• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINI ANDRIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :

”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008

Rini Andriyani F052054025

iii

RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member.

The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare.

The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group.

The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment.

As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the break-even point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the break-even point, and gained profit.

The internal factor of 2.783, and the external matrix of 2.432 put the group performance in the Hold and Maintain position (quadrant V). Based on the SWOT matrix, some alternative strategies can be implemented by integrating internal and external environment, which are 1) managerial skills, 2) marketing, 3) partnership, and 4) finance.

iv

Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota.

Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi.

KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang diberikan.

v

kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ.

Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain, artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya.

Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2) pemasaran, (3) kemitraan, (4) dan keuangan.

vi

(Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

RINI ANDRIYANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

vii

Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

Nama Mahasiswa : Rini Andriyani

Nomor Pokok : F052054025

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua

Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota

Mengetahui,

Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah

Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

viii

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing

atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir.

2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini.

3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi.

4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan akhir ini selesai.

5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Maret 2008

ix

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak tahun 2005.

Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja sebagai PNS di DKP.

x

Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Perumusan Masalah... C. Tujuan ………...………...

5 6 II. LANDASAN TEORI

A. Usaha Kecil...………... ... 7

B. Kelompok...………... 13 C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro………... 15 D. Deskripsi Umum UKM Perikanan... 17 E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila...……….... 18 III. METODE KAJIAN

A. Lokasi dan Waktu...………... 21 B. Pengumpulan Data...………... 21 C. Pengolahan dan Analisis Data... 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum……..………...……... 31

B. Hal Yang Dikaji…...………... 52 C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT... 79 D. Implementasi Strategis... 82 E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh... 87

KESIMPULAN DAN SARAN 92

1. Kesimpulan ... 92 2. Saran... 96 DAFTAR PUSTAKA... 97 LAMPIRAN... 99

xi

Halaman 1. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2000-2006... 2 2. Jenis-jenis usaha budidaya ikan dan kebutuhan modal... 4 3. Matriks IFE/EFE... 25 4. Matriks SWOT... 28 5. Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya... 34 6. Sebaran presentase anggota berdasarkan jenis kelamin... 42 7. Sebaran prosentase anggota berdasarkan tingkat pendidikan... 42 8. Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ... 49 9. Perhitungan uji kelayakan usaha KTIMJ... 66 10. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : A. Fatah……... 68 11. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : Rosadi ....……... 69 12. Hasil uji kelayakan usaha...…...…... 70 13. Faktor-faktor strategik internal...……... 75 14. Faktor-faktor strategik eksternal ... 76 15. Perumusan strategi usaha KTIMJ.dengan Matriks SWOT... 80 16. Analisa usaha budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung... 90

xii

1. Matriks IE... 29 2. Tambak Pembudidayaaan ikan KTIMJ... 35 3. Tempat pembenihan ikan... 45 4. Keramba jaring apung KTIMJ... 45 5. Susunan pengurus KTIMJ... 48 6. Matriks IE strategi KTIMJ... 82

xiii

Halaman

1. Laporan Keuangan KTIMJ………. 99

2. Neraca Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani……….. 101

3. Laba usaha KTIMJ dari retribusi……… 102

4. Data penjualan pakan KTIMJ... 103 5. Data hasil retribusi KTIMJ... 104 6. Kuesioner... 105

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau lebih dari 17.508 buah, Indonesia memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah, baik dari jumlah maupun spesies. Sumber daya tersebut merupakan aset nasional yang diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Pada perkembangannya, sampai saat ini potensi tersebut belum mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, pembudidaya dan pengolah ikan.

Pendekatan pembangunan sebaiknya beriorientasi pada pendekatan pembangunan berkelanjutan, holistik dan berbasis pada masyarakat (Dahuri, 2002). Tanpa filosofi berkelanjutan, maka pembangunan tidak akan memakmurkan kehidupan. Pengembangan investasi di sektor budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan diharapkan akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta pengembangan wilayah pedesaan. Berkembangnya investasi di suatu wilayah sangat tergantung dari potensi dan kemampuan sumber dayanya seperti fasilitas infrastruktur, pendanaan, teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan sistem tata niaga komoditas agribisnis/agroindustri di wilayah tersebut. Selain itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi di bidang budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat diharapkan bagi pengembangan sektor perikanan berkelanjutan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pada umumnya adalah permodalan, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak perbankan saat ini masih penuh keraguan untuk membiayai usaha semacam ini, dikarenakan belum adanya catatan (track record) dari setiap usaha pembudidayaan yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti catatan pengalaman membudidayakan ikan dan catatan keuangan, baik untuk penjualan, tabungan ataupun pembuatan rencana usaha.

Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil adalah modal atau investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Indonesia yang masih relatif ketinggalan dalam penguasaan Iptek mutakhir dan juga kekurangan modal pembiayaan pembangunan, jelas belum memiliki keunggulan komparatif pada sektor ekonomi berbasis pada Iptek dan padat modal.

Sehubungan dengan itu, pembangunan ekonomi Indonesia harus

dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), padat tenaga kerja dan berorientasi pada pasar domestik.

Pada saat ini perkembangan industri perikanan darat menunjukkan hasil yang menggembirakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa prosepek usaha budidaya ikan dapat berkembang dengan baik. Ikan nila yang banyak dibudidayakan di daerah Bogor mempunyai perkembangan produksi yang baik dengan kenaikan setiap tahun 39,98% dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih jauh.

Tabel 1: Produksi perikanan budidaya (Ton)

Perkembangan Produksi (ton) Perikanana Budidaya Menurut Komoditas, 2004 - 2006 No Komoditas 2004 2005 2006 Kenaikan / th (%) 1. Udang 238.843 281.049 327.260 19,67 2. Rumput Laut 410.570 910.636 1.079.850 55,34 3. Nila 97.829 151.363 227.000 39,98 4. Kerapu 6.552 6.338 8.430 7,00 5. Bandeng 241.438 254.067 269.530 4,94 6. Patin 23.962 32.575 50.000 50,15 7. Lele 51.027 69.386 94.160 26,94 8. Gurame 23.758 25.442 35.70 22,40 9. Mas 186.868 216.924 285.250 10,66 10. Lainnya 167.974 215.894 248.750 24,08 Jumlah 1.468.610 2.163.674 2.625.800 24,08 Sumber : DKP 2006a.

Keberhasilan usaha budidaya ikan nila dipengaruhi oleh efisiensi dan produktivitas lahan. Sedangkan produktivitas lahan sangat erat kaitannya dengan konstruksi kolam pemeliharaan yang berpengaruh terhadap ketersediaan ait. Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia adalah ketersediaan benih di tingkat pembenihan. Permasalahannya terletak pada mutu benih yang dihasilkan, ketepatan waktu dan ketepatan ukuran serta pasokan benih yang berkesinambungan. Salah satu penyebabnya adalah bahwa pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih yang pengelolaan benihnya masih secara tradisional dan tidak terpola dengan baik (DKP, 2004b)

Kegiatan pembudidayaan dan pengolahan ikan skala kecil dan rumah tangga sudah dilakukan dengan baik oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah. Data menunjukkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi sumber mata pencaharian yang dapat diandalkan apabila dikelola secara profesional. Untuk mengembangkan ke arah usaha yang lebih profesional, selalu dihadapkan pada kendala internal maupun eksternal. Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan adalah lemahnya modal, akses terhadap pasar, kurangnya pendidikan dan pelatihan serta pengetahuan yang terbatas. Dampak dari kelemahan ini adalah pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan skala kecil dan rumah tangga terkesan belum merupakan suatu bisnis yang menguntungkan (DKP, 2006 b). Untuk memperkuat dan mengembangkan skala usaha mikro dan kecil usaha perikanan, secara garis besar terdapat 3 (tiga) kebijakan dan strategi pokok yang dapat dilaksanakan, yaitu (1) menciptakan sistem usaha yang kondusif (condusive business climate) dan sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan usaha mikro secara sistematis, mandiri dan berkelanjutan, (2) menciptakan sistem penjaminan (guaranteé system) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha mikro dan (3) menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan status usaha mikro agar layak sekaligus bankable dalam jangka panjang (DKP, 2006 b).

Sejak tahun 2004, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melaksanakan program replika Skim Modal Kerja (SMK) melalui ujicoba pada 9 Kelompok Pembudidaya Ikan hias, konsumsi dan tanaman hias air tawar di 6 kabupaten, yaitu Belitung, Bogor, Wonosobo, Semarang, Sleman dan Gunung Kidul (DKP, 2004 a).

Program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan diperlukan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah berbasis pada kelompok agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a).

Modal yang dibutuhkan oleh pembudidaya ikan sangat tergantung dari jenis usaha budidaya dan sistem pembudidayaan ikan. Dilihat dari Tabel 2, maka dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan usaha budidaya ikan nila, yaitu budidaya yang selama ini dijalankan oleh kelompok tani ikan Mekar Jaya.

Tabel 2 Jenis-jenis usaha budidaya ikan air tawar dan kebutuhan modalnya untuk periode 1 tahun

Kebutuhan Modal (Rp.1.000) No Jenis Usaha Skala Produksi (Kg/satuan waktu) Investasi (1 tahun) Modal Kerja (1tahun) Propinsi

1. Usaha Budidaya Ikan Mas Sistem Kolam Air Deras

10.800 Kg 3.600,00 76.200,00 Jawa Barat 2. Usaha Budidaya Ikan

Nila

20.000 Kg 23.950,00 85.760,00 NTT 3 Usaha Budidaya Ikan

Mas dalam Keramba Jaring Apung

50.400 Kg 13.300,20 114.682,50 Jawa Barat 4. Usaha Budidaya Ikan

Nila dalam Keramba Jaring Apung

6.400 Kg 7.906,00 114.375,00 Jawa Barat

Sebelum terpilih sebagai kelompok yang diberikan kredit SMK oleh DKP, setiap kelompok diharuskan mengajukan dan mengisi formulir pengajuan pinjaman dan ringkasan proposal rencana usaha. Setelah disetujui, maka kelompok terlebih dahulu membuka rekening atas nama kelompok untuk menerima dana SMK dari DKP. Salah satu kelompok yang memperoleh program SMK adalah Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) yang berlokasi di Lido, Bogor.

Program implementasi SMK merupakan langkah strategis untuk membina, memberdayakan, membangun dan mengembangkan potensi lokal dalam masyarakat untuk turut serta dalam memberikan kontribusi produksi perikanan nasional secara makro. Pendekatan kelompok dalam pelaksanaan program ini adalah untuk meningkatkan pengawasan pada level yang paling bawah. Penguatan permodalan dalam program SMK ini dilakukan dengan basis kelompok. Pengelompokan atau pengorganisasian pembudidaya ikan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pembudidaya.

Meskipun program ini telah direncanakan dan dilaksanakan di beberapa Kabupaten dengan matang dan disertai dengan pembinaan dari pusat dan daerah, akan tetapi dalam prakteknya upaya untuk mengangkat derajat pembudidaya/pengolah ikan skala kecil dan rumah tangga sering dihadapi dengan kendala yang mengakibatkan program ini tidak dapat terlaksana dengan baik. Kendala yang dihadapi KTIMJ dalam melaksanakan program SMK, diantaranya adalah berada pada faktor teknis seperti ekosistem lokasi budidaya, bahan baku produksi, potensi pemasaran, potensi ikan yang akan dibudidayakan dan potensi pembudidaya ikan lainnya. Kendala lain adalah faktor non teknis seperti disiplin anggota untuk melakukan pencatatan usaha masih belum optimal dan sulit mengumpulkan anggota kelompok untuk diadakan pembinaan.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana upaya KTIMJ selama ini dalam melaksanakan usahanya dengan program SMK dari DKP ?

3. Apakah usaha KTIMJ telah memiliki kelayakan usaha seperti yang dipersyaratkan pada umumnya ?

4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang akan dilaksanakan oleh pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok ?

C. Tujuan

1. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program SMK dari DKP

2. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ

3. Menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ

4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

II. LANDASAN TEORI

A. Usaha Kecil

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, usaha kecil juga merupakan upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya di sektor pertanian lebih dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor perdagangan lebih dari 98% , di sektor transportasi lebih dari 99%.

Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997).

Menurut surat edaran Bank Indonesia No 26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK), UK adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang UK, yang dimaksud dengan UK adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. UK yang dimaksud di sini adalah meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun UK informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan pedagang kaki lima. Sedangkan UK tradisional adalah usaha yang

menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2005).

1. Karakterisitik UK

Secara umum sektor UK memiliki ciri-ciri berikut :

a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya

b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi

c. Modal terbatas

d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas

e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat terbatas.

g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah, mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan

Karakterisik yang dimiliki oleh UK menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan pendanaan atau modal usaha.

2. Permasalahan yang Dihadapi Usaha Kecil

Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu perkembangan UK melalui berbagai macam program pengembangan atau pembinaan UK. Namun demikian, perkembangan UK hingga saat ini berjalan sangat lamban. Sebagai contoh industri