• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

371 NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG

GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

Oleh Ni Made Ardani

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com

Abstrak

Sradha adalah kepercayaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasadalam segala manifestasi-Nya. Konsep sradha inilah yang menjadikan aktifitas keagamaan dan budaya di Bali tetap bertahan. Dewa Ganesha adalah salah satu manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasayang sejak lama oleh agama Hindu dipuja dalam setiap melakukan persembahyangan. Pemujaan kehadapan Dewa Ganesha menggunakan media yang berbentuk patung/arca Ganesha yang dipercayai sebagai sthana dari Dewa Ganesha. Penempatan patung Ganesha didasari dari berbagai keyakinan dan fungsi yang berbeda-beda. Penempatan berbagai patung Ganeshayang berbeda-beda ini tentu menarik untuk diadakan penelitian yang perlu dikaji dengan judul “Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Penempatan Patung Ganesha di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana.

Hasil penelitian menunjukkan (1) Penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu ditempatkan diberbagai tempat dengan fungsi yang berbeda-beda, (2) Penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu memiliki fungsi yaitu fungsi religius atau sakral sebagai media pemujaan masyarakat meyakini patung Ganesha sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Ganeshadan fungsi sekuler atau profan patung Ganesha hanya difungsikan sebagai hiasan dan dekorasi, dan (3) Nilai pendidikan yang terkandung dalam penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu adalah: (a) nilai pendidikan tattwadapat dilihat dari adanya keyakinan masyarakat terhadap penempatan patung Ganesha sebagai sthana dari Dewa Ganesha yang difungsikan sebagai media pemujaan kehadapan Dewa Ganesha, (b) nilai pendidikan sosio religius terlihat dari adanya kebersamaan masyarakat tetap beraktivitas dalam ranah spritual dimana aktivitas pemujaan yang memfokuskan keyakinan masyarakat terhadap simbol-simbol tertentu terbukti dengan fenomena berupa patung Ganesha yang ditempatkan diberbagai tempat di Desa Manistutu yang difungsikan sebagai media pemujaan kehadapan Dewa Ganesha, dan (c) nilai pendidikan estetika pada patung Ganesha dapat ditinjau dari relief-relief patung Ganesha yang menimbulkan rasa nikmat dan senang bagi penikmatnya.

Kata kunci: Penempatan Patung Ganesha, Pendidikan Agama Hindu. I. PENDAHULUAN

Umat Hindu meyakini dan mempercayai adanya Tuhan dalam berbagai manifestasi dan perwujudan-Nya. Hindu memuja banyak Tuhan atau Dewa bukanlah politheisme akan tetapi monotheistik polytheisme. Pemikiran Hindu yang monotheime adalah pengakuan tentang Tuhan yang diketahui dengan banyak cara dan dipuja dalam berbagai bentuk (Pandit, 2006: 43). Tuhan tidak dapat dikatakan hanya memiliki satu bentuk atau nama tertentu karena akan membatasi kekuatan-Nya yang pasti. Inilah mengapa Hindu memuja berbagai nama dan

(2)

372 bentuk Tuhan sesuai dengan fungsinya. Tidak ada nama atau bentuk yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lainnya karena semuanya itu adalah manifestasi dari Tuhan.

Seperti halnya matahari dan sinarnya tidak akan bisa dipisahkan. Demikian juga antara Dewa dan Tuhan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, hanya dapat dibedakan secara teoretis. Dewa tertinggi dalam agama Hindu adalah Tri Murti. Dewa tersebut adalah manifestasi Tuhan sebagai pencipta (uttpeti), pemelihara (sthiti) dan pengembali ke asal (pralina). Kegiatan keagamaan dalam pemujaan kehadapan Ida SangHyang WidhiWasa/Tuhan umat Hindu menggunakan berbagai simbol sebagai sthana/penempatan untuk dapat memuja-Nya. Namun tidak seluruh umat Hindu mampu memahami makna dan fungsi dari berbagai simbol tersebut. Banyak pertanyaan muncul dari masyarakat Hindu dan tidak puas dengan penjelasan bila tidak bersumber pada kitab suci Weda atau susastra Hindu lainnya. Tingkat pendidikan umat Hindu pada umumnya, menuntut pula pemahaman terhadap agama Hindu lebih dalam lagi terhadap simbol tersebut.

Simbol dalam agama Hindu sangat terkait dan tidak dapat dipisahkan dengan ajaran ketuhanan (teologi). Simbol atau lambang tersebut merupakan sesuatu yang bersifat fungsional bagi kehidupan masyarakat Hindu. Di kehidupan sehari-hari jelas dapat dilihat betapa pentingnya arti serta peranan simbol tersebut sebagai sarana pemujaan kehadapan Ida SangHyang Widhi atau Tuhan umat Hindu Karena simbol tersebut bisa berupa patung (arca), pratima untuk para dewa, wahana dewata atau kendaraan para dewa, bangunan suci sebagai sthana untuk memuja-Nya, sastra atau huruf suci dan berupa mantra, mudra, yatra, rerajahan, juga persembahan suci berupa sesajen yang beraneka ragam dan lain-lain (Titib, 2003: 1).

Umat Hindu berpikir tentang Tuhan melalui banyak jalan dan menyembah berbagai bentuk. Dalam hal ini, Tuhan diberi nama sendiri-sendiri oleh para Maharsi, untuk membantu umat Hindu dalam memuja-Nya. Ini berarti ketidakterbatasan bentuk dari Ida SangHyang WidhiWasa/ segala memanifestasi-Nya, agar dapat dipuja menurut keinginan dan kapasitas serta kemampuan pemuja-Nya. Umat Hindu menyadari keterbatasan psikologi seseorang. Sehingga mengkonkritkan Ida SangHyang WidhiWasa dalam segala bentuk sesuai dengan wujud yang berupa patung (arca), pratima, dan gambar-gambar yang nyata. Seperti patung Ganesha, gambar Dewi Laksmi,Dewi Saraswati dan sebagainya.

Akan tetapi dari berbagai simbol tersebut menurut pengamatan penulis diantara patung (arca), dan pratima justru patung Ganesha lebih banyak terdapat di berbagai tempat. Patung merupakan sebuah gambaran atau wujud yang dipergunakan untuk pemujaan pada tahap awal yang merupakan simbol luar dari Tuhan. Wujud yang nyata diperlukan oleh masyarakat luas untuk melakukan konsentrasi kehadapan-Nya (Sivananda, 2003: 154). Patung Ganesha adalah bukti salah satu patung yang dipergunakan sebagai sarana pemujaan kehadapan Ida SangHyang Widhi/Tuhan. Patung Ganesha dapat dikatakan sebagai media pemujaan terlebih dahulu harus memulai sebuah proses yang disebut dengan pasupati.Penempatan patung Ganesha di Bali seakan menjadi sebuah trend, begitu pula di Desa Manistutu, masyarakat sebagian besar memasang patung Ganesha di aling-aling rumah, di sekolah, di samping sanggah kemulan dan di dalam kober atauulap-ulap(gambar dalam kain atau kertas) yang digunakan pada upacara caru Rsi Gana semuanya berfungsi sebagai penolak bala.

Keunikan pada penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu yaitu ditempatkan diberbagai tempat dengan fungsi dan rupa yang berbeda-beda. Hal pokok yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang patung Ganeshayang ada di Desa Manisutu adalah untuk mengetahui patung Ganesha di Desa Manistutu ditinjau dari penempatannya, untuk mengetahui fungsi dalam penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu, dan mengetahui nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang terkandung didalamnya. Mengacu pada sebuah kepercayaan terdapat nilai-nilai tertentu yang bisa di peroleh, maka dari itu penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu perlu untuk diteliti. Kepercayaan itu

(3)

373 disebabkan oleh adanya sebuah anugrah yang diterima oleh masyarakat yang mensthanakan patung Ganesha, yang mengarah positif memohon pengobatan (nunas tamba), dianggap sebagai penyibeh keluarga antara lain memohon keselamatan dari mara bahaya yang bersifat mistik, memohon penganugrahan kerahayuan kerahajengan.

Permasalahan ini tentu menarik untuk ditelusuri keberadaannya, karena selama ini sebagian masyarakat belum memahami secara pasti bagaimana penempatan, fungsi dan nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang terkandung dalam penempatan patung Ganesha tersebut. Oleh karena itu peniliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap trend dari keberadaan patung Ganesha tersebut dengan judul: Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Penempatan Patung Ganesha Di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana. II. PEMBAHASAN

2.1. Penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana

Penempatan patung Ganesha sebagai vighnesvara, avighnesvara maupun vignaghna secara implisit dan eksplisit memiliki makna yang tidak jauh berbeda, yakni mengacu kepada suatu makna bahwa Dewa Ganesha pada hakekatya adalah Dewa penghalang, penolak bala atau pelenyap berbagai macam bencana dan sekaligus sebagai pemberi keberhasilan bagi manusia. Penempatan patung Ganesha sebagai penghalang bahaya bermakna luas, mengingat bahwa jenis maupun sumber bahaya yang mengancam kehidupan manusia amat banyak dan beragam. Begitu pula di Desa Manistutu penempatan patung Ganesha yang dipercayai sebagai sthana dari Dewa Ganesha di tempatkan diberbagai tempat yaitu: (1) Patung Ganesha Ditempatkan di Aling-Aling Rumah, (2) Patung Ganesha Ditempatkan di Sekolah-sekolah, (3) Patung Ganesha Ditempatkan di Samping Sanggah Kemulan, (4) Patung Ganesha ditempatkan di Samping Kolam, dan (5) Simbol DewaGanesha di Dalam Kober Atau Ulap-ulap Upacara Caru Rsi Gana.

2.2. Fungsi penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana

Fungsi penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana dalam berbagai bentuk dan segi penempatannya berdasarkan pengamatan penulis dibagi menjadi dua fungsi yaitu: (1) Fungsi Religius atau Sakral dan (2) Fungsi Sekuler atau Profan.

2.3. Nilai pendidikan yang terkandung dalam penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana

Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Nilai dapat diartikan suatu penghargaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapat terjadi dasar penentu tingkah laku manusia. Kata nilai berarti sifat atau hal yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan sesama dan dalam hubungannya dengan sifat manusia itu sendiri dalam menjalankan hidup guna terwujudnya jalinan hidup yang harmonis (Poerwadarminta, 2009: 9). Kata nilai juga dapat diartikan menilai, menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu untuk selanjutnya mengambil keputusan berguna atau tidak.Nilai yang terkandung dalam penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana yaitu: Nilai Pendidikan Tattwa, Nilai Pendidikan Sosio Religius, Nilai Pendidikan Estetika. III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV tentang Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Penempatan Patung Ganesha di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana sebagai media pemujaanpatung Ganesha disucikan dan disakralkan terlebih

3

(4)

374 dahulu dengan cara diprayascita, dipasupati dan diplaspas. Patung Ganesha dipercayai sebagai sthana dari Dewa Ganesha sehingga ditempatkan di barat sanggah kemulan menghadap ke selatan (laut) atau menghadap ke barat (matahari) yaitu sebagai pengiring atau pengawal para Dewa sehingga sebelum memasuki daerah pelinggih sanggah kemulan, maka terlebih dahulu melakukan persembahan kehadapan Dewa Ganesha yang merupakan Dewa penjaga gerbang atau pelindung atas keselamatan para Dewa. Penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu juga ditempatkan pada aling-aling, di sekolah dan dalam kober atau ulap-ulap upacara caru rsi gana dengan fungsi yang berbeda-beda. Dan sebagai hiasan dan dekorasi patung Ganesha di Desa Manistutu ditempatkan di samping kolam tanpa disucikan dan disakralkan terlebih dahulu.

2. Fungsi Penempatan Patung Ganesha di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana terangkum menjadi dua fungsi yaitudiantaranya: (1) Fungsi Religius atau Sakral dalam penempatan patung Ganesha di Desa Manistutu yaitu patung Ganesha disakralkan sebagai media pemujaan, yang memiliki fungsi sebagai: fungsi sebagai pelindung, fungsi sebagai penolak bencana, dan fungsi sebagai penghalau segala rintangan (2) Fungsi Sekuler atau Profan penempatan patung Ganesha di Desa Manistututidak difungsikan sebagai media pemujaan, akan tetapi difungsikan sebagai hiasan dan dekorasi yang memberikan rasa seni bagi penikmatnya dan hanya dinikmati keindahannya saja.

3. Penempatan Patung Ganesha di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, mengandung nilai-nilai pendidikan agama Hindu diantaranya: (1) Nilai Pendidikan Tattwa, (2) Nilai Pendidikan Sosio Religius, (3) Nilai Pendidikan Estetika. Terkait pada nilai pendidkan Tattwa bahwa ini terlihat dari adanya keyakinan masyarakat terhadap penempatan patung Ganesha sebagai sthana dari Dewa Ganesha yang difungsikan sebagai media pemujaan kehadapan Dewa Ganesha. Pada Nilai Pendidikan Sosio Religius yang terlihat adanya kebersamaan masyarakat tetap beraktivitas dalam ranah spritual dimana aktivitas pemujaan yang memfokuskan keyakinan masyarakat terhadap simbol-simbol tertentu terbukti dengan fenomena berupa patung Ganesha yang ditempatkan diberbagai tempat di Desa Manistutu yang difungsikan sebagai media pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Ganesha, hal ini yang mencerminkan masyarakat sosial keagamaan.Nilai Pendidikan Estetika yaitu dapat dilihat dari relief-relief patung Ganesha yang menimbulkan rasa nikmat dan senang bagi penikmatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodelogis ke Arah Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ekayanti, Ni Wayan Ria. 2016. Keberadaan Patung Ganesha Di Pakarangan Rumah

Masyarakat Banjar Bunut Puhun Desa Pakraman Bantas Kecamatan Tabanan (Kajian Praksis Pendidikan Sosio Religius). Skripsi (tidak diterbitkan).Denpasar: IHDN Denpasar.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Pandit, Bansi. 2006. Pemikiran Hindu Pokok-Pokok pikiran Agama Hindu Dan Filsafat:

Surabaya: Paramita.

Poerwadarminta. 2009. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sivananda,Sri Svami. 2003. Intisari Ajaran Hindu. Surabaya:Paramita.

Sudarmiati, Ni Wayan. 2014. Eksistensi Patung Dewa Ganesha Di Desa Pakraman Pikat Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung (Perspektif Pendidikan Agama Hindu).Skripsi (tidakditerbitkan).Denpasar: IHDN Denpasar.

(5)

375 Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53. Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.

Sudarsana, I. K. (2017). Interpretation Meaning of Ngaben for Krama Dadia Arya Kubontubuh Tirtha Sari Ulakan Village Karangasem District (Hindu Religious Education Perspective). Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies, 1(1), 1-13.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, cv.

Sulasa, I Made. 2010. Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Pemujaan Patung Ganesha di SMP Negeri 2 Nusa Penida Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung.Skripsi (tidakditerbitkan). Denpasar: IHDN Denpasar.

Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita. Wardhani, Ni Ketut Srie Kusuma. 2010. Metode Penelitian. Denpasar: IHDN Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Praktik jual beli mobil bekas di Bandar Lampung sudah terbiasa dengan memberikan uang tanda jadi atau uang muka (DP) kepada penjual yang jumlahnya lebih sedikit dari

Peta gunatanah yang diperolehi daripada JPSM telah dianalisis dengan menggunakan perisian ArcGIS ArcInfo 9.1. Peta dianalisis bagi mendapatkan perubahan yang telah berlaku

Bagi peserta yang merasa keberatan atas pengumuman ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa IAIN Walisongo Semarang melalui

Nama file “Cover ” berisi Halaman Cover, Pernyataan Keaslian, Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Lembar Pernyataan Kesediaan Publikasi Karya Ilmiah

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 6 informan, pada saat mengakses internet siswa sudah dapat mengakses internet dengan baik, kendala yang biasanya

Di tingkat lembaga, pengadaan fasilitas dan media pembelajaran telah diadakan, namun persentasinya masih belum memadai dibanding kebutuhan guru dalam melaksanakan

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa OS yang di gunakan tidak begitu baru dan hampir sama dengan produk lain yang memiliki spesifikasi yang sama dengan

Upaya keluar dari keterpenjaraan oleh tokoh perempuan tidak dicapai tetapi, dalam masyarakat dengan nilai dan aturan yang cenderung berorientasi patriarki, keputusan untuk