• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi Kurang - Pengaruh Pemberian cookies Substitusi Tepung Tempe terhadap Pertumbuhan Anak Batita Gizi Kurang di Kelurahan Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi Kurang - Pengaruh Pemberian cookies Substitusi Tepung Tempe terhadap Pertumbuhan Anak Batita Gizi Kurang di Kelurahan Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gizi Kurang

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir, dan

semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi bersifat ringan

sampai berat banyak terjadi pada anak balita. Kondisi gizi kurang yang terus-menerus

menyebabkan kurang energi protein (KEP) yang merupakan salah satu penyakit

gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam

proporsi yang berbeda-beda, pada derajat yang ringan sampai berat. Menurut

Manjoer Arif (2000) KEP adalah keadaan dimana kurang gizi yang di sebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang tidak

memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Batita gizi kurang adalah batita dengan

status gizi kurang yang berdasarkan indikator BB/U dengan nilai z-score < - 2 SD

sampai – 3 SD.

2.2. Pertumbuhan

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada

masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 1995). Sementara itu, menurut

Nursalam, Susilaningrum dan Rekawati (2005), bahwa masyarakat pada umumnya

(2)

tetapi sebenarnya berbeda. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik

sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur/fungsi tubuh.

Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan syaraf

pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan

penting dalam kehidupan. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai

arti yang berbeda namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara

simultan (bersamaan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai

dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan

fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron

pada setiap individu (Soetjiningsih, 1995).

Menurut Satoto (1987), berbeda namun berhimpitan satu sama lain dengan

pertumbuhan, maka perkembangan anak (kadang disebut perkembangan psiko-sosial)

secara populer didefinisikan sebagai suatu kombinasi proses jasmani dan rohani

secara kualitatif, sedangkan hasil pematangan fungsi-fungsi bawaan ditunjang oleh

faktor lingkungan dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan. Menurut

Sediaoetama (2000) pertumbuhan adalah bertambahnya materi tubuh, sedangkan

perkembangan adalah kemajuan fungsi atau kapasitas fisiologis badan atau organ

badan. Menurut Jahari (2000) pertumbuhan adalah produk dari status gizi dan

merupakan gambaran status gizi secara kontinyu. Sedangkan gagal tumbuh adalah

kegagalan seorang bayi untuk mencapai berat badan menurut umur (BB/U) dengan

(3)

dapat dilihat dari variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi/panjang

badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 1990).

Menurut Soekirman (2005), pertumbuhan anak adalah indikator dinamik

yang mengukur pertambahan berat dan tinggi/panjang anak. Dari indikator ini dapat

diikuti dari waktu ke waktu kapan terjadinya penyimpangan (penurunan)

pertambahan berat atau tinggi badan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa orang yang

berkembang bertambah kemampuanya dalam berbagai hal, lebih mengalami

difrensiasi pada tingkat yang lebih tinggi, dan lebih mengalami integrasi. Maka istilah

pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa bertambah besarnya ukuran

badan dan fungsi fisik yang murni, sedang perkembangan lebih dapat mencerminkan

sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul (Monks, Knoers & Rahayu,

2002).

2.2.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan a. Faktor Internal

Faktor internal/genetika ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.

Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya.

Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis

kelamin, kelainan genetik dan kelainan kromosom. Perbedaan ras, seperti misalnya

ras Eropah mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang dibandingkan dengan ras

Mongol. Perbedaan jenis kelamin, seperti wanita lebih cepat dewasa dibandingkan

(4)

dengan laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki tumbuh lebih

cepat.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi perkembangan anak.Contoh

faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi. Hasil penelitian tentang

pertumbuhan anak Indonesia menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling

sering terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan

gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi.

2.2.2. Ciri-Ciri Pertumbuhan a. Perubahan ukuran

Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan

bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala dan lain-lain.

b. Perubahan proporsi

Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan

proporsi. Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan

dengan tubuh orang dewasa. Perubahan proporsi tubuh mulai usia kehamilan dua

bulan sampai dewasa.

(5)

Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti

menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks

primitif.

d. Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsi-fungsi organ.

Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap.

Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan

berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain

mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.

2.2.3. Tahap Pertumbuhan

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan

berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa. Walaupun terdapat

variasi, namun setiap anak akan melewati suatu pola tertentu. Tanuwijaya (2003)

memaparkan tentang tahapan tumbuh kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu

masa pranatal dan masa postnatal. Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan

perbedaan dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya.

Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini

dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah

masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan delapan minggu, sedangkan masa fetus

adalah sejak umur kehamilan sembilan minggu sampai kelahiran. Masa postnatal atau

masa setelah lahir terdiri dari lima periode. Periode pertama adalah masa neonatal

(6)

Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2-6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak

laki-laki dan perempuan belum terdapat perbedaan.

2.3. Kebutuhan Zat Gizi Anak Batita

Adapun kebutuhan zat gizi anak batita disesuaikan dengan kelompok umur

12-36 yaitu energi dan protein dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Kebutuhan Gizi Anak Batita

Umur Kebutuhan

Energi (Kalori) Protein (Gram)

12-36 bulan 1000 25

Sumber: Widya Karya Pangan Nasional Pangan dan Gizi 2004

Pada Tabel 2.1.diatas kebutuhan gizi anak batita umur 12-36 bulan yaitu

energi 1000 kkal dan protein 25 gr.

2.4. Pemantauan Pertumbuhan

Program gizi khusus usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) telah meluas ke

berbagai pedesaan di Indonesia.Dalam program ini telah dikembangkan program

penimbangan berat badan anak balita dan penggunaan kartu menuju sehat (KMS)

untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi melalui pertumbuhan atas dasar

kenaikan berat badan. KMS adalah alat untuk mencatat dan mengamati

perkembangan kesehatan anak yang mudah dilakukan oleh para ibu.Dengan demikian

(7)

seorang ibu dapat menilai dan berbuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan

meningkatkan perkembangan kesehatan anaknya (Supariasa,2002).

Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit

dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2006).

Sedangkan menurut Santoso (1999) pengertian deteksi dini tumbuh kembang balita

adalah upaya penyaringan yang dilakukan secara komprehensif untuk menemukan

penyimpangan pertumbuhan dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada

balita.

Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian

menggunakan standard baku WHO 2005. Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan

penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam

kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan. Parameter antropometrik

yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan yaitu pengukuran berat badan (BB).

Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan keadaan

gizi balita. Anak ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam KMS sehingga dapat

dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan intervensi jika terjadi penyimpangan.

2.5 Tempe

Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis

(8)

nabati. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti

protein, lemak, karbohidrat, dan mineral.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna,

diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang tumbuh pada

kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang

mudah dicerna oleh tubuh manusia (Kasmidjo, 1990). Tempe adalah produk

fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia terutama di Jawa. Tempe

terbuat dari kedelai rebus yang difermentasi oleh jamur Rhizopus. Selama fermentasi, biji-biji kedelai terperangkap dalam rajutan miselia jamur membentuk padatan yang

kompak berwarna putih (Steinkraus, 1983).

Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku

kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri berwarna

putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia

jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga

disebabkan oleh miselia-miselia yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut

(Kasmidjo, 1990).

Tempe memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kacang kedelai. Pada

tempe, terdapat enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe selama

proses fermentasi, sehingga protein, lemak dan karbohidrat menjadi lebih mudah

dicerna. Kapang yang tumbuh pada tempe mampu menghasilkan enzim protease

(9)

Tempe sebagai salah satu bahan makanan sumber protein nabati mempunyai

kandungan protein yang tinggi dan mudah cerna, sehingga tempe telah mulai

dikembangkan untuk penanganan gizi kurang dan gizi buruk diantaranya penelitian

pengaruh pemberian tepung tempe sebagai bahan makanan campuran menunjukkan

perubahan yang bermakna terhadap kecepatan tumbuh balita (Sudigbia, 1990),

demikian juga penelitian dengan memberikan tepung tempe pada anak balita di

posyandu di Sulawesi menujukkan adanya peningkatan berat badan (Hadju, Tsalim,

Tawali & Thaha, 2004).

Menurut Standar Nasional Indonesia 01-3144-1992, tempe kedelai adalah

produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan

kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu-abuan. Syarat mutu

tempe kedelai yang normal, jika baunya normal khas tempe, juga warna dan rasa

normal. Syarat mutu tempe kedelai menurut standar Nasional dijelaskan dalam Tabel

2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Syarat Mutu Tempe Kedelai

Kriteria Uji Persyaratan

(10)

Pada Tabel 2.3, menjelaskan kadar protein pada tempe cukup tinggi yaitu

46,5% dan telah memenuhi syarat mutu tempe kedelai yaitu minimal 20%. Tempe

juga memiliki kandungan karbohidrat sebesar 30,2%.

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempe

Komposisi Kimia(% bk) Jumlah

Protein 46,5%

Lemak 25,47%

Karbohidrat 30,2 %

Serat 7,2 %

Abu 3,6%

Kalsium 347 mg

Fosfor 729 mg

Besi 9 mg

Sumber : Karyadi (1985)

Komposisi gizi tempe mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, abu,

kalsium, fosfor dan besi. Komposisi gizi tempe tidak banyak berubah dibanding

kedele, namun karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan kapang tempe maka

karbohidrat, protein dan lemak lebih mudah dicerna dibandingkan dengan jika be

rada dalam kacang kedelai. Hal ini menyebabkan tempe baik dikonsumsi oleh semua

(11)

Tabel 2.4 Kandungan Zat Gizi Tempe Sumber : Depkes RI Dirjen Bina Gizi Masyarakat dan Puslitbang Gizi 1991

2.5.1 Tepung Tempe

Menurut Winarno (1985), tempe segar dapat disimpan satu sampai dua hari

pada suhu ruang tanpa banyak mengalami pengurangan sifat mutunya. Setelah dua

hari, tempe akan mengalami proses pembusukan dan tidak dapat lagi dikonsumsi oleh

manusia. Untuk mengatasi hal itu menurut Ismariarsi (1982) tempe dapat diawetkan

dengan cara pengeringan dalam bentuk tepung tempe. Adapun manfaat pembuatan

tepung tempe ini antara lain: mudah dicampur dengan tepung lain untuk

meningkatkan nilai gizinya, mudah disimpan dan diolah menjadi makanan yang cepat

dihidangkan.

Tepung tempe termasuk produk industri tempe generasi kedua yang

menggunakan bahan pangan tempe sebagai bahan baku dan produk akhir secara fisik

(12)

Bentuk produk dari industri ini selain tepung tempe yakni bubur bayi, minuman

instant, brownis,cake,cookies dan sebagainya . Adapun proses pembuatan tepung

tempe yaitu pemotongan tempe segar, pengukusan, pengeringan dengan oven,

penggilingan dan pengayakan.Secara skematis proses pembuatan tepung tempe

seperti pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Tempe segar

Pemotongan 1 x 0.5 x 0.5 cm

Pengukusan 100

3

0

Pengeringan dengan oven 60 C, 10 menit

0

Penggilingan dengan blender kering C,27 jam

Pengeringan dengan cabinet dryer, 30 menit

Pengayakan (40 mesh)

Tepung tempe

Gambar 2.1 Skema Proses Pembuatan Tepung Tempe Sumber : Inayati (1991) dan telah dimodifikasi

Pemotongan tempe dalam pembuatan tepung tempe untuk memperluas

permukaaan sehingga mempercepat penguapan air, agar kapang pada tempe yang

masih hidup mudah dimatikan pada waktu pengukusan. Pengukusan bertujuan

mematikan kapang pada tempe sehingga fermentasi berhenti dan mempercepat proses

pengeringan. Pengukusan dilakukan pada 1000C selama 10 menit. Pengukusan

merupakan cara yang terbaik untuk mematikan kapang Rhizopus dan dapat

(13)

dimana sebagian air dari bahan pangan dihilangkan dengan menggunakan energi

panas, sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya.

Menurut Winarno (1980), pengeringan dengan menggunakan oven bertujuan

untuk menguapkan air pada tempe dengan menggunakan suhu 600

Pengayakan bertujuan untuk memperoleh tepung dengan kehalusan sama dan

memperoleh tepung yang bersih dari kotoran pengganggu. Pengayakan dilakukan

dengan menggunakan ayakan rumah tangga 40 mesh.

C supaya protein

yang ada pada tempe tidak rusak. Tempe tidak kering dan berbau amoniak akibat

permukaannya ditumbuhi kapang berwarna hitam. Penggilingan bertujuan untuk

membuat tempe lebih halus, dalam pembuatan tepung dilakukan dengan

menggunakan blender kering. Untuk mencegah peningkatan kadar air, selama

penggilingan tepung maka sebelum pengayakan dilakukan lagi pengeringan

menggunakan cabinet dryer 30 menit.

Tepung tempe dapat diolah menjadi makanan kudapan untuk pertumbuhan

anak balita dapat dilihat pada gambar berikut:

(14)

Tepung tempe mempunyai zat gizi yang baik, dimana mengandung protein,

lemak, serat, karbohidrat. Komposisi gizi tepung tempe dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.5. Komposisi Gizi Tepung Tempe

Zat gizi Nilai Gizi

Menurut Kusharyanto dan Budiyanto (1995) serta Mahmud (1985) tepung

tempe dapat dijadikan untuk campuran pembuatan produk yaitu :

1. Makanan bayi

Potensi tempe yang dapat menaikkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan

mencegah diare akan sangat baik dimanfaatkan untuk campuran makanan bayi.

Dalam pembuatan makanan bayi berupa bubur dan susu, penggunaan tepung

tempe dapat untuk menggantikan serelia bubur bayi.

2. Makanan anak-anak

Kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam bentuk

sederhana sangat baik dimanfaatkan sebagai campuran makanan anak-anak.

Pemanfaatan tempe sebagai makanan anak-anak dapat merupakan campuran yang

(15)

3. Ibu hamil dan menyusui

4. Usia lanjut

2.5.2. Cookies Tempe

Cookies adalah sejenis kue kering/biskuit dari adonan lunak, berlemak tinggi, renyah, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat

(Dep.Perindustirian, 1990;SII:0177-90). Tepung yang digunakan untuk membuat

cookies adalah tepung terigu. Dalam adonan, tepung berfungsi sebagai pembentuk

tekstur, pengikat bahan bahan lain dan mendistribusikannya secara merata, serta

berperan dalam membentuk cita rasa. Terigu yang biasanya digunakan untuk

membuat cookies adalah cap kunci biru. Penggunaan terigu cap kunci biru

dikarenakan cenderung membentuk adonan yang lebih lembut dan lengket. Selain itu,

terigu jenis ini daya serap air yang tidak terlalu tinggi sehingga dalam pembuatan

adonan membutuhkan lebih sedikit cairan.

Tepung terigu sebagai bahan utama pembuat cookies mempunyai asam amino pembatas lysine dalam jumlah yang kecil, sehingga perlu ditambah dari bahan lain

yaitu dengan tepung tempe atau tepung kedelai. Substitusi tersebut tidak akan

berpengaruh terhadap cookies yang dihasilkan, sebab cookies tidak membutuhkan

tepung yang mengandung glutein yang tinggi.

Dalam pembuatan Cookies, tepung, telur dan baking powder atau soda kue adalah komponen-komponen yang memegang peranan penting dan berpengaruh

(16)

1. Tepung

Tepung merupakan penentu dalam proses pembuatan cookies baik,dalam

pembuatan cookies tepung yang yang digunakan adalah tepung gandum cap kunci biru.. Pada pembuatan cookies tempe yang digunakan adalah tepung gandum dan tepung tempe.

2. Telur

Telur mempunyai suatu reaksi yang mengikat dan bila telur digunakan dalam

jumlah besar, maka akan diperoleh Cookies yang lebih mengembang. Penggunaan kuning telur tanpa putih telur pada pembuatan Cookies akan menghasilkan Cookies yang lembut dengan kualitas citarasa yang sempurna.

3. Bahan pengembang.

Bahan pengembangpada pembuatan Cookies adalah baking powder. 4. Gula

Gula digunakan untuk pembuatan Cookies adalah gula halus. 5. Margarine/ Shortening

Margarine/Shortening adalah lemak padat yang lebih sering digunakan untuk pembuatan kue panggang. Lemak merupakan komponen penting dalam

pembuatan Cookies, karena berfungsi sebagai bahan pengelmusi sehingga menghasilkan tekstur produk yang renyah.

6. Garam

(17)

7. Pewarna

pewarnaditambahkan pada produk cookies untuk mendapatkan rasa yang disukai ataupun memperbaiki rasa asli cookies. Bahan-bahan yang dapat ditambahkan pada produk cookies pewarna aroma adalah keju, vanila, essence, almond, cokelat, kopi, dan karamel.

8. Susu

Susu yang digunakan dalam pembuatan cookies adalah susu skim untuk memperbaiki penerimaan (warna, rasa, aroma) dan untuk meningkatkan zat gizi.

Pembuatan cookies atau kue kering meliputi tahap persiapan bahan, pencampuran yang terdiri dari pembentukan krim dan pembentukan adonan,

pencetakan atau pembentukan kue, pemanggangan, pendinginan, dan pengemasan.

Agar semua bahan menyebar rata dalam adonan, mentega atau lemak dibuat krim

terlebih dahulu bersama dengan gula, telur, garam, susu, dan air. Selanjutnya

pencampuran krim dengan tepung dan bahan lainnya dilakukan hingga bahan-bahan

menjadi satu adonan yang rata (homogen).

Setelah adonan terbentuk homogen, maka dilakukan pencetakan sesuai selera.

Tahap akhir dalam proses pembuatan cookies adalah pembakaran. Suhu pembakaran tergantung pada jenis kue kering yang dibuat. Pembakaran dapat dilakukan dalam

oven bersuhu antara 180-2000C selama 20 sampai 25 menit. Oven tidak boleh terlalu

panas ketika kue dimasukkan sebab bagian luar akan terlalu cepat matang sehingga

menghambat pengembangan.Secara skematis proses pembuatan cookies sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan pada penelitian dapat dilihat pada Gambar

(18)

Gambar 2.3. Skema Proses Pembuatan Cookies

Sumber :Soegiharto (1995)

Pada Tabel 2.6 di bawah ini menjelaskan komposisi bahan cookies tepung dalam satu resep untuk kebutuhan zat gizi 2 orang anak batita yang terdiri dari gula

pasir halus 45 gr, susu skim 10 gr, margarin 25 gr, tepung terigu 75 gr, tepung tempe 25 gr, baking powder, garam dan telur. Pembuatan cookies memerlukan bahan-bahan ini karena memegang peranan penting dan berpengaruh terhadap sifat-sifat

organoleptik cookies. Komposisi bahan cookies dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Komponen Bahan Cookies Substitusi Tepung Tempe

(19)

Komposisi zat gizi cookies terdiri dari karbohidrat,protein,lemak untuk lebih jelas nilai gizi cookies dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Komposisi Kandungan Zat Gizi Cookies

Zat Gizi Nilai Gizi

Tabel 2.8 menjelaskan syarat mutu cookies menurut SNI 01-2973-1992 oleh Badan Standardisasi Nasional, yang dilakukan adalah uji bau, rasa, warna dan tekstur,

juga menguji kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar. Syarat mutu

cookies yang baik jika bau, rasa, warna dan tekstur normal, artinya bau khas kue

kering sesuai dengan bahan kue yang digunakan, rasa enak dan tekstur renyah, tidak

mudah hancur tetapi tidak keras. Kandungan serat kasar maksimum 0,5 walaupun

sedikit tetapi serat makanan sangat dibutuhkan tubuh.

Tabel 2.8 Syarat Mutu Cookies

Kriteria Uji Satuan Klasifikasi

Bau, rasa, warna, dan tekstur - Normal

Kadar air % b/b Maksimum 5

Kadar abu % b/k Maksimum 2

Kadar protein % b/k Minimum 6

Kadar lemak % b/k Minimum 9,5

Kadar karbohidrat % b/k Minimum 70

Serat kasar % b/k Maksimum 0,5

Kalori Kal/100g Minimum 400

(20)

2.6. Keterkaitan Cookies Subtitusi Tepung Tempe terhadap Pertumbuhan

Keterkaitan cookies substitusi tepung tempe terhadap pertumbuhan dilihat dari

peranan kandungan gizi yang terdapat di dalam cookies. Didalam 100 gram tempe terkandung 46,5% kadar protein dan kandungan karbohidrat sebesar 30,2 % telah

memenuhi syarat mutu tempe kedelai yaitu 20%, yang dapat bersifat komplementer

bila dipadukan dengan serealia yang minim/rendah kandungan lysin. Tempe memiliki protein dengan nilai cerna yang lebih tinggi, serta kaya akan serat pangan, kalsium,

vitamin dan zat besi. Secara kualitatif nilai gizi tempe lebih tinggi karena mempunyai

nilai cerna yang lebih baik (Widianarko, 2002).

Menurut Almatsier (2002), sumber protein berasal dari hewani dan nabati,

sumber protein nabati adalah tahu, keju, dan kacang-kacangan beserta hasil

olahannya antara lain tempe. Pada tempe terdapat dua kelompok vitamin yaitu

vitamin larut air (vitamin B kompleks) dan vitamin larut dalam lemak (Vitamin A, D,

E, K). Protein berguna untuk pertumbuhan yaitu membangun jaringan-jaringan tubuh

dan memperbaiki sel-sel yang rusak,mengatur keseimbangan air,memelihara

netralitas tubuh,pembentukan antibodi.

Fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bila glukosa atau asam

lemak dalam tubuh terbatas, protein digunakan untuk membentuk glukosa dan energi.

Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi sel-sel otak dan sistem saraf. Pemecahan

protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energi dan glukosa pada akhirnya akan

(21)

keseimbangan energi kurang. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan

seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat

pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan

tubuh (Almatsier, 2002).

Pengaruh cookies substitusi tepung tempe terhadap pertumbuhan dapat dilihat

dari khasiat tempe dan hasil olahannya, antara lain adalah:

1. Protein tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga mencegah diare. Diare pada

anak-anak sangat mengganggu pertumbuhan, dapat menyebabkan anak-anak

menderita gizi kurang. Sehingga tempe sangat baik untuk pemenuhan protein

pada anak sehingga mendukung pertumbuhan bagi anak-anak. Menurut penelitian

Waryana (2003), didapat hasil bahwa anak-anak yang kekurangan energi protein

sering mengalami gangguan fisik dibandingkan dengan yang tidak mengalami

kekurangan energi dan protein.

2. Penanggulangan anemia karena tempe kaya akan zat besi. Anemia karena

kekurangan zat besi dapat terjadi pada anak-anak, akibatnya akan mempengaruhi

pertumbuhan. Penelitian Georgieftt (2008), meyatakan bahwa kejadian defisiensi

besi pada awal kehidupan janin berdampak pada gangguan neural dan

metabolisme. Kebutuhan janin akan besi yang ditransfer dari ibunya jika tidak

terpenuhi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.

3. Anti infeksi. Hasil survei menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa anti

bakteri yang diproduksi oleh kapang tempe dan merupakan antibiotik yang

(22)

apalagi yang berkaitan dengan higiene sanitasi yang kurang memadai. Jika infeksi

sering terjadi pada anak-anak akan berakibat kepada pertumbuhannya, anak-anak

akan menderita kekurangan gizi. Menurut penelitian Waryana (2003),

menunjukkan bahwa anak-anak yang menderita kekurangan energi dan protein

lebih sering menderita penyakit infeksi yaitu diare dan ISPA dibandingkan dengan

anak-anak yang tidak menderita kekurangan energi dan protein.

4. Kandungan kalsium yang tinggi, sehingga baik untuk pertumbuhan anak-anak,

terutama untuk pertumbuhan tulang, memperkuat rangka tubuh, gigi dan rambut.

Selain itu mineral lain seperti zink dan magnesium pada tempe berperanan juga

terhadap pertumbuhan. Menurut penelitian Agustian, Sembiring dan Ariani

(2009), menunjukkan bahwa pemberian suplementasi Zn pada bayi dan anak

memberikan efek yang positif terhadap pertumbuhan. Dalam proses pertumbuhan,

Zn berperan dalam sintesis protein yang dibutuhkan untuk pembentukan jaringan

baru, pertumbuhan dan perkembangan tulang.

5. Sumber vitamin yang baik, seperti vitamin B12 dan vitamin larut lemak seperti A

dan D. Manfaat visstamin A yang berkaitan untuk pertumbuhan adalah membantu

sistem imunitas tubuh yang melindungi tubuh terhadap gangguan kesehatan dan

infeksi bakteri dan virus, membantu pembentukan tulang dan gigi, membantu

sistem pencernaan yang sehat dan kuat, dan membantu memperbaiki

jaringan-jaringan tubuh. Manfaat vitamin D memperkuat tulang, kuku dan gigi. Sedangkan

(23)

2.7. Kerangka Konsep

Konsumsi makanan sehari mempengaruhi pertumbuhan anak batita gizi

kurang dengan pemberian cookies subtitusi tepung tempe dapat mempengaruhi pertumbuhan anak batita gizi kurang .Konsumsi makanan secara langsung

mempengaruhi pertumbuhan anak batita. Di dalam penelitian ini akan mengetahui

pertumbuhan batita yang diukur dengan peningkatan berat badan batita yang

mempunyai status gizi kurang karena pemberian makanan tambahan jenis cookies substitusi tepung tempe serta konsumsi makanan sehari seperti konsumsi energi dan

protein sebagai variabel yang turut diteliti.

Kerangka konsep penelitian yang digambarkan menjelaskan variabel

penelitian independen yaitu makanan tambahan dalam bentuk cookies substitusi tempe serta variabel dependen yaitu pertumbuhan batita gizi kurang yang diukur dari

pertambahan berat badan anak setiap minggu. Variabel konsumsi makanan sehari

merupakan variabel independen diteliti namun pengaruhnya secara analitik tidak di

uji secara statistik . Variabel makanan tambahan adalah cookies substitusi tempe yang dibuat sendiri.

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Pemberian cookies substitusi tepung tempe

Pertumbuhan Anak Batita Gizi Kurang

Konsunsi makanan sehari (Energi dan

(24)

Gambar

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempe
Tabel 2.4 Kandungan Zat Gizi Tempe
Gambar 2.1 Skema Proses Pembuatan Tepung Tempe
Gambar 2.2. Tepung Tempe
+5

Referensi

Dokumen terkait

tentu ada di Microsoft Power Point sehingga membuat suatu kemajuan terbaru penggunaan teknologi komputer sebagai media dalam pembelajaran,seperti phpdesktop yang

Misalnya: kebiasaan, sifat, dan kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering berpengaruh (positif/ negatif) dalam berhubungan dengan orang lain

BENTUK SURAT PENAWARAN PESERTA PERORANGAN Tetap Cukup Jelas.. BENTUK SURAT KUASA Tetap

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah hama lalat buah (Bactrocera dorsalis) yang tertangkap pada dosis Metil Eugenol yang berbeda di pertanaman cabai (Capsicum

Hal ini mengingat peranan fungsi situ yang berpengaruh langsung terhadap wilayah dibagian hilirnya; untuk itu, Rentrada (Rencana Strategi Pembangunan Daerah) Kota Depok,

Pendekatan berkompromi pada hal-hal yang baik ini jelas ditunjukkan oleh Ikhwan al-Muslimin pada tahun 1973 apabila Sayid Sabiq menyampaikan berita kepada

Oleh itu, peranan pensyarah pembimbing penting dalam membantu pelajar menyediakan persediaan pengajaran agar guru pelatih dapat menyampaikan ilmu kepada pelajar

Grafik output dari simulasi data ROP Pada parameter WOB distribusi dari waktu antara change point yang terjadi sesuai (fit) dengan distribusi exponensial dengan rata- rata 52,87