• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN DOUBLE LEG BOUND TERHADAPPENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM OLAHRAGA KARATE PADA MAHASISWA JURUSAN PKO UNG ANGKATAN 2013 PUTERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN DOUBLE LEG BOUND TERHADAPPENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM OLAHRAGA KARATE PADA MAHASISWA JURUSAN PKO UNG ANGKATAN 2013 PUTERA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN DOUBLE LEG BOUND TERHADAPPENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM OLAHRAGA KARATE PADA MAHASISWA

JURUSAN PKO UNG ANGKATAN 2013 PUTERA

(Marwanto Kadir, Nurhayati Liputo, Edy Dharma P. Duhe)

marwantokadir@yahoo.co.id Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak : Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah power otot tungkai yang kurang maksimal untuk performa bagi atlet karate pada umumnya dan bagi mahasiswa Jurusan PKO UNG angkatan 2013 putera pada khususnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan double leg bound terhadap peningkatan kemampuan

power otot tungkai dalam olahraga karate pada mahasiswa

jurusan PKO UNG angkatan 2013 putera. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 101 orang sedangkan jumlah sampel berjumlah 30 orang yang di saring secara random degan menggunakan rumus slovin dengan taraf kesalahan 0,15. Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test and post-test design. Sedangkan data dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan post-test dengan Standing Board Jump (lompat jauh tanpa awalan). Kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik uji t. Berdasarkan hasil pengujian dari variabel power otot tungkai diperoleh nilai hitung atau thitung = 9,68 dan tdaftar = 2,04. Ternyata harga thitung telah berada di dalam daerah penerimaan HA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HA diterima dan

tidak dapat menerima H0. Jadi dapat disimpulkan berarti

pelatihan double leg bound memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai dalam olahraga karate. Kata Kunci: Latihan Double leg bound, Power otot tungkai,

olahraga karate

PENDAHULUAN

Olahraga karate adalah olahraga yang mempertandingkan kumite (tanding) dan kata (jurus). Khusus bagi atlet karate pada kategori kumite. Groser, dkk (dalam Kadir, 2012: 02)

(2)

mengklasifikasikan kompunen kondisi fisik yang terkait di dalamnya yakni meliputi kecepatan reaksi, kekuatan yang cepat, daya tahan kekuatan, kelincahan, daya tahan

aerobic dan anaerobic. Dengan meningkatkan kondisi fisik yang dibutuhkan dalam

olahraga karate, tujuan untuk meningkatkan sebuah prestasi tanah air akan mudah di dapatkan.

Double Leg Bound diangkat karena melihat dari segi analisis gerak bertujuan untuk

meningkatkan power otot tungkai karena ada unsur dorongan dengan tungkai dengan cepat dan kuat dengan arah horizontal. Di sini peneliti akan melihat sejauh mana peningkatan yang akan di hasilkan oleh bentuk pelatihan ini.

KARATE

Karate merupakan ilmu seni beladiri yang merupakan gerakan yang bertujuan untuk melindungi diri secara terstruktur. Hal ini serupa dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ben Haryo, (2005: 1) “Ilmu Beladiri” merupakan “suatu metode yang terstruktur, yang digunakan oleh seorang manusia yang melindungi dirinya dari serangan manusia lain”.

Seperti halnya beladiri lain, dalam karate proses latihannya di bagi beberapa bagian. Seperti yang diungkapkan oleh Matsuzaki, (2006: 42 dan 48), Terdapat beberapa bentuk pelatihan dalam karate yang umumnya digunakan di masing-masing dojo. Beberapa bentuk pelatihan dimaksud diantaranya, Kihon (teknik dasar), Kata (Jurus) dan Kumite (perkelahian/tanding)

Karate adalah seni beladiri yanag berasal dari Jepang, seni beladiri ini dibawa masuk ke Jepang melalui Okinawa. Karate pertama kali disebut “Tote” yang berarti tangan China. Saat karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang sedang tinggi-tingginya sehingga

Tote (tangan China) oleh Sensei Gichin Funakosi diubah dalam kanji Jepang menjadi

“Karate” (tangan kosong) agar muda di terima oleh masyarakat Jepan. Karate terdiri dari dua kata yaitu “kara” dan “te”, kara artinya kosong dan te artinya tangan, sehingga dapat di artikan Tangan Kosong, Simanjuntak, (dalam Marsa 2011: 105).

Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang dikemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Buddha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang

(3)

pergi ke Cina lalu kembli ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina, Feri Kurniawan, (2012: 162).

Karate jangan hanya dipandang sebagai suatu keterampilan teknik pertarungan semata, karena pada hakikatnya karate memiliki makna jauh melebihi sekedar teknik membela diri. Karate adalah suatu cara menjalankan kehidupan yang tujuanya adalah memberi kemungkinan bagi seseorang agar mampu menyadari daya potensi dirinya, baik secara fisik, maupun yang menghubungkan dengan segi mental dan spritual. Kalau karate mengabaikan sisi spritual, maka sisi fisik menjadi kurang bermakna, Sajoto (dalam Marsa, 2011: 106).

Kata „karate‟ berarti “tangan kosong”. Seperti namanya itu adalah seni pertempuran tidak menggunakan senjata, Abdul Wahid (Dalam Ardi, 2012: 6) mendefinisikan bahwa: “karate merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat timur”. Karate-do merupaka seni beladiri yang aslinya berasal dari daerah Okinawa, kemudian dimodifikasi dan diubah menjadi suatu jalan kehidupan (way of life) oleh Gichin Funakosi.

Dengan demikian karate dapat diartikan sebagai seni beladiri dengan tangan kosong. Karate adalah falsafah hidup yang berkembang melalui Pelatihan fisik, pelatihan teknik-teknik dasar karate serta mental atau disiplin. Latihan fisik dalam karate akan mencakup peningkkatan kardiovaskular, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan otot, koordinasi gerakan dan mental. Oleh karena itu untuk mencapai prestasi pada cabang olahraga karate faktor kondisi fisik, teknik dasar, mental sangat perlu untuk dilatih secara sistimatis.

Plyometric

Latihan plyometric merupaakan latihan yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan yang cepat. Hal ini diperkuat oleh Chu, (dalam James C. Radclieffe & Robert C. Faretinos 2002: 2). Plyometric adalah pelatihan teknik yang digunakan oleh atlet di semua

jenis olahraga untuk meningkatkan kekuatan dan meledak-ledak. Latihan plyometric adalah salah satu latihan yang favorit yang dilakukan oleh pelatih saat ini, terutama cabang olahraga yang membutuhkan daya ledak otot tungkai atau otot lengan, sejarah latihan ini

(4)

dimulai pada tahun 1960 Yuri Veroshanki pelatih atletik asal rusia menggunakan metode latihan plyometric kepada atlet lompatnya dan mengalami kesuksesan yang luar biasa dipertandingan.

Plyometric mulai menjadi perhatian sejak 1972 ketika Olimpiade Munich, Jerman

Barat. Negara Rusia dengan Valery Borzov menang pada nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 10 menit dan menang dinomor lari sprint 200 meter, kemenangan tersebut karena kontribusi metode latihan plyometric. Yang pada akhirnya Yuri Veroshanki dipanggil sebagai ”bapak” penelitian plyometric.

Terminologi plyometric pertama kali munculkan pada tahun 1975 oleh Fred Wilt salah seorang pelatih atletik warga negara Amerika. Istilah ”Plyometrics” adalah sebuah kombinasi kata dari bahasa latin, yaitu ”Plyo” peningkatan dan ”Metrics” ukuran, maka

plyometric memiliki arti peningkatan yang dapat diukur. Chu, (dalam James C. Radclieffe

& Robert C. Faretinos 2002: 3). Meskipun istilah itu dikenalkan sejak pertengahan tahun 1960 atau 1970an tapi Bompa menyatakan bahwa latihan plyometric sudah ada dalam jangka waktu yang lama. Hal ini bisa kita ketahui bahwa anak-anak didunia pernah melakukan lompat tali atau scotch, yang bentuk-bentuk gerakannya sama seperti

plyometric. Plyometric adalah latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan

gerakan, kecepatan, dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang eksplosive. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosive.

James C. Radcliffe dan Robert C. Farentinous. (2002: 2). menyatakan latihan

plyometric adalah latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat

yang merupakan respon dari pembebanan dinamik atau peregangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat. plyometric juga disebut reflek regangan atau reflek miotatik atau reflek pilinan otot. Chu (1994: 18) mengatakan bahwa latihan plyometric adalah latihan otot yang memungkinkan untuk mencapai kekuatan dan waktu yang semaksimal mungkin.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa latihan plyometric adalah metode latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan

isometrik dan isotonik (eksentrik-konsentrik) yang menggunakan pembebanan dinamik.

Regangan yang terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang memungkinkan otot-otot untuk mencapai kekuatan maksimal dan waktu

(5)

sesingkat mungkin. Konsep latihan plyometric menggunakan regangan awal pada otot secara cepat sebelum kontraksi eksentrik pada otot yang sama. Radcliffe dan Farentinos membagi latihan plyometric menjadi tiga kelompok yaitu, (1) Latihan untuk anggota gerakan bawah (pinggul dan tungkai), (2) Latihan untuk batang tubuh, dan,(3) Latihan untuk anggota gerak atas.

Power Otot Tungkai

Pencapaian sebuah prestasi seorang atlet harus dituntut power otot tungkainya agar dapat menampilkan performanya dalam pertandingan. Apalagi untuk cabang olahraga karate yang menggunakan power otot tungkai pada hampir semua teknik gerakan. Budiarta, (2010: 18) mengemukakan kemampuan daya ledak/power yang baik sangat menentukan seorang untuk mencapai prestasi optimal, terutama daya ledak otot tungkai, karena otot-otot tungkai merupakan pusat gerak yang utama bagi tubuh secara keseluruhan. Jika power otot tungkai lemah tidak mungkin seseorang dapat mencapai prestasi yang optimal.

Olahraga karate adalah olahraga yang memerukan gerakan eksplosif pada tungkai. Sujoto, (1988: 55) mengemukakan bahwa daya ledak atau power adalah kemampuan melakukan gerakan secara eksplosive. Power adalah hasil perkalian maksimal (force) dengan waktu pelaksanaan tersebut (P = F x T).

Melakukan serangan dengan bergerak maju kedepan yang dilakukan dengan cepat, karena adanya gerakan menolak matras oleh ujung kaki terhadap matras yang dilakukan dengan mengais. Untuk mencapai kecepatan yang maksimum diperlukan power otot tungkai. Power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan dan merupakan dasar dalam setiap melakukan aktifitas, Petunjuk Praktikum Fisiologi, (2009: 45)

Refiater, (2012: 674) Power (Daya/tenaga) Adalah kemampuan mengeluarkan kekuatan/tenaga maksimal dalam waktu yang tercepat. Seseorang yang mempunyai tenaga yang besar. 1) Mempunyai kekuatan otot ( Muscular Strength ) yang besar. 2) Mempunyai kecakapan untuk memadukan kekuatan dan kecepatan. 3) Mempunyai kecepatan yang tinggi. Jadi power tidak akan ada tanpa adanya kekuatan dan power juga tidak akan ada jika tidak ada kecepatan karena power merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan. Hal ini diperkuat lagi bahwa power terdiri dari dua komponen yakni, kekuatan dan kecepatan. Keceptan lebih pada kualitas yang di bawah sejak lahir, yang dapat berubah

(6)

sedikit saja dengan melakukan pelatihan. Jadi power dapat meningkat hanya tergantung kepada penambahan kekuatan otot, Refiater (2012: 674)

Yang menentukan kekuatan ledakan otot-otot tungkai adalah luar penampang otot sehingga menyebabkan otot itu ledakannya kuat, Soekarman, (dalam Syahraen, 2011: 7). W Djaja, (dalam Syahraen 2011: 7). salah satu otot yang sangat penting dalam melakukan lompatan dan berlari adalah otot-otot betis (M Tricef surae) otot itu terdiri dari tiga bagian yaitu otot kembar (M Gastrocnemius) dengan dua origo masing-masing pada condyli

medialis dan lateralis famoris, dan satu otot datar (M Soleus) yang beorigo pada bagian dorsal tulang tibia serta (M Plantoris) yang origonnya pada condylus lateralis femoris.

Ketiganya satu tendon bersama yaitu tendon achilles yang melekat pada os calcaneus.

Pelatihan Double Leg Bound

Bentuk pelatihan double leg bound ini dikenal merupakan salah satu pelatihan

plyometric yang tujuannya adalah untuk meningkatkan power otot tungkai. Pelatihan double leg bound ini dilakukan dengan cara meloncat ke depan dan keatas menggunakan

ekstrenitas pinggul dan gerakan lengan untuk mendorong ke depan. James C. Radcliffe & Robert C. Faretinos (2002: 30) Latihan ini adalah untuk mengembangkan power otot-otot tungkai dan pinggul khususnya gluteus, hamstrings, quardiceps, dan gastrocnemius. Otot-otot lengan dan bahu secara tidak langsung ikut terlibat dalam proses pergerakan latihan. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan loncat ataupun lompat, lari, angkat besi dan renang. Karena pelatihan double leg bound ini mudah dilakukan dan bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Gambar 1. Latihan daya ledak otot tungkai dengan Double Leg Bound James C. Radcliffe & Robert C. Faretinos (2002: 30)

(7)

HASIL

Berdasarkan data hasil penelitian yang memiliki varians sampel yang homogen dan berasal dari data sampel yang berdistribusi normal, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji analisis data penelitian eksperimen. Untuk menganalisis data eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test one group design.

Dari hasil pengujian hasil pre-test dan post-test menunjukkan harga thitung sebesar 9,68. Sedangkan dari daftar distribusi diperoleh harga tdaftar 2,04. Ternyata harga thitung telah berada di dalam daerah penerimaan HA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

HA diterima dan tidak dapat menerima Ho. Jadi dapat disimpulkan berarti latihan double leg bound memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai dalam

olahraga karate. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva berikut :

H0

HA HA

-2,04 2.04 9,68

Gambar 2. Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (X1 dan X2)

PEMBAHASAN

Dari uraian para ahli bahwa Bentuk pelatihan double leg bound ini dikenal merupakan salah satu pelatihan plyometric yang tujuannya adalah untuk meningkatkan

power otot tungkai.. Latihan ini diawali dengan pemberian suatu penjelasan tentang latihan double leg bound itu sendiri serta penjelasan tentang proses pelaksanaan test power otot

tungkai dalam hal ini adalah standing board jump dengan baik pada cabang olahraga karate. Selanjutnya peneliti mempraktikkan proses pelaksanaan tes dengan lompat jauh tanpa awalan (standing board jump), setelah itu mahasiswa diberikan kesempatan untuk

(8)

melakukan gerakan yang sudah dicontohkan sebelumnya. Sesuai dengan penerapan konsep latihan yang diberikan kepada mahasiswa jurusan PKO UNG angkatan 2013 putera memberikan hasil peningkatan yang terbukti dengan pengolahan data sebagai berikut.

Berdasarkan hasil penelitian pre-test menunjukkan skor tertinggi 276 dan skor yang terendah 215 sehingga rentangnya 61. Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai rata-rata 242 dan nilai standar deviasi 529,49. Sedangkan pada hasil penelitian post-test menunjukkan skor tertinggi 287 dan skor terendah 225. Sehingga rentangnya 62 Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai rata-rata 261,9 dan standar deviasi 648,35. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini memperoleh peningkatan hasil rata-rata dari tes awal sampai tes akhir.

Untuk pengujian homogenitas data antara hasil penelitian pre-test dan post-test seluruh variabel memiliki varians populasi yang homogen serta memiliki populasi yang berdistribusi normal. Untuk keperluan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji analisis data penelitian eksperimen. Untuk menganalisis data eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test one group design.

Dari hasil pengujian hasil pre-test dan post-test menunjukkan harga thitung sebesar 9,68. Sedangkan dari daftar distribusi diperoleh harga tdaftar 2,04. Ternyata harga thitung telah berada di dalam daerah penerimaan HA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

HA diterima dan tidak dapat menerima Ho. Jadi dapat disimpulkan berarti pelatihan double leg bound memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai

dalam cabang olahraga karate.

SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pembahasan dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis yang berbunyi “terdapat pengaruh yang signifikan pada pelatihan double leg bound terhadap peingkatan power otot tungkai dalam olahraga karate” dapat diterima.

Hal ini terbukti dengan menerapkan bentuk pelatihan double leg bound dan memberikan dampak yang positif dan baik terhadap kemampuan power otot tungkai pada mahasiswa jurusan pendidikan kepelatihan olahragan UNG angkatan 2013 putera serta

(9)

dapat dibuktikan dengan hipotesis statistik dimana double leg bound memiliki pengaruh yang signifikan terhadap power otot tungkai pada cabang olahraga karate.

Dalam pengujian data normalitas yang diperoleh bahwa data variabel hasil power otot tungkai menggunakan instrument standing board jump merupakan data yang berasal dari distribusi normal. Serta dalam pengujian homogenistas data variabel hasil power otot tungkai berasal dari data populasi yang homogen (sama).

SARAN

Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bahwa peningkatan hasil power otot tungkai dalam cabang olahraga karate harus memperhatikan bentuk-bentuk latihan khususnya otot tungkai untuk menciptakan daya ledak otot.

2. Diharapkan dengan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelatih dan atlet serta pecinta cabang olahraga karate dapat menerapkan pelatihan double leg bound yang dapat menghasilkan power otot tungkai yang baik sehingganya secara tidak langsung akan memepengaruhi performa dalam pencapaian sebuah prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arovah I. Novita, (2010) Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cidera Olahraga, Yokyakarta: Jurnal.

Atmasubrata, G. (2012) Serba tahu dunia olahraga, Surabaya: Dafa Publishing

Budiarta, (2010). Pengaruh Pelatihan Plyometrik Lompat Bangku Terhadap Daya Ledak

Otot Tungkai Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha. Jurnal Health &

Sport Vol. 1. No. 1.

Chu D. (1994). Jumping Into Pliomertic. Journal of Sport Science and Medicine

Doria, C., Pietrangole, T., Limonta, E., Veicsteinas, A., Babiloni, C., Eusebi, F., Aschieri, P., Lino, A., & Fano, G. 2007). Energetics of kata and Kumite:

Comparative Aspects. Journal of Sport Science and Medicine)

(10)

Haryo, B. (2005) Seniman Beladiri Martial Art, Jakarta Selatan: Fukada Publications. Kadir, S (2012) Pengaruh Pelatihan Jiyu Kumite Melalui Metode Interfal Terhadap

Kapasitas Aerobik Maksimal dan Kelincahan pada Cabang Olahraga Karate.

Surabaya: Tesis.

Kardjono, (2008) Modul Mata Kuliah Pembinaan Kondisi Fisik, UPI Bandung: Fakultas pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Kurniawan, F. (2012) Buku Pintar Pengetahuan olahraga, Jak-tim: PT Laskar Askara. Tumbal, M.(2011) Perbandingan Front Cone Hops dan lateral Cone Hops Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai, Gorontalo: FIKK Universitas egeri Gorontalo

(UNG)

Maksum, A. (2009). Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: UNESA Press. Matsuzaki, H. (2006). Perjuangan Hidup. Hakikat Kushin-Ryu Karate-Do.

Jakarta: Primamedia Pustaka

Meriki, A. (2012) Pengaru Pelatihan Push up Terhadap Frekunsi Pukulan Gyaku Tsuki, Gorontalo: FIKK Universitas Negeri Gorontalo (UNG)

Nurhasan, (2011) Tips Praktis Menjaga Kebugaran Jasmani, Gresik: Abil Pustaka.

Redcliffe, J.C. & Farentions, R. C. (2002) Pliometrik Untuk Meningkatkan Power, Surakarta: IKOR Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Refiater H, (2012) Hubungan Power Tungkai dengan Hasil Lompat Tinggi, Gorontalo: Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Roesdianto & Budiwanto, S. (2008). Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Malang: Lab IKOR UNM.

Sujoto M, (1988) Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta: P2LPTK Depdikbud Dirjen Dikti.

Syahraen A. (2011). Pengaruh Latihan lag Press Terhadapa Jauhnya Tendangan pada

Permainan Sepak Bola. UNG: Skripsi.

Yunus H. (2001). Diklat Statistika Untuk Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bahan Ajar.

Acuan sistematika penulisan:

UNG. (2013/2014). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah 42

(11)

Gambar

Gambar 1. Latihan daya ledak otot tungkai dengan Double Leg Bound  James C. Radcliffe & Robert C
Gambar 2. Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis (X 1  dan X 2 )

Referensi

Dokumen terkait

Analisis SEM dilakukan dengan cara baja yang direndam selama 6 hari dalam medium korosif HCl 1 N tanpa dan dengan adanya inhibitor 5 g/L serta dengan penambahan

berada dan bertahan dalam dunia sosial, bebas dari bahasa dan budaya. Konsep habitus dalam realitas sosial masyarakat Aceh dengan kewajiban syariat Islam dalam

Kesimpulan penelitian ini para pelaku UMKM merupakan generasi X kesulitan untuk belajar menyesuaikan diri dengan teknologi khususnya pada masa pandemi Covid-19

Dari Gambar 2.1 di atas terlihat bahwa eks-lahan Bandara Polonia kelak akan dikembangkan Pemko Medan menjadi CBD sehingga simultan dengan pembangunan Bandara Medan Baru di Kualanamu -

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah investasi yang dialihkan dan dimiliki serta Nilai Aktiva Bersih setiap

Website yang dibuat adalah berdasarkan dari hasil kuisioner sehingga sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan juga disesuaikan juga dengan kebutuhan perusahaan, dimana website

Lebih dari satu Faktor dibawah rata-rata Faktor Ekonomi dibawah rata-rata Faktor Kesehatan dibawah rata-rata Faktor Pendidikan dibawah rata-rata Tiga Faktor diatas Rata-rata Tidak

Tahapan yang dilakukan untuk mengembangkan dan implementasi data warehouse, teknik data mining dan cross-selling dalam penelitian ini terdiri dari (1) studi literatur, mengumpulkan