• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BAHAN RUJUKAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BAHAN RUJUKAN

2.1 Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang mengandung makna kerjasama untuk mencapai tujuan. Adapun yang mengartikan koperasi sebagai makna lain.

Pengertian koperasi menurut UU No.25 Tahun1992, yaitu

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan .

Sedangkan pengertian koperasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:27.1), yaitu

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional .

2.1.1 Fungsi dan Peran Koperasi

Berdasarkan UU No.25 Tahun1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

(2)

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Sedangkan tujuan koperasi terdapat dalam UU No.25 Tahun 1992 pasal 3 yaitu menyatakan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

2.1.2 Prinsip Prinsip Koperasi

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009 :27. 1) menyatakan

Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat .

Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan Prinsip-prinsip Koperasi, yaitu:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

(3)

3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian

6. Pendidikan perkoperasian 7. Kerjasama antar koperasi

2.1.3 Karakteristik Koperasi

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:27.1) menyatakan bahwa karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena itu: a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu

kepentingan ekonomi yang sama.

b. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.

c. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya.

(4)

d. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the members welfare), dan

e. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya, maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non-anggota koperasi.

2.2 Laporan Keuangan

Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan. Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa depan.

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:1) yaitu:

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan laba serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

(5)

Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga .

Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.

(6)

2.2.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

Menurut Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty dalam buku berjudul Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi (2002:6), Karakteristik kualitatif laporan keuangan ini meliputi:

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan mempunyai pengetahuan yang memadai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta mempunyai kemauan untuk mempelajari informasi tersebut.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pemakai dengan membantu para pemakai mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.

c. Keandalan

Agar bermafaat, informasi mempunyai kualitas andal, jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan

(7)

pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan.

d. Dapat Dibandingkan

Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.2.4 Jenis Jenis Laporan Keuangan

Menurut Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty dalam bukunya yang berjudul Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi (2002:17) menyatakan bahwa:

A. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.

Dengan demikian neraca terbagi menjadi menjadi tiga bagian yaitu 1. Aktiva

Aktiva adalah manfaat ekonomis dimasa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan sebagai hasil dari transaksi-transaksi di masa lalu. Aktiva disubklasifikasi lebih jauh menjadi lima sub-klasifikasi, yaitu

(8)

a. Aktiva lancar, yaitu aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang, misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang dan persekot biaya.

b. Investasi jangka panjang, yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk menguasai perusahaan lain dan jangka waktunya lebih dari satu tahun, misalnya investasi saham, investasi obligasi.

c. Aktiva tetap, yaitu aktiva yang memiliki substansi (wujud) fisik, digunakan dalam operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk dalam sub-klasifikasi aktiva ini antara lain tanah, gedung, kendaraan dan mesin serta peralatan.

d. Aktiva yang tidak berwujud, yaitu aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Misalnya paten, goodwill, royalty, copyright (hak cipta), trade name/trade mark (merek/nama dagang), franchise dan license (lisensi).

e. Aktiva lain-lain, yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari empat sub-klasifikasi tersebut, misalnya beban ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman karyawan.

2. Kewajiban

Kewajiban yang merupakan utang perusahaan masa kini dapat disub-klasifikasikan lebih jauh menjadi tiga sub-klasifikasi, yaitu:

(9)

a. Kewajiban lancar, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya utang dagang, utang wesel, utang gaji, dan upah utang pajak, dan beban lainya yang belum dibayar.

b. Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka lebih dari satu tahun, misalnya utang obligasi, utang hipotik, dan utang bank atau kredit investasi

c. Kewajiban lain-lain, yaitu kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu sub-klasifikasi kewajiban tersebut, misalnya utang pada Direksi, utang kepada para pemegang saham.

3. Ekuitas

Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas ini dapat di subklasifikasi lebih jauh menjadi dua sub-klasifikasi,yaitu:

a. Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham (termasuk agio saham bila ada) dan

b. Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen (ditahan).

Neraca dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk (format), yaitu bentuk rekening (skonto) dan bentuk laporan (stafel), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:

(10)

a. Rekening (Skonto)

Pada bentuk ini, unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit), sedangkan unsur kewajiban dan ekuitas disajikan pada sisi kanan (kredit).

b. Laporan (Stafel)

Pada bentuk ini baik aktiva, kewajiban maupun ekuitas disajikan secara urut dari atas kebawah, yang dimulai dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas.

B. Laporan Laba Rugi

Untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi (kemampuan) perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi mempunyai dua unsur, yaitu

1. Penghasilan (income) yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban (yang menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasi menjadi: a. Pendapatan (revenues), yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan

aktivitas yang biasa dan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda,seperti penjualan barang dagang, penghasilan jasa (fees), pendapatan bunga, pendapatan deviden, royalti dan sewa.

b. Keuntungan (gains), yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin misalnya pos yang timbul dalam pelaksanaan aktiva lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.

(11)

2. Beban (Expense) yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan menjadi:

a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan (yang biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas persediaan, aktiva tetap), misalnya harga pokok penjualan, gaji, dan upah, penyusutan.

b. Kerugian yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi, seperti rugi karena bencana kebakaran, banjir atau pelepasan aktiva tidak lancar.

Laporan laba rugi dapat disajikan dengan menggunakan dua bentuk,yaitu

a. Single-Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi/laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan. Bentuk tersebut sebagai berikut :

PT. XXX Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009 Pendapatan pokok Rp. . Pendapatan non-operasional Rp. .. Pendapatan insidentil Rp. .. (+)

(12)

Total Pendapatan Rp. .. Harga pokok penjualan Rp.

Biaya operasional Rp. Biaya non-operasional Rp. Kerugian yang insidentif Rp.

Total Biaya Rp. .. (-) Pendapatan bersih Rp. ..

a. Multiple-Step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

PT.XXX Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009 Penjualan bruto Rp.

Potongan/retur penjualan Rp. (-) Penjualan netto Rp.

Harga pokok penjualan Rp. (-) Laba penjualan Rp. . Biaya-biaya operasional:

Biaya penjualan Rp. Biaya administrasi dan umum Rp.

Rp. . (-) Laba bersih operasional Rp. . Pendapatan dan biaya non operasional:

(13)

Pendapatan Rp. .. Biaya Rp. ..

Rp. .. (+) Rp. ..

Rugi /Laba insidentil Rp. .. (+) Pendapatan netto sebelum pajak Rp. ..

2.2.5 Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari dalam bukunya yang berjudul Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan (2004:25) menyatakan keterbatasan-keterbasannya adalah sebagai berikut:

1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa dirinci sekali. Kalau sangat dirinci, laporan keuangan akan setebal bantal.

2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya kadaluarsa, keterbatasan sebenarnya tergantung pada ketertiban administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apabila menggunakan komputerisasi.

3. Laporan keuangan menekan pada harga historis (harga perolehan) sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian.

4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi, sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis.

(14)

5. Laporan keuangan mengikuti Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mungkin terjadi perubahan aturan setiap tahun. Perlu diingat bahwa Ikatan Akuntansi Indonesia terus melakukan penyempurnaan SAK untuk mencapai harmonisasi dengan Standar Akuntansi Internasional. Tujuannya agar lebih berkualitas dan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan sejenis pada berbagai negara.

2.2.6 Laporan Keuangan Koperasi

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:27.9) menyatakan bahwa :

Laporan keuangan koperasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan .

A. Neraca

Neraca menyajikan informasi mengenai asset, kewajiban, dan ekuitas operasi koperasi pada waktu tertentu.

B. Perhitungan Hasil Usaha (PHU)

Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Sisa hasil Usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi ditentukan pada manfaat bagi anggota.

(15)

C. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu.

D. Laporan Promosi Ekonomi Anggota

Dalam sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi, maka manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pembagian sisa hasil usaha pada akhir tahun buku dapat dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil usaha yang akan dibagi untuk anggota.

Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencakup empat unsur yaitu:

a. Manfaaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama

c. Manfaaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, dan d. Manfaat ekonomi dari bentuk pembagian sisa hasil usaha.

Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan jenis koperasi dan usaha yang dijalankannya.

E. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan pengungkapan yang memuat: a. Perlakuan akuntansi antara lain mengenai:

Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.

(16)

Kebijakan akuntansi tentang aset tetap, penilaian persediaan, piutang, dan sebagainya.

Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non-anggota. b. Pengungkapan informasi lain antara lain:

Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun dalam praktik, atau yang telah dicapai oleh koperasi.

Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan koperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota, dan penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.

Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non-anggota.

Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota.

Pembatasan penggunaan dan risiko atas aset tetap yang diperoleh atas dasar hibah atau sumbangan.

Aset yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi.

Aset yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari perusahaan swasta.

Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan. Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.

(17)

Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.

2.3 Modal Kerja

2.3.1 Pengertian Modal Kerja

Menurut Susan Irawati dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan (2006:89) yaitu: Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets. Aktiva lancar yaitu kekayaan perusahaan yang secara fisik bentuknya berubah dalam suatu kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka pendek yaitu waktu kurang dari 1 tahun.

Menurut S. Munawir dalam bukunya berjudul Analisis Laporan Keuangan (2002:114), Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan yaitu :

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik-beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).

Dalam konsep ini tidak menitik mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak

(18)

mencerminkan margin safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang. 2. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitik-beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik.

Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.

3. Konsep Fungsionil

Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.

Aktiva tetap yang menjadi bagian dari modal kerja tahunan ini adalah penyusutan aktiva-aktiva tersebut, untuk tahun ini. Aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya, ada sebagian aktiva

(19)

lancar yang bukan merupakan modal kerja: misalnya dalam piutang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Dalam piutang tersebut terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok barang yang dijual dan laba penjualan barang tersebut.

2.3.2 Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut Sutrisno dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi (2003:45) Mengenai jenis-jenis modal kerja dapat dibedakan menjadi dua bentuk menurut A. W. Taylor yaitu:

1. Modal Kerja Permanen

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Modal Kerja Primer, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus ada dalam

perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.

2. Modal Kerja Normal, merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan.

2. Modal Kerja Variabel

Adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari:

(20)

a. Modal Kerja Musiman, merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan

b. Modal Kerja Siklis, adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur.

c. Modal Kerja Darurat, yaitu modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan.

2.3.3 Sumber Modal Kerja

Sedangkan sumber-sumber modal kerja suatu perusahaan menurut S. Munawir dalam bukunya yang berjudul Analisis Laporan Keuangan (2002: 120) pada umumnya dapat berasal dari :

Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek), adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.

Penjualan aktiva tidak lancar, perubahan aktiva tidak lancar menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja. Apabila hasil dari penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar ini tidak digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

(21)

Penjualan saham atau obligasi, perusahaan dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.

2.3.4 Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja menurut S. Munawir dalam bukunya yang berjudul Analisis Laporan Keuangan (2002 : 125) adalah sebagai berikut :

Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan. Seperti pembayaran gaji, upah, supplies kantor dan biaya-biaya lainnya.

Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.

(22)

Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang. Misalnya dana expansi, dana pelunasan obligasi ataupun dana-dana lainnya.

Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.

Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :

- Pembelian efek secara tunai.

- Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai. - Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya.

(23)

Menurut Susan Irawati dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan (2006:81) yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja sebagai berikut :

1. Unsur-Unsur yang Memperbesar Modal Kerja: a. Berkurangnya aktiva tetap

b. Bertambahnya hutang jangka panjang c. Bertambahnya modal

d. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan e. Penyusutan

2. Unsur-Unsur yang Memperkecil Modal kerja: a. Bertambahnya aktiva tetap

b. Berkurangnya hutang jangka panjang c. Berkurangnya modal

d. Pembayaran kas dividen

e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan

2.3.5 Modal Koperasi

Seperti badan usaha lain, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Dalam hal ini perlu dijaga, jangan sampai modal pinjaman melebihi modal sendiri. Makin besar perbandingan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, struktur permodalan koperasi dikatakan makin baik.

Menurut Soeradjiman dalam bukunya yang berjudul Koperasi dalam Teori dan Praktek (1996:45) modal koperasi terdiri dari :

(24)

a. Modal Sendiri

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi. Modal sendiri koperasi pertama-tama dihimpun dari simpanan anggota (simpanan pokok dan simpanan wajib). Setelah koperasi berjalan dan mendapatkan sisa hasil usaha (SHU), sebagian dari SHU tersebut dapat disisihkan sebagai dana cadangan untuk memperkuat modal sendiri. Dengan demikian modal sendiri koperasi dapat berasal dari :

1. Simpanan pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama besarnya bagi setiap anggota dan wajib dibayar pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan tersebut tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2. Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang tidak sama besarnya bagi setiap anggota yang wajib dibayar pada waktu atau kesempatan tertentu.

3. Dana cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah dana yang disisihkan dari sisa hasil usaha untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

4. Hibah

Hibah adalah pemberian yang mengikat berupa uang atau barang. Apabila koperasi menerima pemberian barang atau uang untuk memperlancar jalannya usaha, berarti modal koperasi sebagian berasal dari hibah.

(25)

b. Modal pinjaman terdiri dari : 1) Pinjaman dari anggota

Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib koperasi dapat menghimpun modal pinjaman dari anggota dalam bentuk simpanan sukarela dan simpanan wajib (khusus).

a. Simpanan sukarela pada dasarnya merupakan uang titipan dari anggota yang dapat diambil kembali sesuai dengan perjanjian .

b. Simpanan khusus pada dasarnya merupakan pinjaman dari anggota untuk membiayai keperluan tertentu.

2) Pinjaman dari koperasi atau badan usaha lain

Pinjaman dari koperasi atau badan usaha lain dapat diperoleh atas dasar kerja sama yang saling menguntungkan.

3) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain

Untuk mendapatkan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain, koperasi harus mengajukan surat permintaan dilampiri dengan surat-surat yang diperlukan seperti :

rencana penggunaan modal/ rencana usaha rencana pengembalian modal

jaminan barang yang harganya sebanding dengan besarnya pinjaman. 4) Penerbitan obligasi dan surat pengakuan utang

Obligasi adalah surat berharga yang merupakan pengakuan utang jangka panjang kepada pemegangnya dengan kesanggupan membayar bunga tetap dan mengembalikannya pada waktu yang ditentukan.

(26)

5) Sumber lain yang sah

Pinjaman dari sumber lain yang sah biasanya diperoleh dari pemerintah atau lembaga lain atas dasar pertimbangan tertentu. Misalnya pinjaman dari dana yang dihimpun dari keuntungan BUMN, pinjaman dari badan usaha swasta untuk koperasi karyawan dilingkungannya.

c. Modal Penyertaan

Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan

memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi. Selain modal sendiri dan modal pinjaman, koperasi dapat memperluas usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan yang berasal dari pemerintah atau masyarakat. 1. Modal penyertaan dari Pemerintah

Modal penyertaan dari Pemerintah, termasuk BUMN dan BUMD, merupakan salah satu bentuk bantuan kepada koperasi yang pontensial. Untuk menjaga agar modal penyertaan tersebut digunakan sebagaimana mestinya, pemerintah dapat mengikutsertakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah usahanya berjalan lancar, modal penyertaan secara berangsur dapat ditarik kembali.

2. Modal penyertaan dari bukan Pemerintah

Modal penyertaan dapat berasal dari anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain, badan usaha atau lembaga swasta, dan perorangan. Penggunaan modal penyertaan merupakan salah satu usaha koperasi untuk memperkuat susunan modal ekuiti yang ikut menanggung resiko dalam rangka mengembangkan usaha.

(27)

2.4 Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

2.4.1 Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Menurut S. Munawir dalam bukunya yang berjudul Analisis Laporan Keuangan (2002:37) yaitu:

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu .

2.4.2 Tujuan analisis sumber dan penggunaan modal kerja

Menurut Susan Irawati dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan (2006:75) menyatakan bahwa tujuan analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah :

Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dana tersebut dan bagaimana dana tersebut diperoleh atau dibelanjai .

2.4.3 Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modalnya.

Adapun langkah-langkah menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja menurut Susan Irawati dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan (2006:81) adalah sebagai berikut :

a. Menyusun laporan perubahan modal kerja, yang memberikan gambaran mengenai perubahan dari masing-masing unsur modal kerja atau unsur current accounts antara dua waktu.

(28)

b. Mengklasifikasikan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara dua waktu tersebut ke dalam golongan yang mempunyai efek menambah modal kerja dan golongan yang mempunyai efek mengurangi kas. c. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan ke dalam

golongan yang perubahannya mempunyai efek menambah atau mengurangi modal kerja.

d. Melakukan penyusunan terhadap laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dengan mengkonsolidasikan perubahan-perubahan yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

06 Transaksi valuta asing tunai (spot) yang belum diselesaikan adalah jumlah transaksi valuta asing tunai yang masih belum diselesaikan pada tanggal laporan. Transaksi tersebut

Usaha Pariwisata yang masih berlaku. Petugas Loket Permohonan Izin menerima berkas. permohonan yang sudah lengkap persyaratannya

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, penerapan diversi dalam penanganan kasus tindak pidana oleh anak sebagai proses peradilan yang sudah mengalami

Berdasarkan perhitungan, korelasi tersebut memiliki koefisien determinasi sebesar 12,8% yang menunjukkan bahwa varians yang terjadi pada variabel kemampuan siswa

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan pada salah satu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam kesempatan magang yang didapat oleh peneliti, keluhan

beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: (1) fokus aljabar adalah hubungan antar variabel bukan sekedar perhitungan misalnya hubungan

• Melakukan penjatahan secara bergilir khususnya topik PPM tertentu kepada Program Studi yang ada.. Adapun strategi pelaksanaan pengembangan PPM ke depan, LPPM

Pada analisis daerah bahaya bencana untuk setiap lokasi (kecamatan) yang terkena dampak bencana keruntuhan Bendungan Ciawi parameter yang akan dijadikan acuan klasifikasi