• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT BERBASIS KEPUASAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN. Penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT BERBASIS KEPUASAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN. Penulis"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT BERBASIS KEPUASAN PETANI KARET RAKYAT

DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Penulis

Wani Fitriah1, Omar Hendro2

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis U.M.Palembang E-mail: wanifitriah61@gmail.com & omarhendro@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Model Pemasaran Bibit Karet Rakyat Berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin. Desain penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan menghubungkan antar variabel. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dan melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji data yang digunakan untuk mengetahui karakteristik data yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Uji model yang digunakan terdiri dari uji multikolineritas dan uji heterodekasitas, dibantu alat analisis SPSS for windows versi 22 dengan tingkat signifikant α adaah 0,05. Hasil pengujian analisis jalur (path analysis) menunjukkan Penjual danpembeli bibit karet rakyat (responden) memiliki innovation driven yang relatif rendah. Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk market center di bawah nilai median kisaran teoritis, ini berarti secara umum responden mempunyai relatif tidak berminat dengan adanya market

center. Penjual dan pembeli bibit karet rakyat (responden) belum merasa perlu untuk

memasuki jangkauan pasar yang lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal), sehingga standar nasional belum mereka lakukan.

Kata Kunci : innovation driven, market centerdan kepuasan.

1. PENDAHULUAN

Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan siklus hidup relatif lama (25-30 tahun), waktu yang diperlukan tanaman karet siap sadap juga relatif lama yaitu, hampir lima tahun. Karena itu, pemilihan bahan tanam atau bibit merupakan faktor yang pertama dan utama dalam usaha agrobisnis ini. Penggunaan bibit yang baik dan benar menjadi sangat penting apabila terjadi kesalahan dalam memilih bibit dapat mengakibatkan kegagalan dalam satu siklus hidupnya.

Keadaan pasar yang berlaku kini bukan lagi pasar penjual, tetapi menjadi pasar pembeli dimana penjual yang mencari pembeli.Konsumen dalam hal ini adalah raja yang harus dilayani dengan baik.Secara umum perusahaan menerapkan strategi bisnis kombinasi antara strategi ofensif dan defensif. Dimana strategi ofensif perlu ditujukan untuk meraih atau memperoleh konsumen baru, sedangkan untuk meningkatkan pangsa pasar dan strategi defensif berusaha untuk mengurangi kemungkinan

(2)

customer exit dan beralihnya konsumen

dari perusahaan.

Strategi kepuasan konsumen menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan melakukan biaya yang tinggi dalam usaha merebut konsumen suatu perusahaan.Dampak kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen dan pembelian ulang berbeda-beda setiap perusahaan. Karena konsumen puas belum berarti mereka puas, akan tetapi konsumen yang puas akan cenderung menjadi konsumen yang loyal. Kepuasan konsumen dipengaruhi dua variabel utama, yaitu Expectations dan Perceived

Performance, bila Perceived Performance

melebihi Expectations, maka konsumen mendapatkan kepuasan, akhirnya akan menciptakan loyalitas konsumen (Tjiptono, 2000:41).

Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan adalah mendengar suara konsumen, hal ini berarti perusahaan harus melakukan interaksi dengan konsumen dengan maksud untuk memperoleh umpan balik (feed back) berapa tanggapan konsumen tentang sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pelayanan yan diberikan sebagai kontrol dan ukuran keberhasilan.

Adapun cara untuk mendapatkan umpan balik disini diantaranya dapat dilakukan dengan penerapan sistem keluhan dan saran atau dengan survei loyalitas pembelian maka keluhan atau ketidakpuasan konsumen tersebut dapat segera diambil dan ditentukan solusi yang terbaik oleh perusahaan.

Replanting tanaman karet di Sumatera Selatan relatif tinggi sehingga di butuhkan sumber bibit yang baru untuk penanaman ulang diperkirakan sebanyak 20.000 ha per tahun dengan kebutuhan bibit tanaman yang bermutu tinggi dan siap tanam dilahan. Belum lagi ditambah pembukaan lahan baru sebesar 10.000 ha per tahun, sehingga untuk mencukupi kebutuhan akan bibit tanaman karet

tersebut perlu diperhatikan khusus mengenai bahan tanam karet berupa batang atas dan batang bawah sebagai pembibitan awal untuk perbanyakan (Disbun Sumsel, 2006).

Sumatera Selatan memiliki luas lahan perkebunan karet mencapai 622.686 ha, perkebunan rakyat sebesar 614.021 ha,perkebunan swasta sebesar 24.007 ha dan perkebunan negara sebesar21.741 ha. Perkebunan rakyat sumsel menghasilkan 840.000 ton tidak sesuai dengan luas lahan perkebunan karet yang ada. Faktor utama penyebabnya adalah bahan tanam yang digunakan oleh karet rakyat berbeda dengan perkebunan besar, ditambah dengan kurang intensifnya pemeliharaan yang diterapkan pada perkebunan rakyat. Dengan berbagai prediksi potensi ketersediaan dan konsumsi karet alam dunia masa depan karet alam masih cukup cerah, terlebih jika dilihat dari pesatnya perkembangan industri otomotif di negara China yang memerlukan pasokan karet alam cukup besar, dengan kondisi demikian pemerintah Sumatera Selatan perlu memperhatikan sektor perkebunan karet, bagaimana perkebunan karet tersebut bisa menghasilkan getah karet yang berlimpah maka program peremajaan bisa dilakukan pemerintah dengan revitalisasi perkebunan yang bisa meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan rakyat (Potensi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan, 2012).

Petani berpeluang untuk menambah sumber pendapatannya, melalui usaha pembibitan karet secara mandiri. Pemenuhan ketersediaan bibit karet saat dibutuhkan para petani menjadi hal penting untuk proses penanaman di lahan baru ataupun lahan lama, reflanting (peremajaan). Proses penanaman akan terganggu jika bibit karet saat dibutuhkan tidak tersedia tepat waktu. Solusi terbaik adalah mencari penyedia bibit karet yang mampu memenuhi kebutuhan dan

(3)

keinginan petani. Sehingga mereka merasa puas terhadap bibit yang diterima.

Situasi seperti ini menuntut kejelian usaha pembibitan karet dengan melihat pergeseran dan perubahan keinginan serta kebutuhan para petani karet membuat usaha pembibitan karet kewalahan dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif, namun efisien.Dimana kepuasan petani pembeli bibit sangat diutamakan sehingga dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan untuk membiayai kelangsungan usaha pembibitan.

Peningkatan kualitas produk tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya alam dan lingkungan alam yang melimpah tetapi juga sumber daya manusia yang berkualitas, penciptaan teknologi dan metode terbaru serta pengembangan industri dalam berinovasi. Menurut Zuhal (Sidang Kabinet, 03 April 2013) sudah saatnya merubah paradigma shallow

investment dengan eksploitasi sumberdaya

alam, minimum value added dan sumberdaya manusia murah atau yang disebut natural resource driven economic menjadi deep investment dengan ekploitasi knowledge, maksimum transfer teknologi, serta skillful and educated work

forces atau disebut dengan innovation driven economic.

Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah yang cukup dominan masyarakatnya berkebun karet.Luas lahan perkebunan karet rakyat, tentunya juga dituntut ketersediaan bibit karet yang mereka butuhkan.Peluang inilah dimanfaatkan oleh petani untuk juga membuka usaha pembibitan. Hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan dari usahatani pokok mereka.

Berdasarkan latar belakang inilah maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai

Pengembangan Model Pemasaran Bibit

Karet Rakyat Berbasis Kepuasan

Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi tentang pemasaran antara lain :

a) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain ( Kotler, 1997 : 8).

b) Pemasaran adalah sistem kelas keseluruhan dari kegiatan bisnis atau yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swastha et. al., 2000).

Dari definisi di atas dapatlah diterangkan bahwa arti pemasaran jauh lebih luas daripada arti penjualan.Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifisir kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut.Jadi kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem.

Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang terus-menerus berkembang sebagai konsekuensi sosial dari perusahaan, tetapi juga dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri dan peraturan-peraturan yang ada. Bagi pemasaran, perubahan lingkungan dapat merupakan tantangan-tantangan baru yang memerlukan tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula, atau sebaliknya dapat berupa suatu peluang

(4)

atau kesempatan mengembangkan usahanya.

Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke tangan konsumen, sehingga ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi 4 (empat) kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing-mix) atau 4P dalam pemasaran terdiri dari 4 (empat) komponen adalah produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion).

Bila perusahaan menginginkan untuk memperoleh keberhasilan dalam

mempengaruhi tanggapan konsumen di segmen pasar tertentu, maka perusahaan harus merumuskan kombinasi aspek-aspek strategi pemasaran tersebut dengan tepat dan mempergunakan teknik-teknik pemasaran yang sesuai dengan perilaku konsumennya. Oleh sebab itu perumusan strategi marketing mix sangat ditentukan karakteristik segmen pasarnya, yaitu menyangkut perilaku konsumen dan proses pembeliannya. Karakteristik pasar ini tercermin dari 6 O dari suatu pembelian sabagai hasil analisis perilaku konsumen di segmen pasar tertentu.

Gambar 2.1 Hubungan 6 O dan 4 P

Sumber : Swastha dan Handoko (2000)

2.1.2 Konsep Pemasaran

Pengusaha yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan-perusahaan, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing consep). Menurut

Swastha (1979 : 17) “ Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan “. Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa konsep pemasaran adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan Price : 1. Tingkat harga 2. Potongan harga 3. Syarat-syarat pembayara n 4. dll Product : 1. Kualitas 2. Merek 3. Pembung-kusan 4. dll Segmen pasar yang dituju (Target Pasar) 1. Occupants 2. Obyects 3. Occasions 4. Organization 5. Objectives 6. Operations. Promotion : 1. Periklanan 2. Personal selling 3. Promosi penjualan 4. Publisitas. Place : 1. Saluran distribusi 2. Lokasi penjualan 3. Pengangkutan 4. dll

(5)

pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (Kotler, 1997 : 17).

Konsep ini menganut pandangan dari luar ke dalam.Ia mulai dengan pasar yang didefinisikan dengan baik, memusatkan perhatian pada kebutuhan konsumen, memadukan semua kegiatan yang akan mempengaruhi konsumen dan menghasilkan laba melalui pemuasan konsumen.

2.1.3 Pasar

Pada dasarnya pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dengan pembeli.Atau pasar adalah daerah atau tempat (area) yang di dalamnya terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu untuk membentuk suatu harga.Pasar dapat pula diartikan sebagai suatu kelompok orang-orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar (dan melakukan tempat bagi penawaran dan permintaan) sehingga dengan demikian terbentuk harga.Pengertian pertama disebut pengertian konkret, sedangkan yang kedua disebut pengertian abstrak.

Kedua pengertian diatas dianggap masih sempit dan kurang lengkap, sehingga Stanton (1996 : 10) mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar ini, yakni : pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi dalam pengertian tersebut terdapat tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya beli mereka (konsumen), dan tingkah laku dalam pembelian mereka (konsumen).

2.1.4 Segmentasi Pasar

Pasar terdiri dari banyak sekali konsumen yang berbeda dalam beberapa hal, misalnya keinginan, kamampuan

keuangan, lokasi, sikap pembelian dan praktek-praktek pembeliannya.Tujuan dari segmentasi pasar adalah untuk menentukan perbedaan-perbedaan di antara pembeli, yang mungkin mengakibatkan preferensi (pemilihan) barang-barang yang mereka inginkan itu juga berbeda-beda.Disebabkan adanya perbedaan-perbedaan dalam daya beli (pendapatan), suku, agama, pendidikan, daerah dan sebagainya, maka pengusaha perlu membedakan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan konsumen dengan mengelompokkan pasar (market

segmentation).

Dengan penjelasan di atas, dapat dirumuskan segmentasi pasar adalah pembagian daripada pasar secara keseluruhan ke dalam kelompok-kelompok untuk penyesuaian yang lebih tepat dan konkret dari suatu produk, sesuai dengan keinginan, kebutuhan serta karakteristik konsumen.

Beberapa variabel utama untuk mensegmentasikan pasar adalah :

a) Segmentasi geografis ini didasarkan atas daerah di mana para pengusaha membedakan secara teliti, kira-kira daerah mana yang bisa memberikan keuntungan.

b) Segmentasi demografis ini dimaksudkan untuk membedakan berbagai macam kelompok atas dasar keadaan suatu masyarakat yang berubah seperti misalnya, pengelompokkan dalam bidang umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, agama dan jabatan.

c) Segmentasi psikografis ini dimaksudkan untuk membedakan berbagai macam kebutuhan konsumen seperti misalnya, kelas sosial, gaya hidup dan kepribadian.

2.1.5 Pengertian Kualitas

Meskipun tidak ada pengertian mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari pengertian-pengertian yang

(6)

ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut : a) Kualitas meliputi usaha memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan. b) Kualitas mencangkup produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan. c) Kualitas merupakan kondisi yang

selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).

Dengan berdasarkan elemen-elemen tersebut dapat diambil pengertian bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsch et. al., 2002 : 4).

Deming menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar.

2.1.6 Dimensi Kualitas Layanan

Kualitas layanan dapat dikatakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya untuk mengembangi harapan konsumen. Tjiptono (2000 : 61) menyatakan harapan konsumen merupakan keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk, yang dijadikan acuan dalam menilai kinerja produk tersebut. Tjiptono (2000 : 27-28) berhasil mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh para konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa atau produk adalah sebagai berikut :

a) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

b) Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

c) Daya tanggap (responsiveness), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

d) Jaminan (assurance), meliputi kemampuan karyawan atas : pengetahuan tentang produk secara tepat, perhatian dan kesopanan, keterampilan dalam memberikan informasi, dan menanamkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.

e) Perhatian (emphaty), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan berkomunikasi dengan baik, dan memahami kebutuhan para konsumen.

2.1.7 Pengertian Kepuasan Konsumen

Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan oleh konsumen mengenai kepuasan yang dirasakan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2002 : 42).

Dari definisi di atas, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja dibawah harapan, pelanggan tidak puas dan sebaliknya jika kinerja memenuhi dan melebihi harapan maka konsumen akan merasa puas. Apabila perusahaan memfokuskan pada kepuasan tinggi maka para konsumen yang kepuasannya hanya pas, akan mudah untuk berubah pikiran bila mendapat tawaran yang lebih baik. Sedangkan konsumen yang amat puas lebih sukar untuk mengubah pilihannya.Kepuasan tinggi atau kesenangan yang tinggi menciptakan

(7)

kelekatan emosional terhadap merek tertentu, bukan hanya kesukaan atau preferensi rasional dan hasilnya adalah kesetiaan konsumen yang tinggi.

Menurut Kotler (2002 : 158) dalam menentukan tingkat kepuasan konsumen, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu : a) Kualitas Produk

Konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

b) Kualitas Pelayanan

Terutama untuk industri jasa, konsumen akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.

c) Emosional

Konsumen akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. d) Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yamg lebih tinggi kepada konsumennya.

e) Biaya

Konsumen yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.

2.1.8 Pengukuran Kepuasan Konsumen

Beberapa macam metode dalam pengukuran kepuasan konsumen adalah sebagai berikut (Kotler, 1997 : 93-96) : a) Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berpusat konsumen memberikan kesempatan yang luas kepada para konsumennya untuk

menyampaikan saran dan keluhan, misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar dan customer

hot lines.

b) Ghost shopping

Salah satu untuk memperoleh gambaran mengenai konsumen adalah dengan memperkerjakan beberapa orang berperan atau bersikap sebagai konsumen potensial produk perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka melaporkan mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasar pengalaman mereka dalam pembelian produk tersebut.

c) Lost customer analysis

Perusahaan sebaiknya menghubungi konsumen yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya.

d) Survei kepuasan konsumen

Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik. Secara langsung dari konsumen serta juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para konsumennya.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Syahzal (2008) dengan judul “Model Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis Sebagai Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan”.Hasil penelitiannya,

pertamapengembangan sektor pertanian

ke depan masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri.Kedua, petani menghadapi beberapa kendala untuk memasarkan produk pertanian. Ketiga, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani perlu dibangun

(8)

kemitraan usaha yang berbasis agribisnis. Kemitraan usaha tersebut harus melibatkan lembaga ekonomi masyarakat (koperasi), lembaga perkreditan, pengusaha tani (petani), dan pengusaha.Keempat,koperasi berbasis agribisnis harus dapat menunjang berkembangnya subsistem agribisnis (perdagangan sarana produksi pertanian, kegiatan usaha tani, pengolahan hasil pertanian, jasa layanan pendukung), penyedia informasi pasar bagi anggota, dapat menerapkan tekonologi pertanian, dan pelaku utama kegiatan agroindustri.

Nusantoro (2011) dengan judul “Model Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan Klaster di Provinsi Lampung.” Hasil penelitian

pertama, strategi pengembangan perekonomian daerah dapat di tempuh antara lain dengan pengembangan pruduk unggulan daerah melalui pendekatan kelembagaan lokal pendukung, pengembangan kompetensi lokal. Kedua, pengembangan perekonomian berbasis bahan baku setempat, atau pengembangan teknologi tepat guna dan bersifat spesifik lokasi (klaster). Kelembagaan ekonomi berarti tidak membatasi diri dalam arti sektor tertentu atau kelompok masyarakat tertentu. Ketiga, terdapat tiga pilar utama kelembagaan sebagai pendukung kehidupan masyarakat di daerah yaitu,kelembagaan yang hidup dan telah diterima oleh komunitas lokal atau tradisional (voluntary sector),

kelembagaan pasar (private sector), dan kelembagaan politik dalam pengambilan keputusan di tingkat publik (public

sector).

Amalia (2013) dengan judul “Sistem Pemasaran Karet Rakyat Di Provinsi Jambi Dengan Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar”. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa konsentrasi rasio empat Perusahaan terbesar (CR4) di tingkat pabrik crumb rubber sebesar 75,70%. Karakteristik

struktur pasar menunjukkan bahwa pasar terkonsentrasi dengan tingkat persaingan yang kecil. Struktur pasar yang terbentuk mengarah pada struktur pasar oligopoli dan terdapat lembaga pemasaran yang dominan dalam proses penentuan harga, yaitu pabrik crumb rubber. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa integrasi pasar vertikal menunjukkan bahwa harga karet ditingkat petani tidak terintegrasi dengan harga ditingkat pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar provinsi dan pabrik crumb rubber baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses penentuan harga petani cenderung Sebagai Penerima Harga.

Chairil Anwar (2007) dengan judul “Perkembangan Pasar Dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia”. Hasil penelitian Pengembangan agribisnis karet di Indonesia perlu dilakukan dengan cermat dengan m elalui perencanaan dan persiapan yang matang, antara lain dengan penyedian kredit peremajaan yang layak untuk karet rakyat, penyedian bahan tanam karet klon unggul dengan persiapan 1-1,5 tahun sebelumnya, pola kemitraan peremajaan, aspek produksi, pengolahan dan pemasaran dengan perkebunan besar negara/swasta. Pada tingkat kebijakan nasional perlu adanya lembaga (dewan komoditas/karet) yang membantu pengembangan industri karet di Indonesia dalam semua aspek, mulai dari produksi, pengolahan bahan baku, industri produk karet, serta pemasaran karet dan produk karet.Pada tingkat implementasi perlu organisasi pelaksana yang kompeten dan aturan main yang jelas, dalam hal ini tentunya juga terkait dengan adanya otonomi daerah dan perlunya partsipasi/komitmen yang kuat dari petani/pekebun karet.

(9)

2.3 Kerangka Pemikiran.

Sugiyono (2016:88) kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai suatu masalah yang penting. Kerangka pemikiran berikut ini menjelaskan Pengembangan Model Pemasaran Bibit Karet Rakyat Berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin

Kerangka pemikiran ini melalui 2 (dua) pencapaian tahapan penelitian. Tahap pertama adalah tahap sekarang yang dilakukan oleh peneliti. Setelah tercapainya tahapan pertama, peneliti akan melanjutkan penelitian tahap 2 (dua), yang merupakan implementasi pengembangan model pemasaran bibit karet rakyat yang berbasis kepuasan petani karet rakyat.

Gambar. 2.2 Kerangka Pemikiran

TAHAP I

Tahap Awal Tujuan Penelitian

Analisis situasi unit usaha produk khas daerah dengan meneliti kekuatan, kelemahan, harapan dan ancaman.

Menentukan segmentasi pasar dengan meneliti: faktor demografi, geografi, psikografi, perilaku dan faktor eksternal serta internal dan menentukan target pasar serta posisi bibt karet rakyat melalui differensiasi produk.

Merancang strategi pemasaran, strategi relasi dan pengembangan program pemasaran melalui 4P yaitu product, place, placement, promotion,merancang pengembangan SDM dan Operasional yang inovatif dan kreatif

Pencapaian Tahapan Tujuan Penelitian Target/Hasil Pencapaian Tujuan Penelitian TAHAP II Tahap Lanjut Tujuan Penelitian

Mengembangkan model pemasaran bibit karet rakyat berbasis kepuasan petani karet rakyat

PengujianValiditas dan Efektivitas Pengembangan model pemasaran bibit karet rakyat berbasis kepuasan petani karet rakyat.

(10)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis :

H1: Diduga terdapat pengaruh Pengembangan Model Pemasaran Bibit Karet Rakyat secara bersama-sama terhadap Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin

H2: Diduga terdapat pengaruh Pengembangan Model Pemasaran Bibit Karet Rakyat secara parsial terhadap Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian.

Lokasi penelitian ini di Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais Kabupaten Musi Banyuasin.Sebagai objek penelitian ini penjual dan pembeli bibit karet petani karet di lokasi tersebut.Penelitian ini dilakukan mulai Maret –November 2018.

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.

Sugiyono (2015:137) adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan membagikan kuisioner berupa pertanyaan dengan indikator dari masing-masing variabel.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah penjual dan pembeli bibit karet rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan jumlahnya tidak diketahui secara pasti (infinite). Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Purposive

Sampling yaitu pengambilan sampel

secara sengaja karena sesuai dengan tujuan penelitian, dalam penelitian ini yaitu penjual dan pembeli bibit karet rakyat yang tersebar di wilayah

Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais. Jumlah responden yang dipakai untuk pengolahan data dalam penelitian ini sebanyak 97 orang penjual dan 97 orang pembeli.

3.4 Teknik Analisis Data 3.4.1 Uji Instrumen Penelitian

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013 : 172). Semakin tinggi akurasi suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasaran, atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dapat dilakukan dengan mengkolerasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan tiap skor butir dengan rumus Product Moment (Ridwan, 2010 : 109). Kaidah keputusan :

a) Jika r hitung > r Tabel product

moment, data tersebut valid.

b) Jika r hitung ≤ r Tabel product

moment, data tersebut tidak valid.

Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran berulangkali terhadap gejala dan alat ukur yang sama (Siregar, 2013 : 55). Pengukuran reliabilitas intrumen dianalisis dengan metode alpa cronbach. Apabila Alpa Cronbach > standar 0,70, maka instrumen dinyatakan reliable (Ridwan, 2010 : 99).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik.

Uji kelayakan model dibuktikan dengan menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari tahap-tahap pengujian seperti, uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.

3.4.3 Analisis Statistik.

Pengujian hipotesis, melihat hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dengan

(11)

menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM). 3.5 Definisi Operasional Variabel.

Tabel 3.1

Variabel, Definisi variabel dan Indikator penelitian untuk Pembeli

Variabel Indikator Item per-

tanyaan

Skala

Analisis situasi 1.lingkungan internal 1 sd 5

O R D I N A L 2.lingkungan eksternal 6 sd 11

Ekonomi berbasis inovasi

(Innovation Driven Economic )

1.produk 2.teknologi. 3.pelatihan.

1 sd 6

Pasar terpusat (market centre)

1.kualitas dan kuantitas 2.persaingan.

3.memudahkan pembeli. 4.aman dan nyaman 5.meningkatkan penjualan

1 sd 7

Sumber : Pemikiran Peneliti berdasarkan Teori-teori. Tabel 3.2

Variabel, Definisi variabel dan Indikator penelitian untuk Penjual

Variabel Indikator Item

per-tanyaan Skala Analisis situasi 1.lingkungan internal 1 sd 7 O R D I N A L 2.lingkungan eksternal 8 sd 14

Strategi segmentasi pasar 1.wilayah pemasaran 2.demografi.

3.gaya hidup pembeli. 4.manfaat produk 5.kunjungan pembeli

1 sd 9

Strategi pasar 1.strategi masa yad terpusat 2. strategi masa yad berbeda 3.keunggulan bersaing. 4.bauran pemasran. 5.kemitraan 5.pelatihan 6.teknologi 1 sd 10

Ekonomi berbasis inovasi ( Innovation Driven Economic )

1.produk 2.teknologi. 3.pelatihan.

1 sd 6

Pasar terpusat (market centre)

1.kualitas dan kuantitas 2.persaingan.

3.memudahkan pembeli. 4.aman dan nyaman 5.meningkatkan penjualan

1 sd 7

(12)

4. PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Objek Penelitian.

Sebagai objek penelitian ini penjual dan pembeli bibit karet petani karet di Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais Kabupaten Musi Banyuasin.Penelitian ini

akan memberikan gambaran

pertamakualitas layanan pembibitan terhadap kepuasan petani pada usaha petani pembibitan karet di Musi Banyuasin. Kedua, faktor dominan variabel kualitas layanan pembibitan yang mempengaruhi kepuasan petani. Jumlah responden yang dipakai untuk pengolahan data dalam penelitian ini sebanyak 97 orang penjual dan 97 orang pembeli bibit karet rakyat petani karet rakyat di Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat

Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais Kabupaten Musi Banyuasin.

4.2 Pengembangan model pemasaran bibit karet berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat dari penjual bibit karet.

Berdasarkan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang dilakukan maka terbentuk pengembangan model pemasaran bibit karet berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat ( market center ) dari sisi penjual pada gambar sebagai berikut :

Gambar 4.1 Structural Equation

Modeling (SEM) Pengembangan Model

Pemasaran produk khas daerah berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat ( market center ) untuk responden penjual karet.

Sumber: Data Olahan

Tabel. 4.1 Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Est SE CR P L Inovation _Driven Lingkungan _Internal .227 .099 2.303 .021 Inovation _Driven Lingkungan _Eksternal .113 .098 1.155 .248 market _centre Lingkungan _Internal -.021 .076 -.276 .782 market _centre Lingkungan _Eksternal .106 .083 1.267 .205 market _centre Inovation _Driven .297 .128 1.326 .020

(13)

Faktor internal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Inovation Driven, dengan koefisien jalur 0,227 dan nilai probabiliti = 0,021, lebih kecil dari standar p-value = 0,05. Faktor internal berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur -0,021, nilai probabiliti = 0,782, lebih besar dari standar p-value = 0,05. Sedangkan

Inovation Driven berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,297, nilai probabiliti = 0,02, lebih kecil standar p-value = 0,05.

Faktor eksternal berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap

Inovation Driven, dengan koefisien jalur

0,113 nilai probabiliti = 0,248, lebih besar standar p-value = 0,05. Faktor eksternal berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,106, nilai probabiliti = 0,205, lebih besar dari standar p-value = 0,05.

4.3 Pengembangan model pemasaran bibit karet berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat dari pembeli bibit karet.

Berdasarkan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang dilakukan maka terbentuk pengembangan model pemasaran bibit karet berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat ( market center ) dari sisi

pembeli pada gambar sebagai berikut :

Gambar. 4.2 Structural Equation Modeling (SEM) Pengembangan Model

Pemasaran produk khas daerah berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat (market center ) untuk responden pembeli karet.

Sumber: Data Olahan.

Tabel. 4.2Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Est SE CR P L Inovation _Driven Lingkungan _Internal .315 .091 3.451 *** Inovation _Driven Lingkungan _Eksternal .249 .075 3.330 *** market _centre Lingkungan _Internal .002 .265 .008 .993 market Lingkungan .177 .211 .837 .403

(14)

_centre _Eksternal market _centre Inovation _Driven 1.074 .861 1.248 .212

Faktor internal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Inovation

Driven, dengan koefisien jalur 0,315 dan

nilai probabiliti = 0,000, lebih kecil dari standar p-value = 0,05. Faktor internal berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,002, nilai probabiliti = 0,993, lebih besar dari standar p-value = 0,05. Sedangkan

Inovation Driven berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 1,074, nilai probabiliti = 0,212, lebih besar standar p-value = 0,05.

Faktor eksternal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Inovation

Driven, dengan koefisien jalur 0,249 nilai

probabiliti = 0,000, lebih kecil standar p-value = 0,05. Faktor eksternal berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,177, nilai probabiliti = 0,404, lebih besar dari standar p-value = 0,05.

Salah satu kendala terbesar dalam memulai dan menjalankan suatu bisnis adalah ketakutan akan ketidakmampuan menguasai pasar. Padahal ide-ide kreatif yang didukung dengan ketersediaan sumber daya bisa menjadi salah satu dukungan bagi bisnis untuk menguasai pasar.

Aplikasi inovasi dapat menghasilkan produk yang memiliki daya saing yang lebih tinggi, berupa peningkatan kualitas produk, perbaikan desain produk, atau peningkatan efisiensi produksi.Salah satu pengaruh nyata aplikasi inovasi dalam sistem produksi ialah peningkatan efisiensi produksi yang berarti bahwa bibit karet dapat diproduksi dengan biaya yang lebih murah, sehingga

harga jual produk lebih rendah.Melalui aplikasi inovasi, suatu produk dapat dibuat beragam dan unik sehingga menciptakan trend preferensi baru di pasar. Penerapan inovasi tanpa memperhatikan kebutuhan pelanggan produk akan gagal ketika dipasarkan

4.3 Pengaruh variabel strategi segmentasi

pasar (SSP), strategi pemasaran (SP), melalui innovation driven (ID) terhadap

market center (MC).

Berdasarkan tabel statistik deskriptif, nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk strategi pemasaran diatas nilai median kisaran teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum responden memiliki strategi pemasaran yang tinggi. Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk pengembangan sumber daya manusia diatas nilai median kisaran teoritis, sehingga dapat disimpulkan secara umum responden memiliki pengembangan sumber daya manusia yang tinggi

Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk manajemen operasional diatas nilai median kisaran teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum responden memiliki pengembangan sumber daya manusia yang tinggi.Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk

innovation driven diatas nilai median

kisaran teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum responden memiliki innovation driven yang tinggi. Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk market

center diatas nilai median kisaran teoritis,

(15)

umum responden memiliki market center yang tinggi

Gambar. 4.3. Structural Equation Modeling (SEM) Flow chart Penilaian

Outer Louding variabel strategi segmentasi pasar (SSP), strategi pemasaran (SP), melalui innovation driven (ID) terhadap market center (MC).

Penilaian Outer Louding.

Sumber: Data Olahan Tabel. 4.3

Flow Chart Penilaian Outer Loading Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Inovation_Driven <--- Segmentasi_Pasar .362 .097 3.750 *** Inovation_Driven <--- Strategi_Pasar -.066 .112 -.588 .557 Market_Center <--- Segmentasi_Pasar .085 .067 1.271 .204 Market_Center <--- Strategi_Pasar .271 .119 2.273 .023 Market_Center <--- Inovation_Driven .173 .107 1.611 .107 S.S.P_9 <--- Segmentasi_Pasar 1.000 S.S.P_8 <--- Segmentasi_Pasar .891 .125 7.146 *** S.S.P_7 <--- Segmentasi_Pasar 1.178 .113 10.438 *** S.S.P_6 <--- Segmentasi_Pasar 1.159 .114 10.138 *** S.S.P_5 <--- Segmentasi_Pasar 1.033 .116 8.904 *** S.S.P_4 <--- Segmentasi_Pasar .947 .117 8.113 *** S.S.P_3 <--- Segmentasi_Pasar 1.105 .113 9.755 *** S.S.P_2 <--- Segmentasi_Pasar 1.190 .113 10.515 *** S.S.P_1 <--- Segmentasi_Pasar 1.047 .113 9.243 *** S.P_10 <--- Strategi_Pasar 1.000 S.P_9 <--- Strategi_Pasar .788 .259 3.042 .002 S.P_8 <--- Strategi_Pasar 1.053 .288 3.655 ***

(16)

Estimate S.E. C.R. P Label S.P_7 <--- Strategi_Pasar 1.598 .356 4.494 *** S.P_6 <--- Strategi_Pasar 1.418 .342 4.148 *** S.P_5 <--- Strategi_Pasar 1.458 .348 4.188 *** S.P_4 <--- Strategi_Pasar 1.667 .373 4.463 *** S.P_3 <--- Strategi_Pasar 1.013 .279 3.637 *** S.P_2 <--- Strategi_Pasar 1.249 .304 4.111 *** S.P_1 <--- Strategi_Pasar 1.086 .287 3.788 *** I.D_1 <--- Inovation_Driven 1.000 I.D_2 <--- Inovation_Driven 1.257 .274 4.580 *** I.D_3 <--- Inovation_Driven 1.400 .287 4.879 *** I.D_4 <--- Inovation_Driven 1.680 .320 5.245 *** I.D_5 <--- Inovation_Driven 1.656 .315 5.259 *** I.D_6 <--- Inovation_Driven 1.004 .248 4.043 *** M.C_1 <--- Market_Center 1.000 M.C_2 <--- Market_Center .938 .314 2.985 .003 M.C_3 <--- Market_Center 1.333 .323 4.127 *** M.C_4 <--- Market_Center 1.142 .334 3.417 *** M.C_5 <--- Market_Center .981 .315 3.117 .002 M.C_6 <--- Market_Center 2.065 .449 4.597 *** M.C_7 <--- Market_Center 2.001 .434 4.614 *** Sumber: Data Olahan

Model struktural pada gambar di atas digunakan sebagai dasar menguji pengaruh variabel strategi segmentasi pasar (SSP), strategi pemasaran (SP), melalui innovation driven (ID), sehingga berpengaruh terhadap market center (MC).

Variabel strategi segmentasi pasar (SSP) memiliki 9 indikator. Pada indikator variabel indikator strategi segmentasi pasar (SSP) pada kolom

estimate tidak memiliki memiliki nilai

indikator dibawah 0,5 sehingga untuk variabel strategi segmentasi pasar (SSP) memiliki 9 indikator telah memenuhi persyaratan validitas.

Variabel strategi pemasaran (SP) memiliki 10 indikator. Pada indikator variabel indikator strategi pemasaran (SP) pada kolom estimate tidak memiliki nilai indikator dibawah 0,5 sehingga untuk variabel strategi pemasaran (SP) memiliki 10 indikator telah memenuhi persyaratan validitas.

Variabel Innovation Driven (ID) memiliki 6 indikator. Pada indikator

variabel indikator Innovation Driven (ID) pada kolom estimate tidak memiliki nilai indikator di bawah 0,5sehingga untuk variabel Innovation Driven (ID) memiliki 6 indikator telah memenuhi persyaratan validitas.

Variabel Market Center (MC) memiliki 7 indikator. Pada indikator variabel indikator Market Center (MC) pada kolom estimate tidak memiliki nilai indikator dibawah 0,5 sehingga untuk variabel Market Center (MC) memiliki 7 indikator telah memenuhi persyaratan validitas.

4.4 Efektivitasstrategi segmentasi pasar

(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui

innovation driven (ID) terhadap market center (MC).

Berdasarkan analisis Structural Equation Modeling (SEM) yang dilakukan maka penilaian efektivitasstrategi segmentasi pasar (SSP), strategi pemasaran (SP), melalui

(17)

center (MC) pada gambar sebagai

berikut :

Gambar. 4.4 Structural Equation

Modeling (SEM) penilaian

efektivitasstrategi segmentasi pasar (SSP), strategi pemasaran (SP), melalui

innovation driven (ID) terhadap market center (MC).

Sumber: data Olahan Tabel. 4.4

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate Inovation_Driven .287 Market_Center .167 M.C_7 .863 M.C_6 .841 M.C_5 .175 M.C_4 .221 M.C_3 .458 M.C_2 .150 M.C_1 .227 I.D_6 .264 I.D_5 .747 I.D_4 .716 I.D_3 .546 I.D_2 .443 I.D_1 .267 S.P_1 .315 S.P_2 .432 S.P_3 .280

(18)

Estimate S.P_4 .636 S.P_5 .452 S.P_6 .437 S.P_7 .645 S.P_8 .261 S.P_9 .148 S.P_10 .210 S.S.P_1 .709 S.S.P_2 .860 S.S.P_3 .770 S.S.P_4 .576 S.S.P_5 .669 S.S.P_6 .813 S.S.P_7 .848 S.S.P_8 .467 S.S.P_9 .599

Sumber: data Olahan Model struktural pada tabel di atas

digunakan sebagai dasar menguji seberapa besar kontribusi (koefisien determinasi / R2) setiap indikator terhadap variabel penelitian dengan melihat nilai Squared

Multiple Correlations setiap indikator

dengan menggunakan ukuran standar efektif adalah 0,70 atau 70%. Variabel strategi segmentasi pasar (SSP), strategi pemasaran (SP), melalui innovation driven (ID), sehingga berpengaruh terhadap market center (MC).

Variabel strategi segmentasi pasar (SSP) memiliki 9 indikator.Nilai yang sangat tidak efektif terdapat pada indikator S.S.P_4.S.S.P_5, S.S.P_8, S.S.P_9 karena pada indikator ini merupakan pertanyaan mengenai pasar.Responden penelitian ini sebagian besar memiliki jangkauan pasar lokal dibandingkan pasar nasional yang tampak pada tabel profil responden.Hal ini menyebabkan rerata tingkat efektivitas variabel standar pemasaran menjadi rendah yaitu sebesar 53% terhadap

innovation driven.

Variabel strategi pemasaran (SP) memiliki 10 indikator. Seluruh indikator

memiliki nilai efektivitas dibawah 70%. Hal ini disebabkan UMKM lebih memilih pelatihan sesuai dengan kondisi lapangan, tanpa memperhatikan suatu standar ataupun bantuan pihak lain. Pendidikan terakhir responden sebagian besar terdapat pada SLTA yang tampak pada tabel profil responden sehingga kurangnya kesadaran untuk meningkatkan pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan-pelatihan yang memiliki standar tertentu. Strategi masa yang akan datang untuk pasar terpusat, lokasi berbeda, keunggulan bersaing, bauran pemasran, kemitraan, pelatihan dan teknologi sehingga banyak membutuhkan pengembangan sumberdaya manusia. Nilai yang sangat tidak efektif terdapat pada indikator B4 karena terkait standar produk seperti dijelaskan pada variabel strategi pemasaran.Hal ini menyebabkan semakin menurunnya tingkat efektivitas variabel pengembangan sumber daya manusia yaitu sebesar -4% terhadap innovation driven.

Variabel innovation driven memiliki 6 indikator.Pada variabel ini hanya terdapat 2 indikator memiliki nilai efektivitas yang tinggi (lebih dari 70%),

(19)

yaitu I.D_4 dan I.D_5, sisanya indikator variabel tidak efektif.Hal ini menyebabkan innovation driven tingkat efektivitas yang relatif rendah, yaitu sebesar 41% terhadap market center.Responden dalam penelitian ini

dapat dianggap tidak memiliki innovation

driven sehingga market center menjadi

relatif tidak efektif, yaitu sebesar 41%.Berdasarkan pembahasan ini, variabel memiliki tingkat efektifitas yang rendah banyak disebabkan jangkauan pasar.

5. KESIMPULAN

Penjual dan pembeli bibit karet rakyat (responden) memiliki innovation driven yang relatif rendah. Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk market center dibawah nilai median kisaran teoritis, ini berarti secara umum responden mempunyai relatif tidak berminat dengan adanya market center. kemudian Penjual danpembeli bibit karet rakyat (responden) belum merasa perlu untuk memasuki jangkauan pasar yang lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal), sehingga standar nasional belum mereka lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Cravens, David W. 2007.Strategic

Marketing, 6th ed., McGraw-Hill

Companies, Inc., Boston.

Dawes, John. 2006. “The Relationship

between Subjective and Objective Company Performance Measures in Market Orientation Research : Further Empirical Evidence”. Marketing Bulletin, Vol. 10, p.

65-75.

Kotler, Philip. 2009. Marketing Management : Analysis, Planning, Implementation, and Control. 8th

ed., Prentice-Hall International.

Inc., New Jersey.

McDaniel, Stephen W. & James W. Kolari. 2007. “Marketing Strategy

Implications of the Miles and Snow Strategic Typology”. Journal of Marketing.Vol. 51.p.19-30.

Narver, John C. & Stanley F. Slater. 2008.

“The Effect of Market Orientation on Business Profitability”. Journal of Marketing.October. p. 20-35.

Pawitra, Teddy. 2009. Pemasaran : Dimensi Falsafah, Disiplin, dan Keahlian, Sekolah Tinggi Manajemen Prasetia Mulya. Jakarta. Riamaryani. 2011. Market Driven PT

Sinar Sosro. Jurnal

ekonomi.September. p. 12-13

Soekidjo Notoatmodjo.2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta Syahzal (2008).Model Pemasaran Produk

Pertanian Berbasis Agribisnis Sebagai Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan. Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

Almasdi Syahza1 Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru E-mail: asyahza@yahoo.co.id website: http://almasdi.unri.ac.id

Jawoto Nusantoro. (2011). Model Pengembangan Produk Unggulan Daerah Melalui Pendekatan Klaster Di Provinsi Lampung Fakultas

Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Metro. Seminar Nasional Ilmu Ekonomi TerapanFakultas Ekonomi UNIMUS 2011

(20)

Dwi Nurul Amalia • Rita Nurmalina • Amzul Rifin (2006). Sistem Pemasaran Karet Rakyat di Provinsi Jambi Dengan Pendekatan Struktur, Perilaku, Dan Kinerja Pasar Article Journal of Industrial and Beverage Crops •

Chairi Anwar (2013).Perkembangan Pasar Dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia. disampaikan pada Lokakarya Budidaya Tanaman Karet, pada tanggal 4-6 September 2006 di Medan, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan 6 O dan 4 P
Gambar  4.1  Structural  Equation  Modeling  (SEM)  Pengembangan  Model  Pemasaran  produk  khas  daerah  berbasis  innovation  driven  untuk  memasuki  pasar  terpusat  (  market  center  )  untuk  responden penjual karet

Referensi

Dokumen terkait

e) Teknik analisis/pengolahan data adalah langkah dan cara pengolahan data dengan menggunakan formula/rumus statistik yang tepat. Hasil pengolahan data ini dapat digunakan untuk

– Jar ikat longgar, kolagen yg masuk matriks tl, untuk mengikat periosteum pada tl = serat sharpey. – Sel osteoprogenitor (dewasa), dikelilingi laps matriks tipis,tak

Memberikan pelatihan kepada mahasiswa agar memahami tools- tools adobe photoshop dan adobe. illustrator yang akan dipakai dalam membuat desain layout

Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan

Dengan ketentuan membawa semua berkas / dokumen asli atau salinan yang telah dilegalisir. oleh pejabat yang berwenang sebagaimana yang telah dicantumkan dalam

Melakukan penilaian pada test yang telah diberikan, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui apakah ada pengaruh hasil belajar yang telah

[r]

Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar yang dapat mewakili Direksi ataupihak yang