• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Preventif Orang Tua dalam Membe (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tindakan Preventif Orang Tua dalam Membe (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

0

TINDAKAN PREVENTIF ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER GENERASI Z sebagai generasi Z merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan suatu bangsa di masa mendatang. Orang tua sebagai penjaga amanah harus menjaganya dengan penuh rasa tanggung jawab. Bentuk tanggung jawab sebagai orang tua adalah dengan memberinya kasih sayang dan cinta, salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak adalah dengan memberinya pendidikan yang layak. Jenjang pendidikan yang paling fundamental dalam mendidik anak adalah pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Peran orang tua sangat besar ketika anak berada pada jenjang pendidikan anak usia dini dan jenjang pendidikan dasar. Peran orang tua diperlukan karena mencegah lebih baik daripada mengobati.

Pembahasan

Peran orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak sangat diperlukan dalam melindungi anak tidak hanya ancaman dari bentuk fisik, tetapi dari segi karakter anak perlu dilindungi. Orang tua perlu menuntun anak dalam menjalani pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Anak yang menjalani pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar adalah bentuk preventif dari adanya penyimpangan sosial yang terjadi di masa yang akan datang. Peran orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang edukatif bagi anak sebagai generasi Z. Generasi Z yang baik lahir dari didikan orang tua yang memahami arti penting penanaman pendidikan karakter pada anak. Peran orangtua mendidik generai Z sangat penting mulai dari tata cara bersosialisasi baik dalam bergaul terhadap sesama, dengan yang lebih muda, maupun dengan yang lebih tua. Generasi Z dengan karakter yang baik memiliki kesadaran sikap religius maupun sikap sosial.

Kesimpulan

Keberhasilan mendidik anak merupakan impian semua orang tua. Setiap orang tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia. Kesuksesan anak tidak hanya diukur dari karir yang diperoleh akan tetapi sikap yang baik dan berbudaya menjadikan tolok ukur kesuksesan nilai-nilai moral yang diperoleh. Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan tindakan preventif dalam mendidik anak agar tercipta generasi Z yang berkarakter baik dan berbudaya. Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan anak usia dini dan jenjang pendidikan dasar. Sehingga generasi Z yang akan datang menjadi generasi yang dapat memimpin negeri ini dengan baik.

(2)

1

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Anak adalah anugerah dari yang Maha Kuasa yang dititipkan kepada orang tua.

Anak sebagai generasi Z merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup,

kualitas dan kejayaan suatu bangsa di masa mendatang. Orang tua sebagai penjaga

amanah harus menjaganya dengan penuh rasa tanggung jawab. Bentuk tanggungjawab

orang tua dalam keluarga tidak hanya memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Lickona, 2013: 48 menyatakan bahwa “secara umum masyarakat memandang bahwa keluarga merupakan sumber pendidikan moral yang paling utama bagi anak. Orang tua

adalah guru pertama dalam pendidikan moral. Orang tua jugalah yang memberikan

pengaruh paling lama terhadap perkembangan moral anak”. Oleh karena itu, setiap anak sebagai generasi Z perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus

yang berkarakter serta berkepribadian baik. Hal inilah yang menjadi pokok persoalan

yang dihadapi dalam membentuk generasi Z yang sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia. Cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 berbunyi “...untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia,...”. Cita-cita tersebut sangat mendalam karena berkaitan dengan pembentukan karakter anak generasi Z yang dapat menjadi insan yang

berkarakter sesuai dengan kepribadian bangsa. Pembentukan karakter generasi Z

tersebut sangat berkaitan dengan tanggungjawab orang tua.

Bentuk tanggungjawab sebagai orang tua terhadap generasi Z adalah dengan

memberinya kasih sayang dan cinta. Salah satu bentuk kasih sayang dan cinta orang tua

terhadap generasi Z adalah dengan memberinya pendidikan yang layak. Pendidikan

yang layak terhadap generasi Z tidak hanya dilakukan ketika sudah beranjak dewasa

tetapi juga dilakukan sejak masih berada dalam kandungan. Sejak dalam kandungan

anak sebagai generasi Z harus sering dibacakan surat-surat Al qur’an (bagi yang islam) atau dengan mendengarkan musik-musik mozaik. Ketika anak berada dalam kandungan,

orangtua sebaiknya lebih berhati-hati dalam berbuat. Bahkan sebelum menjadi orang tua

(3)

2

“Didiklah anakmu 25 tahun sebelum ia lahir”. Kata yang memberi pesan bahwa menjadi orang tua tidak mudah. Orang tua perlu menanamkan interaksi sosial sejak dini

pada anak sebagai generasi Z. Proses interaksi dilakukan secara kontinu dengan

memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak. Proses perkembangan anak dijalani

secara bertahap. Tahapan perkembangan dalam dunia pendidikan bermula dari

pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya membina anak

sejak lahir hingga berusia enam tahun. Pada masa ini keluarga khususnya orang tua

memberikan motivasi atau rangsangan bagi anak untuk mengembangkan jasmani dan

rohaninya, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal agar anak

memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut yaitu pendidikan dasar. Adapun

pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan anak usia enam sampai duabelas tahun.

Kedua jenjang pendidikan inilah yang paling fundamental dalam membentuk

karakter anak sebagai generasi Z. Anak sebagai generasi Z diibaratkan seperti rumah

yang akan dibangun dimana pada tahap ini diperlukan dasar atau fondasi untuk

memperkokoh kehidupan selanjutnya. Anak sebagai generasi Z akan banyak belajar dari

keluarga terutama orang tua. Orang tua menjadi cermin bagi generasi Z dalam

berperilaku dan bersikap kepada siapapun. Orang tua di masa-masa ini memiliki andil

besar dalam membentuk karakter generasi Z. Anak sebagai generasi Z merasa

disayangi, dilindungi, dicintai, dihargai, dibenci, bahkan terkadang merasa diabaikan

pada masa ini karena pengaruh orang tua. Peran orang tua dalam kedua jenjang

pendidikan ini sangat penting.

B.Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:

1. Bagaimana tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam perlindungan anak

untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan anak usia dini?

2. Bagaimana tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam perlindungan anak

(4)

3

C.Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam

perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang Pendidikan Anak

Usia Dini.

2. Untuk mendeskripsikan tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam

perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang Pendidikan Dasar.

D.Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Agar penulis mendeskripsikan tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam

perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan anak usia

dini.

2. Agar pembaca mengetahui tindakan preventif sebagai peran orang tua dalam

perlindungan anak untuk membentuk generasi z pada jenjang pendidikan dasar

PEMBAHASAN

A.Pendidikan Anak Usia Dini

Pada masa anak usia dini biasa dikenal dengan sebutan Golden Age (masa

emas). Usia balita atau masa emas dalam tahap perkembangan hidup manusia

merupakan masa-masa dimana anak mulai bereksplorasi dengan dunianya. The golden

age tidak kurang 100 milyar sel otak anak siap untuk distimulasi agar kecerdasan dapat

berkembang secara optimal dikemudian hari. Banyak penelitian menunjukkan

kecerdasan anak usia 0-4 tahun terbangun 50% dari total kecerdasan yang akan dicapai

pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama adalah masa-masa

paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibanding masa-masa

sesudahnya. Santrock, 2009: 35 menyatakan bahwa “masa kanak-kanak diartikan sebagai waktu pertumbuhan dan perubahan yang istimewa, dan perlu adanya investasi

yang terbaik dalam memelihara dan mendidik anak-anak”. Artinya bila pada usia tersebut tidak mendapat rangsangan yang maksimal maka potensi tumbuh kembang

(5)

4

sangat menentukan karakter cara bersikap dan pola perilaku anak ke depan sebagai

generasi Z.

Pada masa ini anak sebagai generasi Z sudah mampu berinteraksi dengan

sesama, aktif dan energik, dan memiliki rasa keingintahuan yang sangat kuat. Selain itu,

pada masa ini anak sangat bergairah dalam belajar dan banyak belajar dari pengalaman

yang ia lihat dan rasakan. Pada masa ini juga anak rawan menerima hal-hal yang kurang

pantas, banyak sekali contoh baik itu di tv maupun media masa yang menyebutkan anak

balita ada yang sudah bisa berkata jorok, merokok, ataupun bersifat keras. Peran orang

tua sebagai orang yang terdekat dengan anak sebagai generasi Z sangat diperlukan

dalam melindungi generasi Z tidak hanya ancaman dari bentuk fisik, tetapi dari segi

karakter generasi Z perlu dilindungi. Pada dasarnya anak sebagai generasi Z tidak tahu

dengan apa yang diterimanya. Anak sebagai generasi Z belum bisa membedakan hal

yang benar maupun salah. Orang tua harus melindungi generasi Z dengan menciptakan

lingkungan yang edukatif untuk menjaga dan menanamkan nilai moral sejak dini.

Generasi Z harus diajar dalam bersikap dengan lingkungannya karena pada masa usia

dini, generasi Z mampu meniru semua tingkah laku orang-orang di sekitarnya.

Peran orang tua lah dan keluarga sebagai pusat pendidikan pertama bagi generasi

Z sangat dianjurkan. Orang tua sebaiknya lebih peka terhadap perkembangan anak

sebagai generasi Z. Orang tua harus mengawasi setiap perkembangan generasi Z

menjadi lebih baik dan terus berupaya memfasilitasi perkembangan generasi Z di masa

usia dini. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam

mengawasi dan memfasilitasi perkembangan potensi anak sebagai generasi Z secara

optimal yaitu:

1. Aspek Motorik. Peran orang tua pada aspek ini yaitu memberikan pemahaman dan

sikap positif terhadap kondisi fisik anak, memberikan contoh kebiasaan untuk

memelihara kesehatan dan kebersihan, menyediakan sarana untuk bermain atau

tempat anak berkreasi.

2. Aspek Intelektual. Peran orang tua pada aspek ini yaitu melatih anak berfikir sebab

akibat, membiasakan anak berani mengungkapkan ide/gagasan atau mengajukan

pertanyaan, melatih problem solving, mendorong kemandirian anak untuk melakukan

(6)

5

progam-progam yang memberikan kesempatan kepada anak untuk berkompetisi

dengan sehat, mengawasi dalam mengenalkan perkembangan teknologi.

3. Aspek Emosi. Peran orang tua pada aspek ini yaitu: menciptakan suasana emosional

yang kondusif (ramah dan kasih sayang), membicarakan tentang cara menyalurkan

keinginan tanpa mengganggu perasaan orang lain, menghormati pribadi anak,

memberi penghargaan terhadap anak ketika melakukan tindakan terpuji,

mengembangkan sikap positive, mengembangkan sikap dan kebiasaan saling

menghargai dengan temannya.

4. Aspek Sosial. Peran orang tua pada aspek ini yaitu: menyusun tata tertib,

mengembangkan sikap dan kebiasaan mematuhi tata tertib, mengembangkan sikap

dan kebiasaan untuk saling hormati, menolong, dan menjalin persahabatan.

Keempat aspek tersebut, perlu dipahami dan dilakukan oleh orang tua dalam

melindungi anak sebagai generasi Z. Orang tua harus bisa membentuk generasi Z yang

berkarakter baik sejak berada pada masa usia dini.

B.Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan kedua setelah pendidikan anak

usia dini. Pada masa ini generasi Z duduk di bangku sekolah dasar. Usia generasi Z

pada masa ini antara enam sampai duabelas tahun. Pada masa ini, teori Piaget

merupakan teori populer dalam menjelaskan perkembangan kognitif generasi Z.

Menurut Piaget, generasi Z pada tahap ini berada pada tahap operasional konkret.

Generasi Z yang duduk di bangku sekolah dasar perlu diberikan contoh yang nyata

dalam menjelaskan hal-hal yang belum dipahami karena pikiran generasi Z jauh dari

sekedar logika.

Pada masa ini generasi Z lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman

sebaya. generasi Z mulai membentuk kelompok-kelompok bermain. Kegiatan generasi

Z dengan teman sebaya pada masa ini bersifat fleksibel dan lebih teratur dari

sebelumnya. Kehadiran teman sebaya semakin penting dalam mengembangkan karakter

(7)

6

bahwa generasi Z duduk dalam satu kelas ataupun karena kesamaan jenis kelamin.

Peran orang tua dalam tahap ini sangat diperlukan untuk memberikan pemahaman

dalam bergaul dengan teman sebayanya. Orang tua mengarahkan generasi Z untuk tidak

memilih-milih teman dan adanya sikap saling memberi kepada sesama teman.

C.Membangun Karakter Anak Generasi Z

Membangun karakter berarti mendidik. Kegiatan mendidik anak sangat penting

dalam membentuk generasi Z. Generasi Z tidak langsung dibentuk semudah

membalikkan telapak tangan. Kegiatan mendidik anak untuk membentuk generasi Z

dibutuhkan kesabaran dan keseriusan. Orang tua yang paling berhak terhadap anak

sering kali menyalahgunakan arti hak tersebut. Padahal orang tua harus

mempertimbangkan basis karakter yang ada pada diri anak. Orang tua harus belajar dan

perlu mengetahui teori perkembangan yang diyakini menentukan karakteristik yang

baik untuk anak sebagai generasi Z. Adapun teori yang dianggap mampu membentuk

generasi Z menjadi manusia yang berkarakter dan berbudaya adalah:

1. Pertama, teori tabula rasa yang dinyatakan oleh John Locke. Teori ini meyakini

bahwa hasil jadi seorang anak sangat ditentukan seperti apa dia dididik. Teori ini

mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang kosong, kertas putih yang akan ditulis,

dilukis dengan indah, atau dicoret-coret bahkan diremas hingga kumal. Semua

ditentukan oleh yang memegang kandali atas kertas putih tersebut.

2. Kedua, teori genotype yang dinyatakan oleh Wilhelm Johannsen, yang menyatakan

bahwa hasil akhir seorang anak sangat ditentukan oleh gen (sifat, karakter, biologis)

orang tuanya. Pepatah sering mendukung teori ini dengan perumpamaan: buah jatuh

tak jauh dari pohonnya. Sifat atau karakter anak dianggap tidak akan jauh dari situasi

orang tuanya. Penganut paham ini sangat keras jika sampai pada keputusan

menentukan jodoh anak-anaknya. Orang tuanya cocok, maka hubungan anaknya

boleh berlanjut, namun jika tidak cocok maka biasanya orang tua tidak akan memberi

restu hubungan anaknya.

3. Ketiga, teori gabungan yang menggabungkan dua karakter di atas ditambah dengan

faktor lingkungan. Teori ini banyak dipakai oleh para psikolog maupun pengembang

(8)

7

hal: faktor orang tua, faktor pendidkan dan faktor lingkungan. Banyak faktor

lingkungan yakni dengan siapa dia bergaul, bergaul, pengaruh orang-orang dekat,

paling diyakini sangat efektif mempengaruhi perkembangan anak.

Upaya membangun karakter anak dibutuhkan keseriusan dari berbagai pihak

terutama keluarga. Keluarga khususnya orang tua harus mengkondisikan ketiga faktor

di atas agar kondusif untuk tumbuh kembang anak. Pendidikan karakter pada anak harus

diarahkan agar anak memiliki jiwa mandiri, bertanggung jawab dan mengenal sejak dini

untuk dapat membedakan hal yang baik-buruk maupun benar-salah. Pembangunan

karakter anak ini dilakukan orang tua sebagai upaya mewujudkan generasi muda bangsa

Indonesia yang berkarakter dan berbudaya.

D.Tindakan preventif sebagai Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Generasi Z

Generasi Z adalah individu yang unik. Banyak yang mengatakan bahwa generasi

Z merupakan miniatur orang dewasa. Padahal keunikan generasi Z nampak dari belum

banyaknya memiliki pengalaman. Pengalaman generasi Z sangat terbatas. Peran orang

tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan membimbing dan

mendidik generasi Z. Orang tua yang bijaksana akan mengajak generasi Z sejak dini

untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Saat itulah pendidikan karakter diberikan.

Pemberian pendidikan karakter pada generasi Z dilakukan agar mengenal perbedaan di

sekelilingnya. Melalui pendidikan karakter ini generasi Z dilibatkan dalam tanggung

jawab hidup sehari-hari. Kegiatan ini akan memperlihatkan gaya generasi Z yang unik

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Peran orang tua pada saat memberikan pendidikan karakter bisa berupa

mengajarkan niali-nilai universal seperti cara menghargai orang lain, berbuat adil pada

diri sendiri dan orang lain, bersedia memanfaatkan orang lain. Orang tua adalah contoh

keteladanan dan perilaku bagi generasi Z. Oleh karena itu orang tua harus berperilaku

baik, saling asih, asah dan asuh. Ibu yang secara emosional dan kejiwaan lebih dekat

dengan generasi Z harus mampu menjadi teladan yang baik dalam bertutur kata,

bersikap maupun bertindak. Peran ibu dalam pembentukan karakter sangat besar. Ibu

(9)

8

diperkenalkan ibu kepada generasi Z dapat membentuk karakter warga negara yang

baik. Melalui bahasa ibu, generasi Z dapat memahami adanya perbedaan bahasa sejak

dini. Kesadaran itu akan membuat generasi Z lebih menghargai orang lain. Pepatah

mengatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara. Manakala wanitanya baik maka baiklah negara. Manakala wanitanya rusak, maka rusaklah negara”. Olehnya itu peran orang tua khususnya ibu dapat diberikan kepada generasi Z melalui bahasa lokal. Cara

berbicara yang sopan sesuai dengan bahasa ibu.

Selain ibu, bapak sebagai kepala keluarga juga harus mampu menjadi teladan

yang baik. Hubungan ayah dan generasi Z yang baik sejak awal akan mempengaruhi

perkembangan kognitif, motorik, kemampuan, menolong diri sendiri. Kedekatan dengan

ayah tentunya juga akan mempengaruhi pembentukan karakter generasi Z.

Pembentukan karakter generasi Z dapat menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik.

Bangsa Indonesia akan menjadi lebih baik apabila penanaman nilai-nilai moral,

keagamaan, tata krama, sopan santun, dan lain-lain dilakukan orang tua terhadap

generasi Z sejak dini. Melalui hal itu generasi Z dapat menjadi generasi yang berjiwa

pancasila. Generasi Z dengan karakter jiwa pancasila akan membuat bangsa Indonesia

menjadi bangsa berbudaya dan berkarakter yang baik.

Generasi bangsa yang baik lahir dari didikan orang tua yang memahami arti

penting penanaman pendidikan karakter pada generasi Z sejak dini. Peran orangtua

mendidik generai Z sangat penting mulai dari tata cara bersosialisasi, baik dalam

bergaul terhadap sesama, dengan yang lebih muda, maupun dengan yang lebih tua.

Generasi Z dengan karakter yang baik akan memperlihatkan sikap yang baik dimanapun

mereka berada. Tidak hanya kepada orang yang dikenal tetapi juga kepada orang lain

yang tidak dikenalinya. Sikap yang baik ini tertanam dalam diri generasi Z karena

adanya keyakinan yang telah ada bahwa hidup bukan hanya untuk hari ini tetapi juga

kesadaran bahwa segala sesuatunya pasti kembali kepada-Nya.

Paparan tersebut menunjukkan perlunya tindakan preventif sejak dini dalam

membentuk karakter generasi Z. Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua

dalam membentuk karakter generasi Z adalah adanya tketerlibatan orang tua dalam

(10)

9

pendidikan yang layak. Selain itu, generasi Z ketika di sekolah akan bertemu dengan

orang-orang yang dapat menjadikan dirinya kawan atau lawan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa bentuk tindakan preventif orang tua kembali

ditekankan. Orang tua berperan tidak hanya menyekolahkan, membayar tagihan

sekolah, maupun antar jemput ke sekolah akan tetapi diperlukan kerjasama lebih lanjut

dengan pihak sekolah. Kerjasama dengan pihak sekolah diperlukan agar generasi Z

berhasil menempuh pendidikan akan tetapi keberhasilan pendidikan tidak langsung

dilihat saat kegiatan mendidik selesai diajarkan. Keberhasilan pendidikan merupakan

keberhasilan yang dilihat dalam waktu jangka panjang. Keberhasilan pendidikan

berhubungan dengan peran orang tua di dalam mendidik anak

Oleh karena itu, untuk keberhasilan pendidikan, orang tua perlu mendukung

gerakan pemerintah wajib belajar 9 tahun. Melalui program wajib belajar 9 tahun

generasi Z akan belajar memahami bahwa betapa indahnya hidup dalam perbedaan.

Generasi Z akan mendapatkan teman dan belajar menghargai orang-orang yang ada di

sekelilingnya. Pengalaman yang didapatkan generasi Z di bangku sekolah akan

memberikan perubahan pada sikap dalam berbuat dan bersosialisasi dengan orang lain.

Beberapa peran lain orang tua ketika generasi Z duduk di bangku sekolah, orang

tua harus berbincang dengan generasi Z perihal apa yang dipelajari di sekolah,

bagaimana keadaan kelas ketika belajar, bagaimana sikap gurunya, bagaimana

hubungan generasi Z dengan teman-temannya. Perhatian-perhatian kecil jarang

dilakukan oleh orang tua. Padahal orang tua seharusnya memberikan perhatian kepada

generasi Z dalam segala hal. Hal kecil cenderung diabaikan orang tua, padahal generasi

Z biasanya menginginkan orang tua yang perhatian, yang mendengarkan cerita dan

keluhan-keluhan mereka tentang apa yang telah dialami di sekolah. Jadi, kerjasama

antara orang tua dan sekolah merupakan bentuk tindakan preventif dalam membentuk

(11)

10

PENUTUP A.Kesimpulan

Anak merupakan generasi Z yang membutuhkan perlindungan dan bimbingan

dalam menjalani kehidupan. generasi Z adalah ciptaan tuhan yang unik. Sebagai orang

tua harus sadar dan menerima keunikan tersebut. Orang tua perlu menanamkan karakter

yang baik dalam sikap dan perbuatan serta kata-kata. Orang tua harus menjadi teladan

bagi buah hati tercinta karena awalnya generasi Z belajar dari lingkungan terdekatnya,

yaitu orang tua. Generasi Z akan menyerap informasi dengan baik dari kelima indranya.

Bukan hanya perkataan orang tua tapi sikap serta perilaku orang tua akan diingat juga,

baik itu disadari ataupun tidak disadari.

Keberhasilan mendidik anak merupakan impian semua orang tua. Setiap orang

tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia. Kesuksesan anak tidak hanya

diukur dari karir yang diperoleh akan tetapi sikap yang baik dan berbudaya menjadikan

tolok ukur kesuksesan nilai-nilai moral yang diperoleh. Oleh karena itu, orang tua perlu

melakukan tindakan preventif dalam mendidik anak agar tercipta generasi Z yang

berkarakter baik dan berbudaya. Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua

dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk memasuki

jenjang pendidikan anak usia dini dan jenjang pendidikan dasar. Sehingga generasi Z

yang akan datang menjadi generasi yang dapat memimpin negeri ini dengan baik.

B.Saran

“Jangan mengkuatirkan bahwa anak-anak tidak mendengarkan Anda, kuatirkanlah

bahwa mereka selalu mengamati Anda” – Robert Fulghum

Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri

Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri

(12)

11

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar

menemukan kasih dalam kehidupannya

Jadilah pribadi yang baik yang mengamalkan nilai-nilai moral yang baik. Berikanlah

didikan yang baik pada anak kalian, karena anak-anak kalian adalah generasi yang akan

melanjutkan negara ini ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Berk, Laura E. 2012. Development Through The Lifespan: Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lickona, T. 2013. Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun harganya murah namun kualitasnya benar benar tidak bisa disangkal lagi karena sudah diproses dengan berbagai alat dan bahan yang steril serta berkualitas tinggi menjadikan

Jalan terang yang harus dilalui tersebut, menjelaskan esensi kurikulum tersebut secara luas, bahwa kurikulum tidaklah hanya sebatas maklumat-maklumat

Sejauh ini penelitian mengenai metode Forward Chaining dan algoritma Rete juga dilengkapi dengan metode Certainty Factor (CF) untuk penyakit DBD sudah pernah dilakukan,

Prak-prakan tradisi babakti lemah cai nyaéta tahap tatahar (nangtukeun waktu, nangtukeun tempat, nangtukeun palaku, nyiapkeun sasajén jeung tatahar tatabeuhan),

Tahap terakhir pada pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan implementasi dengan mengukur sejauh mana kecenderungan kedisplinan belajar SMP Negeri 2

Maka dibuatlah homepage pembudidayaan lobster air tawar yang berisi informasi mengenai cara - cara membudidayakan lobster air tawar , serta menjelaskan langkah - langkah dalam

Program Studi Manajemen FEB UNIKA Soegijapranata (kuesioner) adalah daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan akan.. memberikan respon terhadap daftar pertanyaan

Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan α -tochopherol pada minyak wijen mempunyai efek yang lebih baik dibanding minyak wijen sendiri dalam menghambat glomerular injury