Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG
OLAHRAGA GULAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikandi Departemen Pendidikan Kepelatihan
Oleh ACIL IRAWAN
1000589
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROFIL TEKNIK BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG
OLAHRAGA GULAT
Oleh Acil Irawan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan
© Acil Irawan 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
ACIL IRAWAN
Profil Teknik Bantingan Lengan, Bantingan Kepala dan Tarikan Lengan pada gaya Romawi-Yunani cabang olahraga Gulat
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing :
Pembimbing I,
Drs. H. Hadi Sartono, M.Pd NIP. 196001121987030102
Pembimbing II,
Bambang Erawan, M.Pd NIP. 196907282001121001
Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan
Acil Irawan, 2015
ABSTRAK
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
Dosen Pembimbing : 1. Drs. H.Hadi Sartono, M.Pd Dosen Pembimbing : 2. Bambang Erawan M.Pd
Acil Irawan* 1000589
Gulat merupakan olahraga beladiri satu lawan satu yang dilakukan di atas matras dengan tujuan menjatuhkan lawan dalam keadaan terlentang dengam pundaknya menempel pada matras kemudian menahannya beberapa saat hingga dinyatakan menang jatuhan (touch) oleh wasit. Cara bertanding gulat pun terus menerus berevolusi sesuai dengan peraturan yang dimodifikasi agar pertandingan menjadi semakin menarik untuk di tonton. Penelitian ini diangkat dari permasalahan tersebut. Bila dicermati, dari sekian banyak gerakan-gerakan teknik serangan atas yang digunakan dalam pertandingan gulat, terdapat beberapa teknik yang lebih sering dilakukan dan menjadi andalan para pegulat gaya romawi-yunani dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda pada setiap kelasnya, yaitu bentingan lengan, bantingan kepala dan tarikan lengan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan profil bantingan lengan, bantingan kepala dan tarikan lengan pada gaya romawi yunani yang digunakan pada pertandingan kategori senior tingkat nasional untuk menjadi rujukan bagi atlet dan pelatih dalam memodifikasi program latihan gulat gaya romawi-yunani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik bantingan lengan, bantingan kepala dan tarikan lengan sebagai variabel tunggal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet gulat gaya romawi-yunani peserta kejuaraan senior tingkat nasional yang dipilih secara purposif sampling. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa teknik bantingan kepala menjadi gerakan yang memiliki tingkat keberhasilan yang paling tinggi dan bantingan lengan menjadi gerakan yang paling banyak dilakukan dalam pertandingan.
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
PROFILE OF ARMS dings, dings pull HEAD AND ARM THE ROMAN-GREEK STYLE WRESTLING SPORTS
Acil Irawan*
1000589
Wrestling is a sport martial one on one performed on the mat with the aim to knock your opponent in a prone position, the shoulder spreader attached to the mat and then hold some time until the winning fall-out (touch) by the referee. How to play wrestling was constantly evolving in accordance with the regulations modified so that the game becomes more interesting to watch. This study was appointed to these problems. When examined, of the many movements of attack techniques above are used in a wrestling match, there are some techniques more frequent and become a mainstay of the wrestlers style roman-greek with a success rate that differs in each class, namely bentingan arm, slamming head and pull the arm. The purpose of this study was to determine and describe the profile of kickback arm, slamming head and pull the arm on the Greek Roman style used in the senior category matches the national level to be a reference for athletes and coaches in modifying the training program Roman-Greek wrestling style. The method used in this research is descriptive quantitative method with techniques kickback arm, slamming head and pull the arm as a single variable. The sample used in this study is a roman-style wrestling athletes greek senior national championship participants were selected by purposive sampling. From the research found that the technique of slamming head into a movement that has the highest success rate and dings arm into motion the most widely performed in the match.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ... iii
ABSTRAK ... ... v
DAFTAR ISI ... ... vi
DAFTAR TABEL ... ... x
DAFTAR GAMBAR ... ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Secara Teoritis ... 5
2. Secara Praktis ... 5
E. Batasan Penelitian ... 6
F. Batasan Istilah... 6
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 8
A. Hakikat Olahraga Gulat ... 8
B. Perlengkapan Pertandingan ... 10
1. Matras ... 10
2. Baju Gulat (singlet one-piece) ... 12
3. Pelindung Telinga ... 12
4. Sepatu gulat ... 13
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Peraturan Pertandingan ... 14
1. Perwasitan ... 14
a. Wasit ... 15
b. Hakim... 15
c. Ketua Matras ... 16
2. Pemerikasaan Kesehatan, Penimbangan dan Penarikatn Undian .. 16
a. Pemerikasaan Kesehatan ... 16
b. Penimbangan ... 17
c Penarikan Undian ... 17
3. Durasi/Waktu ... 17
4. Angka/Poin... 18
a. One point ... 18
b. Two point ... 18
c. Four point ... 19
d. Five Point ... 19
5. Challange... 20
D. Kategori Gaya, Usia dan Kelas Pertandingan. ... 21
1. Kategori Gaya Pertandingan ... 21
a. Gaya Romawi Yunani (greco-roman)... 21
b. Gaya Bebas (free style)... 22
c. Gulat Perempuan ( Female Wrestling) ... 23
2. Kategori Usia Pertandingan ... 23
a. Remaja ... 23
b. Kadet ... 23
c. Junior ... 23
d. Senior ... 23
e. Veteran ... 23
3. Kategori Kelas Petandingan ... 23
E. Teknik dalam Gaya Romawi Yunani ... 24
1. Teknik Atas ... 25
b. Bantingan Kepala ... 27
c. Bantingan Pinggang ... 27
d. Tarikan Lengan ... 28
e. Kayang ... 29
f. Susupan Pinggang ... 30
2. Teknik Bawah ... 31
a. Gulungan ... 31
b. Angkatan ... 33
F. Karakteristik Gaya Romawi Yunani ... 34
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 39
A. Metode Penelitian ... 39
B. Populasi dan Sampel ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 40
C. Langkah-Langkah Penelitian ... 41
D. Instrumen Penelitian ... 42
1. Alat-Alat ... 43
2. Observer dan Tata Cara Pelaksanaan ... 43
E. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Observasi ... 45
F. Prosedur Pengolahan Data ... 45
1. Menghitung Nilai Rata-Rata ... 45
2. Penentuan Persentase ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 48
A. Hasil Pengolahan Data ... 48
1. Bantingan Lengan ... 49
2. Bantingan Kepala ... 53
3. Tarikan Lengan ... 54
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Diskusi Penemuan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1. Kelas Resmi Kategori Senior ... 25
3.1. Tabel Peringkat 1-3 Kejurnas Senior 2014 ... 41
3.2. Scorring Sheet Serangan Gulat ... 42
3.3. Lembar Rekapitulasi ... 43
4.1. Tabel Peringkat 1-3 Kejurnas Senior 2014 ... 45
4.2. Bantingan Lengan ... 46
4.3. Bantingna Kepala ... 50
4.4. Tarikan Lengan ... 51
[image:10.595.118.499.169.358.2]Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
[image:11.595.113.510.165.718.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Denah Matras Pertandingan Gulat ... 10
2.2. Tata Letak untuk Ordered Hold Dalam Gaya Romawi-Yunani ... 12
2.3. Single One-piece Standar FILA ... 12
2.4. Pelindung Telinga ... 13
2.5. Sepatu Gulat ... 14
2.6. Rangkaian Gerak Dasar Bantingan Tanpa Ada Lawan ... 27
2.7. Rangkaian Gerak Bantingan Lengan ... 28
2.8. Rangkaian Gerak Batingan Kepala ... 29
2.9. Rangkaian Gerak Bantingan Pinggang ... 30
2.10. Rangkaian Gerak Tarikan Lengan ... 30
2.11. Rangkaian Gerak Kayang dari Arah Depan ... 31
2.12. Rangkaian Gerak Susupan Pinggang ... 32
2.13. Rangkaian Gerak Gulungan Pinggang ... 33
2.14. Grip Gulungan Pinggang ... 34
2.15. Rangkaian Gerak Angkatan ... 35
2.16. Grip Angkatan ... 35
2.17. Posisi Par terre dari arah belakang ... 37
3.1. Langkah-Langkah Penelitian ... 40
3.2. Diagram Batang ... 44
3.3. Diagram Lingkaran ... 44
4.1. Bantingan Lengan yang Dilakukan Setiap Kelas ... 49
4.2. Bantingan Kepala yang Dilakukan Setiap Kelas ... 51
4.3. Tarikan Lengan yang Dilakukan Setiap Kelas ... 53
4.4. Persentase Jumlah Teknik Gagal yang Dilakukan ... 54
4.5. Persentase Jumlah Teknik berhasil yang dilakukan ... 54
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang Masalah
Olahraga gulat sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia, pada
masa setelah perang dunia ke dua olahraga gulat dibawa oleh tentara Belanda
yang pada waktu itu menduduki wilayah Indonesia sebagai negara koloni. Gulat
menjadi olahraga yang digandrungi dan dipertontonkan di pasar malam.
Sebagai salah satu cabang olahraga beladiri asing yang sudah dikenal sejak
lama, kehadiran olahraga gulat belum terlalu dapat dirasakan oleh kebanyakan
masyarakat Indonesia, olahraga gulat masih kalah pamor dengan cabang olahraga
beladiri asing lain yang datang ke Indonesia seperti karate, tae kwon do dan
olahraga asal negeri gajah yang saat ini tengah digandrungi kawula muda yaitu
muay thai. Hal tersebut merupakan pekerjaan rumah yang harus ditanggulangi
oleh semua pihak khususnya para pelaku dan pecinta olahraga gulat, agar kelak
peminat olahraga gulat dapat sejajar atau bahkan lebih diminati dibandingkan
dengan peminat beladiri tae kwon do, karate dan muay thai.
Prestasi yang diraih para pegulat di ajang Internasional juga tidak terlalu
membanggakan, belum ada satu medali pun yang dapat disumbangkan di pesta
olahraga terbesar seluruh dunia yaitu Olimpiade. Hingga saat ini Gulat baru dapat
mencapai level Asia saja, itu pun sudah sekitar 60 tahun yang lalu. Menurut
sejarah yang tercatat, hanya baru dua orang saja orang asal Indonesia yang mampu
mempersembahkan medali di ajang Asian Games, yaitu Rachman Firdaus (kelas
63 kg gaya romawi-yunani) dan Mujadi (Kelas 52 kg gaya romawi-yunani).
Tentunya banyak hal yang perlu di evaluasi dari prestasi yang kurang ini,
salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi adalah melalui latihan yang
sistematis, berulang-ulang dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penerapan prinsip-prinsip dan aspek-aspek
latihan yang meliputi fisik, teknik, taktik, dan mental. Harsono (1988, hlm. 100)
menyatakan bahwa “Untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi semaksimal
mungkin, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara
2
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
mental”. Keempat hal tersebut tentu sangat berkaitan dan tidak dapat dipilah
pilah, sebagai gambarannya yaitu fisik sebagai modal untuk menunjang pelatihan
teknik dan taktik kemudian mental merupakan modal utama untuk
mengaplikasikan teknik dan taktik yang telah dilatih dalam pertandingan.
Setiap cabang olahraga memiliki spesifikasi keterampilan gerak yang
berbeda-beda. Apabila ingin berprestasi dalam olahraga tingkat dunia tentunya
setiap pemain harus memiliki keterampilan yang mahir atau otomatisasi.
Penguasaan teknik dasar yang baik merupakan salah satu faktor penentu dalam
mencapai prestasi seorang atlet. Harsono (1988, hlm. 100) memandang
penampilan atlet sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan suatu teknik, seperti yang
dikemukakannya “Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah
penting oleh karena akan menentukan gerakan keseluruhan”. Dalam olahraga,
teknik adalah gerakan-gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan kegiatan
dalam cabang olahraga. Senada dengaan itu Prawiranegera (1980, hlm. 24)
menambahkan bahwa “Teknik dasar merupakan keterampilan-keterampilan pokok
yang harus dikuasai untuk dapat berprestasi tinggi” penguasaan teknik dasar
menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai untuk mencapai prestasi yang
diinginkan.
Adapun tujuan dilaksanakannya pelatihan teknik agar semakin matangnya
otomatisasi dari gerak dasar dan gerak lanjutan suatu cabang olahraga tertentu.
Seperti yang diungkapkan oleh Giriwidjoyo (2010, hlm. 331) bahwa “Latihan
teknik untuk suatu cabang olahraga prestasi adalah proses menghafal
gerakan-gerakan yang sesuai dengan tuntutan gerak keterampilan cabang olahraga itu”
maka semakin sering suatu teknik dilakukan dengan benar, semakin matang pula
otomatisasi gerak atlet tersebut.
Terdapat tiga tahapan pembelajaran gerak yaitu : tahap verbal-cognitive,
tahap motorik, dan tahap otonomi (Fitts and Posner (1967) dalam Mahendra
(2007, hlm. 234)). Pelatih dituntut untuk mencapai tahapan paling akhir yaitu
tahapan otonomi atau otomatisasi. Dalam olahraga gulat, diperlukan otomatisasi
gerak baik berupa serangan, bertahan, counter-attack (bertahan kemudian
3
pergulatan berlangsung agar meraih kemenangan. Maka latihan teknik sangatlah
perlu dilatih secara terus menerus dan berulang ulang.
Sesuai norma yang berlaku dalam metodologi olahraga yaitu dalam
pelatihan teknik atlet yang berlatih tidak boleh dalam keadaan lelah, karena yang
terjadi dalam pelatihan teknik adalah menggunakan koordinasi syaraf dan otot.
Apabila syaraf dan otot dalam keadaan lelah misalkan karena telah melakukan
pelatihan fisik, maka syaraf dan otot tidak dapat berkoordinasi secara optimal
yang dapat menyebabkan atlet melakukan kesalahan gerak dalam melakukan
pelatihan teknik. Seperti yang diungkapkan Giriwijoyo (2010, hlm. 330)
“yang tidak boleh dilakukan adalah memberi pelatihan teknik (keterampilan) pada orang yang sudah lelah pelatihan fisik, karena otot-otot yang sudah lelah tidak dapat merespon tugas kordinasi secara akurat, sehingga latihan teknik bukannya memantapkan rumusan gerak yang sudah
ada, tetapi bahkan dapat mengacaukannya!”
Rumusan gerak yang sudah direkam secara baik oleh memori atlet dapat
tergantikan oleh memori gerakan yang salah akibat kelelahan yang terjadi, apabila
kesalahan gerak ini dilakukan berulang dalam jangka waktu yang lama, maka
terjadilah handicaping habbits atau kesalahan gerak yang terus berulang-ulang.
Handicaping habbits akan sangat mengganggu performa atlet dalam bertanding,
maka haruslah menjadi catatan khusus bagi pelatih agar norma ini tidak dilanggar
agar tercapainya prestasi yang maksimal.
Gulat diklasifikasikan menjadi tiga gaya yang berbeda, yaitu gulat gaya
romawi-yunani (greco roman), gulat gaya bebas (freestyle) dan gulat putri (female
wrestling). Gaya romawi-yunani memperbolehkan peserta menggunakan lengan
dan tubuh bagian atas untuk saling bergulat, menurut Erawan (2010, hlm.74)
“Dalam gulat gaya romawi - yunani, seorang pegulat dilarang keras menangkap lawan di bawah garis pinggang atau menggaet kaki lawan atau menggunakan
kaki secara aktif untuk melakukan suatu gerakan”. Sebagai hasilnya, terjadi
lebih banyak lemparan, bantingan dan pola-pola serangan yang membentuk suatu
amplitudo dibanding gulat gaya bebas, dengan tujuan keduanya untuk memiting
4
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
dan gerakan take down, dengan pertandingan segera dinyatakan berakhir jika
pegulat memperoleh keunggulan delapan poin.
Bagi para atlet gulat laki-laki di Indonesia, gulat gaya bebas lebih banyak
diminati dibandingkan dengan gaya romawi-yunani. Kebanyakan para pegulat
yang memilih gaya romawi-yunani merupakan pegulat “buangan” yang kalah
bersaing di gaya bebas atau mencari peluang lain untuk meraih prestasi. Salah
satu alasan yang mendasar adalah karena hampir di setiap daerah, klub, dan
perkumpulan gulat di indonesia mengajarkan latihan gaya bebas sebagai latihan
dasar bagi para pemula. Selain itu pada kategori usia dini dan remaja,
pertandingan yang diselenggarakan kebanyakan adalah pertandingan gaya bebas
saja.
Terdapat berbagai macam teknik dasar serangan di dalam gaya
romawi-yunani seperti bantingan tangan, bantingan kepala, bantingan pinggang, susupan
pinggang, kayang depan, tarikan lengan dan teknik variasi lainnya, semua jenis
serangan tersebut dapat digunakan dalam pertandingan gulat sesuai kemampuan
dan spesialisasi masing-masing atlet.
Menurut pengalaman penulis selama menekuni dan menganalisa
pertandingan gulat, walaupun cukup banyak teknik yang dapat digunakan, ada
berapa teknik serangan yang lebih dominan dan paling sering digunakan dalam
pertandingan gulat gaya romawi-yunani, yaitu bantingan lengan, bantingan kepala
dan tarikan lengan. Setelah dilakukan wawancara dengan wakil ketua bidang
pelatihan Pengda PGSI Jabar mengenai hasil pertandingan gulat gaya
romawi-yunani Jabar Open senior 2014 di Bandung, ketiga teknik ini lebih sering
dilakukan karena tingkat keberhasilannya tinggi juga satu sama lain dapat
dikombinasikan menjadi suatu rangkaian serangan.
Hasil pengamatan ini menjadi daya tarik bagi penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul :“Profil Serangan Bantingan Lengan, Bantingan
5
B.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, diberikan identikasi
mengenai masalah yang diteliti. Penulis meneliti mengenai profil berkenaan
dengan teknik bantingan lengan, bantingan kepala dan tarikan lengan yang
dilakukan oleh atlet gulat gaya romawi yunani, untuk membuktikan hasil
pengamatan dalam pertandingan terakhir pada tahun 2014. Populasi penelitian ini
adalah atlet gulat peserta kejuaraan nasional gulat senior kategori gaya romawi
yunani. Sampel penelitian yang dipilih acak oleh penulis adalah atlet kategori
kelas kecil hingga menengah (kelas 54 kg, 59 kg, 66 kg, 71 kg dan 75 kg) dengan
alasan karena pada kelas menengah hingga kelas berat (80 kg, 85 kg, 98 kg dan
135 kg) pertandingan yang terjadi lebih di dominasi dengan pergulatan yang
mengandalkan tenaga, selain itu tingkat persaingannya pun lebih rendah karena
pesertanya cenderung lebih sedikit.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis
uraikan, maka masalah penelitian akan diuraikan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran teknik bantingan lengan yang dilakukan atlet gulat
senior gaya romawi yunani dalam pertandingan?
2. Bagaimana gambaran teknik bantingan kepala yang dilakukan atlet gulat
senior gaya romawi yunani dalam pertandingan?
3. Bagaimana gambaran teknik tarikan lengan yang dilakukan atlet gulat
senior gaya romawi yunani dalam pertandingan?
D.Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui gambaran teknik bantingan lengan yang dilakukan
6
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
2. Untuk mengetahui gambaran teknik bantingan kepala yang dilakukan
atlet gulat senior gaya romawi yunani dalam pertandingan?
3. Untuk mengetahui gambaran teknik tarikan lengan yang dilakukan atlet
gulat senior gaya romawi yunani dalam pertandingan?
4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan
penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengungkap berbagai hal
yang bermanfaat dalam dunia olahraga.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengungkap berbagai hal
secara tepat sasaran, dan bertanggungjawab dalam perkembangan ilmu
pengetahuan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain untuk
mengaplikasikan teori kedalam praktik dengan fakta hasil penelitian tentang
jumlah bantingan lengan, bantingan kepala dan tarikan lengan dalam satu
kategori pertandingan gaya romawi-yunani.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan rujukan bagi
pelatih untuk menentukan dan menerapkan secara tepat tahapan pelatihan dan
program pada periodesasi latihan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam
rangka melakukan peningkatan prestasi, khususnya dalam hal penerapan
pelatihan gaya romawi-yunani.
5. Batasan Penelitian
Agar masalah ini tidak menyimpang dari masalah yang penulis ajukan.
Batasan penelitian ini juga untuk membatasi penelitian agar lebih spesifik, maka
7
1. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mendata jumlah bantingan
lengan, bantingan kepala dan tarikan lengan dalam satu pertandingan gaya
romawi-yunani dalam cabang olahraga gulat.
2. Sumber data adalah atlet gulat gaya romawi-yunani kategori senior.
3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel puposif
atau pemilihan sampel yang dapat mewakili pada setiap kelas pertandingan
gulat gaya romawi-yunani. Sampel purposif (purposive sampling) menurut
Sukmadinata (2012, hlm.254) adalah “sampel yang diperoleh dari pengambilan
sampel sesuai tujuan penelitian”.
6. Batasan Istilah
Guna menghindari kemungkinan terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi beberapa istilah
yang digunakan sebagai berikut:
1. Profil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambaran dan
penjelasan mengenai sesuatu sesuai dengan fenomena yang ada.
2. Bantingan lengan adalah ketika tangan kiri lawan berusaha memegang
bahu, penyerang segera mengait dan masuk ke lengan atas tangan kiri
lawan dan tangan kiri berusaha memegang pergelangan tangan kanan
lawan, ketika kuncian pada lengan atas sudah mengait, penyerang
berputar 180 derajat hingga lawan berada di belakang penyerang.
Tarik kuncian ke depan hingga lawan melayang sampai terjatuh.
(Erawan, 2010, hlm. 79).
3. Bantingan Kepala adalah ketika tangan kiri penyerang menangkap tengkuk
lawan, tangan kanan memegang lengan atas lawan. Kaki kiri penyerang
berada diantara kedua kaki lawan. Dengan berputar 180 derajat
penyerang membelakangi lawannya dan berusaha menekan kepala lawan
hingga terjatuh. Ketika lawan terjatuh, penyerang segera mengunci lawan
(Erawan, 2010, hlm. 78).
4. Tarikan lengan adalah ketika kedua pegulat berdiri saling berhadapan,
8
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
sikut kanan lawan. Tubuh lawan ditarik ke bawah. Penyerang berhasil
menarik dan menjepit sikut kanan lawan untuk kemudian menyerangnya
(Erawan, 2010, hlm. 74).
7. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi yang peneliti ambil dalam penulisan skripsi adalah
sebagai berikut: BAB I Pendahuluan yang didalamnya berisi Latar belakang
masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan
Istilah dan Struktur Organisasi Skripsi. BAB II Kajian Teoritis yang di dalamnya
berisi Hakekat Olahraga Gulat, Perlengkapan Pertandingan, Peraturan
Pertandingan, Kategori Gaya, Usia dan Kelas Pertandingan, Teknik dalam Gaya
Romawi-Yunani, Karakteristik Gaya Romawi-Yunani. BAB III Prosedur
Penelitian yang di dalamnya berisi Metode Penelitian, Populasi dan Sampel,
Langkah-langkah Penelitian, Instrumen Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian,
Prosedur Pengolahan Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Analisis Data yang di
dalamnya berisi Hasil Pengolahan Data, dan Diskusi Penemuan. BAB V.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan, penghitungan, dan penganalisisan data, maka
dapat ditarik kesimpulan rata-rata serangan bantingan lengan, bantingan kepala
dan tarikan lengan gaya romawi-yunani cabang olahraga gulat adalah sebagai
berikut :
1. Teknik bentingan lengan menjadi teknik yang paling sering digunakan dalam
pertandingan dengan total sebanyak 17 kali bantingan lengan dilaukan. Tetapi
tingkat keberhasilan bantingan lengan hanya sekitar 29% .
2. Teknik bantingan kepala menjadi teknik yang memiliki tingkat keberhasilan
paling tinggi yaitu 70%, tetapi hanya sebanyak tujuh kali.
3. Tarikan lengan dilakukan sebanyak sepuluh kali dalam pertandingan dengan
tingkat keberhasilan menghasilkan poin sebanyak 30%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dan
kemukakan, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan
saran sebagai berikut:
1. Bagi para pembina olahraga gulat, khususnya yang berkecimpung di organisasi
gulat nasional hendaknya meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik
dari segi pengetahuan, moral, dan materi demi kemajuan atlet gulat khususnya
gaya romawi – yunani agar meningkatnya prestasi gulat Indonesia di kancah
internasional
2. Bagi para pelatih olahraga gulat, hendaknya menyusun program latihan
dengan mengacu pada pertandingan dan kebutuhan atlet. Selain itu pelatih
haruslah selalu meningkatkan kualitas diri dari segi pengetahuan agar ilmu
yang didapat bisa diterapkan kepada atletnya dengan efektif dan efisien untuk
pencapaian prestasi yang diinginkan atau ditargetkan sebelumnya. Dari hasil
penelitian tingkat berhasilan bantingan kepala dan tarikan kepala lebih tinggi
63
Acil Irawan, 2015
PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI-YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan. Jika ingin ateltnya lebih baik lagi perbesar volume latihan
bantingan kepala, serta perbaiki lagi kemampuan bantingan lengan dan tarikan
lengan agar tingkat keberhasilannya lebih tinggi lagi.
3. Bagi para atlet gulat, senantiasa menjaga dan meningkatkan kemampuan fisik,
teknik, taktik, dan mental. Kemahiran suatu teknik dan kecepatan berfikir pada
saat pertandingan dapat dipertahankan apabila kemampuan fisiknya sangat
baik. Lakukan latihan suatu teknik hingga benar-benar dikuasai berikut dengan
strategi bertading. Saat suatu teknik gagal atau dapat di blok lawan, hendaknya
dipersiapkan satu atau dua opsi lain untuk dieksekusi. Kemampuan fisik dan
pengusaan teknik yang sangat baik dapat meningkatkan kualitas mental atlet
tersebut.
4. Bagi para rekan-rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang
profil pada cabang olahraga gulat, penulis menganjurkan untuk meneliti
teknik-teknik lain pada gaya romawi-yunani ataupun pada gaya bebas putra dan gulat
perempuan agar program latihan disusun sesuai fakta, tidak coba-coba demi
kemajuan gulat Indonesia di tingkat internasional.
5. Bagi para peneliti lanjut yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
penulis, penulis menganjurkan diadakan penelitian lebih lanjut dengan kajian
yang lebih mendalam dan hasilnya dapat diterapkan di dunia kepelatihan,