• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN MELALUI PROGRAM REPLIKA SKIM MODAL KERJA"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

RINI ANDRIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

(2)

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul :

”Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Pembudidaya Ikan Melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008

Rini Andriyani F052054025

(3)

iii

RINI ANDRIYANI. The Feasibility and Strategy Development of the Aquaculture Group through the Replica of the Working Capital Scheme. (A case study at Mekar Jaya Aquaculture Group at Lido, Bogor). Supervised by H. Musa Hubeis as Committee Chairman, and H. Aris Munandar as member.

The working capital scheme is a program which provides integrated capital to enhance management capacity through assistance and training to lift the potential of aquaculture of household and small medium scale industries, to increase product quality and quantity and farmers’ welfare.

The objectives of this study are 1) to identify the implementation of Mekar Jaya aquaculture as the working capital receivers, 2) to identify the realization of the working capital scheme, 3) to analyze the feasibility especially the benefit of Mekar Jaya aquaculture, and 4) to arrange the right strategy of the business development applied to aquaculture, both individual and group.

The descriptive method was used to analyze and interpret the group profile, market prospective, and group finance related to fish woof. The qualitative analysis was used to describe the management, technical and production aspects as well as marketing. The quantitative analysis was used to study the feasibility of investment.

As a receiver of the working capital scheme, Mekar Jaya aquaculture has implemented it well. The analysis of the feasibility of investment showed that the break-even point of Mekar Jaya group was 423 kg of fish per month, or Rp3.172.500, while the actual sale was 1.352 kg or Rp10.140.000. This shows that the group has passed the break-even point, and gained profit.

The internal factor of 2.783, and the external matrix of 2.432 put the group performance in the Hold and Maintain position (quadrant V). Based on the SWOT matrix, some alternative strategies can be implemented by integrating internal and external environment, which are 1) managerial skills, 2) marketing, 3) partnership, and 4) finance.

(4)

iv

Pembudidaya Ikan melalui Program Replika Skim Modal Kerja (Studi Kasus Kelompok Pembudidaya Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan H. Aris Munandar sebagai anggota.

Skim Modal Kerja (SMK) merupakan program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen melalui pendampingan dan pelatihan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM) berbasis pada kelompok agar dalam meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP); (2) mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan KTIMJ; (3) menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ (4) menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam bagian ini adalah metode survei lapangan, wawancara dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta DKP dengan metode purposive sampling untuk mengumpulkan data primer. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan adalah metode deskriptif tentang profil kelompok, prospek pasar dan keuangan kelompok. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mempelajari kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi.

KTIMJ sebagai penerima SMK telah menerima modal SMK dari DKP dan telah melaksanakannya dengan baik sehingga mengakibatkan kelompok mempunyai kemajuan dalam mengelola kelompok menjadi lebih baik. Penggunaan modal usaha masih belum mencapai sasaran usaha dengan tepat akibat kurangnya pengawasan yang diberikan dari pihak KTIMJ pada pengelolaan modal pinjaman dan pelaksanaan produksinya, sehingga kelompok pembudidaya ikan kurang berhati-hati dalam menggunakan pinjaman dana yang diberikan.

(5)

v

kelompok adalah 1.352 atau Rp. 10.140.000. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok telah melewati batas penjualan impas dan penjualan telah memberikan laba pada KTIMJ.

Nilai faktor internal 2,783 dan nilai matriks eksternal 2,432 memposisikan kinerja kelompok ini pada kuadran V menunjukkan strategi pada posisi Hold and Maintain, artinya KTIMJ menggunakan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis pelaksanaan usaha yang saat ini sudah dilakukannya.

Berdasarkan matriks SWOT dapat disusun beberapa alternatif strategi bagi kelompok dengan menggabungkan lingkungan internal dan lingkungan eksternal usaha kelompok. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek (1) manajerial skill, (2) pemasaran, (3) kemitraan, (4) dan keuangan.

(6)

vi

(Studi Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

RINI ANDRIYANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

(7)

vii

Kerja (Study Kasus Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya di Lido, Bogor)

Nama Mahasiswa : Rini Andriyani

Nomor Pokok : F052054025

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, DipL.Ing, DEA Ketua

Dr.Ir. Aris Munandar, MS Anggota

Mengetahui,

Plh. Ketua Program Studi Industri Kecil dan Menengah

Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(8)

viii

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan akhir yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing,DEA selaku ketua Komisi Pembimbing

atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir.

2. Dr. Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini.

3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan

membuka cakrawala serta wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi.

4. Suami dan anak tercinta atas dukungannya selama kuliah sampai penyusunan laporan

akhir ini selesai.

5. Ayahanda dan Ibunda dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a restu,

dukungan dan semangat.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Maret 2008

(9)

ix

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Desember 1967 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari ayah Boerlian Lihan dan ibu Aminah. Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Krisnadwipayana Jakarta, lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2006 diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Berbekal ijasah S1, penulis diterima bekerja di instansi pemerintah yaitu di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2001 penulis diberi amanah sebagai Kasubag Kerjasama Program dan pada saat ini penulis dipercaya sebagai Kasubag Keuangan yang telah dijabat sejak tahun 2005.

Menikah pada September 1997 dengan Isqak Edi Pramono yang sama-sama bekerja sebagai PNS di DKP.

(10)

x

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Perumusan Masalah... C. Tujuan ………...………... 5 6 II. LANDASAN TEORI A. Usaha Kecil...………... ... 7

B. Kelompok...………... 13

C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro………... 15

D. Deskripsi Umum UKM Perikanan... 17

E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila...……….... 18

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu...………... 21

B. Pengumpulan Data...………... 21

C. Pengolahan dan Analisis Data... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum……..………...……... 31

B. Hal Yang Dikaji…...………... 52

C. Perumusan Strategis Menggunakan Analisis SWOT... 79

D. Implementasi Strategis... 82

E. Program SMK dengan Model Bisnis Penuh... 87

KESIMPULAN DAN SARAN 92 1. Kesimpulan ... 92

2. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA... 97

(11)

xi

Halaman

1. Produksi perikanan budidaya pada tahun 2000-2006... 2

2. Jenis-jenis usaha budidaya ikan dan kebutuhan modal... 4

3. Matriks IFE/EFE... 25

4. Matriks SWOT... 28

5. Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya... 34

6. Sebaran presentase anggota berdasarkan jenis kelamin... 42

7. Sebaran prosentase anggota berdasarkan tingkat pendidikan... 42

8. Indikator dampak SMK terhadap keberhasilan KTIMJ... 49

9. Perhitungan uji kelayakan usaha KTIMJ... 66

10. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : A. Fatah……... 68

11. Cashflow anggota kelompok KTIMJ : Rosadi ....……... 69

12. Hasil uji kelayakan usaha...…...…... 70

13. Faktor-faktor strategik internal...……... 75

14. Faktor-faktor strategik eksternal ... 76

15. Perumusan strategi usaha KTIMJ.dengan Matriks SWOT... 80

16. Analisa usaha budidaya ikan nila dalam keramba jaring apung... 90

(12)

xii

1. Matriks IE... 29

2. Tambak Pembudidayaaan ikan KTIMJ... 35

3. Tempat pembenihan ikan... 45

4. Keramba jaring apung KTIMJ... 45

5. Susunan pengurus KTIMJ... 48

6. Matriks IE strategi KTIMJ... 82

(13)

xiii

Halaman

1. Laporan Keuangan KTIMJ………. 99

2. Neraca Keuangan KTI Ngesti Ajuning Tani……….. 101

3. Laba usaha KTIMJ dari retribusi……… 102

4. Data penjualan pakan KTIMJ... 103

5. Data hasil retribusi KTIMJ... 104

(14)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dengan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Dengan panjang garis pantai sekitar 18.000 km dan jumlah pulau lebih dari 17.508 buah, Indonesia memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat berlimpah, baik dari jumlah maupun spesies. Sumber daya tersebut merupakan aset nasional yang diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pesisir. Pada perkembangannya, sampai saat ini potensi tersebut belum mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, pembudidaya dan pengolah ikan.

Pendekatan pembangunan sebaiknya beriorientasi pada pendekatan pembangunan berkelanjutan, holistik dan berbasis pada masyarakat (Dahuri, 2002). Tanpa filosofi berkelanjutan, maka pembangunan tidak akan memakmurkan kehidupan. Pengembangan investasi di sektor budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan diharapkan akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, serta pengembangan wilayah pedesaan. Berkembangnya investasi di suatu wilayah sangat tergantung dari potensi dan kemampuan sumber dayanya seperti fasilitas infrastruktur, pendanaan, teknologi, sumber daya manusia (SDM) dan sistem tata niaga komoditas agribisnis/agroindustri di wilayah tersebut. Selain itu, penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi di bidang budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat diharapkan bagi pengembangan sektor perikanan berkelanjutan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usaha pada umumnya adalah permodalan, baik untuk investasi maupun modal kerja. Pihak perbankan saat ini masih penuh keraguan untuk membiayai usaha semacam ini, dikarenakan belum adanya catatan (track record) dari setiap usaha pembudidayaan yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti catatan pengalaman membudidayakan ikan dan catatan keuangan, baik untuk penjualan, tabungan ataupun pembuatan rencana usaha.

(15)

Tantangan utama yang dihadapi dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil adalah modal atau investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Indonesia yang masih relatif ketinggalan dalam penguasaan Iptek mutakhir dan juga kekurangan modal pembiayaan pembangunan, jelas belum memiliki keunggulan komparatif pada sektor ekonomi berbasis pada Iptek dan padat modal.

Sehubungan dengan itu, pembangunan ekonomi Indonesia harus

dititikberatkan pada pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam (SDA), padat tenaga kerja dan berorientasi pada pasar domestik.

Pada saat ini perkembangan industri perikanan darat menunjukkan hasil yang menggembirakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa prosepek usaha budidaya ikan dapat berkembang dengan baik. Ikan nila yang banyak dibudidayakan di daerah Bogor mempunyai perkembangan produksi yang baik dengan kenaikan setiap tahun 39,98% dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih jauh.

Tabel 1: Produksi perikanan budidaya (Ton)

Perkembangan Produksi (ton) Perikanana Budidaya Menurut Komoditas, 2004 - 2006 No Komoditas 2004 2005 2006 Kenaikan / th (%) 1. Udang 238.843 281.049 327.260 19,67 2. Rumput Laut 410.570 910.636 1.079.850 55,34 3. Nila 97.829 151.363 227.000 39,98 4. Kerapu 6.552 6.338 8.430 7,00 5. Bandeng 241.438 254.067 269.530 4,94 6. Patin 23.962 32.575 50.000 50,15 7. Lele 51.027 69.386 94.160 26,94 8. Gurame 23.758 25.442 35.70 22,40 9. Mas 186.868 216.924 285.250 10,66 10. Lainnya 167.974 215.894 248.750 24,08 Jumlah 1.468.610 2.163.674 2.625.800 24,08 Sumber : DKP 2006a.

(16)

Keberhasilan usaha budidaya ikan nila dipengaruhi oleh efisiensi dan produktivitas lahan. Sedangkan produktivitas lahan sangat erat kaitannya dengan konstruksi kolam pemeliharaan yang berpengaruh terhadap ketersediaan ait. Kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila di Indonesia adalah ketersediaan benih di tingkat pembenihan. Permasalahannya terletak pada mutu benih yang dihasilkan, ketepatan waktu dan ketepatan ukuran serta pasokan benih yang berkesinambungan. Salah satu penyebabnya adalah bahwa pasokan benih selama ini masih dihasilkan dari petani pembenih yang pengelolaan benihnya masih secara tradisional dan tidak terpola dengan baik (DKP, 2004b)

Kegiatan pembudidayaan dan pengolahan ikan skala kecil dan rumah tangga sudah dilakukan dengan baik oleh masyarakat Indonesia di beberapa daerah. Data menunjukkan bahwa kegiatan ini berpotensi menjadi sumber mata pencaharian yang dapat diandalkan apabila dikelola secara profesional. Untuk mengembangkan ke arah usaha yang lebih profesional, selalu dihadapkan pada kendala internal maupun eksternal. Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan adalah lemahnya modal, akses terhadap pasar, kurangnya pendidikan dan pelatihan serta pengetahuan yang terbatas. Dampak dari kelemahan ini adalah pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan skala kecil dan rumah tangga

terkesan belum merupakan suatu bisnis yang menguntungkan (DKP, 2006 b).

Untuk memperkuat dan mengembangkan skala usaha mikro dan kecil usaha perikanan, secara garis besar terdapat 3 (tiga) kebijakan dan strategi pokok yang dapat dilaksanakan, yaitu (1) menciptakan sistem usaha yang kondusif (condusive business climate) dan sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan usaha mikro secara sistematis, mandiri dan berkelanjutan, (2) menciptakan sistem penjaminan (guaranteé system) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha mikro dan (3) menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan status usaha mikro agar layak sekaligus bankable dalam jangka panjang (DKP, 2006 b).

(17)

Sejak tahun 2004, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah melaksanakan program replika Skim Modal Kerja (SMK) melalui ujicoba pada 9 Kelompok Pembudidaya Ikan hias, konsumsi dan tanaman hias air tawar di 6 kabupaten, yaitu Belitung, Bogor, Wonosobo, Semarang, Sleman dan Gunung Kidul (DKP, 2004 a).

Program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan diperlukan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan usaha kecil menengah berbasis pada kelompok agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan

pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a).

Modal yang dibutuhkan oleh pembudidaya ikan sangat tergantung dari jenis usaha budidaya dan sistem pembudidayaan ikan. Dilihat dari Tabel 2, maka dibutuhkan modal yang cukup banyak untuk dapat mengembangkan usaha budidaya ikan nila, yaitu budidaya yang selama ini dijalankan oleh kelompok tani ikan Mekar Jaya.

Tabel 2 Jenis-jenis usaha budidaya ikan air tawar dan kebutuhan modalnya untuk periode 1 tahun

Kebutuhan Modal (Rp.1.000) No Jenis Usaha Skala Produksi (Kg/satuan waktu) Investasi (1 tahun) Modal Kerja (1tahun) Propinsi

1. Usaha Budidaya Ikan Mas Sistem Kolam Air Deras

10.800 Kg 3.600,00 76.200,00 Jawa Barat 2. Usaha Budidaya Ikan

Nila

20.000 Kg 23.950,00 85.760,00 NTT 3 Usaha Budidaya Ikan

Mas dalam Keramba Jaring Apung

50.400 Kg 13.300,20 114.682,50 Jawa Barat 4. Usaha Budidaya Ikan

Nila dalam Keramba Jaring Apung

6.400 Kg 7.906,00 114.375,00 Jawa Barat Sumber : DKP , 2006c.

(18)

Sebelum terpilih sebagai kelompok yang diberikan kredit SMK oleh DKP, setiap kelompok diharuskan mengajukan dan mengisi formulir pengajuan pinjaman dan ringkasan proposal rencana usaha. Setelah disetujui, maka kelompok terlebih dahulu membuka rekening atas nama kelompok untuk menerima dana SMK dari DKP. Salah satu kelompok yang memperoleh program SMK adalah Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) yang berlokasi di Lido, Bogor.

Program implementasi SMK merupakan langkah strategis untuk membina, memberdayakan, membangun dan mengembangkan potensi lokal dalam masyarakat untuk turut serta dalam memberikan kontribusi produksi perikanan nasional secara makro. Pendekatan kelompok dalam pelaksanaan program ini adalah untuk meningkatkan pengawasan pada level yang paling bawah. Penguatan permodalan dalam program SMK ini dilakukan dengan basis kelompok. Pengelompokan atau pengorganisasian pembudidaya ikan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi pembudidaya.

Meskipun program ini telah direncanakan dan dilaksanakan di beberapa Kabupaten dengan matang dan disertai dengan pembinaan dari pusat dan daerah, akan tetapi dalam prakteknya upaya untuk mengangkat derajat pembudidaya/pengolah ikan skala kecil dan rumah tangga sering dihadapi dengan kendala yang mengakibatkan program ini tidak dapat terlaksana dengan baik. Kendala yang dihadapi KTIMJ dalam melaksanakan program SMK, diantaranya adalah berada pada faktor teknis seperti ekosistem lokasi budidaya, bahan baku produksi, potensi pemasaran, potensi ikan yang akan dibudidayakan dan potensi pembudidaya ikan lainnya. Kendala lain adalah faktor non teknis seperti disiplin anggota untuk melakukan pencatatan usaha masih belum optimal dan sulit mengumpulkan anggota kelompok untuk diadakan pembinaan.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana upaya KTIMJ selama ini dalam melaksanakan usahanya

dengan program SMK dari DKP ?

(19)

3. Apakah usaha KTIMJ telah memiliki kelayakan usaha seperti yang dipersyaratkan pada umumnya ?

4. Bentuk strategi pengembangan usaha apakah yang akan dilaksanakan oleh

pembudidaya ikan, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok ?

C. Tujuan

1. Mengidentifikasi pelaksanaan usaha KTIMJ sebagai penerima program

SMK dari DKP

2. Mengidentifikasi pelaksanaan program SMK terhadap keberhasilan

KTIMJ

3. Menganalisis kelayakan usaha, terutama keuntungan usaha KTIMJ

4. Menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan bagi

(20)

II. LANDASAN TEORI

A. Usaha Kecil

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, usaha kecil juga merupakan upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan usaha, misalnya di sektor pertanian lebih dari 99% kegiatan usaha dilakukan oleh pengusaha kecil. Di sektor perdagangan lebih dari 98% , di sektor transportasi lebih dari 99%.

Usaha kecil (UK) merupakan sebutan yang diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997).

Menurut surat edaran Bank Indonesia No 26/I/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK), UK adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang UK, yang dimaksud dengan UK adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. UK yang dimaksud di sini adalah meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun UK informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, dan pedagang kaki lima. Sedangkan UK tradisional adalah usaha yang

(21)

menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2005).

1. Karakterisitik UK

Secara umum sektor UK memiliki ciri-ciri berikut :

a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak

mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak up to date, sehingga sulit untuk menilai kinerja usahanya

b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat

tinggi

c. Modal terbatas

d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat

terbatas

e. Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit mengharapkan untuk

mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.

f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat

terbatas.

g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,

mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan

Karakterisik yang dimiliki oleh UK menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan pendanaan atau modal usaha.

2. Permasalahan yang Dihadapi Usaha Kecil

Selama ini telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah

untuk membantu perkembangan UK melalui berbagai macam program pengembangan atau pembinaan UK. Namun demikian, perkembangan UK hingga saat ini berjalan sangat lamban. Sebagai contoh industri manufaktur, tingkat produktivitas industri kecil dan industri rumah tangga

(22)

terhadap pembentukan total nilai tambah di sektor tersebut atau Produk Domestik Bruto (PDB) masih relatif rendah dibandingkan dengan industri menengah dan besar. Permasalahan yang dihadapi UK disebabkan hal berikut :

a. Managerial skill

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usahanya.

b. Pemasaran

Permasalahan UK pada bidang pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu permasalahan persaingan pasar dan produk, akses terhadap informasi pasar dan kelembagaan pendukung usaha kecil. Permasalahan tersebut dapat diatasi apabila terjadi keseimbangan antara upaya perbaikan internal maupun eksternal.

c. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerjasama antar pengusaha dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang setara (sebagai mitra) bukan bentuk hubungan yang merupakan manifestasi hubungan patron-klien.

d. SDM

Permasalahan UK yang menyangkut SDM terkait dengan struktur organisasi dan pembagian kerja, masalah tenaga kerja dan kemampuan manajerial pengusaha.

e. Keuangan

Pengusaha kecil umumnya belum mampu melakukan pemisahan manajemen keuangan perusahaan dan rumah tangga. Kondisi ini mengakibatkan pengusaha kecil sulit melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha secara akurat dan akhirnya akan menghambat proses pembentukan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha.

(23)

Dalam memperoleh progam SMK, kelompok pembudidaya ikan mendapat pembinaan dan pelatihan dari DKP. Pelatihan yang dilaksanakan berorientasi untuk pengembangan kelompok, yaitu meningkatkan kemampuan manajerial anggota kelompok yang meliputi kewirausahaan bagi pemula, marinepreneurship dan kecerdasan wirausaha, strategi bisnis dan pemasaran, jaringan dan kemitraan bisnis, studi kelayakan usaha, manajemen kelompok dan pelaporan keuangan.

3. Upaya Pengembangan UK

UU no. 9/1995 tentang UK pasal 14 merumuskan bahwa ”pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan UK dalam bidang : produksi dan pengolahan; pemasaran; sumberdaya manusia (SDM); dan teknologi”

Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil,

menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan

ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di Kota/Kabupaten.

b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan

daya saing.

c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik

maupun ekspor).

d. Berbasis bahan baku domestik. e. Substitusi impor.

Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional

pengembangan UKMK adalah : a. Tahap pertama :

1) Penumbuhan iklim usaha kondusif.

(24)

3) Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.

4) Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling

memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan. b. Tahap kedua :

1) Dukungan penguatan.

2) Peningkatan mutu SDM UKMK.

3) Peningkatan penguasaan teknologi. 4) Peningkatan penguasaan informasi.

5) Peningkatan penguasaan modal.

6) Peningkatan penguasaan pasar.

7) Perbaikan organisasi dan manajemen.

8) Pencadangan tempat usaha.

9) Pencadangan bidang-bidang usaha.

Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan UK, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakerjaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam hal ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi, khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

Pengembangan UK menurut Haryadi (1998) adalah :

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya

UK.

2. Mewujudkan UK menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki

tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.

3. Mendorong UK agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan

(25)

kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan UK dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.

Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah sangat penting untuk meniciptakan iklim kondusif bagi perkembangan UK, sehingga perkembangan UK pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian nasional.

4. Manajemen dalam usaha kecil

Manajemen merupakan seni yang dapat dipergunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun, karena dalam setiap kegiatan akan terdapat unsur perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (Hubeis, 2007). Atas dasar hal tersebut, maka praktek-praktek manajemen dapat dilakukan di berbagai bidang ataupun fungsi yang ada dalam suatu usaha. Fungsi manajemen dalam industri kecil sama dengan ilustrasi pada umumnya, yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning) adalah perhitungan dan penentuan tentang apa

yang akan dijelaskan di dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu dari suatu organisasi atau perusahaan, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memikirkan, memperhitungkan dan menyediakan segala sesuatunya, untuk membuka suatu kemungkinan, agar rencana yang telah ditentukan sebelumnya dapat dilaksanakan dengan baik

c. Pelaksanaan (Actuating) adalah fungsi manajemen yang merupakan

penggabungan dari beberapa fungsi manajemen lain. Dalam praktek, fungsi actuating dilaksanakan dalam bentuk lima subfungsi manajemen yaitu komunikasi, kepemimpinan, pengarahan atau penjelasan, memotivasi dan penyediaan sarana dan kemudahan.

d. Pengawasan (Controlling) adalah keseluruhan kegiatan yang

membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

(26)

Sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima M, yaitu (a) man, (b) money, (c) material, (d) methods dan (e) market.

5. Kegagalan dan Keberhasilan UK

Menurut Griffin dan Ebert (2006) berdasarkan survei terhadap UK di Amerika, 63% dari bisnis baru tidak akan merayakan ulang tahun keenamnya. Dalam hal ini, ada 4 faktor umum yang mempengaruhi kegagalan UK, yaitu :

a. Manajerial yang tidak kompeten

b. Kurang memberi perhatian

c. Sistem kontrol yang lemah

d. Kurangnya modal

Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan UK meliputi 4 faktor dasar yaitu :

a. Kerja keras, motivasi dan dedikasi

b. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan c. Kompetensi manajerial

d. Keberuntungan.

Kenyataan yang terjadi seperti di atas sungguh merupakan hal kontras, dimana mencapai keberhasilan memerlukan suatu usaha yang selain secara ilmiah dapat dipelajari dan dilaksanakan, ternyata juga memerlukan suatu dasar lain, yaitu keberuntungan, yang tidak setiap orang dapat memperolehnya.

B. Kelompok

Suatu kelompok didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari dua orang atau lebih individu, yang saling berinteraksi satu sama lain, sama-sama bergabung untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Sofyandi dan Barni, 2007). Schein (1979) mengatakan bahwa kelompok yang mempunyai ikatan psikologis adalah sejumlah orang yang saling berhubungan, saling memperhatikan dan menerima kenyataan sebagai suatu kelompok. Senada dengan defiinisi di atas, menurut Duncan, suatu kelompok terdiri dari dua

(27)

orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, interaksi tersebut bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu.

1. Kemandirian Kelompok

Kemandirian kelompok akan terbentuk secara baik bila kegiatan pertemuan rutin kelompok dilakukan dengan tingkat kehadiran yang tinggi dari anggota dan setiap permasalahan serta pencapaian tujuan efisiensi aspek usaha yang dikembangkan dilakukan dalam suatu pengelolaan organisasi kelompok. Kemandirian kelompok juga ditunjukkan dengan adanya AD/RT kelompok yang akan selalu disepakati untuk tujuan

kebersamaan. Kelompok Pembudidaya ikan Mekar Jaya telah

menunjukkan kemandirian kelompok yang sangat bagus, dengan melakukan pertemuan rutin kelompok.

2. Profil Kelompok

Profil kelompok merupakan suatu pendekatan yang baik untuk menilai eksistensi kelompok secara nyata. Kondisi umum dan khusus dari kelompok, aktifitas budidaya, fasilitas sarana dan prasarana, produksi yang dihasilkan dan aspek pemasaran, serta pengelolaan keuangan kelompok akan tergambarkan secara jelas. Profil kelompok dalam bentuk sederhana adalah sama dengan berdirinya koperasi, yaitu adanya AD/RT kelompok dan pengembangan dari AD/RT kelompok dapat memberikan informasi detail dari setiap kegiatan usaha kelompok. Profil kelompok akan menjadi kekuatan kelompok dalam mengakses pasar dan permodalan dari lembaga keuangan formal.

3. Catatan Dalam Pembukuan Kelompok

Catatan dalam pembukuan keuangan kelompok merupakan catatan pengelolaan keuangan yang terkait dengan aliran keuangan kelompok, baik modal, harta, piutang dan catatan pemberian dan pengembalian dana SMK yang dipinjamkan kepada anggota, serta catatan dalam rekening kelompok di Bank. Catatan pembukuan keuangan kelompok akan menjadi sangat penting dalam mendukung data pengelolaan keuangan kelompok

(28)

secara benar, sehingga akan menjadi penentu dalam upaya memperoleh akses ke perbankan formal.

C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro

Lembaga Pembiayaan memiliki arti yang sangat strategis dalam upaya untuk pengembangan usaha yang akan atau sedang dilakukan, terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Lembaga pembiayaan yang ada saat ini secara umum masih belum menyentuh pada kegiatan usaha masyarakat dengan nilai investasi rendah. Penyaluran kredit kepada UK dianggap sebagai usaha berisiko tinggi, karena UK tidak memiliki aset yang cukup dapat diandalkan sebagai agunan guna memperoleh pembiayaan usahanya.

Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku UK yang tidak memiliki aset, kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan ekonomi lokal tidak akan memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan skala UK adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan pendekatan Grameen Bank.

1. Grameen Bank

Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad Yunus, seorang profesor Ekonomi dari Universitas Chittagong, Bangladesh adalah dengan melaksanakan program kredit kepada masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap orang-orang miskin. Landasan pemikiran Yunus untuk memilih kredit sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat kemiskinan yang parah. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan masyarakat bawah untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut (DKP, 2004 c).

(29)

Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh Yunus merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan. Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset aksi di desa Jobra, Bangladesh antara tahun 1976 – 1979. Pada tahun 1979 dilakukan replikasi di desa Tangail dengan dukungan Bank Sentral Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke daerah-daerah lain di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. Selain pinjaman umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman, pinjaman untuk perusahaan umum, pinjaman untuk perumahan dasar, pinjaman kesehatan, dan pinjaman pendidikan. Kisah sukses Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh.

2. Mikro Mitra Mina

Mikro Mitra Mina merupakan lembaga keuangan mikro yang melayani aktifitas simpan pinjam berskala kecil menggunakan pendekatan Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir, guna membiayai kegiatan ekonomi pokok maupun tambahan dan mengembangkan budidaya menabung, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kemandirian usaha. Skim ini mengintegrasikan simpanan atau tabungan (wajb dan sukarela) sebagai suatu komponen yang tidak terpisahkan dengan aktifitas pinjam. Komponen tabungan dirasakan semakin penting dalam pengelolaan keuangan dan usaha, serta dalam rangka pembentukan dan pemupukan modal guna meningkatkan kemandirian usaha. Sebagai sebuah alternatif, skim ini diharapkan dapat menghilangkan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap para pelepas uang (informal money lenders) yang banyak beroperasi di wilayah pesisir (DKP, 2004 c).

(30)

3. Skim Modal Kerja

Skim modal kerja DKP adalah program penyediaan kredit modal yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan UKM berbasis pada kelompok, agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan (DKP, 2004 a).

D. Deskripsi Umum UKM Perikanan

UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan UKM identik dengan membangun Indonesia karena ada sekitar 80 juta orang Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh 80 juta lebih orang Indonesia. Untuk UK, selama tahun 2000-2003 sebesar 86% bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sementara hanya 9% pengusaha menengah yang bergerak di lapangan usaha ini. Sisanya, pengusaha besar yang kehidupannya tergantung jatuh bangunnya sektor usaha kecil dan menengah, sehingga UK menjadi sasaran pembangunan nasional (Anoraga, 2005).

Kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan telah terbukti di berbagai negara. Oleh karena itu, komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan UKM harus ditindaklanjuti dengan implementasi dari civitas akademika dan dunia

bisnis. Bermacam kebijakan sedang dilakukan pemerintah untuk

memberdayakan kembali potensi ekonomi di tingkat petani dan UKM di segala bidang. Cadangan dana disediakan dengan harapan petani dan UKM kembali bergairah untuk meningkatkan produksi di bidang usahanya masing-masing.

Di bidang perikanan darat, komoditas budidaya ikan nila dan udang galah merupakan komoditas yang paling menjanjikan untuk tujuan di atas

(31)

dengan berbagai alasan, antara lain harganya paling tinggi diantara komoditas ikan konsumsi air tawar, pasar domestik yang masih jauh dari kejenuhan, lahan/kolam petani ikan untuk usaha budidaya yang banyak terlantar dan satu hal lagi yang harus digaris bawahi, Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang bernilai untuk strain udang galah, mulai dari peraian di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Sulawesi. Persoalannya adalah petani dan UKM perikanan masih mempunyai kendala di bidang teknis budidaya dan manajemen usaha yang perlu mendapat perhatian lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dan dinas terkait. Komunikasi lintas sektoral dirasakan sangat perlu untuk menjembatani permasalahan yang ada di petani dan UKM dengan menyajikan hasil penelitian yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya, bila kesuksesan di tingkat produksi tercapai, asosiasi petani udang galah tingkat nasional sangat dibutuhkan untuk menggalang jaringan kerja para petani, sehingga

kelanggengan usaha yang menguntungkan dapat tercapai (DKP, 2006a).

E. Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila

Merebaknya kasus pembalakan liar kayu - kayu di hutan menyisakan bencana alam dan pengangguran akibat berkurangnya kesempatan kerja. Begitu pula dengan industri pertambangan yang telah habis sumbernya maka akan menambah pula angka pengangguran. Dari pembicaraan dengan berbagai pihak di wilayah yang mempunyai potensi perairan umum cukup besar seperti Kalimantan dan Sumatera, budidaya perikanan diharapkan dapat menjadi katup penyelamat. Budidaya ikan relatif cepat menghasilkan, teknologinya mudah dikuasai dan pasar dalam negeri masih terbuka luas. Namun demikian untuk mewujudkan gagasan tersebut perlu dukungan yang simultan dari berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat cepat dirasakan

Dalam laporan terbarunya The State of World Aquaculture 2006, (FAO, 2006) menyatakan bahwa 45,5 juta ton (43%) ikan yang dikonsumsi berasal dari budidaya. Angka tersebut telah menunjukkan lompatan yang luar biasa dibandingkan dengan kondisi tahun 1980 yang hanya 9%. Produksi dunia ikan hasil budidaya dan ikan hasil tangkapan di laut serta perairan

(32)

umum adalah sekitar 95 juta ton per tahun, dimana 60 % dikonsumsi manusia (FAO, 2006).

Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagaimana tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya.

Seperti dikatakan di atas, permintaan terhadap ikan akan terus naik sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan. Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada sektor perikanan, namun di sisi lain FAO pada tahun 2002 menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap dunia cenderung mengalami penurunan akibat eksploitasi dan menurunnya sumber daya ikan di laut. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Akuakultur mempunyai kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan baik (Warta Budidaya, 2005).

Budidaya ikan dapat mengisi kesenjangan permintaan dengan pasokan. Tetapi di sisi lain juga terdapat beberapa kekuatan yang mungkin dapat membelokkan produksi ke arah yang sebaliknya sehingga tidak memungkinkan industri budidaya tumbuh secara besar-besaran untuk memenuhi besarnya permintaan di masa mendatang. Salah satu kendalanya adalah kurangnya investasi modal di kalangan pembudidaya dan terbatasnya lahan, serta ketersediaan air bersih yang digunakan dalam usaha budidaya. Meningkatnya biaya energi, dampak lingkungan dan sederet pertanyaan lain yang terkait dengan keamanan produk memerlukan perhatian seksama. Tanpa dukungan penuh dari pemerintah untuk pengembangan industri budidaya,

(33)

maka rasanya akan sulit untuk dapat memenuhi secara kontinu permintaan ikan pada 25 tahun mendatang (Deptan, 1999).

Perikanan Budidaya merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan mempunyai arti penting dalam memberikan kontribusinya. Akuakultur juga mampu menciptakan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa akuakultur dapat dilakukan di setiap lapisan masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan; mempunyai karakteristik usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang cukup besar, mempunyai cakupan usaha yang luas, sehingga dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan, hatchery (pembenihan), industri jaring, industri pengolahan, cold storage, pabrik es, dan sebagainya); dapat mengatasi kemiskinan penduduk; tersedianya teknologi terapan dan merupakan sumber protein yang dapat memacu peningkatan gizi masyarakat guna pemenuhan protein hewani dalam rangka ketahanan pangan nasional (DKP, 2006a).

Untuk pengembangan akuakultur ke depan, dapat dilakukan melalui program peningkatan produksi ikan untuk ekspor dan kebutuhan domestik, dengan kegiatan pokok intesifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Sedangkan pemanfaatan potensi akuakultur bagi pengembangan ekonomi nasional, kebijakan yang akan ditempuh adalah melalui pengembangan kawasan budidaya dan komoditas unggulan. Dengan tujuan untuk mendorong penerapan manajemen hamparan dalam mencapai skala ekonomi, mencegah penyebaran penyakit dan memperoleh efisiensi dalam penggunaan air, melalui azas kebersamaan ekonomi antar pembudidaya.

Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, keramba jaring apung, maupun sawah, selain mampu memenuhi kebutuhan lokal. Nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah berupaya dengan mengembangkan Program intensifikasi budidaya (INBUD) Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan Nila, sertifikasi

(34)

III. METODE KAJIAN

A. Lokasi dan waktu 1. Lokasi kajian

Lokasi kajian ini dilaksanakan di Kelompok petani ikan di Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor sebagai penerima Progam Skim Modal Kerja.

2. Waktu

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu bulan Agustus hingga Oktober 2007.

B. Pengumpulan data

1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, wawancara

dengan ketua dan anggota kelompok, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan bagian pemasar ikan. Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 6. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada setiap anggota yang berjumlah 20 orang, namun terdapat 9 anggota yang tidak aktif, sehingga jumlah contoh yang diteliti berjumlah 11 responden, yang dianggap sebagai pakar praktisi.

2. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.

C. Pengolahan dan Analisis data

Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data adalah : 1. Metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi profil

kelompok, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pakan ikan, pembenihan dan pendederan ikan nila. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan kelompok usaha pesaing di bidang pembudidayaan ikan nila. Analisis data yang digunakan dalam kajian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap transfer data, editing data, pengolahan data dan interpretasi data secara deskriptif.

(35)

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui aspek manajemen, aspek teknis dan produksi, serta aspek pemasaran. Aspek analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis kelayakan investasi, disamping analisa tekno-ekonomi seperti nilai investasi, anggaran yang direncanakan, arus kas, nilai penjualan, rugi/laba dan Return on Investment (ROI), serta Analisis kegiatan usaha dengan berbagai kriteria (Giatman, 2006) yaitu :

a. Laba usaha. Yang diperhitungkan adalah keuntungan kotor yang

diperoleh untuk kegiatan budidaya selama 1 periode tanam, yaitu selisih antara pendapatan dengan total biaya (biaya tidak tetap dan biaya tetap). Sedangkan keuntungan bersih adalah keuntungan setelah dikurangi bunga pinjaman 15% efektif

b. Kelayakan usaha (B/C) Ratio

Kelayakan usaha yang ditentukan oleh perbandingan antara pendapatan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). Bila nilai B/C ratio< 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan.

c. Titik impas usaha (BEP)

Titik impas usaha (Break Event Point atau BEP) terbagi 2 jenis analisis, yaitu (1) titik impas produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan harga satuan produk sebagai perhitungan titik impas usaha dicapai pada jumlah produksi ekor ikan tertentu dan (2) Titik impas harga produksi yang merupakan perbandingan antara total biaya dengan total produksi, sebagai perhitungan titik impas usaha yang dapat dicapai pada harga produk tertentu per kg ikan.

Laba = Pendapatan – total biaya

Kelayakan usaha = Pendapatan Total biaya

(36)

d. Pengembalian modal

Modal yang dikeluarkan sebagai modal biaya untuk usaha akan kembali dalam waktu berapa kali periode panen yang merupakan perbandingan antara total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dengan laba bersih.

e. Efisiensi Modal

Keuntungan yang diperoleh dalam usaha dapat mencapai presentase tertentu dari total biaya yang dikeluarkan merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total biaya (biaya tetap dan tidak tetap) dikalikan 100%.

f. Daya laba (ROI)

Perhitungan jangka waktu pengembalian investasi yang dapat dikembalikan berdasarkan laba yang diperoleh.

BEP Produksi = Total biaya

Harga satuan produk

BEP harga Produksi = Total biaya Total produksi

Pengembalian Modal = Total biaya Laba bersih

Efisiensi modal = Laba bersih X 100 % Total biaya

Daya laba = Laba bersih x 100 % Total investasi

(37)

2. Metode analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif kelayakan usaha, Matriks External Factor Evaluation (EFE), Internal Factor Evaluation (IFE) dan Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT).

1) Analisis Titik Impas dan Profit Margin

Satuan yang digunakan dalam perhitungan impas (Break Event point) dinyatakan dalam satuan rupiah penjualan, dengan menggunakan rumus :

Biaya Tetap BEP =

Harga Satuan – Biaya Variabel

Analisis imbangan penerimaan dan biaya dinamakan R/C rasio, yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Total Penerimaan R/C ratio = Total pengeluaran Keterangan: R = Revenue (penerimaan) C = Cost (Biaya)

Total biaya yang diperhitungkan dalam perhitungkan R/C rasio, meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (nilai input keluarga yang dipakai dalam usaha). Rasio R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang dilakukan dalam usaha kelompok petani ikan, semakin tinggi nilai R/C, maka semakin menguntungkan usaha tersebut.

2) Matriks EFE dan IFE

Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi,

(38)

dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan (David, 1995).

David (1995) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk menyusun matrik EFE dan IFE (Tabel 2), yaitu :

(1) Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap Kelompok Petani Ikan Mekar Jaya.

(2) Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan

kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

(3) Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4 (superior).

(4) Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk

setiap pembagi.

(5) Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi.

(6) Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Tabel 3. Matriks IFE/EFE a. Matriks IFE

Faktor Internal Bobot

(a) Rating (b) Total Skor (axb) Kekuatan 1. 2. Kelemahan 1. 2. Sumber : David, 1995.

(39)

b. Matriks EFE

Faktor Eksternal Bobot (a) Rating (b) Total Skor (axb) Peluang 1. 2. Ancaman 1. 2. Sumber : David, 1995.

3) Matriks Internal dan Eksternal (IE)

Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0 – 2,99 menunjukkan kondisi eksternal rataan dan 3,0 – 4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1.

Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah :

(1) Daerah 1 meliputi sel I, II atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

(2) Daerah II meliputi sel III, V atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. (3) Daerah III, meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest dan

(40)

Evaluasi faktor internal

Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi I II III 3,0 Sedang IV V VI 2,0

Rendah VII VIII IX

1,0

Gambar 1. Matriks IE (Kotler, 1997)

4) Matriks SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategik perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi (Tabel 4).

E

v

al

u

as

i

fa

k

to

r

ek

st

er

n

al

(41)

Tabel 4. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) Menentukan 5-10 faktor Kekuatan internal Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor Kelemahan internal Opportunities (O) Menentukan 5 -10 faktor peluang eksternal Strategi (S-O) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan pe- luang

Strategi (W-O) Menciptakan strategi meminimalkan kemahan untuk memanfaatkan pe- luang

Threats (T) Menententukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi (S-T) Menciptakan strategi menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman Strategi (W-T) Menciptakan strategi meminimalkan kelemah-an untuk mengatasi ancaman Sumber : Rangkuti, 2004.

(1) Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

(2) Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

(3) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

(4) Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman

(42)

yang ada. Melalui matrik SWOT didapatkan alternatif strategi untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

D. Aspek Kajian

Menurut Kadariah, et al (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran.

1. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi, proses pengolahan dan pengemasannya.

a. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi seperti jarring, perahu, dan lain-lain.

b. Cara Pengadaan dan Mutu Bahan

Untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan penolong yang dibutuhkan, yaitu benih dan pakan ikan. Hal ini penting mengingat dasar filosofis pemilihan bahan untuk membuat produk makanan adalah Garbage In Garbage Out (GIGO), dimana jika bahan dasarnya buruk, maka produk yang dihasilkan juga buruk.

c. Tenaga Kerja

Hal ini untuk mengetahui jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, tingkat pendidikan yang diperlukan dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dimaksud.

2. Aspek Pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga,

persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar. a. Permintaan

Hal ini memberikan gambaran tentang permintaan ikan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

b. Penawaran

Hal ini memberikan gambaran tentang penghasil ikan dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

(43)

c. Harga

Hal ini memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual ikan, menunjukkan hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengaruhi harga jual ikan konsumsi.

d. Persaingan dan Peluang Pasar

Hal ini memberikan gambaran tentang pasar yang dituju.

e. Pemasaran Produk

Hal ini memberikan gambaran tentang sistem pemasaran.

3. Aspek Keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan,

yaitu :

a. Komponen dan struktur biaya.

Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi. Biaya operasi meliputi biaya pembelian apel segar, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekerja, pembelian bahan pembantu produksi, biaya peralatan, kendaraan dan biaya overhead.

b. Pendapatan

Pendapatan adalah total hasil penjualan ikan dan retribusi reporasi ikan.

c. Kebutuhan Modal dan Kredit

Dalam menunjang pengembangan kelompok petani ikan diperlukan modal kerja dan modal.

d. BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya

pendapatan sama dengan besarnya biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh kelompok

(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum

1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) adalah salah satu kelompok tani ikan yang berada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Kelompok ini berusaha di bidang pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan nila. Selain usaha ikan nila, ada juga ikan bawal, mas dan gurame yang dibudidayakan kelompok ini, tetapi jumlahnya sangat terbatas dibandingkan dengan ikan nila. KTIMJ lebih memilih membudidayakan ikan nila karena merupakan ikan konsumsi yang sangat populer dan pemasarannya mudah baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Danau Lido adalah danau buatan yang dibuat pada jaman penjajahan Belanda. Awalnya danau ini berasal dari dibuatnya bendungan untuk pembuatan jalan yang menghubungkan antara Bogor dan Sukabumi. Dengan pembuatan bendungan tersebut, maka terbentuklah danau yang pada waktu itu disebut situ Citah. Pada tahun 1960-an danau tersebut dipergunakan oleh masyarakat sekitar untuk membudidayakan ikan dengan menggunakan jaring apung dan juga dijadikan tempat rekreasi. Kemudian nama danau tersebut diganti menjadi danau Lido sampai sekarang.

Pada tahun 1977-1983 danau dikelola oleh Dinas Pengairan Kabupaten Bogor. Pada tahun 1983 hak pengelolaan danau Lido diserahkan kepada PT PAP yang bergerak di bidang agrowisata. Tahun 1997 terjadi krisis moneter yang mengakibatkan danau Lido tersebut tidak terawat dengan baik oleh PT PAP. Oleh karena itu, untuk mengorganisisr pembudidaya ikan jaring apung dan atas himbauan Dinas Perikanan Bogor, maka dibentuklah kelompok Tani Ikan. Setelah terbentuknya kepengurusan kelompok, maka pada tahun 1998 mengajukan izin kepada Dinas Pengairan melalui Dinas Perikanan untuk

(45)

pengelolaan danau Lido yang bertujuan untuk usaha perikanan dan pelesatarian sumberdaya alam. Pada tanggal 1 Oktober 1999, atas izin Dinas Pengairan dan Dinas Perikanan diadakan pengukuhan kelompok tani ikan yang disaksikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Bogor. Pada waktu itu anggota kelompok berjumlah 20 orang, setelah terserang wabah virus yang mengakibatkan kematian ikan secara massal, maka anggota yang tetap bertahan sampai saat ini berjumlah 16 orang.

Pada tahun 2001 kelompok mendapat penghargaan dari Provinsi Jawa Barat sebagia juara 3 Lomba Budidaya ikan Tingkat Provinsi. Tahun 2002 DKP melakukan survei untuk memilih kelompok petani ikan yang dinilai baik untuk memperoleh bantuan Skim Modal Kerja (SMK). Berdasarkan rekomendasi DKP dalam pelaksanaan program SMK, maka pada tanggal 10 Oktober 2004 kelompok ini resmi membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merumuskan dan menetapkan hak, kewajiban, aturan dan sanksi-sanksi setiap anggota kelompok.

2. Profil Usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya

Pembudidayaan yang dilakukan oleh kelompok Mekar Jaya adalah budidaya ikan nila. Pemeliharaan ikan nila pada umumnya tidak tergantung pada musim, sehingga dapat diupayakan untuk disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan dapat menggunakan lahan marjinal (lahan miskin atau lahan tidak subur) yang tidak dimanfaatkan untuk keperluan usaha pertanian lainnya. Sistem untuk memelihara ikan nila yang dilakukan oleh kelompok Mekar Jaya adalah dengan sistem keramba jaring apung di danau/situ Lido. Pemeliharaan ikan di keramba merupakan salah satu jenis usaha dengan memanfaatkan perairan umum sebagai sumber airnya. Keramba yang dimiliki kelompok Mekar Jaya dibuat dari bambu, dengan bentuk berupa bujur sangkar dan empat persegi panjang. Keramba jenis ini diletakkan sedemikian rupa, sehingga berada 20 cm di bawah permukaan air, karena itu diperlukan pemberat dan jangkar untuk mempertahankan posisi keramba. Secara alami, ikan

(46)

nila di dalam keramba mendapatkan makanan dari aliran danau/situ tempat keramba di pasang, tetapi makanan tersebut belum mencukupi, sehingga harus tetap diberi pakan tambahan. Pakan tambahan yang digunakan berupa pelet dengan kadar protein 25% – 35%. Takaran pakan yang diberikan 2% - 3% dari berat total ikan per hari.

Dana Skim Modal Kerja Rp. 80.000.000 (delapan puluh juta rupiah) yang diberikan oleh DKP pada tahun 2004 digunakan untuk modal kerja kelompok. Setiap anggota diberikan modal usaha sesuai dengan kemampuannya berusaha dan wajib membayar pinjaman dari modal kerja tersebut, demi kelancaran perguliran dana pinjaman dana SMK pada tahap berikutnya.

Dalam perkembangannya, KTIMJ menjalankan usaha kelompok dengan membudidayakan ikan, penyediaan pakan kelompok atau penjualan pakan ikan dan reporasi ikan. Reporasi ikan adalah menampung ikan yang berasal dari luar danau Lido, ditampung di suatu keramba di Lido selama 2 – 3 hari dengan tujuan untuk membuat ikan tersebut hidup di keramba Lido dan membuang bau lumpur ikan agar tidak berbau karena ikan yang hidup di danau Lido terkenal baik dan tidak berbau. Dalam pelaksanaan operasionalnya usaha kelompok tersebut tidak hanya melayani penjualan pakan ikan untuk anggota kelompok saja, kelompok usaha ini juga melayani penjualan pakan untuk masyarakat diluar keanggotaan Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya. Pada awalnya kelompok membudidayakan ikan mas, karena panennya yang singkat selama 40 hari namun karena satu dan lain hal, budidaya yang ditekuni beralih pada budidaya ikan nila.

Peranan kelompok di Mekar Jaya sifatnya hanya membina, dimana perorangan yang bekerja dengan modal sendiri. Kelompok berupaya mencari penguatan modal, membantu mencari pakan bagi anggota yang mengalami kesulitan dan keterlambatan panen. Peranan kelompok adalah sebagai koperasi bagi anggotanya, dengan penghasilan diperoleh dari retribusi para anggota, contohnya dengan memperoleh

Gambar

Tabel 2   Jenis-jenis usaha budidaya ikan air tawar dan kebutuhan modalnya            untuk periode 1 tahun
Tabel 3.  Matriks IFE/EFE  a. Matriks IFE
Tabel 5.  Penghasilan kelompok usaha tani ikan Mekar Jaya
Gambar 2.  Tambak pembudidayaan ikan KTIMJ
+7

Referensi

Dokumen terkait

5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. 6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. 7) Penyakit radang panggul

Senyawa dihidro-1,3- benzoksazin tersubstisusi adalah salah satu senyawa turunan benzoksazin yang dapat dibuat melalui tiga tahap sintesis pada percobaan ini.. Semua

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Dinas Tata Ruang dan Kebersihan senantiasa berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal. Pengawasan Izin Mendirikan Bangunan di Wilayah Kabupaten Jeneponto serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berhasilkah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh up-line dari grup Pride BN Oriflame, mengetahui minat menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi pelaksanaan usaha Kelompok Tani Ikan Mekar Jaya (KTIMJ) sebagai penerima program SMK dari Departemen Kelautan

kegiatan yang dilaksanakan agar pengetahuan ( knowledge ), kemampuan (ability), dan keterampilan ( skill ) karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka kerjakan. Proses

Struktur kayu umumnya dirancang untuk penggunaan selama ± 10 tahun, padahal pengujian untuk mengukur tegangan patah dilakukan hanya dalam waktu singkat sekitar 5-10 menit (FPL,