• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC JUMP TO BOXTERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JANGKIT PADA SISWA SMA NEGERI 2 KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC JUMP TO BOXTERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JANGKIT PADA SISWA SMA NEGERI 2 KENDARI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

[29]

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC JUMP TO BOXTERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JANGKIT PADA SISWA SMA NEGERI 2 KENDARI

Oleh:

Saifu1 dan Abdul Saman2

Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP UHO

Email: abdulsaman@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan plyometric jump to box terhadap

kemampuan lompat jangkit pada siswa SMA Negeri 2 Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 2 Kendari yang berjumlah 978 orang, yang terdiri dari 591 orang putri dan 387 orang putra. Setelah diseleksi berdasarkan variabel kendali maka jumlahnya menjadi 86 orang. Selanjutnya, ditentukan sampel sebanyak 20 orang yang diperoleh dengan teknik random sampling. Sesuai dengan rancangan penelitian ini, sampel terdiri 1 (satu) kelompok yang berjumlah 20 orang. Pelaksanaan program latihan yakni latihan plyometric jump to box prinsip latihan yang diterapkan adalah prinsip kekhususan, dan dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah tes kemampuan lompat jangkit. Dari hasil analisis data dengan menggunakan teknik uji statistic uji-t, diperoleh ada pengaruh yang signifikan, dimana nilai thitung = 2,736 > ttabel = 1,729. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan plyometric jump to box terhadap kemampuan lompat jangkit pada siswa SMA Negeri 2 Kendari.

Kata Kunci: Latihan plyometric jump to box, Kemampuan lompat jangkit

1

Dosen Jurusan Penjaskesrek FKIP UHO

2

Dosen Jurusan Penjaskesrek FKIP UHO PENDAHULUAN

Olahraga merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Dengan adanya prestasi olahraga yang baik, harga diri atau martabat suatu bangsa akan menjadi lebih baik dimata bangsa atau Negara-negara lain. Untuk mencapai hal tersebut, tentu tidaklah mudah dalam meraihnya.

Lompat jangkit merupakan salah satu dalam cabang olahraga atletik dan merupakan salah satu yang diajarkan dalam pendidikan jasmani. Di dalam lompat jangkit ada 5 tahap yang harus dikuasai oleh pelompat, meliputi awalan, jingkat (lompatan pertama), langkah (lompatan kedua), lompatan (lompatan ketiga), dan mendarat. Untuk mendapatkan prestasi yang optimal dalam lompat jangkit harus ditunjang dengan kemampuan fisik yang prima dan penguasaan 5 tahap atau teknik yang baik, karena tujuan lompat jangkit sama dengan lompat jauh yaitu untuk mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya.

Pelaksanaan latihan yang ada di dalam ekstrakurikuler SMAN 2 Kendari kurang memperhatikan faktor kemampuan fisik yang tepat bagi seorang siswa. Selama ini program latihan hanya bertumpu pada latihan teknik tanpa

dibimbing dari dengan latihan fisik, jadi diperlukan latihan yang dapat meningkatkan penguasaan teknik, sekaligus meningkatkan kemampuan fisik yang diperlukan dalam lompat jangkit. Metode yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan lompat jangkit adalah latihan pliometrik.

Tujuan latihan plyometric adalah untuk meningkatkan kekuatan power otot tungkai. Agar latihan dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan maka harus direncanakan dan diprogramkan dengan baik. Bentuk latihan plyometric yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik sekaligus memperbaiki kemampuan melakukan lompat jangkit.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan bentuk latihan

plyometric jump to box.

Latihan plyometricl jump to box merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai pada siswa SMA Negeri 2 Kendari. Selain itu, alasan peneliti menggunakan sekolah tersebut adalah peneliti melihat kemampuan dalam melakukan teknik lompat jangkit masih belum maksimal, hal ini terlihat siswa masih sering ragu dalam melakukan tahap 3 kali jingkatan sebelum melompat ke bak pasir. Kemudian, kurangnya semangat siswa dalam melakukan lompatan. Penyebab lainnya berasal dari

(2)

guru yang cenderung langsung mengadakan pemanasan dan melakukan praktek lompat jangkit tanpa memberikan motivasi, penjelasan tentang otot-otot yang bekerja saat melakukan lompat jangkit dengan benar. Selain itu juga, guru tidak menjelaskan otot-otot yang harus dilatih guna menghasilkan lompatan yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul pengaruh latihan plyometric jump to box terhadap kemampuan lompat jangkit Siswa SMA Negeri 2 Kendari.

TINJAUAN PUSTAKA

Hakekat Latihan Plyometric Jump To Box

Plyometric berasal dari kata “plyethyein”

(Yunani) yang berarti untuk meningkatkan, atau dapat pula diartikan dari kata “plio” dan “metric” yang artinya more and measure, respectively yang artinya penguluran (Radcliffe and Farentinos, 1985). Plyometric merupakan suatu metode untuk mengembangkan explosive power, yang

merupakan komponen penting dalam pencapaian prestasi sebagian atlet (Radcliffe and Farentinos, 1985). Chu (1992) menyatakan bahwa plyometric adalah suatu metode latihan yang menitikberatkan gerakan-gerakan dengan kecepatan tinggi,

plyometric melatih untuk mengaplikasikan

kecepatan pada kekuatan.

Latihan pliometrik akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi prinsip-prinsip latihan yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan pliometrik harus memperhatikan pedoman-pedoman khusus yang mempengaruhi terhadap keberhasilan latihan.

Bentuk latihan plyometric ada bermacam-macam. Menurut Radcliffe dan Farentions (1985) bentuk latihan plyometric dapat meningkatkan

explosive power dengan pembagian latihan untuk

meningkatkan leg dan hips (bound, hops, jump,

leaps, skips dan ricochets), trunk (kips, swings, twists, flexion, dan extension) dan upper body

(presses, swings, dan throws).

Latihan jump to box yaitu dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu, kemudian melakukan lompatan ke depan dengan mendarat di atas box. Kemudian lompat ke bawah lagi dan lompat ke box dan seterusnya. Dapat juga dilakukan

dengan fariasi lainnya akan tetapi mendarat pada dua kaki, badan harus tetap pada garis lurus. Latihan ini merangsang otot untuk berkontraksi lebih sering baik saat memanjang (eccentric) maupun saat memendek (concentric). Dilihat dari bentuk latihannya, latihan ini cocok untuk meningkatkan kemampuan lompat jangkit.

Prinsip-prinsip latihan yang diterapkan pada latihan plyometric, menurut Sarwono & Ismaryanti (1999) antara lain:

1. Memberi regangan (stretch) pada otot

Tujuan dari pemberian regangan yang cepat pada otot-otot yang terlibat sebelum melakukan kontraksi (gerak) secara fisiologis untuk :

a. Memberi panjang awal yang optimum pada otot b. Mendapatkan tenaga elastis

c. Menimbulkan reflek regang

Maksud dari pemberian regangan pada otot sebelum berkontraksi adalah untuk memberikan panjang awal yang optimum pada otot untuk berkontraksi. Panjang awal yang optimum pada otot adalah pada saat otot dalam keadaan panjang istirahat (resting length). Dalam keadaan panjang istirahat, sarkomer mampu menimbulkan daya kontraksi terbesar (Guyton, AC, 1986 dalam Wibintoro, 2009). 2. Beban lebih yang meningkat

Latihan plyometric harus menerapkan beban lebih (overload) dalam hal beban atau tahanan (resistive), kecepatan (temporal) dan jarak (spatial). Tahanan atau beban yang overload biasanya pada latihan plaiometrik diperoleh dari bentuk pemindahan dari anggota badan atau tubuh yang cepat, seperti menanggulangi akibat jatuh, meloncat, melambung, memantul dan sebagainya.

3. Kekhususan latihan (specifity training)

Latihan pliometrik harus menerapkan prinsip kekhususan, yaitu :

a. Kekhususan terhadap kelompok otot yang dilatih atau kekhususan neuromuscular.

b. Kekhususan terhadap sistem energi utama yang digunakan.

c. Kekhususan terhadap pola gerakan latihan (Wibintoro, 2009).

Latihan

a. Pengertian Latihan

Menurut Tjalik Soegiarto (2002) latihan merupakan proses yang sistematis dari berlatih, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian meningkat dengan metode yang memiliki tujuan.

(3)

[31] kearah yang lebih baik, yaitu meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas psikis seseorang. Latihan adalah aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan (Bompa, 1994).

Menurut Sukadiyanto (2005) latihan proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan teori dan praktik, menggunakan metode, dan aturan, sehingg dapat tercapai tepat pada waktunya.

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Menurut Sudwarjo (1993) menyatakan bahwa, prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet. Sedangkan dalam pemberian beban latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan beban latihan. Berkaitan dengan prinsip latihan Nosseck (1982) menyatakan bahwa prinsip-prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya digunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik.

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat di capai secara optimal, hendaknya di terapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Dalam pemberian beban latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan. Menurut Harsono (1988 ) prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan meliputi; “(1) prinsip beban lebih (overload

principle), (2) prinsip perkembangan menyeluruh,

(3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individualisasi”. Sedangkan menurut Bompa (1990) prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan meliputi: “(1) prinsip aktif dan bersungguh-sungguh saat berlatih, (2) prinsip pengembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prisip individual, (5) prinsip latihan bervariasi, (6) prinsip modeling adalah proses latihan”.

Hakekat Lompat Jangkit a. Pengertian Lompat Jangkit

Lompat jangkit disebut juga dengan lompat jingkat atau lompat tiga (triple jump). Istilah lompat tiga, bukan berarti gerakannya hanya terdiri tiga gerakan melompat saja yang dilakukan secara berturut-turut. Akan tetapi gerakan sebenarnya terdiri atas berjingkat (hop), melangkah (Step), dan melompat (jump). Itulah sebabnya lompat jangkit atau lompat tiga disebut pula “hop-step-jump”. Dalam hal ini, Aip Syarifuddin (1992) menyatakan “lompat jangkit adalah suatu bentuk gerakan lompat yang merupakan rangkaian urutan gerak yang dilakukan dengan berjingkat, melangkah, dan melompat dalam usaha mencapai gerak sejauh-jauhnya”. Sedangkan menurut Mochamad Djumidar A. Widya (2004) menyatakan bahwa, lompat jangkit adalah rangkaian suatu gerakan lari, lompat dengan suatu gerakan yang cepat dari lompatan-lompatan atau tumpuan yang telah ditentukan yaitu dua kali jingkat yang sama dan satu kali kaki dengan gerakan yang tidak terputus.

b. Teknik Lompat Jangkit

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan pada suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga atau dengan kata lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.

Teknik lompat jangkit merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jangkit terdiri dari beberapa bagian yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Menurut Gerry A. Carr (2000) menyatakan bahwa “ dalam lompat jangkit sangat dituntut pada kemampuan memantul yaitu kemampuan untuk melompat, mendarat, dan melompat lagi”. Sedangkan Menurut Aip Syarifuddin (1992) menyatakan bahwa “lompat jangkit dapat dibagi tiga ke dalam berjingkat (hop), melangkah (step), dan melompat (jump)”. Selain itu juga Eddy Purnomo (2007) menyatakan “faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai prestasi lompat jangkit adalah awalan, gerakan jingkat (hop), gerakan langkah (step), gerakan lompat

(4)

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan bahwa, teknik lompat jangkit terdiri lima tahapan yaitu awalan, jingkat (hop), langkah

(step), melompat (jump), dan mendarat. Kelima

tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan atau menggunakan suatu gejala yang disebut latihan. Dengan latihan yang diberikan tersebut, akan terlihat hubungan sebab-akibat sebagai pengaruh dari pelaksanaan latihan.

Rancangan penelitian ini adalah menggunakan teknik randomized pre-test post-test

one group design”. Pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian

hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingakn dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2007).

Tes dilakukan di SMA Negeri 2 Kendari. Sebelum tes dimulai, tester, terlebih dahulu

melakukan pemanasan, setelah melakukan pemanasan barulah tester melakukan tes kemampuan lompat jangkit.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

a. Deskripsi Kemampuan melakukan Lompat Jangkit

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kemampuan lompat jangkit siswa, diketahui:

a. Rata-rata kemampuan melakukan lommpat jangkit siswa SMA Negeri 2 Kendari pada

pre-tes adalah 8,36 dengan standar deviasi 0,64.

b. Rata-rata (Mean) kemampuan lompat jangkit siswa SMA Negeri 2 Kendari pada post-test adalah 8,88 dengan standar deviasi (SD) adalah 0,62.

c. Kemampuan maksimal lompat jangkit siswa SMA Negeri 2 Kendari pada pre-test adalah 9,82 dan kemapuan minimal 7,44.

d. Kemmpuan maksimal lompat jangkit siswa SMA Negeri 2 Kendari pada post-test adalah 10,10 dan kemampuan minimal 7,84.

Tabel 4.1 Deskripsi kemampuan melakukan lompat jangkit pada pre-test dan post-test

Kelompok

Kemampuan Lompat Jangkit Min (m) Max (m) Mean S S 2 Pre-test 7.44 9.82 8.36 0,64 0,41 Post-tes 7.84 10.10 8.88 0,62 0,39

b. Uji Homogenitas Varians Data

Untuk menguji varians atau homogenitas dari populasi diambil menjadi sampel, digunakan rumus sebagai berikut:

F =

Terkecil Varians

Terbesar Varians

Diketahui nilai Varians antara pre-test (X1)

dan post test (X2) adalah:

S12 = 0,41 S22 = 0,39

Dengan demikian nilai varians antara data

pre test (X1) dan post test (X2), maka pengujian

dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: F = Terkecil Varians Terbesar Varians F = 38 , 0 41 , 0 F = 1,07

Perhitungan di atas diperoleh nilai Fhitung (Fh)

Sebesar 1,07 dan Ftabel pada α = 0,05; dk penyebut 20

dan dk pembilang 20 ditemukan nilai sebesar 2,12. Jadi Fh < dari Ft (Fhitung = 1,07 < Ftabel = 2,12). Pada

kriteria pengujian menyatakan bahwa jika Fhitung <

Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan melakukan lompat jangkit memiliki kesamaan varians atau data berasal dari populasi yang homogen. Sehingga memenuhi syarat untuk dilanjutkan dengan uji-t.

(5)

[33] c. Uji Hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis penelitian yang diajukan, digunakan rumus uji statistik (uji-t):

t

=

S

x1x2 =

)

=

=

=

=

0,63

t = t = t = t = t = t = 2,736

Dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung dengan ttabel

dengan ketentuan :

- Jika = thitung < = ttabel maka H0 diterima dan H1

ditolak

- Jika = thitung > = ttabel maka H0 ditolak dan H1

diterima

Hasil pengujian diperoleh thitung = 2,736.

Nilai ttabel dengan taraf kepercayaan = 0,05; dk (n -

1) = 20 – 1 = 19 diperoleh harga sebesar 1,729 dengan demikian thitung > ttabel (thitung = 2,736 > ttabel

= 1,729). Berdasarkan kriteria pengujian bahwa : jika thitung pada α = 0,05 dk = 19, maka dapat

dinyatakan ada pengaruh latihan plyometric jump to

box terhadap kemampuan melakukan lompat jangkit

siswa SMA Negeri 2 Kendari.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan lompat jangkit pree-test = 8,36 m, dan pada post-test = 8,88 m. Ini menunjukan bahwa latihan pliometrik jump to

box yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan

lompat jangkit siswa.

Peningkatan kemampuan lompat jangkit diakibatkan oleh meningkatnya kemampuan otot betis (M. Gastronemis, M. Soleus ekstentsor halusis longus, ekstensor digitorum longus) dan otot pada tumit dengan perantara urat keting, baik peningkatan unsure kekuatan maupun daya ledak otot tungkai bawah. Selain itu juga diakibatkan oleh menguatnya otot persendian atau pergelangan kaki. Meningkatnya kemampuan unsur kondisi fisik tersebut tidak terlepas dari pengaruh latihan jump to box yang diberikan secara teratur dan sistematik. Peningkatan kekuatan pada otot dan sendi yang terlibat dengan sendirinya akan meningkatkan kemampuan melakukan lompat jangkit.

Kenyataan ini menunjukan bahwa kelompok yang diberi perlakuan yang sesuai dengan unsur kondisi fisik yang dibutuhkan, dalam hal ini latihan

jump to box akan memberikan konstribusi yang

signifikan terhadap kemampuan lompat jangkit. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa latihan plyometric jump to box berpengaruh positif terhadap kemampuan lompat jangkit siswa SMA Negeri 2 Kendari.

Berdasarkan hasil uji-t dan post-test kelompok eksperimen menunjukan bahwa ada pengaruh dari latihan jump to box terhadap kemampuan melakukan lompat jangkit dimana Thitung

= 2,736 > ttabel (19:0,05) = 1,729. Hasil ini

menunjukan bahwa antara pree-test dan post-test mengalami peningkatan kemampuan melakukan lompat jangkit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Harsono (1989), menyatakan bahwa latihan fisik pada prinsipnya adalah sesuatu proses yang sismetris dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan menambah jumlah beban latihan serta intensitas lainnya.

Implikasi Hasil Penelitian dengan Pendidikan Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam bidang olahraga itu sendiri khususnya kepada siapapun yang berprofesi

(6)

sebagai tenaga olahraga seperti pelatih dan instruktur olahraga pada cabang atletik lompat jangkit. Bagi pelatih cabang olahraga atletik bisa memberlakukan program latihan seperti ini kepada atletnya sebagai kombinasi dari program-program latihan yang sudah ada sehingga atlet tidak merasa bosan. Hal ini juga sesuai dengan salh satu prinsip latihan yaitu prinsip variasi.

Penulis menyarankan agar dalam proses belajar mengajar bagi guru dapat berjalan dengan baik dan lancer pada materi Lompat Jangkit kiranya hasil penelitian ini bisa menjadi pertimbangan dalam memberikan tugas-tugas kepada siswanya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan 0,05, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: ada pengaruh latihan plyometric jump to box terhadap kemampuan lompat jangkit siswa SMA Negeri 2 Kendari di mana thitung = 2,736 > ttabel 1,729.

b. Saran

Hasil penelitian ini, membuktikan bahwa dengan memberikan latihan jump to box secara teratur dapat meningkatkan kemampuan lompat jangkit. Adapun hal-hal yang dapat penulis sarankan adalah sebagai berikut:

1. Disarankan kepada para pelatih dan Pembina khususnya olahraga lompat jankit kiranya dapat menerapkan latihan jump to box sebagai salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan lompat jangkit.

2. Disarankan kepada peneliti lain, kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan bentuk-bentuk latihan lain yang turut mempengaruhi peningkatan kemampuan melakukan lompat jangkit.

3. Kepada mahasiswa dapat menjadikan rujukan ilmiah dalam menambah wawasan ilmu keolahragaan maupun ilmu kependidikan sebagai guru maupun pelatih.

DAFTAR PUSTAKA

A, Carr Gerry. 2000. Atletik untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bompa, Tudor O.,1990. Theory and Methodology of

Training; the Key to Athletic Performance.

Dubuque, Iowa: Kendall / Hunt Publishing Company.

Bompa, Tudor. O 1994. Power Trining For Sport :

Plyometrics For Maximum Power

Development. Canada : Coaching

Association of Canada Publishing.

Eddy Purnomo. 2007. Pedoman Mengajar Dasar

Gerak Atletik.

Chu, Donald A. 1992. Jumping Into Pliometris,

California : Leisure Press Champaign, Illinois

Harsono. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mochamad Djumidar A. Widya 2004 Belajar

berlatih gerak-gerak dasar atletik dalam bermain. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Nosek Josef, 1982. General Theory of Training, Lagos National Institut For Sport. Pan Africa Press.

Sarwono & Ismaryati. 1999. Laporan Penelitian Pengaruh Metode Kombinasi Latihan Sirkuit Pliometrik, Berat Badan dan Waktu Reaksi Terhadap Kelincahan. Surakarta:FKIP UNS

Soegiarto, Tjalik 2002. Fisiologi Olahraga.Yogyakarta: FIK UNY.

Sudjarwo.1993. Kepelatihan Dasar. Surakarta : UNS Press.

Sugiyono. 2007. Populasi dan Sampel. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukadiyanto 2005. Pengantar Teori dan Metodologi

Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK.UNY.

Syarifuddin, Aip, 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud Wibintoro, G. 2009. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Dengan Istirahat 1: 5 dan Istirahat 1 : 10 Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Pada Pemain Putri Usia 10-14 Tahun Club Bola Voli Vita Surakarta. Skripsi. Universita Sebelas Maret.

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi kemampuan melakukan lompat jangkit pada pre-test dan post-test

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah penilaian positif terhadap diri sendiri mengenai kemampuan yang ada dalam dirinya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam, Rosidawati, Riasmini, dan Suryati (2012), caregiver lansia terutama keluarga yang berusia sekitar 21-40

joint Intact Intact Disrupted Disrupted or slight or slight vertical vertical separation

Informasi yang cepat dan menjangkau semua kalangan dan mudah digunakan baik yang dekat (pulau jawa) maupun yang jauh (luar pulau jawa) sangat dibutuhkan dalam ruang lingkup

Penelitian tersebut sejalan dengan pendapat (Ansauri, 1998: 210) berpendapat bahwa usaha untuk mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan, supaya sesuai

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

Kegiatan pelatihan peningkatan penggunaan media pembelajaran berbasis TIK dengan pola panyajian saintifik ini direncanakan akan dilaksanakan di SMK Budhi Warman II Jakarta

Industri objek wisata di Kabupaten dan Kota Bogor pada umumnya memiliki strategi yang sama yaitu dengan menarik pasar pengunjung dari Jabodetabek dan