Page | 591 ojs-unita.com
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBELAJARAN BANGUN
RUANG KUBUS SISWA KELAS V SDN 104181 MEDAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Rinda Sari Utami Siregar 1), Taruli Marito Silalahi 2)
1
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Sari Mutiara Indonesia Email : [email protected]
2Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Sari Mutiara Indonesia Email : [email protected]
Abstract - This research to find out how students' Mathematics learning outcomes before and after using the Snowball Throwing learning model Against Mathematics Learning Results Class V SDN 104181 Medan. The sampling technique is done by purposive sampling. The sample in this study were students of class V-A and V-B of 104181 Medan Elementary School with 56 students, with details of class V-A totaling 27 students and class V-B totaling 29 students. The research instrument used in data collection is a test in the form of an Essay Test. The number of tests consists of 10 questions that have already been tested for validity and reliability. Then the questions are divided into two parts with details, 5 questions in the pretest and 5 questions in the posttest. From the results of data analysis in the experimental class using the Snowball Throwing Learning Model obtained an average value of the pre test X = 64.07, S2 = 77.85 and S = 8.82 and the average value of post test X = 94, 44, S2 = 78.39 and S = 8.85. An increase in experimental class learning outcomes by 47%. While the analysis of data in the control class using conventional learning obtained the average value of the pre test X = 82.07, S2 = 116.41 and S = 10.79 and the average value obtained posttest (X) = 86.03 , S2 = 85.13 and S = 9.23. An increase in control class learning outcomes by 4.8%. From the results of data analysis that there is a significant effect between the Snowball Throwing learning model rather than conventional learning on mathematics learning outcomes. Judging from the average scores and posttests there was an increase in learning outcomes marked by an increase in the student's average grade.
Keywords: Snowball Throwing Learning Model, Learning Outcomes, Building Material for Cube Space.
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu hal yang penting dalam dunia pendidikan adalah proses pendidikan tersebut. Dalam proses pendidikan formal seperti sekolah proses pembelajaran selalu menjadi titik penting yang
selalu menjadi perhatian pemerintah. Pendidikan di Negara kita saat ini masih belum mencapai sepenuhnya tujuan pendidikan nasional. Seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
Page | 592 ojs-unita.com
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Manawaroh:2014). Namun mutu pendidikan dasar, yaitu sekolah dasar Indonesia masih rendah, apalagi dalam membaca, menulis dan berhitung, terlebih dalam pembelajaran matematika.
Metode pembelajaran matematika yang umumnya digunakan oleh guru matematika adalah metode konvensional ataupun peserta didik dituntut untuk menghafal rumus dan mengandalkan ceramah dan alat bantu utama papan tulis, sehingga peserta didik cenderung pasif dan kurang dilibatkan dalam pembelajaran kelas.
Praktik pembelajaran matematika saat ini masih belum dapat dikatakan sempurna demikian pula yang terjadi di SD Negeri 104181 Medan. Penyebabnya dikarenkan kurang tertariknya siswa untuk mempelajari pelajaran matematika dan ternyata masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas, sehingga banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran matematika dan menganggap belajar matematika itu menjenuhkan dan membosankan sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar.
Dari hasil magang di SDN 104181 Medan peneliti dapat menyimpulkan bahwa model mengajar guru masih menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi atau monoton. Guru lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa merasa jenuh dan pasif. Dan dalam kegiatan belajar siswa cenderung individualis, sehingga banyak siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang melebihi ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan, KKM untuk pelajaran matematika yang
berlaku di SDN 104181 Medan adalah 70. Adapun data yang diperoleh peneliti pada obeservasi awal di kelas V SDN 104181 dilihat dari nilai rata-rata ulangan matematika siswa 26 orang, hanya 10 siswa yang nilainya mencapai KKM dengan rentang nilai 70-100 dengan persentase 38 % dan 16 siswa yang nilainya tidak mencapai KKM dengan rentang nilai 50-69 dengan persentase 62 %. Kemudian setelah diamati dari pemahaman siswa melalui observasi diawal berdasarkan hasil ulangan harian, pembelajaran matematika yang paling sulit untuk dipahami oleh siswa yaitu mengenai materi bangun ruang kubus.
Setelah diamati lebih lanjut, ternyata dalam proses pembelajaran guru berperan lebih aktif daripada siswa. Sebagian besar waktu pelajaran digunakan siswa untuk mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Sehingga dalam mengikuti proses belajar siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, siswa kurang menyenangi pelajaran matematika, siswa sering merasa bosan, siswa cenderung acuh tak acuh pada saat proses belajar, dimana siswa bersikap pasif, malas dan malu bertanya, tidak fokus pada materi yang disampaikan guru. Selain itu guru juga belum menerapkan model atau metode pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa untuk bekerja sama memecahkan permasalahan yang ada pada materi pelajaran. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Cooperative Learning. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran ini adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
Begitu pentingnya keaktifan siswa dalam memecahkan soal matematika pada proses belajar
Page | 593 ojs-unita.com
mengajar hendaknya menjadi perhatian khusus bagi guru, karena seorang guru wajib membimbing kegiatan belajar siswa sehingga siswa mampu memecahkan atau menjawab soal-soal matematika yang ada. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menawarkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika dengan melalui model pembelajaran Snowball Throwing. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Pembelajaran Bangun Ruang Kubus Siswa Kelas V SDN 104181 Medan Tahun Ajaran 2018/2019”.
2. KAJIAN PUSTAKA
Hasil pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran.Wina sanjaya (Istirani 2017:19) mengatakan kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang berhasil. Sebagai kegiatan yang berhasil, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan. Dengan demikian dalam setting pembelajaran, hasil merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan hasil merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran.
Menurut winaputra (Istarani 2017:272) “model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Misalnya, pada model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi, para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar. Sedangkan pada model pembelajaran langsung, siswa duduk berhadap-hadapan langsung dengan guru.
Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Snowball Throwing. Menurut Kurniasih dan Sani (2016:77) “model pembelajaran snowball throwing adalah model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentu bola, kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesame anggota kelompok. Pada prinsipnya model ini memadukan pendekatan komunikatif, integrative, dan keterampilan proses”. Menurut Shoimin (2016:174) “model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa hingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan”.
Dengan penerapan model ini, diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya saling sharing pengetahuan dan pemahaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.
Langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing. Menurut Huda (2017:227) sintak langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan meteri yang akan disajikan.
Page | 594 ojs-unita.com
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk mengambil bola.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian berdiskusi dengan teman sekolompoknya. 4) Masing-masing kelompok menulis pertanyaan
kemudian dimasukkan ke dalam bola.
5) Masing-masing kelompok melempar bola ke kelompok yang lain selama ± 5 menit.
6) Setelah mendapatkan satu bola, masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk berdiskusimenjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian.
7) Guru mengevaluasi dan menutup pelajaran Kelebihan model pembelajaran snowball throwing menurut Shoimin (2016:176) kelebihan dari model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut:
1) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain.
3) Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
4) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik. 6) Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7) Aspek kogntif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.
Kekurangan model pembelajaran snowball throwing menurut Shoimin (2016:176) kekurangan dari model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut:
1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang
dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang.
5. Murid yang nakal cenderung berbuat onar. 6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat
oleh siswa.
Dari uraian diatas,dapat disimpulkan maksud dari penggunaan Model Pembelajaran snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dalam proses perubahan kemampuan didalam diri siswa yang ditempuh melalui proses belajar dalam materi Matematika yang diajarkan. Sehingga dikatakan prestasi yang baik apabila diperoleh skor tertinggi yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar Matematika.
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan jenis penelitian quasieksperimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2019 di SD Negeri 104081 Medan yang beralamat di Jl. Mesjid No. 21, Sunggal Kanan, Kec. Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Page | 595 ojs-unita.com
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 104181Sunggal Kanan yang terdiri dari 3 kelas yang berjumlah 78 orang siswa. Sampel dalam penelitian yaitu siswa kelas V-A dan V-B SD Negeri 104181 Medan yang berjumlah 56 orang siswa, dengan rincian kelas V-A ( Kelas Eksperimen) berjumlah 27 orang siswa dan kelas V-B (Kelas Kontrol) berjumlah 29 orang siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2016:300) Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian adalah berbentuk uraian tes (subjective tes) dibagi atas dua bagian pelaksanaan yaitu tes sebelum melaksanakan perlakuan (Pre-test) dan tes setelah melakukan perlakuan (Post-test). Dalam penyusunan tes ini, peneliti menggunakan taraf kompetensi ranah kognitif yang terdiri dari ranah pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Jumlah tes terdiri atas 10 soal yang sudah lebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian soal dibagi menjadi dua bagian dengan rincian, 5 soal pada pretest dan 5 soal pada posttest yang akan di uji dikelas V SD Negeri 104181 Medan. Dengan tingkat kompetensi untuk (C2) Mudah dan (C3) Sukar.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji normalitas pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1169 dan uji lilifors dengan taraf nyata α = 0,05 dengan n = 27 maka diperoleh Ltabel = 0,161. Jadi diperoleh Lhitung< Ltabel (0,1169 < 0,161). Maka data pretest kelas eksperimen berdistribusi Normal. Kemudian pada data postes kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1125 dan uji lilifors dengan taraf nyata α = 0,05 dengan n = 27 maka diperoleh Ltabel = 0,161.
Jadi diperoleh Lhitung< Ltabel ( 0,1125 < 0,161). Maka data posttest kelas eksperimen berdistribusi normal.
Uji normalitas kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1488 dan uji lilifors dengan taraf nyata α = 0,05 dengan n = 29 maka diperoleh Ltabel = 0,161. Jadi diperoleh Lhitung< Ltabel (0,1488 < 0,161).
Maka data pretest kelas kontrol berdistribusi Normal. Kemudian data postest kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1459 dan uji lilifors dengan taraf nyata α = 0,05 dengan n = 29 maka diperoleh Ltabel = 0,161. Jadi diperoleh Lhitung< Ltabel ( 0,1459 < 0,161). Maka data posttest kelas eksperimen berdistribusi normal.
Uji homogenitas data yang digunakan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians homogen atau tidak.
1. Nilai Pretest
F = = = 1,49
Dengan dk = n – 1, maka (27 – 1) + (29 – 1 ) = 54, untuk dk pembilang 54 dan dk penyebut 54 dengan taraf nyata α = 0,05 yaitu = 1,56. Jika nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel diperoleh Fhitung< Ftabel (1,49 < 1,56) dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh adalah homogen.
2. Nilai Posttes
F = = = 1,08
Dengan dk = n – 1, maka (27 – 1) + (29 – 1 )= 54, untuk dk pembilang 54 dan dk penyebut 54 dengan taraf nyata α = 0,05 yaitu = 1,56. Jika nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel diperoleh Fhitung< Ftabel (1,08 < 1,56) dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh adalah homogen.Maka varian sampel dari penelitian adalah Homogen.
Page | 596 ojs-unita.com
Berdasarkan pengujian statistik dengan uji-t diperoleh thitung = dengan taraf nyata α = 0,05, dk (27 – 1) + (29 – 1) = 54 dari daftar tabel distribusi ttabel = 2,000 dengan demikian terlihat jelas thitung > ttabel (3,574 > 2,000) ini berarti Hipotesis diterima.
5. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa: 1. Dari hasil analisis data pada kelas eksperimen
dengan menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing diperoleh nilai rata-rata pre test = 64,07, S2 = 77,85 dan S = 8,82 dan diperoleh nilai rata-rata posttes = 94,44, S2 = 78,39 dan S = 8,85. Terjadi peningkatan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 47 %. Sedangkan analisis data pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensionaldiperoleh nilai rata-rata pre test = 82,07, S2 = 116,41 dan S = 10,79 dan diperoleh nilai rata-rata posttest = 86,03, S2 = 85,13 dan S = 9,23. Terjadi peningkatan hasil belajar kelas kontrol sebesar 4,8 %. Dari hasil analisi data bahwa ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajara Snowball Throwing daripada pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Matematika. Dilihat dari nila rata-ratdan postest terjadi peningkatan
2. Hasil belajar Matematika yang menggunakan model pembelajaran Snowball Throwinglebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar Matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional di Kelas V SDN 104181 Medan Tahun Ajaran 2018/2019.
3. Menyatakan ada pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pembelajaran Bangun Ruang Kubus Siswa Kelas V SDN 104181 Medan Tahun Ajaran 2018/2019.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Huda, Miftahul. 2017. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran :Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[2] Istarani. Pulungan, Intan. 2017. Ensiklopedi Pendidikan Jilid 1. Medan: Media Persada [3] Kurniasih, Imas. Sani, Berlin. 2016. Ragam
Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS
S2 = S2= S2 = S2 = S2 = S2 = 81,88 S = 9,05
Page | 597 ojs-unita.com
[4] Munawaroh, Mumum. Alamudin, Ali. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi. Jurnal Online. ISSN 2086 – 3918. IAIN Syekh Nurjati Cirebon
[5] Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
[6] Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta