• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah psikologi pendidikan full. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah psikologi pendidikan full. docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PERILAKU MANUSIA

MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH

SULAIMAN (4016.1.15)

SEMESTER IV-A PAI

DOSEN PENGAMPU : Drs. YUSRAN ADENIN, MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH

(STAI-JM)

TANJUNG PURA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur mari sama-sama dipanjatkan ke Hadhirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya, rahmat-Nya, serta kasih sayang-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dan tak lupa pula shalawat beriringkan salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita senantiasa meneladani beliau dalam menjalani hidup dan kehidupan kita.

Makalah yang berjudul “Mekanisme Perilaku Manusia” ini ditulis sebagai tugas dalam Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang diberikan oleh Bapak Drs. Yusran Adenin, M.A.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Dosen Pengampu, teman-teman seperjuangan di kelas A PAI, dan semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya tulisan ini, terutama orang tua yang selalu memberikan dukungan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun kami berharap tulisan kami yang sederhana ini dapat memberikan pengetahuan yang berguna serta semoga makalah ini dapat diterima dan menjadi jembatan dalam memperoleh nilai yang bagus dalam Mata Kuliah Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran.

Tanjung Pura, Maret 2017 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. LATAR BELAKANG MASALAH...1

B. RUMUSAN MASALAH...1

C. TUJUAN...2

BAB II. PEMBAHASAN...3

A. MEKANISME PERILAKU MANUSIA...3

B. BEBERAPA PANDANGAN PSIKOLOGI TENTANG PERILAKU MANUSIA...3

1. PANDANGAN PSIKOANALITIK...3

2. PANDANGAN HOLISTIK/HUMANISTIK...6

3. PANDANGAN BEHAVIORISTIK...9

4. PANDANGAN KONVERGENSI...11

BAB III. PENUTUP...12

KESIMPULAN...12

(4)

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Semakin bertambahnya usia seseorang hakikatnya akan semakin berkembang pemikiran dan peningkatan perilakunya. Setiap individu yang satu dengan yang lain akan mengalami perubahan perilaku yang berbeda. Perbedaan ini memiliki banyak faktor, tergantung dari sudut mana kita melihat penyebab serta ke arah mana perkembangan tersebut entah itu mengarah kepada yang lebih baik atau juga sebaliknya yang lebih buruk dari hari ke hari.

Dalam mekanisme perilaku manusia terdapat beberapa pandangan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh dari pemikiran orang-orang sebelum mereka yang menjadi panutan mereka para ahli dalam menentukan suatu teori.

Ada pandangan yang memandang perilaku manusia itu dipengaruhi oleh sifat bawaan seseorang sejak ia lahir yang ada karena gen dari orang tuanya. Di lain sisi ada juga pandangan yang memandang perilaku manusia itu perkembangannya ditentukan oleh apa saja yang dialaminya selama ia hidup sehingga apapun pembawaan yang dibawa oleh orang tuanya akan berubah seiring dengan pendidikan dan pengalaman yang dialaminya.

Sebelum mempelajari mengenai pandangan-pandangan mengenai perilaku manusia, maka kita harus memahami apa itu perilaku terlebih dahulu. Adapun pandangan-pandangan mengenai mekanisme perilaku manusia yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain pandangan psikoanalitik, pandangan behavioristik, pandangan holistik/humanistik, dan pandangan konvergensi.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas, dapat di tarik rumusan masalah antara lain: a. Apa itu perilaku ?

b. Bagaimanakah aliran Psikoanalitik dalam memandang mekanisme perilaku manusia?

c. Bagaimanakah aliran holistik/humanistik dalam memandang mekanisme perilaku manusia?

d. Bagaimanakah aliran behavioristik dalam memandang mekanisme perilaku manusia?

(5)

C. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah antara lain adalah: a. Mengetahui pengertian perilaku manusia,

b. Dapat memahami pandangan aliran Psikoanalitik dalam memandang mekanisme perilaku manusia,

c. Dapat memahami pandangan aliran holistik/humanistik dalam memandang mekanisme perilaku manusia,

d. Dapat memahami pandangan aliran behavioristik dalam memandang mekanisme perilaku manusia

(6)

BAB II. PEMBAHASAN

A. MEKANISME PERILAKU MANUSIA

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial

manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam

kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan

komprehensif.

Perilaku manusia dipelajari tak hanya dalam ilmu psikologi, namun juga dalam disiplin ilmu sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran. Hal ini dikarenakan luasnya cakupan dalam perilaku manusia sehingga banyaknya bidang keilmuan yang mempelajarinya.

B. BEBERAPA PANDANGAN PSIKOLOGI TENTANG PERILAKU MANUSIA

1. PANDANGAN PSIKOANALITIK

Tokoh-tokoh terkenal yang merupakan pencetus teori psikoanalisis antara lain Sigmund Freud ( 1856-1939), Carl Gustav Jung ( 1875-1961), dan Alfred Adler (1870-1939).

Teori psikoanalisis mengupas kepribadian dari suatu pandang yang sangat berbeda dengan teori-teori yang lainnya, teori psikoanalisis menelaah kepribadian pribadi, motif – motif tak sadar yang mengarahkan perilaku.

Menurut freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious)1.

Hubungan antara alam sadar, prasadar, dan tak sadar digambarkan oleh freud dengan gunung es. Yakni bagian kecil yang mencuat di permukaan air dari gunung es tersebut merupakan kesadaran seseorang, dan bagian yang paling besar yang berada di dalam air dan

(7)

terdapat paling bawah merupakan alam tak sadar seseorang yang berisi tentang nafsu, ingatan yang tak terjangkau, hayalan yang mempengaruhi pikiran dan perilaku kita.

Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat-saat tertentu,pengindraan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang anda miliki.

Alam pra-sadar, adalah apa yang kita sebut saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat dipanggil kea lam sadar, kenanga-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah dipanggil lagi. Tidak ada masalah yang muncul dari dua lapisan ini. Namun, Freud mengatakan bahwa keduanya adalah bagian terkecil dari pikiran.

Adapun bagian terbesarnya adalah alam bawah sadar (unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa kea lam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.

Mekanisme perilaku manusia dalam pandangan psikoanalitik terdiri atas tiga unsur yang terdapat dalam diri manusia, yaitu Id, Ego, dan Super Ego

1. Id

Id adalah system kepribadian bawaan atau yang paling asli dari manusia. Pada saat di lahirkan, seseorang hanya memiliki id saja. Unsur kepribadian ini merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri yang sifatnya buta dan tidak terkendali. Ia hanya menurut dan mendesak di puaskannya naluri-naluri tersebut. Id dapat diumpamakan sebagai kawah gunung merapi yang terus mendidih dan bergolak. Ia tidak dapat menoleransi ketegangan serta ketidak nyamanan serta berdaya upaya untuk melepaskan ketidak nyamanan atau ketegangan itu sesegera mungkin.2

Asas yang mengatur bekerjanya id ini adalah asas kesenangan (pleasure principle) yang diarahkan bagi pengurangan ketegangan atau ketidak nyamanan guna mencapai kepuasan atau kebahagiaan naluriah. Karena bekerjanya hanya di dorong oleh asas kesenangan semata, maka Id bersifat tidak logis, amoral, dan hanya memiliki satu tujuan semata, yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan tersebut . Id tidak pernah menjadi dewasa dan selalu menjadi unsur anak manja dalam kepribadian manusia.Id ini bersifat tidak sadar.

2 Ivan Taniputera, Psikologi Kepribadian Psikologi Barat versus Buddhisme (Malang : Ar-Ruzz, 2005) hal

(8)

2. Ego

Ego timbul pada diri anak-anak yang sedang berkembang, menurut Freud, untuk mengenai transaksi mereka sehari-hari dengan lingkungan ketika mereka belajar bahwa suatu realitas (kenyataan) yang terlepas dari keinginan dan kebutuhan mereka sendiri. Ego ini sebenarnya merupakan bagian dari Id, tetapi sudah dimodifikasi sedemikian rupa karena sudah lebih dekat dengan dunia luar individu. Salah satu tugas utama dan penting dari ego adalah mencari dan menemukan objek yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan Id. Karena itu, ego harus menyusun semacam kerja sama antara kebutuhan Id dan tuntutan lingkungan. Berbeda dengan id, ego ini sangat terkendali, realistic, dan logis.3

Sebelumnya, seorang bayi hanya dapat menangis di kala lapar atau mengalami ketidaknyamanan. Kini bila bayi tersebut tumbuh manjadi seorang anak, maka ia tidak lagi menangis pada saat lapar. Ia akan sedapat mungkin berusaha mencari cara dalam memuaskan rasa laparnya itu. Ia akan mencari dan mengambil makanan apa saja yang dijumpainya tanpa memikirkan siapa yang memiliki makanan itu.

3. Superego

Superego merupakan unsur moral atau hukum dari kepribadian manusia. Ia merupakan aspek moral dari seseorang yang menentukan benar dan salahnya perbuatan yang dilakukan. Ia menampilkan hal-hal yang ideal dan bukannya riil, berbeda dengan Id yang di gerakkan oleh asas kesenangan, superego digerakkan oleh asas kesempurnaan.Superego terdiri dari nilai-nilai tradisional serta norma-norma ideal dalam masyarakat yang di ajarkan oleh orang tua terhadap anaknya. Fungsi superego adalah untuk menghambat dorongan- dorongan pemuas yang berasal dari Id.

Demikianlah menurut Freud, Id merupakan unsur yang sangat penting dari kepribadian manusia. Id hadir hanya dari bentuk naluri atau nafsu seks dalam diri manusia. Jadi, seseorang menurut Freud tak lain dan tak bukan adalah perwujudan dari aktivitas seksual, yakni nafsu seks dan tanggapan terhadap kebutuhan tersebut. Menurut teori Freud, manusia tak lebih dari sekedar budak abadi dari Id dan superego seta pertentangan yang terjadi di antara keduanya, atau barangkali ia adalah budak dari nilai masa lalu yang di ciptakan berdasarkan spekulasi belaka dan disebut hal baik atau buruk dalam masyarakat.4

(9)

2. PANDANGAN HOLISTIK/HUMANISTIK

Istilah Psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerjasama dibawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisa dan behaviorisme. Sekelompok ahli tersebut memiliki pandangan yang berbeda, tetapi mereka berpijak kepada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yakni Eksistensialisme. Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.5

Psikologi holistik (whole = menyeluruh) yaitu psikologi dimana manusia harus di kembalikan dalam kesatuan yang utuh, maksudnya kita memandang manusia tidak hanya pda satu titik namun memandang manusia secara keseluruhan. Psikologi Humanistik ( human = manusia ) yaitu manusia yang memeliki potensi dalam dirinya yang di pandang juga melalui penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individualnya dan dari sudut kemanusiaan itu sendiri. Walaupun terlihat terdapat perbedaan dari pengertian antara holistik dan humanistik, namun pada hakikatnya kedua istilah ini mengacu kepada satu pandangan yang memandang manusia dengan utuh dari luar dan dalamnya.

 Ajaran-ajaran Dasar Holistik/Humanistik dalam memandang manusia6

a. Individu sebagai keseluruhan yang Integral

Salah satu aspek yang fundamental dari Psikologi Humanistik adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas dan terorganisasi. Sesuai dengan teori Maslow dengan prinsip holistiknya, motivasi mempengaruhi individu secara keseluruhan, dan bukan secara bahagian.

b. Ketidak relevanan Penyelidikan dengan Hewan

Para juru bicara Psikologi Humanistik mengingatkan tentang adanya perbedaan yang mendasar antara tingkah laku manusia dengan tingkah laku hewan bagi mereka, manusia itu lebih dari sekadar hewan. Ini bertentangan dengan behaviorisme yang mengandalkan penyelidikan tingkah laku hewan dalam upaya memahami tingakah laku manusia. Berbeda dengan para behavioris yang menekankan kesinambungan alam manusia dengan dunia

(10)

hewan, Maslow dan para teoris kepribadian humanistik umumnya memandang manusia yang sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apapun.

c. Pembawaan Baik Manusia

Teori Freud secara Implisit menganggap bahwa manusia pada dasarnya memiliki karakter jahat. Impuls-impuls manusia, apabila tidak dikendalikan akan menjuruskan manusia kepada pembinasaan sesamanya dan juga penghancuran dirinya sendiri sementara menurut Maslow hanya memiliki sedikit kepercayaan tentang kemuliaan manusia, dan berspekulasi secara pesimis tentang nasib manusia. Sebaliknya, Psikologi humanistik memiliki anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral. Menurut perspektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan bawaan.

d. Potensi Kreatif Manusia

Pengutamaan kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip yang penting dari Psikologi Humanistik. Maslow, dari studinya atas sejumlah orang tertentu menemukan bahwa pada orang-orang yang ditelitinya itu terdapat satu ciri yang umum, yakni kreatif. Dari situ Maslow menyimpulkan bahwa potensi kreatif merupakan potensi yang umum pada manusia.

e. Penekanan pada kesehatan Psikologi

Maslow secara konsisten beranggapan bahwa tidak ada satupun pendekatan psikologis yang mempelajari manusia dengan bertumpu pada fungsi-fungsi manusia berikut cara dan tujuan hidupnya yang sehat. Dalam hal ini Maslow terutama mengkritik Freud yang menurutnya terlalu mengutamakan studi atas orang-orang yang tidak sehat. Maslow juga merasa bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi negatif manusia dan mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif dari manusia. Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesak perlu adanya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan psikologi yang universal.

Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what

(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/

incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How (bagaimana)

(11)

perilakunya itu sendiri. Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:7.

a Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis ( phsysiological needs ) adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup.

b Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

Apabila kebutuhan fisiologis individu telah terpuaskan, maka dalam diri individu akan muncul satu kebutuhan lain sebagai kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman (need for self-security). Yang dimaksud oleh Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungannya.

c Kebutuhan cinta memiliki-dimiliki

Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki (need for love and belongingness) ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di masyarakat. Bagi individu-individu, keanggotaan dalam kelompok sering menjadi tujuan yang dominan, dan mereka bisa menderita kesepian, terasing dan tak berdaya apabila keluarga, pasangan hidup, atau teman-teman meninggalkannya.

d Kebutuhan penghargaan

Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. Kebutuhan akan sering kali diliputi frustasi dan konflik pribadi karena yang diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga kehormatan dan status yang membutuhkan standar sosial, moral dan

(12)

agama. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu dan selanjutnya lebih produktif.

e Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri atau mengungkapkan diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan dibawahnya sudah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan-kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.8

Kebutuhan-kebutuhan tersebut selanjutnya menjadi dorongan (motivasi) yang merupakan kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

3. PANDANGAN BEHAVIORISTIK

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.. 9

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).10

Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan

8 Ibid, Hal. 274

(13)

mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam

Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :

1. Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).

2. Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)

Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku spontan.

Contoh : seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam kegerahannya.Ruangan kelas yang panas merupakan lingkungan (W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa tersebut (O), secara spontan mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan mahasiswa. Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.

Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut11:

W > S > Ow > R > W

Contoh : ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.

Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski

(14)

di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).

4. PANDANGAN KONVERGENSI

Konvergensi merupakan gabungan antara pandangan empirisisme dan nativisme12.

Empirisme yaitu aliran yang memandang perkembangan manusia itu berasal dari pengalaman yang diterima seseorang selama ia hidup. Nativisme adalah aliran yang memandang perkembangan seseorang itu berasal dari pembawaan seseorang sejak lahir sehingga mengesampingkan apapun yang akan diterimanya selama hidupnya.

Dalam menentukan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, para pelopor aliran konvergensi tak hanya berpegang pada pembawaan ataupun hanya lingkungan saja, tetapi berpegang kepada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian sebaliknya juga, faktor pengalaman saja tanpa bakat pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan

Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan memiliki andil yang sama besarnya dalam menentukan masa depan seseorang.

Dari pemaparan diatas, faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan seseorang dalam belajar pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu :

1. Faktor intern, yaitu pembawaan yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi kejiwaan tertentu yang turut mengembangkan dirinya

2. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang akan datang atau yang ada di luar diri seseorang yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi seseorang dengan lingkungannya13

(15)

BAB III. PENUTUP KESIMPULAN

 Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

 Pandangan psikonalitik memusatkan perhatian pada dorongan tidak sadar yang memotivasi perilaku individu.

 Mekanisme perilaku manusia dalam pandangan psikoanalitik terdiri atas tiga unsur yang terdapat dalam diri manusia, yaitu Id, Ego, dan Super Ego

 Pandangan holistik/humanistik adalah pandangan yang memandang perilaku manusia itu sebagai satu kesatuan dengan tubuh fisik dan sebagai potensi yang terdapat dalam diri individu.

 Mekanisme perilaku manusia dalam pandangan holistik/humanistik yakni perilaku itu memiliki tujuan, yang berarti faktor penentu untuk melahirkan perilaku itu berasal dari aspek-aspek intrinsik yang berisi niat, motif, dan tekad.

 Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.

 Dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku manusia memiliki komponen utama berupa stimulus, organisme, dan respon

 Konvergensi merupakan pandangan gabungan yang melihat perilaku manusia tak hanya di dasari oleh faktor bawaan seseorang dari lahir, namun juga didasari oleh pengalaman dalam kehidupannya.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Syah. Muhibbin. 2015. Psikologi pendidikan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah. Taniputera. Ivan. 2015 Psikologi Kepribadian Psikologi Barat versus Buddhisme Malang :

Ar-Ruzz.

Alex. Sobur. 2003. Psikologi Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia.

Mari Juniati, Rahmawati (ed). 2000. Introduction To Psychology Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

5. Penelitian Konsep Diri Fisik ………. Pengertian Mahasiswa ……….. Ciri-ciri Mahasiswa sebagai Individu Dewasa Awal ………… D. Konsep Diri Fisik Mahasiswa Sebagai Manusia

Sedangkan bela negara secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai "segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan republik indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran

Dimensi manusia sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan makhluk religi tersebut secara konsisten diperjelas dan dipertajam dalam memandang dirinya sendiri dengan potensi

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial : manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, sedangkan yang

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan

• Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan.

Konsep diri positif adalah individu mampu meletakkan/memposisikan dirinya sebagai diri yang berdaya, maksudnya adalah tidak memandang dirinya sendiri se- cara negative agar

Oleh karena itu, pendidikan humanistik adalah pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan potensi yang dimiliki setiap orang.7 Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang manusia sebagai