• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk - Pengaruh Produk, Faktor Sosial, Harga, Iklan, Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Sony Xperia Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk - Pengaruh Produk, Faktor Sosial, Harga, Iklan, Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Sony Xperia Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

82 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk

Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas

sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi

melalui pemenuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan

kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

Produk merupakan bentuk penawaran organisasi yang ditujukan untuk mencapai

(2)

83 ini, produk bisa berupa apa saja yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Tjiptono, 2005:31).

Menurut Kotler (2002:338), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan

ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, dan dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk itu meliputi objek secara fisik, jasa, orang,

tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi.

Menurut Morrisan (2010:75), produk pada dasarnya adalah segala hal yang dapat

dipasarkan yang dapat memuaskan konsumennya ketika dipakai atau digunakan. Suatu

produk tidak saja merupakan objek-objek yang dapat dilihat namun merupakan suatu

gabungan dari berbagai manfaat yang dapat memuaskan kebutuhan konsumn yang tidak

saja bersifat fungsional namun juga kebutuhan sosial dan psikologis.

2.1.1.1 Tingkatan Produk

Produk juga memiliki tingkatan yang membedakan antara produk yang satu

dengan produk lainnya. Hal ini mesti diperlihatkan oleh para pemasar dalam memasarkan

produknya. Suatu jenis produk dapat dibagi menjadi tiga jenis tingkatan (Kotler,

2002:346), yaitu:

1. Core product (produk inti)

Merupakan tingkatan paling dasar dan berisikan manfaat pemecahan masalah

yang konsumen cari ketika membeli produk atau jasa tertentu. Universitas

2. Actual product (produk aktual)

Merupakan tingkatan kedua setelah produk inti dan bagi setiap pemasar,

(3)

84 Produk aktual minimal harus mempunyai lima sifat, yaitu tingkatan kualitas,

fitur, desain, merek, dan kemasan.

3. Augmented product (produk tambahan)

Merupakan tingkatan produk terakhir yang menawarkan layanan dan manfaat

tambahan bagi konsumen.

2.1.1.2 Klasifikasi Produk

Produk dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa tipe pengelompokan

(Kismono, 2001:327-328), diantaranya adalah:

1. Produk konsumen

Merupakan barang atau jasa yang dikonsumsikan oleh rumah tangga atau individual.

Produk yang dibeli konsumen akan langsung dikonsumsi sendiri. Produk itu tidak akan

digunakan sebagai bahan baku produksi barang lain atau dijual kembali. Menurut

perilaku pembelian konsumen, produk konsumen digolongkan menjadi:

a) Convience product

Merupakan barang dan jasa yang harganya relatif tidak mahal, frekuensi

pembelinnya tinggi, dan konsumen mengeluarkan sedikit usaha maupun

pertimbangan sebelum membuat keputusan pembelian.

b) Shopping product

Merupakan produk yang dibeli konsumen berdasarkan perbandingan dengan

produk lain melalui informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber.

(4)

85 Merupakan produk yang unik di mata konsumen tertentu dan seringkali

konsumen harus membelinya meski berapapun harganya dan dimanapun lokasi

pembeliannya,

d) Unsought product

Merupakan produk yang belum diinginkan oleh konsumen potensial atau

konsumen belum tahu bahwa mereka dapat membelinya.

2. Produk industrial

Produk industraial adalah produk yang dibeli dengan tujuan untuk diproses lebih

lanjut atau digunakan untuk menjalankan bisnis. Kategori produk ini meliputi:

1) Installation

Merupakan barang-barang modal yang digunakan dalam jangka waktu yang

lama dan mengalami penyusutan selama beberapa tahun.

2) Accessory equipment

Merupakan barang-barang modal yang berjangka waktu pendek yakni

peralatan yang digunakan dalam produksi di kegiatan kantor.

2.1.1.3 Indikator Produk

Menurut Mowen dan Minor dalam Sabrina (2012) memberikan beberapa

dimensi dari kualitas produk. Adapun dimensi kualitas produk adalah :

1. Kinerja

Yang dimaksud kinerja di sini adalah kinerja utama dari karakteristik

(5)

86 2. Reliabilitas atau Keandalan

Reliabilitas adalah konsistensi kinerja produk. Bebas dari kerusakan atau tidak

berfungsi.

3 Daya Tahan

Rentang kehidupan produk / umur pemakaian produk.

4 Keamanan (Safety)

Produk yang tidak aman merupakan produk yang mempunyai kualitas yang

kurang / rendah.

2.1.2 Faktor Sosial

Setiap individu memang merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya

dipengaruhi oleh orang-orang yang berada disekitar, dan lingkungannya pada saat

membeli suatu barang. Menurut Amir (2005:50) ada tiga aspek dalam faktor

sosial, yaitu :

a. Kelompok Rujukan (Reference Group)

Kelompok adalah orang-orang disekeliling kita, baik secara langsung maupun

tidak langsung, mempengaruhi sikap dan perilaku kita.siapa orang itu ? Bisa

teman, bisa teman, saudara, bisa tetangga, artis pujaan, peimpin agama, atau

figure-figur public seperti artis dan para pimpinan perusahaan yang

terkemuka. Jadi ada kelompok dimana kita langsung berhubungan, atau kita

bagian dari kelompok itu.

b. Keluarga

Anggota keluarga, sebagai lingkungan terdekat seseorang, dapat mendorong

(6)

87 c. Peran dan Status

Peran yang dimainkan seseorang dalam kehidupannya dapat lebih dari satu.

Kotler et.al. (dalam Kertajaya, 2010: 104) memisahkan kegiatan sosial

perusahaan kedalam beberapa tingkatan yang didasarkan terhadap seberapa

dalam mereka memasukkan kegiatan sosial tersebut dalam aktivitas bisnis

mereka. Terdapat tiga tipe tingkatan yaitu sebagai berikut :

a. Filantropi

Di dalam filantropi, perusahaan menyumbangkan sebagian penghasilannya

untuk didonasikan kepada sebuah badan amal atau untuk gerakan sosial

tertentu. Banyak perusahaan menggunakan filantropi terutama untuk

meningkatkan reputasinya untuk mendapatkan pengurangan pajak.

b. Cause Marketing

Cause Marketing merupakan tahapan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan filantropi. Sebuah praktik dimana perusahaan mendukung gerakan

sosial tertentu melalui kegiatan pemasaran mereka. Dalam cause

marketing, peeusahaan menempatkan energy mereka, bukan hanya uang,

untuk terlibat langsung mengentaskan isu-isu tertentu.

c. Socio-Cultural Transformation

Dalam tingkatan ini, transformasi tidak hanya ditautkan pada level produk,

tetapi lebih dalam lagi kedalam model bisnis perusahaan. Dengan

memanfaatkan kekuatan kolaborasi dengan konsumen ataupun partner, hal

itu juga dapat digunakan untuk menurunkan biaaya perusahaan sekaligus

(7)

88 2.1.3 Harga

2.1.3.1Pengertian Harga

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang atau jasa (Tjiptono, 2005:34). Agar dapat sukses dalam

memasarkan suatu barang atau jasa, manajer harus mengintegrasikannya dulu

dengan keputusan-keputusan sebelumnya, yaitu dalam bidang produksi, distribusi,

dan strategi promosi. Penyesuaian ini dibutuhkan agar dapat menciptakan suatu

bauran pemasaran yang konsisten, terpadu, dan mampu mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.

2.1.3.2 Tujuan Penentapan Harga

Menurut Tjiptono (2005:35), ada 4 hal yang menjadi tujuan penetapan harga,

yaitu:

1. Tujuan berorientasi laba

Ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap

perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang maksimum.

Dalam kondisi persaingan yang ketat dan serba kompleks penerapannya sangat sulit

untuk dilakukan.

2. Tujuan berorientasi pada volume

Tujuan ini berorientasi pada volume, di mana harga ditetapkan sedemikian rupa agar

(8)

89 pangsa pasar, misalnya biaya operasional pemasangan jalur telepon untuk satu

rumah tidak berbeda jauh dengan biaya pemasangan untuk lima rumah.

3. Tujuan berorientasi pada citra

Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan

citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah dapat dipergunakan untuk membentuk

citra nilai tertentu.

4. Tujuan stabilisasi harga

Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan

hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri.

5. Tujuan-tujuan lainnya

Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk mencegah masuknya pesaing,

mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau

menghindari campur tangan pemerintah.

2.1.3.3Indikator Harga

Indikator yang mencirikan harga yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu (Stanton, 1998) :

1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

3. Daya saing harga

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

(9)

90 Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada dua faktor yang

harus dipertimbangkan (Tjiptono, 2005:38), yaitu:

1. Faktor internal perusahaan

Faktor ini berasal dari dalam perusahaan, terdiri dari:

a) Tujuan pemasaran perusahaan

Faktor utama yang menetukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran

perusahaan. Tujuan tersebut bisa berupa maksimisasi laba, mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan

kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan

tanggung jawab sosial, dan lain-lain.

b) Strategi bauran pemasaran

Harga adalah salah satu komponen bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga

perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya,

yaitu produk, distribusi, dan promosi.

c) Biaya

Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan

perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan

sangat memperhatikan biaya (biaya tetap dan biaya variabel), serta jenis-jenis

biaya lainnya.

2. Faktor eksternal perusahaan

(10)

91 a) Sifat pasar dan permintaan

Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang

dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopoli,

maupun oligopoli. Faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya ialah elastisitas

permintaan.

b) Persaingan

Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis pasar

yang berbeda-beda.

2.1.4 Iklan

2.1.4.1 Definisi Iklan

Iklan menurut Lee dan Johnson (2007:3) adalah komunikasi komersil dan

nonpersonal mengenai sebuah organisasi dan produk-produknya yang

ditransmisikan ke masyarakat luas melalui media dan bersifat massal seperti

televise, radio , koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan

umum. Dalam hal ini peneliti menjadikan pendapat Widyatama (2011:27) sebagai

indikator dari iklan, yaitu :

1. Penyampaian

2. Media

2.1.4.2 Jenis – Jenis Iklan

Menurut Morissan (2010:20-21), iklan diklasifikasikan menjadi beberapa

(11)

92 1. Iklan Nasional

Iklan nasional ini biasa dimunculkan pada jam tayang utama (prime time) di

jarigan televisi nasional dan juga di media besar nasional dan media lainnya.

Iklan ini dipasang dengan tujuan untuk menginformasikan dan mengingatkan

kepada konsumen akan merek produk atau jasa yang ditawarkan beserta fitur,

manfaat, dan manfaat yang ditawarkan dalam rangka menciptakan dan

memperkuat citra produk sehingga konsumen akan cenderung membelinya.

2. Iklan Lokal

Iklan lokal dipasang dengan tujuan untuk mendorong konsumen untuk

berbelanja pada toko tertentu atau menggunakan jasa lokal atau mengunjungi

suatu tempat atau institusi tertentu. Promosi yang dilakukan iklan lokal sering

berbentuk direct action advertising (aksi langsung) untuk memperoleh

penjualan secara cepat.

3. Iklan Primer dan Selektif

Iklan primer dirancang untuk mendorong permintaan terhadap suatu jenis

produk tertentu atau untuk keseluruhan industri. Iklan sejenis ini bertujuan

untuk menjelaskan konsep dan manfaat produk secara umum namun sekaligus

mempromosikan merek produk bersangkutan.

Iklan selektif lebih fokus pada penciptaan permintaan terhadap suatu merek

tertentu. Iklan jenis ini lebih menekankan pada alasan untuk membeli suatu

merek produk tertentu.

(12)

93 Iklan antar bisnis merupakan iklan dengan target kepada satu atau beberapa

individu yang berperan memengaruhi pembelian barang atau jasa industri

untuk kepentingan perusahaan dimana individu tersebut bekerja.

5. Iklan Professional

Iklan professional merupakan iklan dengan target kepada para pekerja

profesional seperti dokter, pengacara, dokter gigi, ahli teknik, dan sebagainya.

Iklan ini digunakan untuk mendorong professional untuk menggunakan

produk perusahaan dalam bidang pekerjaan dan merekomendasikannya

kepada konsumen.

6. Iklan Perdagangan

Iklan perdagangan menaruh target pada anggota yang mengelola saluran

pemasaran seperti pedagang besar, distributor, serta para pengecer. Iklan ini

dilakukan dengan tujuan agar para anggota saluran distribusi untuk memiliki,

mempromosikan, serta menjual kembali produk tersebut.

2.1.4.3 Keputusan Penting dalam Periklanan.

Penetapan Strategi pesan

(13)

94 Sumber: Kotler/Amstrong dasar-dasar pemasaran jilid 2 hal 168

Gambar 2.1

Keputusan penting dalam periklanan

2.1.4.4 Fungsi – Fungsi Iklan

Adapun fungsi – fungsi iklan menurut Widyatam (2011:43) sebagai

berikut:

1. sebagai media komunikaasi dari pihak produsen atau pembuat pesan kepada

konsumen atau khalayak penerima pesan. Fungsi komunikasi tersebut meliputi

fungsi memberikan informasi, fungsi persuasi, fungsi pengingat, fungsi

pemercepat keputusan, fungsi pembangun citra, dan fungsi peneguh citra;

2. sebagai media pendidikan yang digunakan oleh produsen atau komunikator

terhadap konsumen atau khalayaknya;

3. sebagai media yan berfungsi ekonomi di tengah masyarakat;

4. sebagai media sosial; dan

Keputusan Media Jangkauan, frekuensi,

(14)

95 5. sebagai media penghibur bagi khalayaknya.

2.1.5 Word of Mouth

2.1.5.1Definisi Word of Mouth

Word of mouth cenderung merupakan komunikasi interpersonal dan

komunikas antar kelompok. Komunikasi ini memiliki kekuatan yang besar karena

kemampuannya dalam memberikan rekomendasi. Hal ini sesuai dengan yang

dinyatakan oleh Dye dalam Godin (2000:12), bahwa dalam kehidupan sehari-hari

seseorang cenderung untuk membagi pengalamannya akan sesuatu. Widyatama

(2011:73) berpendapat word of mouth merupakan komunikasi lisan dan elektronik

antarmasyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli

atau menggunakan produk atau jasa.

Menurut Rangkuti (2013:111) word of mouth adalah usaha pemasaran

yang memicu pelanggan untuk membicarakan, mempromosikan,

merekomendasikan, dan menjual produk/jasa/merek ke pelanggan lain. Tujuan

akhirnya adalah supaya seorang pelanggan tidak hanya mampu membicarakan dan

mempromosikan produk yang ia gunakan, tetapi juga mampu menjual kepada

pelanggan lainnya secara tidak langsung.

Jadi dapat disumpulkan bahwa word of mouth merupakan salah satu proses

komunikasi yang melibatkan pengiriman pesan, penerimaan pesan, pesan yang

disampaikan, saluran atau media tempat pesan tersebut disampaikan, situasi dan

kondisi saat pesan tersebut disampaikan, serta apa yang dilakukan oleh penerima

(15)

96 organisasi untuk mempengaruhi bagaimana para konsumen menciptakan dan/atau

mendistribusikan informasi yang bersifat pemasaran kepada konsumen-konsumen.

Word of mouth memang memiliki nilai peasaran yang lebih tinggi. Sebagai

bagian dari model mikro komunikasi pemasaran, word of mouth memiliki model

hirarki respons (Tandjung dkk, 2013:74-76 ), yaitu:

1. Awareness

Pengetahuan atau informasi lebih dalam mengenai sebuah produk harus

dimiliki oleh pelanggan potensial. Mereka mungkin memiliki kesadaran, tapi

tidak tahu banyak tentang produk. Pengetahuan sangat penting diberikan

kepada pelanggan potensial agar informasi tentang produk menjadi lengkap.

Untuk itu pesan yang disampaikan oleh komunikator harus jelas agar

dimengerti oleh pelanggan potensial. Jangan sampai mereka bingung

memahami pesan produk yang disampaikan. Selain itu figure penyampaian

pesan harus sesuai dengan pelanggan potensial.

2. Interest

Komunikator harus mampu membangkitkan rasa suka pelanggan potensial

terhadap produk. Biasanya untuk menarik perhatian, banyak perusahaan

menggunakan selebritis nasional maupun internasional. Selain itu juga

menggunakan tokoh – tokoh penting dari kalangan bisnis, politik, pendidikan,

dan lain – lain.

3. Desire

Pelanggan potensial mungkin berminat terhadap merek produk tersebut,tetapi

(16)

97 harus berusaha membangun keinginan pelanggan potensial dengan

membandingkan kualitas, nilai serta fitur – fitur lainnya terhadap produk

pesaing. Di Indonesia, strategi ini tidak boleh dilakukan secara terang –

terangan dengan membandingkan langsung antara merek produk sendiri

terhadap merek produk pesaing. Nama merek pesaing harus dikaburkan

sehingga tidak kelihatan jelas jika dibandingkan langsung.

4. Action

Pelanggan potensial memiliki keinginan serta minat yang kuat, namun belum

cukup tergerak untuk membeli. Untuk itu, setiap pesan harus bisa emberikan

dorongan agar mereka segera melakukan tindakan. Salah satu contohnya

adalah memberikan diskon selama jangka waktu tertentu.

5. Advocacy

Komunikator harus berusaha membangun kesetiaan pelanggan potensial

terhadap merek produk. Untuk itu, kepuasan pelanggan adalah kunci utama.

Jangan sampai program promosi yang disampaikan justru mengecewakan

mereka, misalnya staf penjualan kurang siap atau stock produk belum dikirim,

dan lain – lain. Pelanggan yang puas bisa menjadi corong promosi bagi rekan

– rekan atau keluarga mereka.

(17)

98

Sumber: Kanwar (2002:4)

Gambar 2.2

Proses Word of Mouth

Gambar 2.2 menunjukkan ilustrasi sederhana mengenai hal-hal yang

berkenaan dengan proses word of mouth marketing. Ketiga hal tersebut

merupakan variabel konstituen dari proses word of mouth marketing yang

dijelaskan sebagai berikut :

1. Content

Content merupakan pesan atau informasi yang menjadi bahan pembicaraan

dalam proses interaksi word of mouth marketing yang dapat bersifat positif

dan negatif dalam kaitannya dengan merek produk atau jasa yang dibicarakan.

2. Context

Context dalam jenis komunikasi ini adalah jika isi pesan atau content

mengalami proses penerimaan (decoding). Context disini juga mengacu pada

saluran (channel) yang digunakan dalam proses pesan yang dapat berupa

interest groups diinternet dan yang menjadi context-nya adalah tema dari

interest groups tersebut.

(18)

99

Carriers mengacu pada individu-individu yang memelihara dan

mempertahankan pesan dan informasi (content) dari suatu pesan.

Menurut Lupiyoadi (2006:238) word of mouth dapat diukur dengan

indikator sebagai berikut:

1. Membicarakan hal-hal positif tentang produk/jasa.

2. Rekomendasi produk/jasa dari orang lain

3. Termotivasi teman/relasi untuk melakukan pembelian

2.1.5.3Indiktor Word of Mouth

Adapun indikator word of mouth yang digunakan pada penelitian ini

sebagai berikut (Dede Suryadi dalam Majalah SWA, 2014:54):

1. Dibicarakan (talk)

2. Promosi (promotion)

3. Penjualan (sell)

2.1.6 Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan oleh konsumen berbeda-beda menurut jenis

keputusan pembelian. Keputusan yang lebih kompleks mungkin melibatkan

partisipasi yang lebih banyak dan kebebasan pembeli yang besar.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan mereka berupaya untuk dapat

memuaskan kebutuhan mereka. Ketika produk atau jasa mulai ditawarkan

perusahaan kepada konsumen, dengan menginformasikan mengenai produk

tersebut, harganya, promosinya sampai menarik minat konsumen, terakhir adalah

(19)

100 adalah suatu proses dimana seseorang rela menukarkan uang atau alat pembayaran

lainnya untuk sebuah barang ataupun jasa untuk dapat memuaskan kebutuhannya.

Suatu keputusan dapat dibuat hanya jika ada beberapa alternatif yang

dipilih. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang dilakukan tanpa

adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan.Menurut Kotler

dan Armstrong (2008:181) keputusan pembelian konsumen adalah membeli

merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi dua faktor bisa

berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah

sikap orang lain dan yang kedua faktor situasional yang tidak diharapkan. Oleh

karena itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pembelian

yang aktual.

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan. Awater (dalam Setiadi, 2003) mendefinisikan pengambilan keputusan

sebagai kegiatan mengumpulkan informasi tentang alternatif yang relevan dan

membuat pilihan yang sesuai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli

merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam

pemilihan alternatif perilaku yang sesuai dari dua alternatif perilaku atau lebih dan

dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih

(20)

101 Proses keputusan pembelian yang spesifik menurut Kotler dan Armstrong

(2008:179) terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca

pembelian. Secara rinci tahap tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menyadari akan adanya kebutuhan.

Konsumen menyadari adanya perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan

kondisi yang di harapkan.

b. Pencarian informasi, yaitu konsumen ingin mencari lebih banyak konsumen

yang mungkin hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian

informasi secara aktif.

c. Evaluasi alternatif, yaitu mempelajari dan mengevaluasi alternatif yang

diperoleh melalui pencarian informasi untuk mendapatkan alternatif pilihan

terbaik yang akan digunakan untuk melakukan keputusan pembelian.

d. Keputusan membeli, yaitu melakukan keputusan untuk melakukan

pembelian yang telah diperoleh dari evaluasi alternatif terhadap merek yang

akan dipilih.

Perilaku sesudah pembelian, yaitu keadaan dimana sesudah pembelian

terhadap suatu produk atau jasa maka konsumen akan mengalami beberapa

tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.

2.1.6.1Model Lima Tahap

Menurut Kotler, Proses keputusan pembelian menggunakan model lima

(21)

102 memahami bagaimana konsumen benar-benar membuat keputusan pembelian

mereka.

2.1.6.1.1 Pengenalan Masalah

Pemasar harus mengidentifikasi keadaan yang emmicu kebutuhan tertentu

dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen. Lalu mereka dapat

mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. Terutama

untuk pembelian fleksibel seperti barang-barang mewah, paket liburan dan pilihan

liburan, pemasar mungkin harus meningkatkan motivasi konsumen sehingga

pembelian potensial meningkatkan motivasi konsumen sehingga pembelian

potensial mendapat pertimbangan serius.

2.1.6.1.2 Pencarian Informasi

Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih reseptif terhadap informasi

tentang sebuah produk. Pada tingkat berikutnya seseorang dapat memasuki

pencarian informasi aktif; mencari bahan bacaan, menelepon teman, melakukan

kegiatan online, dan mengunjungi toko untukmempelajari produk tersebut.

Sumber informasi utama dimana konsumen dibagi menjadi empat kelompok :

a) Pribadi. keluarga, teman, tetangga, rekan.

b) Komersial. Iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan. c) Publik. Media masaa, organisasi pemeringkat konsumen.

d) Eksperimental. Penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.

Jumlah dan pengaruh relatif dari sumber-sumber ini bervariasi dengan

kategori produk dan karakteristik pembeli. Secara umum, konsumen menerima

(22)

103 didominasi pemasar. Meskipun demikian, informasi yang paling efektif sering

berasal dari sumber pribadi atau sumber publik yang merupakan otoritas

independen.

2.1.6.1.3 Evaluasi Alternatif

Beberapa konsep dasar yang akan membantu kita memahami proses

evaluasi adalah :

1. Konsumen berusaha memuaskan sebuah keputusan.

2. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

3. Konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut

dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang

diperlukan untuk memuaskan kebutuhan ini.

2.1.6.1.4 Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi antar merek

dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk maksud untuk

membeli merek yang paling disukai. Model ekspentasi nilai merupakan model

kompensatoris, yaitu hal-hal yang dianggap buruk. Tetapi konsumen sering

mengambil “jalan pintas mental” dengan menggunakan aturan (heuristik) pilihan

yang sederhana. Dengan model nonkompensatoris (noncompensatory model)

pilihan konsumen, pertimbangan atribut positif dan negative tidak saling

mengurangi. Mengevaluasi atribut yang berada dalam isolasi membuat konsumen

lebih mudah mengambil keputusan, tetapi juga meningkatkan kemungkinan

bahwa ia akan mengambil pilihan berbeda jika ia berpikir lebih rinci. Disini kita

(23)

104 1. Dengan heuristic konjungtif (conjuctive heuristic)

Konsumen menetapkan tingkat cutoff minimum yang dapat diterima untuk

setiap atribut dan memilih alternative pertama yang memenuhi standar

minimum untuk semua atribut.

2. Dengan heuristic leksikografis (lexicograohic heuristic)

Konsumen memilih merek terbaik berdasarkan atribut yang dianggap paling

penting.

3. Dengan heuristic eliminasi berdasarkan aspek (elimination-by-aspects

heuristic)

Konsumen membandingkan merek berdasarkan atribut yang dipilih secara

probabilistik – dimana probabilitas pemilihan aribut berubungan positif degan

arti pentingnya – dan menghilangkkan merek yang tidak memenuhhi batasan

minimum yang dapat diterima.

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari

keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko anggapan. Konsumen dapat

menilai banyak jenis resiko dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah produk :

1. Risiko fungsional – Produk tidak bekerja sesuai harapan.

2. Risiko fisik – Produk mengancam kesejahteraan atau kesehatan fisik

pengguna atau orang lain.

3. Risiko keuangan – Produk tidak layak untuk harga yang dibayarkan.

4. Risiko sosial – Produk menimbulkan rasa malu dari orang lain.

(24)

105 6. Risiko waktu – Kegagalan produk menghasilkan biaya peluang untuk

menemukan produk memuaskan lainnya.

2.1.6.1.5 Perilaku Pascapembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan

melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal yang

menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang

mendukung keputusannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oelh

pemasar dalam fase ini, yaitu:

1. Kepuasan Pasca Pembelian

Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja anggapan

produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa, jika

memenuhi harapan, konsumen puas; jika melebihi harapan, konsumen sangat

puas.

2. Tindakan Pasca Pembelian

Jika konsumen puas, ia mungkin ingin membeli produk itu kembali.

Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek

kepada orang lain.

3. Penggunanaan dan penyingkiran Pasca pembelian.

Pemasar juhga harus mengamati bagaimana pembeli menggunakan dan

menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat

konsumsi produk – semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk,

(25)

106 Gambar 2.3

Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian

2.1.6.2Zero Moment of Truth (ZMOT)

Istilah ‘Moment of Truth’ sudah lama digunakan untuk menjelaskan

moment penting interaksi antara konsumen dengan brand, pada saat brand dicoba

(atau dibeli). Bila ternyata janji-janji nya tidak terpenuhi, maka moment ini

dianggap gagal. Moment of Truth akan membuka, membeberkan ‘siapa’ diri brand

itu sebenarnya. Menurut A.G. Lafley, CEO Procter & Gamble di tahun 2005,

Moment of Truth pada saat produk sudah dibeli dan dicoba bukanlah yang

Keputusan Pembelian

Evaluasi alternatif Niat Untuk

Membeli

Sikap orang lain Faktor situasional

(26)

107 terpenting. Moment ini dikenal sebagai Moment of Truth Kedua (The Second

Moment of Truth/SMOT).

The First Moment of Truth (FMOT), menurut Lafley, lebih penting lagi

dibandingkan dengan SMOT. FMOT adalah pada saat saat konsumen bertemu

langsung dengan brand di rak display. Disana, pada saat ia sedang berada di zona

terdekat dengan brand, sedang berada di hadapannya, disitulah kekuatan sebuah

brand diuji.

Jim Lecinski dari Google membuat terobosan dengan memperkenalkan

istilah baru yang masih berkaitan dengan moment of truth ini dengan nama “Zero

Moment of Truth” (ZMOT). ZMOT diyakini jauh lebih penting daripada FMOT

dan SMOT. Menurut Google, saat seseorang akan membeli produk – baik itu

sekedar snack, atau tiket konser hingga liburan ke Paris – dunia Internet bisa

mengubah cara ia memutuskan brand apa yang akan dipilihnya. Untuk konsumen

masa kini, Pre-shopping Moment adalah saat-saat penting. Saat mencari informasi

tentang sebuah produk (ZMOT) ternyata bisa lebih penting lagi daripada saat

berada di outlet (FMOT) dan saat menggunakannya (SMOT).

Zero Moment of Truth merupakan sebuah konsep pemasaran yang

mengacu pada keputusan pembelian pelanggan dan tidak terjadi dengan

sendirinya. Pada teori ini konsumen yang ditargetkan bukanlah konsumen yang

dipengaruhi oleh iklan suatu produk, brand atau layanan, melainkan model

konsumen yang secara aktif mencari informasi mengenai pandangan dan bahkan

(27)

108 inilah yang menjadi dasar ZMOT dan semestinya perusahaan cukup jeli pada

tahap ini, agar dapat memahami dan membimbing keputusan pelanggan tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Gultom (2010) telah melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Penayangan Iklan simPATI freedom Di Televisi Terhadap Keputusan Pembelian

Pada Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa penayangan iklan simPATI freedom di televisi memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada siswa SMA

Santo Thomas 1 Medan. Koefisien determinasi (R2) 0,565 menunjukkan bahwa

variabel bebas yaitu iklan simPATI freedom di televisi berpengaruh terhadap

variabel terikat yaitu keputusan pembelian pada siswa SMA Santo Thomas 1

Medan sebesar 56,5% dan sisanya sebesar 43,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain di luar variabel penelitian.

Sabrina (2012) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Kualitas Produk, Harga Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan Pembelian

Sabun Sunlight Cair Pada Konsumen Rumah Tangga Di Kelurahan Helvetia

Tengah Medan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas produk, harga dan

word of mouth secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian sabun Sunlight cair pada konsumen rumah tangga di

Kelurahan Helvetia Tengah Medan. Secara parsial semua variabel independen,

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian sabun Sunlight

cair pada konsumen rumah tangga di Kelurahan Helvetia Tengah Medan dan

(28)

109 Zulkarnain (2011) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis

Pengaruh Produk, Sosial, Harga, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian

CDMA-Based Mobile Phone Network (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan S1

Teknik Elektro Fakultas Teknik USU). Melalui pengujian koefisien korelasi (R)

diperoleh bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara produk, sosial, harga, dan

promosi terhadap keputusan pembelian CDMA-based mobile phone network pada

Mahasiswa Jurusan S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik USU memiliki hubungan

yang sangat erat. Berdasarkan pengujian secara simultan, variabel independen

(produk, sosial, harga, dan promosi) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). Berdasarkan pengujian secara

parsial, faktor sosial merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi

keputusan pembelian CDMA-based mobile phone network pada Mahasiswa

Jurusan S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik USU.

Chen et al. (2010) telah melakukan penelitian dengan judul Online Social

Interaction: A Natural Experiment on Word of Mouth versus Observational

Learning. Penelitian ini menjelaskan bahwa keputusan pembelian dapat

dipengaruhi oleh pendapat orang lain, yaitu word of mouth dan/atau tindakan

orang lain, yaitu belajar. Sementara teknologi informasi menciptakan kesempatan

bagi perusahaan untuk memfasilitasi/mengelola kedua jenis interaksi sosial

tersebut. Adapun hasil penelitian ini adalah word of mouth negatif lebih

berpengaruh daripada word of mouth positif. Informasi pembelajaran

observasional positif secara signifikan meningkatkan penjualan tetapi informasi

(29)

110 menunjukkan bahwa dampak penjualan meningkatkan pembelajaran

observasional dengan volume yang WOM.

Raheem et al. (2014) telah melakukan penelitian dengan judul Role Of

Packaging And Labeling On Pakistani Consumers Purchase Decision. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kemasan dan pelabelan terhadap

keputusan pembelian konsumen Pakistan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kemasan dan pelabelan adalah faktor yang paling penting. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemasan adalah salah satu faktor yang paling penting dan kuat

yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Tabel 2.1 Santo Thomas 1 Medan/

Penayangan iklan simPATI freedom di televisi memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap

keputusan pembelian pada siswa SMA Santo Thomas 1 Medan. Sabun Sunlight Cair Pada

(30)

111

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian sabun Sunlight cair pada

konsumen rumah tangga di Kelurahan Helvetia Tengah Medan dan variabel yang dominan dalam penelitian adalah kualitas produk. 3 Analisis secara simultan, variabel independen (produk, sosial, harga, dan promosi) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). Berdasarkan pengujian secara parsial, faktor sosial merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian CDMA-based mobile phone network pada Mahasiswa Jurusan S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. Learning/ Chen et al./2010

Word of mouth negatif lebih berpengaruh daripada word of mouth positif. Informasi pembelajaran observasional positif secara signifikan meningkatkan penjualan tetapi informasi

pembelajaran observasional negatif tidak berpengaruh. Hasil lain juga

menunjukkan bahwa dampak penjualan

meningkatkan pembelajaran observasional dengan volume yang WOM.

5 Role Of

(31)

112 kemasan adalah salah satu faktor yang paling penting dan kuat yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

2.3 Kerangka Konseptual

Konsumen memiliki kebutuhan maupun keinginan yang akan berubah

secara terus menerus. Sehingga seorang manajer pemasaran harus mempunyai

pengetahuan yang seksama tentang perilaku konsumen agar dapat memberikan

definisi pasar yang baik untuk mengikuti perubahan yang konsisten.

Menurut Kotler (2002:338), produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, dan

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Konsumen

senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat

dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala

spesifikasinya. Sehingga kinerja produk menjadi salah satu perbincangan yang

menarik bagi sesame konsumen dalam menentukan keputusan pembelian.

Semakin baik kualitas produk maka akan meningkatkan minat konsumen untuk

melakukan pembelian.

Faktor sosial adalah faktor yang meliputi hubungan kekeluargaan.

Menurut Amir (2005:50) terdapat tiga aspek dalam faktor sosial ini, yaitu

kelompok rujukan, keluarga, serta peran dan status. Faktor sosial ini biasanya

(32)

113 membuat keputusan pembelian, bahkan juga dapat menghalangi suatu keputusan

pembelian.

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang atau jasa (Tjiptono, 2005:34). Tingkat harga yang

ditetapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian karena faktor harga akan

menarik bagi calon pembeli produk yang di tawarkan.

Iklan menurut Lee dan Johnson (2007:3) adalah komunikasi komersil dan

nonpersonal mengenai sebuah organisasi dan produk-produknya yang

ditransmisikan ke masyarakat luas melalui media dan bersifat massal seperti

televise, radio , koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan

umum. Tujuan dasar dari semua kegiatan iklan adalah memberikan informasi

kepada konsumen potensial tentang produk yang ditawarkan, dimana konsumen

dapat membelinya, berapa harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan

produk atau jasa tersebut. Konsumen memerlukan informasi-informasi tersebut

dalam pengambilan keputusan pembeliannya. Kegiatan periklanan dilakukan oleh

perusahaan dapat membantu membentuk persepsi konsumen tentang produk.

Word of mouth adalah usaha pemasaran yang memicu pelanggan untuk

membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan, dan menjual

produk/jasa/merek ke pelanggan lain (Rangkuti, 2013:111). Word of mouth dalam

penelitian ini dapat dijelaskan dengan empat variabel bebas yaitu Produk, Faktor

Sosial, Harga dan Iklan. Setiap perusahaan membutuhkan suatu strategi dalam

berpromosi. Seiring perkembangan zaman, kini strategi promosi juga semakin

(33)

114 adalah strategi yang cukup efektif dengan biaya yang relatif rendah jika

dibandingkan dengan promosi iklan di media masa. WOM adalah cara terbaik

untuk mempengaruhi orang lain untuk membeli produk anda, karenan bisa

langsung fokus ke target market. Strategi ini memungkinkan seseorang

membeli/menggunakan produk atau jasa anda hanya karena ajakan orang lain dan

opini positif yang mereka sampaikan.

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang

ditawarkan. Awater (dalam Setiadi, 2003) mendefinisikan pengambilan keputusan

sebagai kegiatan mengumpulkan informasi tentang alternatif yang relevan dan

membuat pilihan yang sesuai. Keputusan pembelian dalam penelitian ini dapat

dijelaskan dengan empat variabel bebas yaitu Produk, Faktor Sosial, Harga dan

Iklan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan skema sistematis

kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis

Produk (𝑋𝑋1)

Faktor Sosial (𝑋𝑋2)

Harga ( 𝑋𝑋3)

Iklan (𝑋𝑋4)

Word of mouth (𝑋𝑋5)

(34)

115 Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan peneliti, maka

hipotesis pada penelitian ini adalah:

4. Produk, faktor sosial, harga, dan iklan diduga mempunyai pengaruh signifikan

terhadap word of mouth.

5. Produk, faktor sosial, harga, dan iklan serta word of mouth diduga

mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen

pada Sony XPeria.

6. Word of mouth diduga mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan

Gambar

Gambar 2.1 Keputusan penting dalam periklanan
Gambar 2.3 Langkah-Langkah Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pada grafik tersebut menunjukkan nilai SPL yang lebih besar dari pada difuser bubur kertas 2D dengan pola hamburan yang hampir sama. Dapat dilihat juga pola persebaran

Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 menyajikan hasil simulasi pendugaan parameter distribusi Weibull dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum pada beberapa

Penyakit ini juga bisa terjadi karena kebersihan perorangan yang salah satunnya adalah kebersihan kulit Menurut Umar Z (2008), kebersihan diri termasuk kebersihan

Clubbing dipersepsikan sebagai suatu hal yang negatif karena merupakan kegiatan di tempat gelap dengan warna warni cahaya lampu, asap rokok yang memenuhi

Sedangkan aplikasi pendaftaran ekstrakurikuler online dibuat dengan menggunakan PHP yang diubah ke dalam bentuk komponen Joomla yang terintegrasi oleh website itu sendiri.

Narasumber yang dimaksud adalah Ketua Divisi Perencanaan dan Pengembangan Edukasi Keilmiahan (P2EK) Kelompok Peneliti Muda Universitas Negeri Jakarta 2018 sebagai

Pada makalah ini dikaji dependensi dalam model resiko individual menggunakan metode direct calculation dan hubungannya dengan independensi resiko dalam asuransi

Maksud dari inovasi disini adalah solusi yang belum digunakan di dalam perusahaan, yang mungkin menjadi solusi yang baru dari permasalahan utama untuk melakukan efisiensi