• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Ahli Waris Dan Kewajiban Ahli Wa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Ahli Waris Dan Kewajiban Ahli Wa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“Ahli Waris Dan Kewajiban Ahli Waris Terhadap Harta

Peninggalan”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah :

Fiqh Mawaris

Dosen Pengampu :

Ridwan Jamal, M.HI

Disusun Oleh :

Kelompok I La Ade 15.1.1.022 Syndi Durand

15.1.1.036

Al Ahwal Al Syakhsiyah B

Syariah

(2)

DAFTAR ISI

Cover………..……….

Daftar Isi………...……...……… I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….…..…… 1

B. Rumusan Masalah………..……..….. 2

BAB II PEMBAHASAN A. Ahli Waris……..……… 3

1. Pengertian……….……. 3

2. Dasar Hukum Terkait Ahli Waris………..…………...…. 4

3. Yang Dapat Menjadi Ahli ………..….………….. 9

B. Kewajiban Ahli waris terhadap harta peninggalan……….. 10

1. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai…… 11

2. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan termasuk kewajiban pewaris maupun menagih piutang…………..…… 11

3. Menyelesaikan wasiat pewaris……..………..… 13

4. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak……… 14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………...………..……… 16

B. Saran………...………..………….…….. 17

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam telah mengatur berbagai urusan dalam kehidupan manusia terkait aspek ibadah, baik itu menyangkut hubungan antara hamba dengan Allah maupu hubungan antara sesama manusia terkhususnya dalam hal waris-mewarisi harta peninggalan. Masalah waris-mewarisi ini telah diatur dan dalam pengkajian Fiqh Mawaris tentunya pembahasan kewarisan ini telah dijelaskan hal-hal mengenai pembagian warisan kepada para ahli waris maupun kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan terkait harta peninggalan ini berdasarkan sumber hukum yang menjadi patokan utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

Dalam Islam tentunya sangat penting hal waris-mewarisi yang dimana didalamnya menunjung aspek keadilan terhadap tiap-tiap ahli waris yang telah ditentukan yang selalu mewujudkan kesejahteraan terhadap umat Islam.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Siapa sajakah yang dapat menjadi ahli waris?

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ahli Waris

1. Pengertian

Perihal ahli waris sesuai yang tertera dalam pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam menyebutkan, bahwa ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut diatas, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat diakatakan sebagai ahli waris yang berhak mendapatkan hak bagian dari harta warisan si pewaris, yaitu :

a. Pada saat si pewaris meninggal dunia, orang itu mempunyai hubungan darah dengan pewaris

b. Pada saat si pewaris meninggal dunia, orang itu mempunyai hubungan perkawinan yang sah dengan pewaris

c. Pada saat si pewaris meninggal dunia, orang itu beragama Islam

d. Pada saat si pewaris meninggal dunia, orang itu tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

(6)

1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari padasi pewaris maka kedudukanya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali yang disebutkan dalam pasal 173.

2) Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dari yang diganti.

Dalam hal ini termasuk pengertianah ahli waris janin yang telah hidup dalam kandungan, meskipun kepastiannya baru ada setelah ia lahir dalam keadaan hidup. Hal itu juga berlaku terhadap seseorang yang belum pasti kematiannya.

Prof. Dr. Amir syarifuddin mengatakan, bahwa ahli waris ada yang ditetapkan secara khusus dan langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi SAW dalam haditsnya, dan yang ditemukan melalui ijtihad dengan meluaskan lafadz yang terdapat dalam nash hukum dan ada pula yang dipahami dari petunjuk umu dari Al-Qur’an dan atau hadits Nabi SAW.1

2. Dasar Hukum Terkait Ahli Waris

Berikut adalah beberapa dasar hukum yang menerangkan ahli waris :

a. Al-Qur’an :

ببِيصصصَصننِ ءَصَاصصسنننِللَصونِ ننُوصصببرنققلقنَاونِ نَصَادنصصلَصَاُونلقَاِ كنرنصصتنِ َامممَصِ ببِيصَصننِ لَصَاجنرنِللَص

َاببِيصصصَصننِ رنصصثبكنِ وقأنِ هبصصنقمَصِ لمصصقنِ َاصصمممَصِ ننُوصصببرنققلقنَاونِ نَصَادنصصلَصَاُونلقَاِ كنرنصصتنِ َاصصمممَص

ِ َاضبوربفقمن

ِ :ءَاسنلَا﴿

٧

Artinya : “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”(Q.S An-Nisaa’ : 7)

(7)

ءبَاصصسننَصِ نمصكبِ نقإَصصفنِ نَصِيقِينثننقلقبَاِ ظنحنِ لبثقمَصِ رَصكنذمِللَصِ مقكبدَصلنوقأنِ ِيفَصِ لم

ب َاِ مبكبِيصَصُويب

فبصصصقننلَاِ َاصصهنِلنفنِ ةبدنصصحَصَاونِ تقننَاصصكنِ نقإَصونِ كنرنصصتنِ َامنِ َاثنِلبثبِ نمهبِلنفنِ نَصِيقتنننثقَاِ قنُوقفن

نقإَصصصفنِ دبصصلنونِ هبلنِ ننَاكنِ نقإَصِ كنرنتنِ َامممَصِ سبدبسسلَاِ َامنهبنقمَصِ دِدحَصَاونِ لنكبلَصِ هَصيقُونبنلَصنون

ةبُونصصخقإَصِ هبصصلنِ ننَاصصكنِ نقإَصصصفنِ ثبصصِلبثسلَاِ هَصصصمنلَصبفنِ هبَاُونصصبنأنِ هبصصثنرَصونونِ دبصصلنونِ هبلنِ نقكبينِ مقلن

مقكبؤبَاصصبنآنِ نِدصصيقدنِ وقأنِ َاصصهنبَصِ ِيصصصَصُويبِ ةِدِيمصصصَصونِ دَصصصعقبنِ نقصصمَصِ سبدبصصسسلَاِ هَصصصمنلَصبفن

صصلم

ن َاِ نمإَصِ صصلمَصَاِ ننمَصِ ةبضنيرَصفنِ َاعبفقننِ مقكبلنِ ببرنققأنِ مقهبيسأنِ ننوربدقتنِ لنِ مقكبؤبَاننبقأنون

ِ :ءَاسنلَا﴿ِ ِ ِ َامبِيكَصحنِ َامبِيِلَصعنِ ننَاكن

١١

﴾ِ

(8)

نمصصهبلنِ ننَاكنِ نقإَصفنِ ِ دبلنونِ نمهبلنِ نقكبينِ مقلنِ نقإَصِ مقكبجبَاونزقأنِ كنرنتنِ َامنِ فبصقنَصِ مقكبلنون

نِدصصيقدنِ وقأنِ َاصصهنبَصِ ننِيصصصَصُويبِ ةِدِيمصصصَصونِ دَصعقبنِ نقمَصِ ِ ننكقرنتنِ َامممَصِ عبببرسلَاِ مبكبِلنفنِ دبلنون

دبصلنونِ مقصكبلنِ ننَاصكنِ نقإَصصفنِ ِ دبصصلنونِ مقصصكبلنِ نقصصكبينِ مقلنِ نقإَصِ مقتبكقرنتنِ َامممَصِ عبببرسلَاِ نمهبلنون

نِدصصيقدنِ وقأنِ َاصصهنبَصِ ننُوصصصبُوتبِ ةِدِيمصصصَصونِ دَصصصعقبنِ نقصصمَصِ ِ مقصصتبكقرنتنِ َاصصمممَصِ نبمبثسلَاِ نمهبِلنفن

دِدصصحَصَاونِ لنكبِلَصفنِ تبخقأبِ وقأنِ خبأنِ هبلنونِ ةبأنرنمقَاِ وَصأنِ ةبلنلنكنِ ثبرنُويبِ لبجبرنِ ننَاكنِ نقإَصون

ثَصصصِلبثسلَاِ ِيصصفَصِ ءبَاكنرنصصشبِ مقهبفنِ كنلَص ِ نقمَصِ رنثنكقأنِ َاُونبَاكنِ نقإَصفنِ ِ سبدبسسلَاِ َامنهبنقمَص

ذذذ

صصلم

َص َاِ ننصصمَصِ ةبِيمصَصونِ ِ ررَاضنمبِ رنِيقغنِ نِديقدنِ وقأنِ َاهنبَصِ صنُويبِ ةِدِيمصَصونِ دَصعقبنِ نقمَص

ى

ذ

:ءَاسنلَا﴿ِ ِ مبِيِلَصحنِ مبِيِلَصعنِ لم

ب َاون

١٢

(9)

benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun”. (Q.S An-Nisaa’ : 12)

دبصصلنونِ هبصصلنِ سنِيقلنِ كنِلنهنِ ؤبربمقَاِ نَصإَصِ ةَصلنلكنلقَاِ ِيفَصِ مقكبِيتَصفقيبِ لم

ب َاِ لَصقبِ كنننُوتبفقتنسقين

دبصصلنونِ َاصصهنلنِ نقصصكبينِ مقصصلنِ نقإَصِ َاصصهنثبرَصينِ ُونصصهبونِ كنرنتنِ َامنِ فبصقنَصِ َاهنِلنفنِ تبخقأبِ هبلنون

لَاصصجنرَصِ ةبُونصصخقإَصِ َاُونبَاكنِ نقإَصونِ كنرنتنِ َامممَصِ نَصَاثنِلبثسلَاِ َامنهبِلنفنِ نَصِيقتنننثقَاِ َاتنننَاكنِ نقإَصفن

صلم

ب َاونِ َاُوِلسصضَصتنِ نقأنِ مقصكبلنِ صلمبَاِ نبصِينبنيبِ نَصِيقِينثننقلَاِ ظنحنِ لبثقمَصِ رَصكنذمِلِلَصفنِ ءبَاسننَصون

ِ :ءَاسنلَا﴿مبِيِلَصعنِ ءِدِيقشنِ لنكببَص

١٧٦

Artinya : “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah; Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (Q.S An-Nisaa’ : 176).2

(10)

b. Hadits :

Artinya : Hubungan orang yang memerdekakan hamba dengan hamba itu

seperti hubungan keturunan dengan keturunan, tidak dijual, dan tidak dihibahkan (diberikan). (Riwayat Ibnu Khuzaimah, Hakim, Dan Ibnu Hibban).3

Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Qabishah Dzu’aib sebagai berikut :

Seorang nenek datang kepada Abu Bakar r.a menanyakan hak warisya, lalu Abu Bakar r.a menjawab, kamu tidak mempunyai hak sedikut pun menurut ketentuan kitab Allah dan aku tidak tahu sedikit pun beberapa hakmu di dalam Sunnah Nabi SAW. Oleh karena itu, kembalilah sampai aku akan menyakankan pada seseorang. Kemudian Abu Bakar r.a menanyakan hal ini kepada Mughirah, lalu Mughirah bin Syu’bah menjawab, aku perenah mengetahu bahwasanya Rasulullah SAW memberikan warisan kepada nenek sebesar seperenam. Kemudian Abu Bakar r.a bertanya kapadanya, apakah ada orang lain bersamamu pada waktu itu ? Kemudian Muhammad bin Maslamah berdiri seraya berucap seperti yang telah dikatakan oleh Mughirah bin Syu’bah.

Setelah mendengar itu Abu Bakar r.a memutuskan bahwa seperenam menjadi hak si nenek. Lalu datang nenek yang lain kepada Umar r.a

3 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), Cet.73, (Bandung: Sinar Baru

(11)

menanyakan perihal hak warisnya, lalu Umar berkata kepadanya, kamu tidak mempunyai hak sedikit pun dalam kitab Allah Tetapi hanya seperenam itulah. Namaun. jika kamu berdua bersama-sama, seperenam itu untuk kamu berdua, dan siapa saja diantara kamu menyendiri, maka seperenam itu untuknya. “ (HR al-khamsah, kecuali an-Nasa’i dan hadits ini dianggap sahih oleh at-Trimidzi).4

3. Yang Dapat Menjadi Ahli Waris

Secara umum orang-orang yang boleh (mungkin) mendapat warisan dari seseorang yang meninggal dunia ada 25 orang, 15 orang dari pihak laki-laki, dan 10 orang dari pihak perempuan:

a. Ahli waris laki-laki terdiri dari :

1) Anak laki-laki.

2) Anak laki-laki dari keturunan laki-laki dan terus kebawah, asal pertaliannya masih terus laki-laki.

3) Bapak.

4) Kakek dari pihak bapak, dan terus keatas pertaliannya yang belum putus dari pihak bapak.

5) Saudara laki-laki seibu sebapak. 6) Saudara laki-laki sebapak saja. 7) Saudara laki-laki seseibu saja.

8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak. 9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.

10) Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak 11) Saudara laki-laki bapak yang sebapak saja

12) Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak 13) Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman sebapak saja

14) Suami

15) Laki-laki yang memerdekakan budak

4 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir,Ahkamul Mawaarits fil-Fiqhil-Islami,

(12)

Jika 15 orang diatas masih ada semua, maka yang mendapat harta waris dari mereka itu hanya 3 orang yaitu : bapak, anak laki-laki, dan suami.

b. Ahli waris perempuan terdiri dari :

1) Anak perempuan

2) Anak perempuan dari anak laki-laki seterusnya kebawah, asal pertaliannya dengan yang meninggal masih terus laki-laki

3) Ibu

4) Ibu dari bapak

5) Ibu dari ibu keatas pihak ibu sebelum berselang laki-laki 6) Saudara perempuan yang seibu sebapak

7) Saudara perempuan yang sebapak 8) Saudara perempuan yang seibu 9) Isteri

10) Perempuan yang memerdekakan budak

Jika 10 orang tersebut diatas ada semuanya, maka yang dapat mewarisi dari mereka itu hanya 5 orang saja yaitu : isteri, anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki, ibu dan saudara perempuan yang seibu sebapak.5

B. Kewajiban Ahli Waris Terhadap Harta Peninggalan

Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan sebelum membagi harta untuk ahli waris, tindakan yang harus dilakukan dari ketentuan yang nyata tersebut dalam Al-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 11 dan 12. Allah SWT menjelaskan, bahwa pembagian warisan menurut bagian yang ditentukan sesudah wasiat yang diwasiatkan oleh pewaris atau hutangnya.6

Terkait dengan kewajiban ini disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam : Buku II Hukum Kewarisan, pada Bab II Ahli Waris, Pasal 175 :

5 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), Cet.73, hlm. 350

(13)

(1) Kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah :

a. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai; b. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan

termasuk kewajiban pewaris maupun menagih piutang; c. Menyelesaikan wasiat pewaris;

d. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak.7

Mengenai kewajiban seperti yang telah disebutkan maka harus segera dipenuhi hal-hal tersebut.

1. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai

Hal pertama yang didahulukan ialah biaya-biaya pengurusan jenazah pewaris diambil dari harta peninggalan pewaris menurut ukuran yang wajar, tidak berlebih-lebihan dan tidak dikurang-kurangi. Karena biaya-biaya pengurusan merupakan perkara penting yang erat kaitanya dengan hak pewaris, menjaga kehormatan, dan kemuliaan kemanusiaannya dalam harta dan kuburnya. Biaya pengurusan ini berupa biaya-biaya untuk memandikan,

mengafani, mengusung, menggali kuburan, dan menguburkanya.8

2. Menyelesaikan hutang pewaris

Hutang dari seorang yang telah meninggal dunia tidak menjadi beban ahli warisnya, karena hutang menurut hukum Islam tidak diwarisi. Hutang tetap menjadi tanggung jawab yang meninggal yang dikaitkan kepada hartanya. Kewajiban ahli warisnya hanyalah sekedar membayarkan hutang tersebut dari harta yang ditinggalkannya. Oleh karena itu hutang harus dibayar agar hutang tersebut tidak membebani yang meninggal dunia (yang berhutang itu), maka tindakan pembayaran hutang itu harus dilaksanakan sebelum pembagian harta warisan.

7 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Waris Islam Edisi Evisi, Cet.15, (Yogyakarta: UII Press,

2001), hlm.196

8 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir, Ahkamul Mawaarits fil-Fiqhil-Islami,

(14)

Hutang seseorang yang meninggal dunia secara garis besar dapat sebelumnya, maka harus diselesaikan terlebih dahulu dan sebagainya. b. Hutang kepada sesama manusia, yaitu hutang yang dibuat oleh si pewaris

sebelum meninggal, atau hak orang lain yang ditangannya, baik berupa barang orang lain yang belum diserahkan semasa hidupnya. Hutang kepada sesame manusia ini menurut Dr.Amir Syarifuddin dapat dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya :

1) Hutang yang menyangkut dengan benda milik seseorang yang ada padanya sebelum meninggal dan tetap utuh sebagaimana adanya sesudah meninggalnya, seperti barang jaminan, titipan, dan barang yang dibelinya dan belum sempat dibayar sebelum meninggal. 2) Hutang dalam bentuk tanggung jawab yang belum dibayarnya,

seperti uang pinjamannya waktu masih sehat.

3) Hutang dalam bentuk tanggung jawab yang dibuatnya waktu ia dekat akan mati

Jika dia mempunyai hutang, maka hutangnya harus diselesaikan terlebih dahulu dengan cara diambilkan dari harta peninggalanya, lalu dibayarkan kepada yang berpiutang.9

(15)

adalah zat yang sudah cukup, sehingga tidak perlu pelunasan kepadanya.

b) Kalangan Syafi’iyyah berpendapat, menurut pendapat yang sahih, yang didahulukan adalah hutang kepada Allah timbang kepada sesama manusia, sesuai dengan sabda Nabi SAW, “Utang kepada Allah lebih utama dilunasi.” Dalam hadits lain beliau bersabda “lunasilah hak Allah, karena Dia lebih berhak untuk dilunasi”(HR. Bukhari)

c) Kalangan Hanbaliyyah berpendapat bahwa kedudukan pelunasan hutang terhadap Allah sama dengan pelunasan utang terhadap manusia. Maksudnya harta waris dibagi menurut kedua macam utang tersebut, seperti pembagian orang yang pailit semasa hidupnya.10

3. Menyelesaikan wasiat pewaris

Menunaikan wasiat yang meninggal dalam batas-batas yang diberikan syara’ tanpa perlu persetujuan para waris yaitu tidak lebih dari spertiga harta peninggalan, sesudah diambil keperluan pengurusan jenazahnya dan keperluan membayar hutang, baik wasiat itu untuk waris atau untuk orang lain.

Jika lebih dari sepertiga harta, diperlukan persetujuan para waris kalau mereka semuanya sudah dapat didengar persetujuannya dan mengetahui hukumnya, jika mereka tidak memberi persetujuan, batallah wasiat terhadap yang lebih dari sepertiga, karena syara’ membolehkan yang meninggalkan warisan menentukan sendiri penggunaan sepertiga hartanya untuk mewujudkan sesuatu maksudnya yang dibenarkan syara’. Apabila para waris dapat menerima warisan, maka tidak sah dan boleh dilakukan tanpa persetujuan waris-waris yang lain. Tetapi kalau waris itu tidak dapat

10 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Mesir, Ahkamul Mawaarits

(16)

menerima pusaka karena berlainan agama, maka wasiat untuk mereka sah dan berlaku.11

Kompilasi Hukum Islam Indonesia khususnya dalam ketentuan yang terdapat dalam Buku II Hukum Kewarisan, pada Bab II Ahli Waris, Pasal 194 dan 195 menyebitkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan perwasiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pewasiat harus orang yang berumur 21 tahun, berakal sehat dan didasarkan kepada kesukarelaanya.

2. Harta benda yang diwariskan harus merupakan hak si pewasiat. 3. Peralihan hak terhadap barang/benda yang diwasiatkan adalah

setelah si pewaris meninggal dunia.

Menyangkut persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan perwasiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apabila wasiat itu dilakukan secara lisan, maupun tertulis kendaklah pelaksanaanya dilakukan dihadapan 2 (dua) orang saksi atau dihadapan notaris.

2. Wasiat hanya dibolehkan maksimal sepertiga dari harta warisan, kecuali ada persetujuan semua ahli waris.

3. Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris.

4. Persyaratan persetujuan pada poin 2 dan 3 dilakukan secara lisan maupun tertulis dihadapan 2 (dua) orang saksi, atau dibuat dihadapan notaris.12

4. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak

Setelah dibayar semua kewajiban yang tersebutkan, barulah harta peninggalan di mayat itu dibagi kepada ahli waris menurut pembagian yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kitabnya yang suci.

11 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris Hukum Pembagian Waris Menurut Syariat Islam, Cet. 5, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2017), hlm. 17-19

12 Suhkawardi K.Lubis & Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Lengkap &Praktis),

(17)

Sebelum langsung membagikan harta warisan untuk ahli waris yang berhak, masih ada satu lagi tindakan sukarela dari para ahli waris yang memiliki hak sepenuhnya terhadap harta warisan, yaitu memberi sekedarnya kepada pihak yang tidak berhak untuk menerima warisan. Tindakkan yang bersifat sukarela itu dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Nisaa’ ayat 8 sebagai berikut :

نبِيكَصَاصصسنمنلقَاونِ َىمنَاصصتنِينلقَاونِ َىصصبنرققبلقَاِ ُوصصلبوأبِ ةنمنصصسققَصلقَاِ رنصصضنحنِ َاذنإَصون

ِ :ءَاسنلَا﴿ِ َافبوربعقمنِ لبُوققنِ مقهبلنِ َاُولبُوقبونِ هبنقمَصِ مقهبُوقبزبرقَافن

٨

Artinya : “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.” (Q.S An-Nisaa’ : 8)

Pemberian menurut ketentuan ayat 8 surah An-Nisaa’, seluruhnya adalah kekuasaan ahli waris dan kerelaanya untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, hukum mengenai pemberian tersebut hanya berbentuk anjuran untuk dilaksanakan oleh ahli wari secara sukarela.

Setelah semuanya terselesaikan, dan harta peninggalan telah diinventarisir dan nilai uangnya telah disepakati oleh seluruh ahli waris, kemudian dikalkulasi secara keseluruhan. Maka nilai total seluruh peninggalan, setelah dikurangi pengurusan jenazah dan membayar hutang pewaris serta memenuhi wasiatnya, adalah menjadi harta tirkah pewaris yang harus dibagikan kepada seluruh ahli waris.13

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.Ahli waris ada yang ditetapkan secara khusus dan langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi SAW dalam haditsnya, dan yang ditemukan melalui ijtihad. Ada 25 orang yang menjadi ahli waris, 15 orang dari pihak laki-laki, dan 10 orang dari pihak perempuan.

a. Ahli waris laki-laki terdiri dari : Anak laki-laki, anak laki-laki dari keturunan laki dan terus kebawah asal pertaliannya masih terus laki-laki, bapak, kakek dari pihak bapak, dan terus keatas pertaliannya yang belum putus dari pihak bapak, saudara laki seibu sebapak, saudara laki-laki sebapak saja, saudara laki-laki-laki-laki seseibu saja, anak laki-laki-laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak, anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak, saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak, saudara laki-laki bapak yang sebapak saja, anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak, anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman sebapak saja, suami, laki-laki yang memerdekakan budak

(19)

saudara perempuan yang sebapak, saudara perempuan yang seibu, isteri, perempuan yang memerdekakan budak

2 Kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah :

a. Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;

b. Menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan termasuk kewajiban pewaris maupun menagih piutang;

c. Menyelesaikan wasiat pewaris;

d. Membagi harta warisan diantara ahli waris yang berhak

B. Saran

1. Perlunya mensosialisasikan hukum waris yang sesuai dengan syariat Islam terhadap masyarakat yang kurang dalam pemahaman agama Islam di Indonesia terkhususnya di Sulawesi Utara.

2. Ambilah apa yang bermanfaat dari ilmu yang ada dalam makalah ini atau apapun dari setiap peristiwa di dunia sebagai satu tanda keagungan dari Allah SWT.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2017. Fiqh Mawaris Hukum Pembagian

Waris Menurut Syariat Islam, Cet. 5. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. Basyir, Azhar Ahmad. 2001. Hukum Waris Islam Edisi Evisi. Cet.15. Yogyakarta: UII

Press.

Lubis, Suhkawardi K. & Simanjuntak, Komis. 2004. Hukum Waris Islam (Lengkap & Praktis). Cet.4. Jakarta: Sinar Grafika.

Qohar, Adnan dkk. 2011. Hukum Kewarisan Islam, Keadilan, Dan Metode Praktis

Penyelesaiannya. Cet.1.Yogyakarta: Pustaka Biru.

Rasjid, Sulaiman. 2016. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Cet.73. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Taufik, Mohammad. Quran In MS-Word With multiple language. ver 1. 2. 0. 2015. Universitas Al-Azhar Mesir, Komite Fakultas Syariah. 2004. Ahkamul Mawaarits

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk cair organik EM4 dari kulit pepaya pada pertumbuhan sawi dan mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman sawi

Οι τιμές της παραμέτρου α* του χρώματος του φλοιού αυξήθηκαν μετά από 4 μήνες συντήρησης (κύρια στους καρπούς που δέχτηκαν 1-MCP)

(3) Dalam hal wakil ketua berhalangan hadir karena alasan kedinasan, sakit, atau alasan lainnya yang sah pada saat persidangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka

Kekuatan dari suatu bahan gigi tiruan juga tergantung pada kekuatan bahan aklirik  yaitu molekul dari polimer yang telah dicuring, jumlah kandungan sisa monomer, banyak

dapat timbul akibat adanya peradangan 'benda asing, ineksi (irus, atau reaksi alergi). *eaksi alergi tersebut mun%ul karena paparan terhadap bahan alergen. $ebagai sebuah

Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran tangan – lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin atau alat

Skala perilaku agresi yang digunakan untuk melakukan identifikasi tingkat perilaku agresi berdasarkan jenis kelamin siswa dikembangkan menggunakan konsep bahwa

Fungsi wilayah adalah menyelenggarakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian bidang pemasaran dalam rangka merintis, menciptakan, membina, memelihara dan