• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II proposal skripsi Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II proposal skripsi Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Notoadmojo (2010) pengalaman adalah cara untuk memperoleh kebenaran dengan mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman biasanya diperoleh dari lingkungan sebagai sebuah perkembangan misalnya, mengikuti ekstrakulikuler di sekolah. Pribadi dalam KBBI, merupakan milik atau diri sendiri. Pengalaman pribadi merupakan proses memperoleh suatu kebenaran yang dilakukan berulang yang dilakukan oleh diri sendiri.

b. Penelitian Lain yang Berhubungan Antara Pengalaman Pribadi dengan Merokok Masa remaja merupakan masa peralihan. Masa remaja dapat diistilahkan sebagai masa strom and stress karena terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan fisik yang matang dengan psikososial. Tiap remaja pun memiliki gaya yang berbeda-beda ada yang atraktif, lincah, modis, agresif, kreatif, suka hura-hura bahkan ada pula remaja yang suka mengacau. Pada masa ini remaja mulai lebih mandiri dan berjuang untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua sehingga dapat diakui sebagai orang dewasa.(Hasanah dkk, 2011)

Johnston (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Starting to smoke: a qualitative study of the experiences of Australian indigenous youth memaparkan beberapa pengalaman pribadi remaja mengenai rokok. Seorang remaja laki-laki 18 tahun diperbolehkan merokok oleh ibunya, tetapi hanya diluar rumah tidak didalam rumah karna cemas apabila terlihat kemudian ditiru oleh sang adik. Seorang remaja perempuan 15 tahun merasakan sensasi menjijikan setelah mencoba rokok untuk pertama kalinya dengan melontarkan kata-kata “Yuck”. Remaja perempuan 15 tahun merokok setiap kali dibuat stress oleh ayahnya, ibunya tahu dan merasa biasa saja karena kakak perempuan dari remaja tersebut pun merokok. Pengalaman berbeda mengenai rokok terdapat pada remaja perempuan 18 tahun, ia mengaku tidak merokok karena ayah dan ibunya tidak merokok, karena terbiasa dengan lingkungan keluarga tidak merokok sehingga ia dan kakaknya tidak merokok. Perempuan 20 tahun berteman dengan orang-orang yang sangat menolak rokok. Menurut mereka, rokok itu adalah sampah dan ia setuju dengan hal itu.

c. Cara Mengukur Pengalaman Pribadi Terhadap Merokok

(2)

itu dihisap isinya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Saleh, 2011).

Masa remaja merupakan suatu masa yang rentan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang seperti merokok. Hal ini erat kaitannya dengan belum matangnya mental seorang remaja. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak-anak. Namun, juga tidak cukup matang untuk dikatakan dewasa sehingga sering kali mengalami kegagalan dalam mempertimbangkan dampak dari prilaku bahkan sikapnya sendiri. Remaja sering mencari pola hidup yang menurutnya sesuai dan biasanya dilakukan dengan metode coba-coba yang berdampak negatif bagi dirinya dan orang lain seperti merokok. Namun, demi mencari identitas diri dan untuk Octfarida(2011) merokok dapat membahayakan organ-organ didalam tubuh. Merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit dan memperburuk kesehatan, contohnya seperti penyakit paru obstruktif (PPOK). 15% perokok mengalaminnya karena seseorang yang merokok akan mengalami penurunan FEV1 (Forced Expiratory Volume in Second) dan hampir 90% perokok beresiko menderita PPOK. (Saleh,2011). Merokok juga memiliki pengaruh pada gigi yaitu terbentuknya caries akibat penurunan fungsi saliva yang berperan sebagai proteksi gigi. Perokok tiga kali beresiko tinggi dibandingkan bukan perokok. Pengaruh lainnya yaitu pada mata menyebabkan katarak nuklear di bagian tengah lensa karena kerusakan protein lensa yang disebabkan oleh banyaknya logam dan bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok (Muhibah, 2011). Pada sistem reproduksi merokok dapat mengurangi terjadinya konsepsi sehingga mengakibatkan fertilitas pada pria maupun wanita. Pada wanita hamil yang merokok janin yang dikandung akan mengalami penurunan berat badan, lahir prematur dan kematian janin(Anggraini,2013). Penyakit lain yang beresiko tinggi pada perokok adalah kanker paru-paru, jantung koroner, bronchitis kronis, dan sebagainya (Aditama cit Caroline, 2008).

II.I.II. Sikap Merokok

a. Definisi

(3)

stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Menurut Rachmad(2013) sikap adalah suatu faktor personal yang berkaitan dengan prilaku termasuk prilaku merokok.

Sikap merupakan penilaian seseorang mengenai rokok dan dapat dibagi menjadi tiga komponen yaitu:

1. Komponen Kognitif

Merupakan sebuah penilaian, kepercayaan dan stereotipe seseorang mengenai sebuah objek. Komponen kognitif merupakan representasi suatu kepercayaan dari seseorang yang memiliki sikap. (Azwar,2003)

2. Komponen Afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional seseorang dan dapat disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu hal. (Azwar, 2003). Seseorang yang percaya bahwa rokok merusak kesehatan maka terbentuk perasaan negatif tentang rokok dan orang tersebut akan menjauhi rokok. Hal ini menunjukan kepercayaan mempengaruhi emosional seseorang.

3.

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu

dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis

untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

(4)

Perkembangan remaja saat mulai merokok berhubungan dengan krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan ketika mereka sedang mencari jati diri. Pada saat itu terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial. (Rachmad,2013). Pengalaman remaja mengenai rokok dapat menghasilkan sikap positif dapat pula negatif. Seorang perempuan 20 tahun memutuskan tidak merokok, karena melihat banyak peringatan dan himbauan mengenai bahaya rokok, menurutnya menghindari rokok merupakan hal yang sangat penting dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak merokok. Sikap merokok remaja dapat terbentuk pula dari teman karena adanya paksaan untuk merokok, juga ejekan dan hinaan apabila tidak merokok, dan akhirnya terpaksa merokok agar tidak dikeluarkan dari kelompok. Seorang perempuan 17 tahun merokok karena orang disekitarnya juga merokok, selain itu ia merasa cocok dan beranggapan bahwa dengan merokok dapat membanggakan nama geng. Bertolak belakang dengan wanita 17 tahun bukan perokok mengganggap bahwa rokok hanyalah hal yang menjijikan dan tidak keren sama sekali.(Johnston,2012)

Sikap merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengalaman pribadi memberikan pengaruh terhadap sikap merokok baik pengalaman dengan melihat dari orang-orang sekitar maupun pengalaman yang dirasakan sendiri oleh remaja. Pengalaman pribadi juga berefek pada terbentuknya sikap merokok atau bahkan justru sikap menjauhi rokok. Seorang ibu menyesal karena telah merokok sebanyak 2 bungkus sehari. Melihat ibunya merokok anak-anaknya pun ikut merokok sejak remaja. Beberapa tahun kemudian sang ibu menderita serangan jantung dan harus dipasangkan ring, sudah berniat untuk berhenti tetapi rasa ingin merokok kambuh lagi. Sampai akhirnya sang ibu benar-benar ingin berhenti karena anak-anaknya berhenti merokok dan selalu menasehati agar sang ibu berhenti merokok. Suaminya juga turut menasehati. Dahulu sang suami merokok tetapi sudah berhenti lama dan sejak kejadian itu sang ibu berhenti merokok dan bercita-cita agar cucu-cucunya kelak tidak ada yang merokok(Fauziy,2014). Sandy, perempuan berusia 17 tahun hidup dengan anggota keluarga yang sebagian besar merokok, ibu dan ayahnya merokok, paman dan bibinya juga merokok tetapi ia tidak pernah merokok. Ia selalu memberikan pesan anti rokok yang kuat pada siapapun yang merokok didalam rumah bahwa merokok adalah hal yang sangat menjijikan. Pada saat adiknya lahir, sang ibu memutuskan untuk tidak merokok kembali karna sadar bahwa pesan anti rokok yang selalu dikatakan anaknya adalah untuk kebaikan. Hal tersebut memberikan hal positif untuk keluarga sandy. Selain itu, meskipun paman dan bibinya merokok tidak ada satupun dari sepupunya yang merokok. Hal ini memberikan perubahan generasi dari yang sebelumnya merokok menjadi tidak merokok.(Johnston, 2012)

(5)

menjadi figur contoh perokok berat, maka anak-anak kemungkinan besar juga akan menirunya (Depkes RI,2010).

Media masa menampilkan lambang kejantanan atau glamour sehingga membuat para remaja tertarik untuk merokok (Depkes RI, 2010). Pada Jaya (2009) terdapat penelitian yang dilakukan US Surgeon General iklan rokok menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi remaja untuk merokok. Hasil penelitian tersebut memaparkan bahwa iklan, promosi dan sponsor rokok telah menciptakan dan menanamkan norma kepada anak bahwa kejadian merokok adalah baik dan biasa. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi remaja. Terkadang perokok remaja pemula akibat menonton iklan dilingkungan mereka karena remaja belum mengerti benar mengenai bahaya yang disebabkan oleh rokok sehingga orang tua dapat memberi pemahaman pada anak-anaknya mengenai merokok(Wawan, 2010).

c. Mekanisme Sikap Merokok

Sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (receiving) :

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi dari sikap. Usaha yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah. Misalnya seseorang mengetahui dampak dari bahaya merokok, orang tersebut tidak akan mencoba untuk merokok. Bagi yang telah menjadi perokok, ia mau berusaha untuk berhenti karena mengetahui apa dampak yang akan terjadi bila terus merokok.

3. Menghargai (valuing) :

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap menghargai. Misalnya seseorang dengan niat ingin menolong orang lain agar tidak menjadi pecandu berat rokok, sehingga ia mengajak orang lain untuk berhenti merokok dengan menjelaskan bahaya rokok yang ia ketahui dengan harapan orang lain akan mendengar ajakannya dan tidak merokok.

4. Bertanggung jawab (responsible) :

(6)

menolak ajakan merokok dari orang lain, menegur dengan baik apabila merokok di sekitarnya dan menyarankan untuk berhenti merokok.

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran dan keyakinandan emosi memegang peranan yang penting. Sikap dimulai dari subjek yang telahmendengar dan mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan oleh rokok danbagaimana pencegahannya. Kemudian pengetahuan ini akan membawa subjek untuk berpikir dan berusaha supaya diri dari subjek tidak terkena dampak daribahaya rokok. Dalam berpikir, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerjasehingga subjek tersebut berniat untuk menjauhi atau tidak mencoba untuk merokok sebagai upaya mencegah agar diri dari subjek tidak terkena dampak bahaya rokok. Subjek ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupabahaya rokok. (Notoadmojo,2007)

Sikap erat kaitannya dengan prilaku, karena pada hakekatnya sikap akan menentukan seseorang berperilaku terhadap sesuatu objek baik yang disadari atau tidak disadari(Sarwono, 2000).

Menurut Leventhal dan Cleary (dalam Komalasari dan Helmi 2000) ada empat tahap perilaku merokok :

1. Tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory)

Tahap ini merupakan tahap dimana seeorang mendapatkan gambaran menyenangkan terhadap rokok. Seseorang yang melihat, mendengar atau mungkin membacanya dari majalah. Pada tahap ini muncul penilaian positif terhadap rokok. Penilaian positif ini mungkin didapat setelah melihat atau membandingkan orang yang merokok dengan yang tidak merokok. Penilaian positif terhadap perokok misalnya orang yang merokok akan terlihat lebih macho, maskulin dan lebih menggambarkan kelelakian. Hal ini akan menumbuhkan minat terhadap rokok.

2. Tahap pemutusan (initiation)

Tahap dimana seseorang mulai mencoba merokok, dan memberikan sebuah penilaian. Akan diteruskan jika dianggapnya baik bagi dirinya. Tahap ini merupakan tahap penggambilan keputusan untuk meneruskan merokok atau tidak.

3. Tahap menjadi seseorang perokok (become a smoker)

Tahap ini merupakan tahap bagaimana seseorang menjadi seorang perokok. Jika seseorang secara rutin menghabiskan rokok sebanyak 4 batang sehari, maka ia akan mengalami ketergantungan kemudian meneruskan kebiasaan untuk merokok.

4. Tahap ketergantungan (maintenance of smoking)

(7)

d. Cara Mengukur Sikap Merokok

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan setuju atau tidak setuju responden terhadap suatu obyek tertentu menggunakan skala Likert (Notoatmodjo, 2005:57).

(8)

II.II. Kerangka Teori

Independen Dependen

II.III. Kerangka Konsep

Sikap Merokok Remaja Pengalaman Pribadi

Remaja

Pengalaman Pribadi Remaja Tentang Merokok

Peran Tokoh :

Orang Tua, Kerabat Dekat, Teman.

Peran Institusi : Sekolah,Pemerintah Media Masa :

Iklan, Promosi, Sponsor

Sikap Merokok Remaja

Ketersediaan sarana dan prasarana remaja untuk merokok, keberadaan iklan

yang mendorong remaja untuk merokok, pola asuh

(9)

II.IV. Hipotesis

HA : Adanya hubungan antara pengalaman pribadi dengan sikap merokok remaja.

H0 : Tidak adanya hunungan antara pengalaman pribadi dengan sikap merokok

Remaja

II.V. Defnisi Operasional

a. Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014)

b.

Sikap

Sikap adalah suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial(Notoatmodjo, 2007).

c.

Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah cara untuk memperoleh kebenaran dengan mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman biasanya diperoleh dari lingkungan sebagai sebuah perkembangan misalnya, mengikuti ekstrakulikuler di sekolah. Pribadi dalam KBBI, merupakan milik atau diri sendiri. Pengalaman pribadi merupakan proses memperoleh suatu kebenaran yang dilakukan berulang yang dilakukan oleh diri sendiri(Notoadmojo 2010).

d. Keluarga

Menurut Friedman dalam Sudiharto(2007) keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karna ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional serta mengidentifikkasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

e. Teman Sepergaulan

(10)

Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural ; editor, Esty Whayuningsih – Jakarta : EGC

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Caroline. 2008. Akibat Merokok

http:/fransis.com/2008/09/26/kiat-berhenti-merokok/respond. [diakses tanggal 16 Desember 2008]

Depdikbud.. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Hasanah, A, dkk.2011. Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Rokok denga Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali. Vol:8.695-675

Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Saleh, K.N.B. 2011. Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009. (KTI). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Runtukahu, dkk.(2015).Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Merokok Kalangan Remaja Di SMKN 1 Bitung. Jurnal e-biomedik, Vol :3. No.1

Murtiyani N. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo. Jurnal Keperawatan, 1 (1), 1-9.

Anggraini, F.D. 2013. Hubungan Larangan Merokok di Tempat Kerja dan Tahapan Smoking Cessation Terhadap Intensitas Merokok pada Kepala Keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2012. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka cipta

Wawan, A. & dewi. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medica; 2010

Sarwono, S.W. 2000. Teori-teori Psikolologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Komalasari, D & Helmi, A.F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Pada Remaja. Avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku merokok avin.pdf, 4 November 2012

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perubahan kondisi keuangan perusahaan dan perubahan harga saham pada perusahaan publik.. yang delisting di

Melihat komunikasi yang terjadi pada kedua unsur penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak eksekutif (pemerintah daerah) dan pihak legislative (DPRD) dalam

Tujuan yang harus dicapai BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2016 ada 3 (tiga), yaitu (1) Peningkatan Kualitas Data Statistik, (2) Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan

Pada muffin dengan perlakuan kontrol (100:0:0) terdapat kandungan betakaroten dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan muffin dengan perlakuan kombinasi

Menurunnya produksi padi di Kalimantan Barat disebabkan adanya penurunan luas panen dan produktivitas pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, sementara

Penelitian mengenai siklus belajar 5E dilakukan oleh Sari, dkk., (2013) dinyatakan bahwa penerapan siklus belajar 5E dengan penilaian portofolio (1) dapat meningkatkan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa baik nelayan pendatang maupun lokal, mekanisme interaksi sosial berlangsung secara bersama-sama, dimana selain berupaya

Mengetahui perilaku creep komposit yang tersusun dari resin polyester dengan serat gelas jenis e-glass menjadiesensi dasar pada penelitian ini.. TINJAUAN