• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asupan Zat Gizi - Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asupan Zat Gizi - Gambaran Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum 2013"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asupan Zat Gizi

Asupan gizi yang baik sangat penting bagi pekerja. Asupan zat gizi

merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari-hari untuk

memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Suharjo, 1999).

Kekurangan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa

akibat buruk pada tubuh pekerja seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit

menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus,

muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan lain-lain

(Wisnoe, 2005).

Asupan zat gizi pekerja diperoleh dari makanan yang dikonsumsi pekerja

setiap hari. Makanan yang dikonsumsi pekerja akan mengalami proses pencernaan di

dalam alat pencernaan. Makanan tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi lalu diserap

melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh. Fungsi umum dari zat gizi

antara lain (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007) :

1. Sebagai sumber penghasil energi atau tenaga;

2. Menyumbang pertumbuhan badan;

3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak;

4. Mengatur metabolisme, keseimbangan air, mineral dan asam - basa di dalam

cairan tubuh;

5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai

(2)

2.1.1. Energi

Energi dibutuhkan tubuh yang pertama untuk memelihara fungsi dasar tubuh

yang disebut metabolisme dasar sebesar 60-70 % dari kebutuhan energi total.

Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam

keadaan istirahat total, tetapi dalam lingkungan suhu yang nyaman dan suasana

tenang. Energi juga diperlukan untu fungsi tubuh lain seperti mencerna, mngolah,

menyerap, serta bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Soekirman,

2000)

Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya tahan tubuh, kegiatan

pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat

makanan yang diterima tubuh sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit

(Kartasapoetra, 2008). Penelitian terkait aktivitas fisik dan kecukupan energi

dilakukan Farah Azziza (2008) didapatkan hasil bahwa semakin baik tingkat

kecukupan energi, maka semakin banyak aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Hal

tersebut dibuktikan dengan hubungan signifikan positif antara rat-rata faktor aktivitas

dengan tingkat kecukupan energi.

Menururt Suhardjo dan Clara M. Kusharto (1999) dalam Prinsip-Prinsip Ilmu

Gizi, seseorang tidak dapat bekerja melebihi dari energi yang diperoleh dari asupan

makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh.

Namun kebiasaan meminjam ini akan mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu

(3)

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran

karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan

yang cukup untuk mememnuhi kecukupan energinya (Budiyanto, 2002).

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia sehingga zat ini

juga dinamakan zat tenaga (Beck, 2011). Hampir seluruh penduduk dunia khususnya

negara yang sedang berkembang memilih karbohidrat sebagai sumber kalori utama

walaupun kalori yang dihasilkan setiap 1 gram karbohidrat hanya 4 kalori bila

dibanding lemak (Budianto, 2009).

Karbohidrat memiliki peran dalam tubuh antara lain : Sebagai sumber energi

paling murah dibanding lemak maupun protein, memberi volume pada usus dan

melancarkan gerak peristaltik usus sehingga memudahkan pembuangan faces, bagian

struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan reseptor hormon, simpanan

energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi,

penghematan protein dan pengaturan metabolisme lemak, memberi rasa manis pada

makanan, dan memberi aroma serta bentuk khas makanan. Kebutuhan karbohidrat

menurut anjuran WHO adalah 55 – 75% dari total konsumsi energi diutamakan

berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% berasal dari gula sederhana (Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

b. Protein

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N

yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno, 1997). Protein merupakan

(4)

protein tidak sebagai sumber energi. Protein diperlukan untuk membangun dan

memelihara sel-sel jaringan tubuh. Protein akan dipecah menjadi asam amino,

kemudian diserap dan dibawa oleh aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, protein

juga dapat menghasilkan energi ketika konsumsi karbohidrat dan zat sumber energi

lainnya mengalami kekurang (Beck, 2011).

Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan

pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebihan, protein akan

mengalami deaminase, nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon

akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi

protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.

c. Lemak

Lemak merupakan bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh, yang

dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gramnya lebih besar dari yang

dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak akan menghasilkan 9

kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4 kalori

(Kartasapoetra, 2008). Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai

pembangun/pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh dan

pengatur suhu tubuh. Sebagai penghasil asam lemak esensial, dan sebagai pelarut

vitamin A, D, E, dan K.

Tempat penyimpanan utama jaringan lemak berada di bawah kulit serta di

sekitar organ-organ dalam rongga abdomen. Simpanan ini sering disebut sebagai

(5)

dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam jaringan adiposa dan menyebabkan

kegemukan (obesitas) (Beck, 2011).

2.1.2 Zat Besi (Fe)

Zat besi (Fe) adalah bagian penting dari hemoglobin, mioglobin, dan enzim,

namun zat ini tergolong essensial sehingga harus disuplaidari makanan. Sumber

utama Fe adalah pangan hewani terutama yang berwarna merah, seperti hati dan

daging, sedangkan sumber lainnya adalah sayuran berdaun hijau. (Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).

Fungsi zat besi untuk tubuha anatara lain : untuk pembentuk hemoglobin baru,

mengembalikan hemoglobin kepada nilai normal setelah terjadi pendarahan,

mengimbangi sejumlah kecil zat besi secara konstan dikeluarkan tubuh,

menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh, serta pada laktasi untuk sekresi

air susu. Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah, akan

mengakibatkan anemia, menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka

terhadap serangan bibit penyakit. (Budianto, 2009). Selain itu dalam hemoglobin, Fe

akan mengikat 4 oksigen, sehingga gejala kekurangan Fe akan menyebabkan

rendahnya peredaran oksigen dalam tubuh sehingga mengakibatkan mudah pusing,

lelah, letih, lesu, dan turunnya konsentrasi berfikir (Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, 2007).

2.2. Kebutuhan Zat Gizi

Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Kebutuhan gizi terutama energi

(6)

kebutuhan gizi yaitu: jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari,

keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia,

keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas menjadi dasar dalam

perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja

(Ratnawati, 2011). Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan

hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang

diperlukan akan berdampak buruk bagi kesehatan.

Menurut Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan (Irianto, 2007)

menyatakan bahwa proporsi makanan sehat seimbang terdiri atas 60-65%

karbohidrat, 20% lemak, dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran

energi per hari. Kebutuhan protein, lemak dan karbohidrat menurut WHO adalah

sebanyak 10-15% protein dari kebutuhan energi total, lemak 10-25% dari kebutuhan

energi total, dan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total atau sisa dari

kebutuhan energi yang berasal dari protein dan lemak (Almatsier,2008).

2.2.1 Menaksirkan Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari asupan

makanan sehari-hari. Kebutuhan energi sebaiknya diimbangi oleh asupan energi

dengan jumlah yang sama (Karsin, 2004). Berdasarkan aktivitas fisik masing-masing

orang, maka kebutuhan energi setiap orang akan berbeda-beda pula. Khumaidi (1989)

menyatakan, semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Sehingga pekerjaan yang memerlukan

kekuatan fisik akan membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan pekerjaan

(7)

Menaksirkan kebutuhan energi berdasarkan aktivitas fisik dapat dihitung

dengan :

Rumus cara sederhana :

Kebutuhan Energi = Angka Metabolisme Basal (AMB) x faktor aktivitas

Nilai berdasarkan jenis aktivitas fisik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Aktivitas Faktor Aktivitas

Sumber dikutip dari Almatsier, 2008

Menaksirkan kebutuhan energi seseorang berdasarkan aktivitasnya kita perlu

mengetahui kebutuhan gizi berdasarkan Angka Metabolisme Basal (AMB). Untuk

mengetahui AMB dapat dilakukan dengan beberapa cara anatara lain :

(8)

b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Perempuan = 25 kkal x kg BB

3. Cara FAO/WHO/UNU

Menentukan AMB dengan cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Tabel 2.3 Rumus mencari AMB berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Kelompok Umur AMB (kkal/hari)

Sumber : FAO/WHO/UNU 1985 dikutip dari Almatsier, 2008

2.2.2 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan

Menjaga dan mempertahankan fungsi tubuh maka perlu menjaga

keseimbangan energi. Energi yang dikeluarkan harus seimbang dengan asupan energi

yang didapat dari asupan makanan sehari-hari (Irianto, 2007).

Menghitung nilai kalori dari bahan makanan diperlukan beberapa instrumen

antara lain :

1. Nilai Kalori Makanan

Dalam Bomb calorimeter oksidasi 1 gram karbohidrat menghasilkan 4,1

kalori, 1 gram lemak 9,45 kalori dan 1 gram protein 5,65 kalori. Di dalam

tubuh keadaannya lain baik karbohidrat, lemak maupun protein tidak

(9)

pencernaan dan ekskresi maka dilakukan reduksi sebam 2% untuk

karbohidrat, 5% untuk lemak dan 29,2 % untuk protein. Sehingga setelah

dihitung dengan pembulatan-pembulatan diperoleh angka sebagai berikut:

Setiap 1 gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori

Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori

Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kalori (Budianto, 2009).

2. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) berupa tabel yang memuat

berbagai jenis makanan beserta kandungan zat gizinya.

3. Ukuran Rumah Tangga (URT)

URT (Ukuran Rumah Tangga) berupa daftar takaran bahan makanan yang

dalam daftar ini dinyatakan dengan ukuran yang lazim digunakan di rumah

tangga. Berikut tercantum antara ukuran rumah tangga (URT) dengan gram

(gr) :

1 sdm gula pasir = 8 gram

1 sdm tepung susu = 5 gram

1 sdm tepung beras, tepung sagu = 6 gram

1 sdm terigu, maizena, hunkwe = 5 gram

1 sdm minyak goreng, margarin = 10 gram

1 gls nasi = 140 gram = 70 gram beras

1 ptg pepaya (5 x 15 cm) = 100 gram

1 bh sdg pisang (3 x 15 cm) = 50 gram

(10)

1 ptg sdg daging (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram

1 ptg sdg ikan (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram

1 bh bsr tahu (6 x 6 x 2,5 cm) = 100 gram

Untuk cairan :

1 sdm = 3 sdt = 10 ml

1 gls = 24 sdm = 240 ml

1 ckr = 1 gls = 240 ml

Perhitungan kalori di dalam bahan makanan dapat ditentukan sebagai berikut :

Banyak kalori = (BDD/100) x (berat/100) x (nilai dari DKBM) x (nilai kalori

makanan)

Misal :

Banyak kalori 1 gls nasi (URT = 125 gr)

Karbohidrat = 100/100 x 125/100 x 78,9 x 4 = 394,5 kal

Lemak = 100/100 x 125/100 x 0,7 x 9 = 7,9 kal

Protein = 100/100 x 125/100 x 6,8 x 4 = 34,0 kal

Total kalori = 394,5 + 7,9 + 34,0 = 435,9 kal

2.3. Status Gizi Pekerja

Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel

tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

(11)

akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2002). Pengertian

status gizi di dalam buku Ilmu Gizi dan Diet merupakan status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2011).

Arkani (1992) menyatakan bahwa pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan

berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi

tersebut. Status gizi normal menunjukkan kualitas dan kuantitas makanan yang

dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh (Aziiza, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah produk

pangan, pembagian makanan atau pangan, Akseptabilitas (daya terima), Prasangka

buruk pada bahan makanan tertentu, Pantangan pada makanan tertentu, Kesukaan

terhadap jenis makanan tertentu, Keterbatasan ekonomi, Kebiasaan makan, Selera

makan, dan Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) (Supariasa,

2002).

Untuk menilai status gizi secara umum dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi

secara tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat cara yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara

survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

Penilaian status gizi pada pekerja dapat dilakukan dengan metode langsung yaitu cara

(12)

2.3.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat

badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di

Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa tubuh (IMT). IMT

merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (Supriasa,

2002).

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.

IMT tidak dapat diterakan pada bayi, anak remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Selain itu IMT juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusu seperti adanya edema,

asites, dan hepatomegali. Indeks Massa tubuh memiliki kelebihan antara lain

pengukuran sederhana dan mudah dilakukan, dan dapat menentukan kelebihan dan

kekurangan berat badan.

Rumus IMT :

I𝐌𝐓= 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈)

𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝑩𝒅𝒂𝒏 𝒎 𝒙𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒎)

Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal Gizi Baik > 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

(13)

2.4. Produktivitas

Produktivitas kerja menurut Sagir (dalam Azziza, 2008) merupakan

perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga

kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang

diinginkan. Menurut Cascio (dalam Almigo, 2004) produktivitas sebagai pengukuran

output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa

karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Arfida (dalam Ardiansyah,

2009) menyatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang

dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan

persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud

dalam empat bentuk, yaitu :

1. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya

yang lebih sedikit

2. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumberdaya

yang kurang

3. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya

yang sama

4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber

daya yang relatif lebih sedikit.

Menurut Sinungan (dalam Lubis, 2011), pengertian produktivitas dapat

(14)

1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah rasio yang

dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang

dipergunakan (input)

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu

mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada

hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu dari tiga faktor yaitu : Investasi

termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan

tenaga kerja.

Revianto (1985) menyatakan produktivitas kerja dipengaruhi beberapa faktor,

antara lain :

1. latar belakang pendidikan dan latihan.

2. Peralatan produksi dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi.

3. Value system yaitu nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat (ikatan

kekeluargaan, mobilitas, motivasi)

4. Lingkungan dan iklim kerja

5. Derajat kesehatan, nilai gizi makanan, sanitasi, tersedianya air bersih.

6. Tingkat upah minimal yang berlaku.

Menurut WHO (1995) rendahnya produktivitas kerja pada individu

dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, status gizi dan status kesehatan yang kurang

baik. Suhardjo (2005) menyatkan bahwa perbaikan gizi pekerja akan menurunkan

(15)

Menurut Sutrisno (dalam Imran, 2011) untuk mengukur produktivitas kerja,

diperlukan suatu indikator, yaitu sebagai berikut :

1. Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampan seseorang

karyawan sangan bergantung pada keterampilan yang dimilki serta

profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

2. Meningkatkan hasil yang dicapai

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah

satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang

menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi upaya untuk memanfaatkan

produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu

pekerjaan.

3. Semangat kerja

Merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat

dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian

dibandingkan dengan hari sebelumnya.

4. Pengembangan diri

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja.

Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan

dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya,

(16)

lebih baik pada giliranya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan

untuk meningkatkan kemampuan.

5. Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu.

Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja

seorang pegawai. Jadi meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan

hasil yang terbaik pada gilirannya akan sangan berguna bagi perusahaan

dan diri sendiri.

6. Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya

yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas

yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.

2.5. Jenis Pekerjaan Di Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate

Pabrik kelapa sawit Bagerpang estate membagi jenis pekerjaan kedalam

beberapa bidang utama (stasiun) antara lain :

a. Stasiun Office :

Sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan dibidang ini terkait dengan

administrasi pabrik.

b. Stasiun Proses :

Merupakan stasion yang mempunyai jenis kerja sesuai alur proses pengolahan

buah kelapa sawit. Dimulai dari sortasi buah, tempat penimbunan (loading

ramp). Stasiun rebusan (sterilizer), stasiun penebah (threshing station), stasiun

(17)

kernel (kernel recovery plant), stasiun steam boiler, dan pembangkit tenaga

listrik.

c. Stasiun Laboratorium :

Pada stasiun ini mempunyai pekerjaan untuk melihat dan mengontrol standar

kualitas dari minyak kelapa sawit.

d. Stasiun Workshop (Bengkel) :

Stasiun workshop merupakan stasiun yang mempunyai jenis pekerjaan

melakukan perawatan (maintenance) dan perbaikan terhadap mesin dan

peralatan yang ada di pabrik.

2.6. Kerangka Konsep

Adapun variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini dapat dilihat dari

bagan di bawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep menggambarkan bahwa asupan zat gizi energi dan zat besi

dipengaruhi oleh karakteristik pekerja yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa

kerja. Asupan zat gizi kemudian berpengaruh terhadap status gizi pekerja yang

selanjutnya akan berdampak terhadap produktivitas kerja.

(18)

Penelitian ini akan menggambarkan asupan zat gizi pekerja yaitu energi (dari

karbohidrat, protein dan lemak) dan zat besi serta menggambarkan tingkat status gizi

pekerja dan produktivitas pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate bagian proses

Gambar

Tabel 2.1 Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.3 Rumus mencari AMB berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang ditemui di lokasi Praktek Kerja Lapang adalah minimnya pengetahuan terhadap penyakit yang menyerang udang vaname, tidak lengkapnya fasilitas yang sesuai

Dalam penelitian kali ini penerapan model atau metode menggunakan metode kooperatif dan inovatif yang akan membangkitkan minat belajar peserta didik dalam proses

karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.. 3)

Penalaran langsung adalah penalaran yang pernyataannya hanya untuk sebuah benar atau salahnya dan langsung disusul dengan bukti lainnya sebagai

1) Pemahaman siswa terhadap teknik dasar lompat jauh melalui media kardus membuat siswa bersemangat untuk melakukan pembelajaran dan semakin aktif untuk mencoba

Dengan melakukan pengaturan bandwidth secara terjadwal serta blocking situs berbahaya, maka kecepatan akses internet bagi user dapat lebih maksimal karena sesuai dengan kondisi

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan cinta kasih penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PPKn Melalui

Hal ini menyebabkan penterjemah teks iklan perlu mempertimbangkan faktor bahasa Inggeris sebagai bahasa sumber, dan pada masa yang sama bersikap peka dengan laras bahasa Melayu,