BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asupan Zat Gizi
Asupan gizi yang baik sangat penting bagi pekerja. Asupan zat gizi
merupakan jumlah zat gizi yang masuk melalui konsumsi makanan sehari-hari untuk
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Suharjo, 1999).
Kekurangan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja akan membawa
akibat buruk pada tubuh pekerja seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit
menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus,
muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan lain-lain
(Wisnoe, 2005).
Asupan zat gizi pekerja diperoleh dari makanan yang dikonsumsi pekerja
setiap hari. Makanan yang dikonsumsi pekerja akan mengalami proses pencernaan di
dalam alat pencernaan. Makanan tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi lalu diserap
melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh. Fungsi umum dari zat gizi
antara lain (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007) :
1. Sebagai sumber penghasil energi atau tenaga;
2. Menyumbang pertumbuhan badan;
3. Memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak;
4. Mengatur metabolisme, keseimbangan air, mineral dan asam - basa di dalam
cairan tubuh;
5. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebagai
2.1.1. Energi
Energi dibutuhkan tubuh yang pertama untuk memelihara fungsi dasar tubuh
yang disebut metabolisme dasar sebesar 60-70 % dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam
keadaan istirahat total, tetapi dalam lingkungan suhu yang nyaman dan suasana
tenang. Energi juga diperlukan untu fungsi tubuh lain seperti mencerna, mngolah,
menyerap, serta bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Soekirman,
2000)
Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya tahan tubuh, kegiatan
pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat
makanan yang diterima tubuh sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit
(Kartasapoetra, 2008). Penelitian terkait aktivitas fisik dan kecukupan energi
dilakukan Farah Azziza (2008) didapatkan hasil bahwa semakin baik tingkat
kecukupan energi, maka semakin banyak aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Hal
tersebut dibuktikan dengan hubungan signifikan positif antara rat-rata faktor aktivitas
dengan tingkat kecukupan energi.
Menururt Suhardjo dan Clara M. Kusharto (1999) dalam Prinsip-Prinsip Ilmu
Gizi, seseorang tidak dapat bekerja melebihi dari energi yang diperoleh dari asupan
makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh.
Namun kebiasaan meminjam ini akan mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu
Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran
karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan
yang cukup untuk mememnuhi kecukupan energinya (Budiyanto, 2002).
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia sehingga zat ini
juga dinamakan zat tenaga (Beck, 2011). Hampir seluruh penduduk dunia khususnya
negara yang sedang berkembang memilih karbohidrat sebagai sumber kalori utama
walaupun kalori yang dihasilkan setiap 1 gram karbohidrat hanya 4 kalori bila
dibanding lemak (Budianto, 2009).
Karbohidrat memiliki peran dalam tubuh antara lain : Sebagai sumber energi
paling murah dibanding lemak maupun protein, memberi volume pada usus dan
melancarkan gerak peristaltik usus sehingga memudahkan pembuangan faces, bagian
struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan reseptor hormon, simpanan
energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi,
penghematan protein dan pengaturan metabolisme lemak, memberi rasa manis pada
makanan, dan memberi aroma serta bentuk khas makanan. Kebutuhan karbohidrat
menurut anjuran WHO adalah 55 – 75% dari total konsumsi energi diutamakan
berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% berasal dari gula sederhana (Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
b. Protein
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N
yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat (Winarno, 1997). Protein merupakan
protein tidak sebagai sumber energi. Protein diperlukan untuk membangun dan
memelihara sel-sel jaringan tubuh. Protein akan dipecah menjadi asam amino,
kemudian diserap dan dibawa oleh aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, protein
juga dapat menghasilkan energi ketika konsumsi karbohidrat dan zat sumber energi
lainnya mengalami kekurang (Beck, 2011).
Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan
pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebihan, protein akan
mengalami deaminase, nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon
akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi
protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.
c. Lemak
Lemak merupakan bahan atau sumber pembentuk energi di dalam tubuh, yang
dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gramnya lebih besar dari yang
dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak akan menghasilkan 9
kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein akan menghasilkan 4 kalori
(Kartasapoetra, 2008). Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai
pembangun/pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh dan
pengatur suhu tubuh. Sebagai penghasil asam lemak esensial, dan sebagai pelarut
vitamin A, D, E, dan K.
Tempat penyimpanan utama jaringan lemak berada di bawah kulit serta di
sekitar organ-organ dalam rongga abdomen. Simpanan ini sering disebut sebagai
dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam jaringan adiposa dan menyebabkan
kegemukan (obesitas) (Beck, 2011).
2.1.2 Zat Besi (Fe)
Zat besi (Fe) adalah bagian penting dari hemoglobin, mioglobin, dan enzim,
namun zat ini tergolong essensial sehingga harus disuplaidari makanan. Sumber
utama Fe adalah pangan hewani terutama yang berwarna merah, seperti hati dan
daging, sedangkan sumber lainnya adalah sayuran berdaun hijau. (Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Fungsi zat besi untuk tubuha anatara lain : untuk pembentuk hemoglobin baru,
mengembalikan hemoglobin kepada nilai normal setelah terjadi pendarahan,
mengimbangi sejumlah kecil zat besi secara konstan dikeluarkan tubuh,
menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh, serta pada laktasi untuk sekresi
air susu. Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah, akan
mengakibatkan anemia, menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka
terhadap serangan bibit penyakit. (Budianto, 2009). Selain itu dalam hemoglobin, Fe
akan mengikat 4 oksigen, sehingga gejala kekurangan Fe akan menyebabkan
rendahnya peredaran oksigen dalam tubuh sehingga mengakibatkan mudah pusing,
lelah, letih, lesu, dan turunnya konsentrasi berfikir (Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 2007).
2.2. Kebutuhan Zat Gizi
Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Kebutuhan gizi terutama energi
kebutuhan gizi yaitu: jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari,
keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia,
keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas menjadi dasar dalam
perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja
(Ratnawati, 2011). Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan
hanya diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang
diperlukan akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Menurut Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan (Irianto, 2007)
menyatakan bahwa proporsi makanan sehat seimbang terdiri atas 60-65%
karbohidrat, 20% lemak, dan 15-20% protein dari total kebutuhan atau keluaran
energi per hari. Kebutuhan protein, lemak dan karbohidrat menurut WHO adalah
sebanyak 10-15% protein dari kebutuhan energi total, lemak 10-25% dari kebutuhan
energi total, dan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total atau sisa dari
kebutuhan energi yang berasal dari protein dan lemak (Almatsier,2008).
2.2.1 Menaksirkan Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari asupan
makanan sehari-hari. Kebutuhan energi sebaiknya diimbangi oleh asupan energi
dengan jumlah yang sama (Karsin, 2004). Berdasarkan aktivitas fisik masing-masing
orang, maka kebutuhan energi setiap orang akan berbeda-beda pula. Khumaidi (1989)
menyatakan, semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Sehingga pekerjaan yang memerlukan
kekuatan fisik akan membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan pekerjaan
Menaksirkan kebutuhan energi berdasarkan aktivitas fisik dapat dihitung
dengan :
Rumus cara sederhana :
Kebutuhan Energi = Angka Metabolisme Basal (AMB) x faktor aktivitas
Nilai berdasarkan jenis aktivitas fisik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Faktor Aktivitas Berdasarkan Jenis Kelamin
Tingkat Aktivitas Faktor Aktivitas
Sumber dikutip dari Almatsier, 2008
Menaksirkan kebutuhan energi seseorang berdasarkan aktivitasnya kita perlu
mengetahui kebutuhan gizi berdasarkan Angka Metabolisme Basal (AMB). Untuk
mengetahui AMB dapat dilakukan dengan beberapa cara anatara lain :
b) Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
3. Cara FAO/WHO/UNU
Menentukan AMB dengan cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Tabel 2.3 Rumus mencari AMB berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
Kelompok Umur AMB (kkal/hari)
Sumber : FAO/WHO/UNU 1985 dikutip dari Almatsier, 2008
2.2.2 Perhitungan Nilai Kalori Bahan Makanan
Menjaga dan mempertahankan fungsi tubuh maka perlu menjaga
keseimbangan energi. Energi yang dikeluarkan harus seimbang dengan asupan energi
yang didapat dari asupan makanan sehari-hari (Irianto, 2007).
Menghitung nilai kalori dari bahan makanan diperlukan beberapa instrumen
antara lain :
1. Nilai Kalori Makanan
Dalam Bomb calorimeter oksidasi 1 gram karbohidrat menghasilkan 4,1
kalori, 1 gram lemak 9,45 kalori dan 1 gram protein 5,65 kalori. Di dalam
tubuh keadaannya lain baik karbohidrat, lemak maupun protein tidak
pencernaan dan ekskresi maka dilakukan reduksi sebam 2% untuk
karbohidrat, 5% untuk lemak dan 29,2 % untuk protein. Sehingga setelah
dihitung dengan pembulatan-pembulatan diperoleh angka sebagai berikut:
Setiap 1 gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori
Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori
Setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kalori (Budianto, 2009).
2. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) berupa tabel yang memuat
berbagai jenis makanan beserta kandungan zat gizinya.
3. Ukuran Rumah Tangga (URT)
URT (Ukuran Rumah Tangga) berupa daftar takaran bahan makanan yang
dalam daftar ini dinyatakan dengan ukuran yang lazim digunakan di rumah
tangga. Berikut tercantum antara ukuran rumah tangga (URT) dengan gram
(gr) :
1 sdm gula pasir = 8 gram
1 sdm tepung susu = 5 gram
1 sdm tepung beras, tepung sagu = 6 gram
1 sdm terigu, maizena, hunkwe = 5 gram
1 sdm minyak goreng, margarin = 10 gram
1 gls nasi = 140 gram = 70 gram beras
1 ptg pepaya (5 x 15 cm) = 100 gram
1 bh sdg pisang (3 x 15 cm) = 50 gram
1 ptg sdg daging (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram
1 ptg sdg ikan (6 x 5 x 2 cm) = 50 gram
1 bh bsr tahu (6 x 6 x 2,5 cm) = 100 gram
Untuk cairan :
1 sdm = 3 sdt = 10 ml
1 gls = 24 sdm = 240 ml
1 ckr = 1 gls = 240 ml
Perhitungan kalori di dalam bahan makanan dapat ditentukan sebagai berikut :
Banyak kalori = (BDD/100) x (berat/100) x (nilai dari DKBM) x (nilai kalori
makanan)
Misal :
Banyak kalori 1 gls nasi (URT = 125 gr)
Karbohidrat = 100/100 x 125/100 x 78,9 x 4 = 394,5 kal
Lemak = 100/100 x 125/100 x 0,7 x 9 = 7,9 kal
Protein = 100/100 x 125/100 x 6,8 x 4 = 34,0 kal
Total kalori = 394,5 + 7,9 + 34,0 = 435,9 kal
2.3. Status Gizi Pekerja
Status gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel-variabel
tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh (Supariasa, 2002). Pengertian
status gizi di dalam buku Ilmu Gizi dan Diet merupakan status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien (Beck, 2011).
Arkani (1992) menyatakan bahwa pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan
berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi
tersebut. Status gizi normal menunjukkan kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh (Aziiza, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah produk
pangan, pembagian makanan atau pangan, Akseptabilitas (daya terima), Prasangka
buruk pada bahan makanan tertentu, Pantangan pada makanan tertentu, Kesukaan
terhadap jenis makanan tertentu, Keterbatasan ekonomi, Kebiasaan makan, Selera
makan, dan Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) (Supariasa,
2002).
Untuk menilai status gizi secara umum dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode penilaian status gizi secara langsung dan metode penilaian status gizi
secara tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi
menjadi empat cara yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisika.
Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).
Penilaian status gizi pada pekerja dapat dilakukan dengan metode langsung yaitu cara
2.3.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di
Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (Supriasa,
2002).
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterakan pada bayi, anak remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Selain itu IMT juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusu seperti adanya edema,
asites, dan hepatomegali. Indeks Massa tubuh memiliki kelebihan antara lain
pengukuran sederhana dan mudah dilakukan, dan dapat menentukan kelebihan dan
kekurangan berat badan.
Rumus IMT :
I𝐌𝐓= 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈)
𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝑩𝒅𝒂𝒏 𝒎 𝒙𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒎)
Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal Gizi Baik > 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
2.4. Produktivitas
Produktivitas kerja menurut Sagir (dalam Azziza, 2008) merupakan
perbandingan antara jumlah pengeluaran dengan nilai tambah terhadap jumlah tenaga
kerja yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang
diinginkan. Menurut Cascio (dalam Almigo, 2004) produktivitas sebagai pengukuran
output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang berupa
karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan. Arfida (dalam Ardiansyah,
2009) menyatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang
dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan
persatuan waktu. Pengertian makna peningkatan produktivitas yang dapat terwujud
dalam empat bentuk, yaitu :
1. Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumber daya
yang lebih sedikit
2. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumberdaya
yang kurang
3. Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan sumber daya
yang sama
4. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber
daya yang relatif lebih sedikit.
Menurut Sinungan (dalam Lubis, 2011), pengertian produktivitas dapat
1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah rasio yang
dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang
dipergunakan (input)
2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada
hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu dari tiga faktor yaitu : Investasi
termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan
tenaga kerja.
Revianto (1985) menyatakan produktivitas kerja dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain :
1. latar belakang pendidikan dan latihan.
2. Peralatan produksi dan teknologi yang digunakan dalam proses produksi.
3. Value system yaitu nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat (ikatan
kekeluargaan, mobilitas, motivasi)
4. Lingkungan dan iklim kerja
5. Derajat kesehatan, nilai gizi makanan, sanitasi, tersedianya air bersih.
6. Tingkat upah minimal yang berlaku.
Menurut WHO (1995) rendahnya produktivitas kerja pada individu
dipengaruhi oleh rendahnya motivasi, status gizi dan status kesehatan yang kurang
baik. Suhardjo (2005) menyatkan bahwa perbaikan gizi pekerja akan menurunkan
Menurut Sutrisno (dalam Imran, 2011) untuk mengukur produktivitas kerja,
diperlukan suatu indikator, yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampan seseorang
karyawan sangan bergantung pada keterampilan yang dimilki serta
profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.
2. Meningkatkan hasil yang dicapai
Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah
satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun yang
menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi upaya untuk memanfaatkan
produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu
pekerjaan.
3. Semangat kerja
Merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat
dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian
dibandingkan dengan hari sebelumnya.
4. Pengembangan diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan
dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya,
lebih baik pada giliranya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan
untuk meningkatkan kemampuan.
5. Mutu
Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu.
Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja
seorang pegawai. Jadi meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan
hasil yang terbaik pada gilirannya akan sangan berguna bagi perusahaan
dan diri sendiri.
6. Efisiensi
Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas
yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.
2.5. Jenis Pekerjaan Di Pabrik Kelapa Sawit Bagerpang Estate
Pabrik kelapa sawit Bagerpang estate membagi jenis pekerjaan kedalam
beberapa bidang utama (stasiun) antara lain :
a. Stasiun Office :
Sebagian besar jenis pekerjaan yang dilakukan dibidang ini terkait dengan
administrasi pabrik.
b. Stasiun Proses :
Merupakan stasion yang mempunyai jenis kerja sesuai alur proses pengolahan
buah kelapa sawit. Dimulai dari sortasi buah, tempat penimbunan (loading
ramp). Stasiun rebusan (sterilizer), stasiun penebah (threshing station), stasiun
kernel (kernel recovery plant), stasiun steam boiler, dan pembangkit tenaga
listrik.
c. Stasiun Laboratorium :
Pada stasiun ini mempunyai pekerjaan untuk melihat dan mengontrol standar
kualitas dari minyak kelapa sawit.
d. Stasiun Workshop (Bengkel) :
Stasiun workshop merupakan stasiun yang mempunyai jenis pekerjaan
melakukan perawatan (maintenance) dan perbaikan terhadap mesin dan
peralatan yang ada di pabrik.
2.6. Kerangka Konsep
Adapun variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini dapat dilihat dari
bagan di bawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep menggambarkan bahwa asupan zat gizi energi dan zat besi
dipengaruhi oleh karakteristik pekerja yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa
kerja. Asupan zat gizi kemudian berpengaruh terhadap status gizi pekerja yang
selanjutnya akan berdampak terhadap produktivitas kerja.
Penelitian ini akan menggambarkan asupan zat gizi pekerja yaitu energi (dari
karbohidrat, protein dan lemak) dan zat besi serta menggambarkan tingkat status gizi
pekerja dan produktivitas pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang estate bagian proses