan UKM

kembali bergairah untuk meningkatkan produksi di bidang usahanya

masing-masing.

Di bidang perikanan darat, komoditas budidaya ikan nila dan udang

(41)

dengan berbagai alasan, antara lain harganya paling tinggi diantara komoditas

ikan konsumsi air tawar, pasar domestik yang masih jauh dari kejenuhan,

lahan/kolam petani ikan untuk usaha budidaya yang banyak terlantar dan satu

hal lagi yang harus digaris bawahi, Indonesia mempunyai kekayaan

keanekaragaman hayati yang bernilai untuk strain udang galah, mulai dari

peraian di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Sulawesi. Persoalannya adalah

petani dan UKM perikanan masih mempunyai kendala di bidang teknis

budidaya dan manajemen usaha yang perlu mendapat perhatian lembaga

penelitian dan pengembangan (litbang) dan dinas terkait. Komunikasi lintas

sektoral dirasakan sangat perlu untuk menjembatani permasalahan yang ada di

petani dan UKM dengan menyajikan hasil penelitian yang mampu

menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya, bila kesuksesan di tingkat

produksi tercapai, asosiasi petani udang galah tingkat nasional sangat

dibutuhkan untuk menggalang jaringan kerja para petani, sehingga

kelanggengan usaha yang menguntungkan dapat tercapai (DKP, 2006a).

E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila

Merebaknya kasus pembalakan liar kayu - kayu di hutan menyisakan

bencana alam dan pengangguran akibat berkurangnya kesempatan kerja.

Begitu pula dengan industri pertambangan yang telah habis sumbernya maka

akan menambah pula angka pengangguran. Dari pembicaraan dengan berbagai

pihak di wilayah yang mempunyai potensi perairan umum cukup besar seperti

Kalimantan dan Sumatera, budidaya perikanan diharapkan dapat menjadi

katup penyelamat. Budidaya ikan relatif cepat menghasilkan, teknologinya

mudah dikuasai dan pasar dalam negeri masih terbuka luas. Namun demikian

untuk mewujudkan gagasan tersebut perlu dukungan yang simultan dari

berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat cepat dirasakan

Dalam laporan terbarunya The State of World Aquaculture 2006,

(FAO, 2006) menyatakan bahwa 45,5 juta ton (43%) ikan yang dikonsumsi

berasal dari budidaya. Angka tersebut telah menunjukkan lompatan yang luar

biasa dibandingkan dengan kondisi tahun 1980 yang hanya 9%. Produksi

(42)

umum adalah sekitar 95 juta ton per tahun, dimana 60 % dikonsumsi manusia

(FAO, 2006).

Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi,

tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan

akan begitu seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagaimana tingkat

konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari

hasil budidaya.

Seperti dikatakan di atas, permintaan terhadap ikan akan terus naik

sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan. Meskipun saat ini

sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan

telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya.

Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan kontribusi

yang cukup tinggi pada sektor perikanan, namun di sisi lain FAO pada tahun

2002 menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap dunia cenderung

mengalami penurunan akibat eksploitasi dan menurunnya sumber daya ikan di

laut. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tingkat konsumsi seperti saat ini di

tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Akuakultur

mempunyai kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dan salah satu

pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui

budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan baik

(Warta Budidaya, 2005).

Budidaya ikan dapat mengisi kesenjangan permintaan dengan

pasokan. Tetapi di sisi lain juga terdapat beberapa kekuatan yang mungkin

dapat membelokkan produksi ke arah yang sebaliknya sehingga tidak

memungkinkan industri budidaya tumbuh secara besar-besaran untuk

memenuhi besarnya permintaan di masa mendatang. Salah satu kendalanya

adalah kurangnya investasi modal di kalangan pembudidaya dan terbatasnya

lahan, serta ketersediaan air bersih yang digunakan dalam usaha budidaya.

Meningkatnya biaya energi, dampak lingkungan dan sederet pertanyaan lain

yang terkait dengan keamanan produk memerlukan perhatian seksama. Tanpa

(43)

maka rasanya akan sulit untuk dapat memenuhi secara kontinu permintaan

ikan pada 25 tahun mendatang (Deptan, 1999).

Perikanan Budidaya merupakan bagian dari sektor kelautan dan

perikanan mempunyai arti penting dalam memberikan kontribusinya.

Akuakultur juga mampu menciptakan peluang usaha dan penyerapan tenaga

kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa akuakultur dapat dilakukan di setiap lapisan

masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan; mempunyai

karakteristik usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin

keuntungan yang cukup besar, mempunyai cakupan usaha yang luas, sehingga

dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan,

hatchery (pembenihan), industri jaring, industri pengolahan, cold storage,

pabrik es, dan sebagainya); dapat mengatasi kemiskinan penduduk;

tersedianya teknologi terapan dan merupakan sumber protein yang dapat

memacu peningkatan gizi masyarakat guna pemenuhan protein hewani dalam

rangka ketahanan pangan nasional (DKP, 2006a).

Untuk pengembangan akuakultur ke depan, dapat dilakukan melalui

program peningkatan produksi ikan untuk ekspor dan kebutuhan domestik,

dengan kegiatan pokok intesifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan

rehabilitasi. Sedangkan pemanfaatan potensi akuakultur bagi pengembangan

ekonomi nasional, kebijakan yang akan ditempuh adalah melalui

pengembangan kawasan budidaya dan komoditas unggulan. Dengan tujuan

untuk mendorong penerapan manajemen hamparan dalam mencapai skala

ekonomi, mencegah penyebaran penyakit dan memperoleh efisiensi dalam

penggunaan air, melalui azas kebersamaan ekonomi antar pembudidaya.

Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di

kolam, karamba, keramba jaring apung, maupun sawah, selain mampu

memenuhi kebutuhan lokal. Nila merupakan komoditas ekspor yang semakin

hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini

menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah

berupaya dengan mengembangkan Program intensifikasi budidaya (INBUD)

Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan Nila, sertifikasi

(44)

III. METODE KAJIAN

A. Lokasi dan waktu 1. Lokasi kajian

Lokasi kajian ini dilaksanakan di Kelompok petani ikan di Desa Wates

Jaya Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor sebagai penerima Progam

Skim Modal Kerja.

2. Waktu

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu

bulan Agustus hingga Oktober 2007.

B. Pengumpulan data

1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara

dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bogor dan bagian pemasar ikan. Kuesioner untuk wawancara

dapat dilihat pada Lampiran 6. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada

setiap anggota yang berjumlah 20 orang, namun terdapat 9 anggota yang

tidak aktif, sehingga jumlah contoh yang diteliti berjumlah 11 responden,

yang dianggap sebagai pakar praktisi.

2. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan

laporan instansi terkait.

C. Pengolahan dan Analisis data

Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data adalah :

1. Metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi profil

kelompok, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pakan

ikan, pembenihan dan pendederan ikan nila. Data lain yang dibutuhkan

adalah permintaan pasar dan kelompok usaha pesaing di bidang

pembudidayaan ikan nila. Analisis data yang digunakan dalam kajian ini

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer data,

(45)

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek manajemen, aspek

teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Aspek analisis kuantitatif

digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan usaha dengan menggunakan

metode analisis kelayakan investasi, disamping analisa tekno-ekonomi

seperti nilai investasi, anggaran yang direncanakan, arus kas, nilai

penjualan, rugi/laba dan Return on Investment (ROI), serta Analisis

kegiatan usaha dengan berbagai kriteria (Giatman, 2006) yaitu :

a. Laba usaha. Yang diperhitungkan adalah keuntungan kotor yang

diperoleh untuk kegiatan budidaya selama 1 periode tanam, yaitu

selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya tidak tetap dan

biaya tetap). Sedangkan keuntungan bersih adalah keuntungan setelah

dikurangi bunga pinjaman 15% efektif

b. Kelayakan usaha (B/C) Ratio

Kelayakan usaha yang ditentukan oleh perbandingan antara

pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila

nilai B/C ratio< 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan.

c. Titik impas usaha (BEP)

Titik impas usaha (Break Event Point atau BEP) terbagi 2 jenis

analisis, yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan

antara total biaya dengan harga satuan produk sebagai perhitungan titik

impas usaha dicapai pada jumlah produksi ekor ikan tertentu dan (2)

Titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total

biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha

yang dapat dicapai pada harga produk tertentu per kg ikan. Laba = Pendapatan – total biaya

Kelayakan usaha = Pendapatan

(46)

d. Pengembalian modal

Modal yang dikeluarkan sebagai modal biaya untuk usaha akan

kembali dalam waktu berapa kali periode panen yang merupakan

perbandingan antara total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dengan

laba bersih.

e. Efisiensi Modal

Keuntungan yang diperoleh dalam usaha dapat mencapai presentase

tertentu dari total biaya yang dikeluarkan merupakan perbandingan

antara laba bersih dengan total biaya (biaya tetap dan tidak tetap)

dikalikan 100%.

f. Daya laba (ROI)

Perhitungan jangka waktu pengembalian investasi yang dapat

dikembalikan berdasarkan laba yang diperoleh. BEP Produksi = Total biaya

Harga satuan produk

BEP harga Produksi = Total biaya

Total produksi

Pengembalian Modal = Total biaya

Laba bersih

Efisiensi modal = Laba bersih X 100 %

Total biaya

Daya laba = Laba bersih x 100 %

(47)

2. Metode analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis kuantitatif kelayakan usaha, Matriks External

Factor Evaluation (EFE), Internal Factor Evaluation (IFE) dan Analisis

Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT).

1) Analisis Titik Impas dan Profit Margin

Satuan yang digunakan dalam perhitungan impas (Break Event point)

dinyatakan dalam satuan rupiah penjualan, dengan menggunakan

rumus :

Biaya Tetap BEP =

Harga Satuan – Biaya Variabel

Analisis imbangan penerimaan dan biaya dinamakan R/C rasio, yang

secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Total Penerimaan

R/C ratio =

Total pengeluaran

Keterangan:

R = Revenue (penerimaan)

C = Cost (Biaya)

Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan R/C rasio,

meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (nilai input

keluarga yang dipakai dalam usaha). Rasio R/C menunjukkan besarnya

penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam usaha

kelompok petani ikan, semakin tinggi nilai R/C, maka semakin

menguntungkan usaha tersebut.

2) Matriks EFE dan IFE

Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas

dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi,

(48)

dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas

dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi

perusahaan (David, 1995).

David (1995) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk

menyusun matrik EFE dan IFE (Tabel 2), yaitu :

(1) Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang,

ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap

Kelompok Petani Ikan Mekar Jaya.

(2) Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan

kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0

(tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

(3) Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan

strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating

tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4

(superior).

(4) Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk

setiap pembagi.

(5) Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor

organisasi.

(6) Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor

4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman

yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0

menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan

mengatasi ancaman yang ada.

Tabel 3. Matriks IFE/EFE

(49)

b. Matriks EFE

3) Matriks Internal dan Eksternal (IE)

Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi

yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan

pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE

dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal

lemah, 2,0 – 2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3,0 – 4,0

menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat

pada Gambar 1.

Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai

implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah :

(1) Daerah 1 meliputi sel I, II atau IV termasuk dalam daerah grow

and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi

intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau

pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi

horizontal dan integrasi vertikal.

(2) Daerah II meliputi sel III, V atau VII. Strategi yang paling sesuai

adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam

strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

(3) Daerah III, meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest dan

Gambar

Tabel 2   Jenis-jenis usaha budidaya ikan air tawar dan kebutuhan modalnya            untuk periode 1 tahun
Tabel 3.  Matriks IFE/EFE
Tabel 5.  Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya
Gambar 2.  Tambak pembudidayaan ikan KTIMJ
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS OPTMALISASI FAKTOR PRODUKSI USAHA BUDIDAYA IKAN NILA GIFT (Oreochronzis sp) DI TAMBAK &#34;TIGA DELAPAN WINDU TANI&#34;, DESA GEBANG MEKAR, KECAMATAN GEBANG, KABUPATEN

The purpose of this study is to determine how the Bussiness Farming Group Mekar Tani Jaya Cibodas Village District of Lembang, West Bandung utilize media that

Usaha pembenihan Ikan Nila di Kelompok Tani Buni Sari dilakukan oleh 14 petani responden dengan karakteristik yang beragam, salah satunya adalah hasil produksi benih dalam ukuran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani bawang merah di kelompok tani Mertha Jaya dan Mekar Sari di desa Songan B

Jenis usaha kelompok tani “Makin Makmur” adalah budidaya perikanan. Komoditas yang diusahakan adalah ikan bandeng. Sistem budidaya yang diterapkan adalah sistem

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Studi Kelayakan Usaha Tungku Sekam Di Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa