SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KOTA BEKASI UNTUK
KANTOR PEMERINTAHAN DAN JALUR TRANSPORTASI KRL
Novarina Fazriany Jurusan Sistem Informasi
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma
scooter_mpi@yahoo.com 28 September 2009
ABSTRAK
Salah satu unsur yang terpenting di dalam perekonomian adalah transportasi, karena transportasi sangat erat kaitannya dengan aktifitas masyarakat khususnya masyarakat di perkotaan. Kota Bekasi adalah salah satu kota di Jawa Barat yang mempunyai angkutan kereta api listrik yang sangat padat. Sebagai jalur kereta api yang juga dilalui oleh kereta api luar kota, jalur KRL kota Bekasi memiliki jadwal yang sangat padat.
Sesuai dengan tujuan pembuatan aplikasi Sistem Informasi Geografis Kota Bekasi ini yaitu untuk merancang suatu model informasi kantor pemerintahan dan jalur transportasi KRL Kota Bekasi yang lebih akurat dengan menggunakan perangkat lunak QuantumGIS.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu unsur yang terpenting di dalam perekonomian adalah transportasi, karena transportasi sangat erat kaitannya dengan aktivitas masyarakat khususnya masyarakat di perkotaan. Tanpa adanya transportasi maka aktivitas atau kegiatan masyarakat menjadi terganggu. Angkutan kereta api listrik adalah salah satu jenis transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat, karena biayanya relatif tidak terlalu mahal dan juga terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
Kota Bekasi adalah salah satu kota di Jawa Barat yang mempunyai angkutan kereta api listrik yang sangat padat. Sebagai jalur kereta api yang juga dilalui oleh kereta api luar kota, jalur Kereta Api Listrik (KRL) kota Bekasi memiliki jadwal yang sangat padat. Sehingga kesulitan yang dialami
masyarakat adalah jadwal kereta api listrik yang tidak dapat diprediksi.
Karena pentingnya informasi mengenai jadwal kereta api listrik di kota Bekasi tersebut, maka kebutuhan akan informasi spasial mengenai jalur kereta api di kota Bekasi merupakan kebutuhan yang sangat penting, salah satu caranya adalah dengan dibuatnya visualisasi jalur kereta api listrik di kota Bekasi.
1.2 Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini pembahasan hanya tentang pemerintahan dan transportasi, yaitu pada keterangan kantor-kantor pemerintahan di Bekasi dan pembuatan visualisasi peta jalur kereta api listrik kota Bekasi yang meliputi informasi mengenai gambaran jalur kereta api listrik di kota Bekasi. 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Informasi Geografis
mempunyai banyak arti. Menurut Simatupang (1995), sistem adalah cara pandang terhadap dunia nyata yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dalam lingkungan yang kompleks, sedangkan menurut Rober dan Michael (1991), sistem adalah suatu kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas.
Menurut Lukas (1993), informasi adalah sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian, sedangkan menurut Edward (1961), informasi adalah data yang telah diorganisir ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, manajer, staf, atau orang lain di dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Perkataan “geografi” berasal dari bahasa Yunani “geographia” yang terdiri dari dua kata, yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti mencitra. Dari asal-usul kata ini diperoleh pengertian secara umum bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra atau menggambarkan keadaan bumi atau mengkaji segala sesuatu yang ada di atasnya seperti penduduk, flora, fauna, iklim, udara, dan keruangan dengan segala interaksinya.
Berdasarkan definisi sistem, informasi, dan geografi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem berbasis komputer yang berisi sekumpulan elemen informasi geografi yang saling berkaitan yang dirancang untuk bekerja dengan koordinat-koordinat geografi untuk menganalisis, menyimpan, dan menampilkan data spasial maupun data non spasial.
Definisi Sistem Informasi Geografis tersebut sesuai dengan definisi SIG dari Chrisman dan Aronoff (1997).
2.2 Model Data SIG
Data dalam SIG dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu data spasial dan data non spasial. Data spasial adalah suatu data dan informasi yang terpaut kepada dimensi ruang. Lokasi keruangan berhubungan dengan tempat dan kedudukan suatu obyek di dalam kerangka tertentu. Sedangkan data non spasial adalah setiap obyek memiliki ciri dasar yang membedakan dengan obyek lain. Atribut adalah uraian dari ciri dasar tersebut untuk tujuan pengenalannya. Termasuk pula disini adalah klasifikasi serta nama-nama tertentu yang digunakan untuk obyek-obyek tertentu. Atribut ini sering disebut sebagai data tematik (data yang menyangkut tema tertentu). Dalam suatu peta, atribut biasanya disajikan sebagai teks atau legenda peta.
2.2.1 Representasi Grafis Suatu Obyek
Informasi grafis suatu obyek dapat dimasukkan dalam bentuk tanpa dimensi, dimensi satu, atau dimensi dua. Bentuk tanpa dimensi sering disebut dengan titik. Titik adalah representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu obyek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol. Sudut properti suatu batas poligon juga merupakan titik, sebagaimana telah umum juga digunakan untuk penggambaran sudut-sudut persil dan bangunan. Apabila titik tersebut mengandung suatu informasi maka titik tersebut disebut entitas titik.
Bentuk representasi dimensi satu sering disebut dengan garis. Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan
untuk merepresentasikan obyek-obyek satu dimensi. Batas-batas poligon juga merupakan garis-garis. Suatu representasi garis juga dapat menyimpan suatu informasi di dalamnya dan disebut entitas garis.
Bentuk representasi dimensi dua dikenal dengan poligon. Poligon digunakan untuk merepresentasikan obyek-obyek dua dimensi. Suatu poligon paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung di antara ketiga titik tersebut. Di dalam basis data, semua bentuk area dua dimensi akan direpresentasikan dalam bentuk poligon. Suatu poligon juga dapat menyimpan kumpulan informasi yang berhubungan dengannya dan poligon tersebut disebut dengan entitas poligon.
2.2.2 Model Data Raster
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur
matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik (di sudut grid (pojok), di pusat grid, atau di tempat yang lainnya).
2.2.3 Model Data Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y).
2.3 Peta
Peta merupakan pengecilan dari sebagian permukaan bumi yang dilukiskan pada bidang datar dengan ukuran geometri dan simbol atau keterangan tertentu. Tidak dapat dipungkiri bahwa fungsi atau manfaat
peta sudah lama dirasakan tidak hanya oleh kalangan disiplin ilmu geografi saja melainkan dari berbagai disiplin ilmu dan masyarakat umum. Peta mempunyai fungsi yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain sebagai alat peraga, alat perancangan, alat analisis dan pelaporan, dan yang terpenting adalah sebagai alat untuk mempelajari hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena geografi di permukaan bumi. Berdasarkan isinya, peta dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu peta umum dan peta khusus (peta tematik).
2.4 Pengukuran untuk Pemetaan Peta
Pemetaan adalah suatu gambaran proyeksi dua dimensi dengan skala lebih kecil, dari suatu bidang tiga dimensi yang mempunyai batas-batas tertentu. Pengukuran untuk pembuatan peta juga biasa disebut pengukuran topografi, atau
pengukuran situasi, atau pengukuran detil, dilakukan untuk dapat menggambarkan unsur-unsur: alam, buatan manusia dan bentuk permukaan tanah dengan sistem dan cara tertentu. Di antara beberapa cara yang dibahas berikut adalah cara offset dan tachymetry.
2.4.1 Pengukuran Pembuatan Peta Cara Offset
Pengukuran untuk pembuatan peta cara offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara rantai (chain surveying).
2.4.1.1 Kerangka Dasar Cara Offset Garis ukur adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik kerangka dasar. Jadi garis ukur berfungsi sebagai "garis dasar" untuk pengikatan ukuran offset.
2.4.1.2 Pengukuran Detil Cara Offset Pengukuran dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Pengukuran detil cara offset cara siku-siku
2. Pengukuran detil cara offset cara mengikat
3. Pengukuran detil cara offset cara kombinasi
2.4.1.3 Ketelitian Pemetaan Cara Offset
Upaya peningkatan ketelitian hasil ukur cara offset bisa dilakukan dengan :
1. Titik-titik kerangka dasar dipilih atau dibuat mendekati bentuk segitiga sama sisi
2. Garis ukur:
a. Jumlah garis ukur sesedikit mungkin
b. Garis tegak lurus garis ukur sependek mungkin
c. Garis ukur pada bagian yang datar 3. Garis offset pada cara siku-siku harus benar-benar tegak lurus garis ukur
4. Pita ukur harus benar-benar mendatar
dan diukur seteliti mungkin
5. Gunakan kertas gambar yang stabil untuk penggambaran
2.4.1.4 Pencatatan Dan Penggambaran Cara Offset
Pengukuran cara offset dicatat ke dalam buku ukur yang tiap halamannya berbentuk tiga kolom. Kolom ke 1 paling kiri, digunakan untuk menggambar sket pengukuran. Kolom ke 2 digunakan untuk mencatat hasil ukuran dengan paling bawah awal garis ukur, dan kolom ke 3 digunakan untuk mencatatat deskripsi garis offset. Tiada bakuan untuk penggambaran cara offset. Penggambaran biasa dibuat dengan urutan pertama penggambaran garis ukur, kedua pengeplotan garis offset yang disertai dengan penyajian penulisan angka jarak ukur tegak lurus arah garis ukur. Sudut disiku diberi tanda siku. 2.4.2 Pengukuran Untuk Pembuatan Peta Topografi Cara Tachymetry
Salah satu unsur penting pada peta topografi adalah unsur ketinggian yang biasanya disajikan dalam bentuk garis kontur. Menggunakan pengukuran cara tachymetri, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh beda tinggi. Bila theodolit yang digunakan untuk pengukuran cara tachymetri juga dilengkapi dengan kompas, maka sekaligus bisa dilakukan pengukuran untuk pengukuran detil topografi dan pengukuran untuk pembuatan kerangka peta pembantu pada pengukuran dengan kawasan yang luas secara efektif dan efisien
2.5 Arc View v3.3
Arc View merupakan salah satu desktop sistem informasi geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental Systems Research
Institute, Inc). Dengan Arc View,
pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan
visualisasi, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap basis datanya baik basis data spasial maupun non spasial, menganalisis secara geografis, dan sebagainya. Arc View memiliki kemampuan-kemampuan seperti pertukaran data dengan perangkat lunak SIG lainnya, melakukan analisis statistik, menampilkan informasi spasial maupun atribut, melakukan fungsi-fungsi dasar SIG, dan membuat peta tematik. 3. Perancangan 3.2.1. Struktur Navigasi Tentang Bekasi Pemand angan Bekasi Tentang Pembuat Home Peta
Gambar 3.1 Struktur Navigasi Campuran
Bantuan
3.2.2. Rancangan Tampilan
Rancangan tampilan diperlukan secara mutlak di dalam proses pembuatan halaman suatu website.
3.2.2.1 Rancangan Halaman Home
Gambar 3.2 Rancangan Halaman Home
3.2.2.2 Rancangan Halaman Tentang Bekasi
Gambar 3.3 Rancangan Halaman Tentang Bekasi
3.2.2.3 Rancangan Halaman Peta
Gambar 3.4 Rancangan Halaman Peta 3.2.2.4 Rancangan Halaman Pemandangan Bekasi TEXT 1 TEXT 1 TEXT 2 Gam bar TEXT 2 Gam bar Menu Menu TEXT 3 TEXT 3
Gambar 3.5 Rancangan Halaman Wallpaper Bekasi
3.2.2.5 Rancangan Halaman Tentang Pembuat
TEXT 1
TEXT 2
Gam bar
Gambar 3.6 Rancangan Halaman About Us TEXT 1 TEXT 2 Menu Gam bar Menu TEXT 3 TEXT 3 TEXT 1
3.3 Pengumpulan Data Spasial dan Nonspasial
Setelah tahap penentuan daerah dan ruang lingkup, serta perancangan web selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya dalam proses perancangan ini adalah tahapan Pengumpulan Data PETA
Gam bar
Menu
Spasial dan Nonspasial. Pengumpulan data tersebut bertujuan untuk menampilkan data-data mengenai informasi geografis yang ingin diperlukan. Data non-spasial yang ditampilkan didapat dari website http://www.kotabekasi.go.id, sedangkan data spasial diperoleh dari hasil scan peta Bekasi serta proses digitasi peta. 4. Implementasi
4.1. Penggambaran Peta
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggambaran peta :
1. Jalankan Quantum GIS-0.9.1. Sehingga akan muncul tampilan awal dari program Quantum GIS. Jika belum terdapat Quantum GIS-0.9.1, maka install-lah software tersebut terlebih dahulu. 2. Pilih Add a vector layer pada
toolbar (atau tekan huruf V pada keyboard) yang berfungsi untuk
memasukkan layer Kota Bekasi dalam format ko_bekasi.shp
3. Setelah memilih layer ko_bekasi.shp yang menampilkan peta Kotamadya Bekasi, kemudian pilih kembali Add a vector layer untuk menampilkan layer jalan dan rel kereta api stasiun kerta api, maka yang perlu dilakukan adalah menambahkan vector layer yang baru dengan tipe titik/point untuk menggambarkan titik stasiun. Langkah yang harus dilakukan adalah memilih New Vector Layer (atau tekan huruf N pada keyboard) 4. Maka akan muncul kotak dialog
yang baru yaitu New Vector Layer 5. Isikan atribut–atribut yang
diperlukan untuk pendefinisian layer tersebut dengan memilih tombol Tambah yang ada pada kotak dialog
New Vector Layer
6. Untuk membuat titik pada peta, maka pilihlah tombol Toggle
polygon.
4.2 Konversi File .shp ke Dalam Format Database PostgreSQL
Setelah semua shape file (*.shp) selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah mengimpor shape file tersebut ke dalam table–table pada Database
PostgreSQL. Langkah-langkah yang harus dilakukan :
1. Jalankan Postgre 8.2 (pgAdminIII), sehingga akan muncul tampilan awal dari PostgreSQL 8.2. Jika belum terdapat PostgreSQL 8.2, maka
install-lah software tersebut terlebih
dahulu
2. Buat database baru bernama dbekasi, dengan mengklik kanan pada
database dan pilih new database.
3. Masukan nilai–nilai berikut : “dbekasi” pada Name, “postgres” pada Owner, “SQL_ASCII” pada Encoding, dan “template_postgis” pada Template.
4. Hubungkan shape file yang telah dibuat ke dalam database dengan membuka QuantumGIS. Pilih
Plugins pada menubar, kemudian
pilih plugin manager. Pada QuantumGIS Plugin Manager
aktifkan checkbox semua plugin yang tersedia, seperti pada gambar di bawah ini, kemudian klik OK.
5. Pilih Import shapefile to postgresql pada toolbar yang berfungsi untuk memasukkan file *.shp ke dalam PostgreSQL.
6. Pilih koneksinya, di kotak pilihan
PostgreSQL Connections.
7. Jika belum terdapat koneksi yang tersedia, maka pilih New.
5. Kesimpulan 5.1 Kesimpulan
Kota Bekasi adalah salah satu kota di Jawa Barat yang mempunyai angkutan kereta api listrik yang sangat padat. Sesuai dengan tujuan pembuatan
aplikasi Sistem Informasi Geografis Kota Bekasi ini, yaitu untuk memberikan informasi tentang kantor pemerintahan dan gambaran jalur transportasi kereta api listrik (KRL) Kota Bekasi yang lebih akurat dengan menggunakan perangkat lunak QuantumGIS. Dengan adanya WebGIS informasi data statistik dapat ditampilkan kepada pengunjung dalam bentuk peta tematik yang lebih menarik untuk dilihat dan lebih mudah untuk dipahami.
5.2 Saran
Dalam pembuatan aplikasi ini masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu pada pembahasan kali ini akan diberikan saran bagi pengembangan dan penyempurnaan selanjutnya. Beberapa kekurangan aplikasi ini diantaranya adalah tidak adanya halaman khusus administrator yang memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengatur dan
menambah letak beberapa objek baru jika diperlukan. Pada aplikasi ini jika pihak yang berwenang akan menambahkan sebuah lokasi baru ataupun mengatur tata letak, maka database dan file *.map perlu diperbaharui secara manual, hal ini memerlukan keahlian khusus yang membuat pihak yang berwenang perlu berhubungan dengan pihak webmaster, dalam hal ini pembuat aplikasi. Oleh karena itu untuk pengembangan aplikasi ini selanjutnya diharapkan adanya sebuah halaman khusus administrator yang memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengelola halaman website secara mudah.
Kekurangan lain pada aplikasi ini adalah tidak adanya fasilitas get direction yang memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan panduan ke tempat tujuan dari lokasi yang diinginkan. Oleh karena itu untuk
pengembangan aplikasi ini selanjutnya diharapkan adanya sebuah fasilitas get direction yang akan memudahkan bagi setiap pengunjung yang akan berkunjung ke suatu tempat yang telah ditentukan. 6. Daftar Pustaka
[1] Budiyanto, Eko, Sistem Informasi
Geografis Menggunakan MapInfo, Andi,
Yogyakarta, 2004..
[2] Prashasta, Eddy, Membangun
Aplikasi Web-based GIS dengan MapServer, Informatika, Bandung,
2006.
[3]URL:http://www.ilmukomputer.com, situs materi ilmu komputer mengenai: Sistem Informasi Geografi. 16 Juni 2008.
[4]URL:http://www.kotabekasi.go.id, situs resmi Pemerintah Kota Bekasi, 6 September 2009.
[5]URL:http://www.satuklik.net,situs biro perjalanan, tiket, dan travel, 6 September 2009.
[6]URL:http://www.bekasijakarta.blogsp ot.com, situs tentang data kecamatan pada Kota Bekasi, 6 September 2009.