• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLAVOLI UNTUK KELAS X DENGAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL (Studi pada Kelas X SMA Negeri 1 Kedamean Gresik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLAVOLI UNTUK KELAS X DENGAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL (Studi pada Kelas X SMA Negeri 1 Kedamean Gresik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLAVOLI UNTUK KELAS X DENGAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

(Studi pada Kelas X SMA Negeri 1 Kedamean Gresik Idin Yulias Prayogo

Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan

Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi 2006 Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran passing bawah bolavoli untuk kelas X dengan penggunaan media audio visual. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Instrumen yang akan digunakan yaitu 1) pendapat siswa FCE, 2) observasi (pengamatan), 3) penilaian ketuntasan hasil belajar, 4) tes passing bawah bolavoli dengan wall volley.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh efektivitas pembelajaran penjaskes dengan menggunakan media audio visual berdasarkan pendapat siswa FCE, menunjukkan hasil dengan kategori baik. (2) efektivitas pembelajaran penjaskes dengan menggunakan media audio visual berdasarkan hasil pengamatan (observasi) guru dan siswa, menunjukkan hasil dengan kategori baik. (3) efektivitas pembelajaran penjaskes dengan menggunakan media audio visual berdasarkan penilaian ketuntasan hasil belajar siswa yang meliputi: aspek psikomotor, kognitif dan afektif menunjukkan hasil dengan kategori baik. (4) efektivitas pembelajaran penjaskes berdasarkan tes wall volley dapat dikatakan bahwa: pembelajaran passing bawah bolavoli dengan menggunakan media audio visual memberi peningkatan positif pada siswa sebesar 3,78 atau 19,53%. Hasil uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan menunjukkan bahwa nilai thitung 4,311> nilai ttabel 2,042. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan passing bawah

bolavoli siswa sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. Kata Kunci : efektivitas, media audio visual, passing bawah bolavoli

PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani sangat memiliki peranan penting dalam mencapai pola hidup sehat, apalagi aktivitas jasmani banyak melakukan aktivitas gerak tubuh. Menurut Nurhasan dkk, (2005: 4) bahwa dalam pembelajaran pendidikan jasmani menanamkan kegemaran olahraga dan memberikan keterampilan dasar yang dapat dikembangkan untuk olahraga. Pendidikan jasmani di sekolah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa dan bisa memberikan gerak yang bervariasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Gerak juga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Sejak bayi, kanak-kanak hingga dewasa, perkembangan gerak sangat mempengaruhi perkembangan secara keseluruhan baik fisik, intelektual, sosial, dan emosional.

Sementara itu, kemajuan teknologi membawa dampak perubahan sikap hidup manusia dari banyak gerak kepada sikap diam atau sedikit gerak. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh sehingga terjadi penurunan kesegaran jasmani, kesehatan, ketrampilan bahkan mempengaruhi kapasitas, kreatifitas, dan kecerdasan (Nurhasan dkk, 2005: 1). Pendidikan juga memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah saat ini masih ada beberapa kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran diantaranya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik yaitu kekreatifan guru dalam membuat dan mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah serta penggunaan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara afektif, kognitif, dan psikomotor dalam memperoleh pengetahuan. Kebanyakan guru hanya menggunakan cara atau strategi komando dalam pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran.

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan atau meningkatkan keinginan siswa, minat siswa yang baru, membangkitkan motivasi, dan merangsang kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Arsyad, 2009: 15).

Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Oleh karena itu, guru harus mempunyai cara dan strategi dalam pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berjalan efisien.

Dari permasalahan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar pada materi bolavoli khususnya adalah karena dalam pembelajaran guru belum mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang relevan dan sesuai dengan karakteristik peserta didik serta minimnya keterlibatan peserta didik dalam memecahkan masalah sendiri dan melakukan eksplorasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Buktinya adalah saat observasi, peneliti melihat proses pembelajaran berlangsung siswa hanya diberikan bola setelah berbaris dan presensi. Ini hanya salah satu dari pengelihatan peneliti saat observasi, setelah penelitian dilakukan peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru bimbingan konseling, kepala perpustakaan, dan sebagian siswa-siswi yang pernah diajar oleh guru pendidikan jasmani tersebut.

Pemahaman itu akan lebih baik jika diperkaya dengan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media. Media adalah perangkat lunak yang memuat pesan atau bahan ajar untuk disalurkan melalui alat tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Dengan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran passing bawah bolavoli diharapkan siswa dapat lebih memahami dalam melakukan passing bawah sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat dicapai. Hal ini yang menjadi latar belakang dari peneliti untuk mencoba menerapkan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran passing bawah bolavoli di SMA Negeri 1 Kedamean Gresik.

KAJIAN PUSTAKA Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) memiliki peranan yang penting dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Nurhasan dkk, (2005: 2) Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan pembentukan watak.

Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes), untuk meningkatkan tingkat kesehatan dan kebugaran,

(2)

yang diberikan dengan harapan seseorang dapat meningkatkan dan memelihara tingkat kesegaran jasmaninya yang akan digunakan untuk membantu menjalankan aktivitas sehari-hari. Di sekolah selain berusaha untuk meningkatkan kualitas manusia di bidang psikomotor, pendidikan jasmani juga tidak dapat lepas dari peningkatan aspek kognisi (pengetahuan) dan afeksi (sikap). Peningkatan aspek kognisi berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut pengetahuan, baik pengetahuan mengenai peraturan-peraturan permainan yang akan dilaksanakan.

Menurut Nurhasan dkk, (2005: 6) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) pada dasarnya adalah suatu gerak jasmani manusia yang melibatkan kemampuan psikomotor dan menghasilkan perkembangan fisik dan berfikir.

Tujuan dari pendidikan jasmani adalah:

1. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat dengan melalui internasionalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial, dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.

3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar.

4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga.

5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahrga seperti: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas (outdoor education).

6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga.

7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8. Mengetahui konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

9. Mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.

Sehingga pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) dapat membentuk pribadi yang seutuhnya yang mencakup kemampuan dan daya tahan fisik, keterampilan motorik, pertumbuhan kecerdasan, dan pembentukan watak.

Efektivitas Pembelajaran

Dalam pengertian efektivitas di sini tidak dapat dipisahkan dari yang namanya hasil belajar baik jangka pendek (pencapaian tujuan pembelajaran khusus) maupun jangka panjang (tercapainya tujuan yang lebih umum).

Adapun mengenai hasil pengajaran menurut Degeng (dalam Kuntjoro, 2004: 37) yaitu:

Hasil pengajaran adalah semua efek yang sengaja dirancang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang: karena itu yang merupakan efek apa saja yang diinginkan, dan juga bisa berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.”Hasil pengajaran, lepas dari apakah berupa hasil yang dinginkan atau hasil yang nyata dapat diklarifikasikan menjadi 3, yaitu: (1) Keefektifan pengajaran, (2) Efisiensi pengajaran; dan (3) Daya tarik pengajaran”.

Dari pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dan penggunaan waktu yang sebaik-baiknya untuk memberikan materi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa dengan meminimalkan kesalahan yang terjadi di saat terjadinya proses pembelajaran.

Beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani seperti yang dikatakan oleh Bucher (dalam Kuntjoro, 2004: 39). ”To create an effective learning situation,

physical educator must be cognizant of the forces influencing learning five of the forces readiness, level of development, motivation, rainforcement, and individual differences”.

Efektivitas pembelajaran berkaitan dengan faktor sejauh mana pencapaian tujuan yang telah direncanakan dan merupakan aktualisasi dari kurikulum serta menuntut keaktifan guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan keaktifan peserta didik dalam mencapai tujuan bersama jadi pembelajaran yang efektif menurut Wragg (dalam Prasojo, 2010: 8) adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan. Dan di sini efektivitas adalah kesesuaian antara guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan penggunaan media pembelajaran di sekolah sesuai dengan tugas dan sasaran yang dituju untuk mewujudkan keselarasan pembelajaran.

Pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu, dalam program pembelajaran guru perlu bepegang bahwa pebelajar adalah “primus motor” dalam belajar. Menurut Damyati dan Mudjiono (dalam Fariadi, 2011: 10) guru dituntut untuk lebih memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis, dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan: perhatian dan motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, melakukan pengulangan-pengulangan dalam belajar, pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab, memberikan balikkan pada siswa, adanya penguatan siswa, dan mengelola proses belajar mengajar sesuai dengan perbedaan individual siswa. Dari penjelasan di atas bahwa pembelajaran perlu diperhatikan keseluruhan kesiapan yang dilakukan oleh guru dan siswa, sehingga saat proses pembelajaran guru tidak mengalami kesulitan dalam memberikan materi kepada siswa, setidaknya harus sudah menyiapkan lebih awal silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan KTSP sekolahnya sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan. Kemudian peralatan yang akan digunakan untuk pembelajaran, supaya siswa memiliki keinginan untuk melakukan proses belajar mengajar dengan sungguh-sungguh dan memiliki antusias tinggi untuk mendapatkan pengalaman gerak baru.

Menurut (Rusyan dkk, 1989: 23) belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisionil yang ada. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik yang belajar harus melakukan banyak kegiatan. Baik kegiatan sistem saraf seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dsb. Maupun kegiatan-kegiatan lainnya diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, minat, dan lain-lain. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara berkesinambungan dibawah kondisi yang serasi sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

2. Belajar memerlukan latihan dengan jalan relearning, recall, dan

review agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali

dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat menjadi milik peserta didik.

3. Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan mendapat kepuasan. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan peserta didik.

4. Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan akan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi atau dapat pula menjadi cambuk.

5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar karena semua pengalaman belajar, antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman. Selain itu, pengalaman dalam situasi dapat pula diasosiasikan dengan situasi lain sehingga memudahkan transfer hasil belajar.

6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki peserta didik, besar perannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

7. Faktor kesiapan belajar. Peserta didik yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.

6

(3)

8. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajarinya dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun, bila minat itu tidak disertai usaha yang baik, maka belajar juga sulit untuk berhasil.

9. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan peserta didik yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah dan lelah akan menyebabkan perhatian tak mungkin terkonsentrasi, badan yang kurang vitamin akan menyebabkan kegiatan belajar tidak bergairah, badan yang sakit tidak mungkin melakukan kegiatan yang sempurna. Oleh karena itu, faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik belajar.

10. Faktor inteligensi. Peserta didik yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Peserta didik yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan peserta didik yang kurang cerdas dan lamban.

Sedangkan efektivitas pembelajaran menurut Mc Liesh yang dikutip oleh Siedentop (dalam Kuntjoro, 2004: 38) dapat diambil suatu pengertian bahwa efektivitas berkaitan dengan penggunaan waktu sebaik-baiknya untuk memberikan materi sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa dengan meminimalkan kesalahan yang bisa terjadi dalam suatu episode pembelajaran. Efektivitas bisa digunakan sebagai barometer untuk pencapaian tujuan dan bisa melakukan tugas pokoknya untuk mencapai sasaran dengan cara mengukur keberhasilan proses belajar mengajar dalam pendidikan yaitu dengan melihat dari pengukuran validasi dan evaluasinya (Mulyasa, 2004: 90).

Passing Bawah Bolavoli

Pembelajaran passing bawah adalah suatu proses belajar keterampilan gerak passing bawah dalam olahraga bolavoli dengan teknik-teknik yang benar sesuai dengan harapan yang diinginkan dimana passing bawah adalah menerima bola dengan menggunakan kedua lengan lurus ke depan tangan diharuskan sedatar mungkin, tangan sejajar dengan paha, dan kaki sedikit jongkok, badan sedikit condong ke depan. Proses pembelajaran passing bawah menggunakan media audio visual adalah suatu proses belajar keterampilan gerakan passing bawah yang dibantu dengan media audio visual yang dapat dilihat dan didengar dalam proses pembelajaran. Ide dasar permainan bolavoli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali/net dan berusaha memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. Memvoli artinya memainkan/memantulkan bola sebelum bola jatuh atau menyentuh lantai. Sebagai aturan dasar bola boleh dipantulkan dengan seluruh bagian badan.

Pada dasarnya permainan bolavoli dua lawan dua yang mengarah pada tujuan rekreasi seperti bolavoli pantai yang sedang berkembang akhir-akhir ini. Aturan dasar lainnya, bola boleh dimainkan/dipantulkan dengan temannya secara bergantian tiga kali berturut-turut sebelum diseberangkan ke daerah lawan Yunus (1992: 2).

Adapun fase passing bawah bolavoli dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Sikap permulaan: ambil sikap siap normal dalam permainan bolavoli yaitu kedua lutut ditekuk dengan badan sedikit dibungkukkan ke depan perut badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk mendapat suatu keseimbangan agar dapat lebih mudah dan lebih cepat bergerak ke segala arah. Kedua tangan saling pegangan yaitu punggung tangan kanan diletakkan di atas telapak tangan kiri kemudian saling berpegangan. 2. Gerakan pelaksanaan: ayunkan kedua lengan ke arah bola dengan

sumbu gerak pada persendian bahu dan siku betul-betul dalam keadaan lurus perkenaan bola pada bagian prosimal dari lengan, di atas dari pergelangan tangan dan pada waktu lengan membentuk sudut sekitar 45 derajat dengan badan, lengan diayunkan dan diangkat hampir lurus. Passing bawah merupakan teknik dasar paling dominan dalam permainan bolavoli secara cepat dan baik.

3. Gerakan lanjutan: setelah ayunan lengan mengenai bola, kaki belakang melangkah ke depan untuk mengambil posisi siap

kembali, dan ayunan lengan untuk passing bawah ke depan tidak melebihi sudut 90 derajat dengan bahu.

Ketika melakukan passing bawah, telapak tangan harus disatukan dengan ibu jari dalam posisi sejajar. Kedua siku diputar ke arah dalam sehingga bagian lengan yang datar dan lembut menghadap ke atas. Landasan yang terbentuk oleh lengan tangan tersebut harus sedatar mungkin. Tangan harus sejajar dengan paha, tahan kedua tangan jauh dari tubuh harus berusaha menempatkan tubuh di belakang bola, redam kekuatan bola, dan arahkan bola ke sasaran dengan menggunakan tubuh anda, melalui gerakan mengulurkan kaki ambil menyentuh bola dengan sedikit atau tanpa mengayunkan lengan (gerakan mendorong).

Tahap-tahap pelaksanaan teknik dasar passing bawah menurut Ahmadi (dalam Fariadi, 2011: 15) adalah sebagai berikut: 1. Persiapan

a. Bergerak kearah datangnya bola dan atur posisi tubuh. b. Genggam jemari tangan.

c. Kaki dalam posisi meregang dengan santai, bahu terbuka lebar.

d. Tekuk lutut, tahan tubuh dalam posisi rendah. e. Bentuk landasan dengan lengan.

f. Siku terkunci.

g. Lengan sejajar dengan paha. h. Pinggang lurus.

i. Pandangan kearah bola. 2. Pelaksanaan

a. Terima bola di depan badan. b. Kaki sedikit diulurkan. c. Berat badan dialihkan ke depan. d. Pukullah bola jauh dari badan. e. Pinggul bergerak ke depan.

f. Perkenaan bola pada lengan bagian dalam pada permukaan yang luas diantara pergelangan tangan dan siku.

3. Gerakan lanjutan

a. Jari tangan tetap digenggam. b. Siku tetap terkunci.

c. Landasan mengikuti bola ke sasaran. d. Pindahkan berat badan ke arah sasaran. e. Perhatikan bola bergerak ke sasaran.

Sedangkan macam-macam kesalahan yang biasa terjadi saat melakukan passing bawah menurut Viera dan Fergusson (dalam Bahruli, 2009: 11) adalah:

1. Lengan terlalu tinggi ketika memukul bola, lanjutan lengan berada di atas bahu.

2. Merendahkan tubuh dengan menekuk pinggang bukan lutut, sehingga bola yang dioper rendah terlalu kencang.

3. Tidak memindahkan berat badan ke arah sasaran, sehingga bola tidak bergerak ke muka.

4. Lengan terpisah sebelum, pada saat atau sesaat sesudah menerima bola sehingga operan salah.

5. Bola mendarat di lengan daerah siku, atau menyentuh tubuh.

Gambar 2.1 Teknik Dasar Passing Bawah Menurut Beutelstahl (dalam Bahruli, 2009: 11)

Passing bawah disebut juga operan lengan depan, operan ini

biasanya menjadi teknik pertama yang digunakan tim bila tidak memegang service, dan mengarahkan bola pada rekan satu tim agar dapat melakukan overhead pass atau megumpan bola dengan passing atas. Passing bawah digunakan untuk menghadapi bola liar yang tak terkendali separti bola servis atau smash karena bila menggunakan

passing atas jari-jari tangan yang terbuka tidak akan mampu

menahan bola yang dipukul sekuat tenaga. Passing bawah adalah mengoperkan bola menggunakan dua tangan dari bawah kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan (Yunus, 1992: 79).

(4)

Media Audio Visual

Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Media adalah suatu alat bantu apa saja yang dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran Djamarah dan Zain (2006: 121). Karena gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam mengajar supaya lebih mudah tersampaikan materi pengajaran kepada siswanya, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audio visual. Macam-macam media, yaitu:

1. Media dilihat dari jenisnya a. Media auditif

Adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti contohnya: radio, cassette recorder, dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuna rungu atau yang mempunyai kelainan dipendengaran. b. Media visual

Adalah media yang hanya mengandalkan indra pengelihatan saja, contohnya. Menampilkan gambar diam

film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar

atau lukisan. c. Media audio visual

Adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Menurut Rahadi (dalam Wahyudin, 2010: 13). Media audio visual sangatlah diperlukan pada mata pelajaran yang banyak mempelajari keterampilan motorik, karena media audio visual mempunyai unsur penyajian gerakan lambat yang akan memudahkan siswa untuk mempelajari gerakan-gerakan secara jelas dan terperinci. Dalam media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, meliputi 2 jenis yaitu:

1) Audio visual diam adalah media yang menampilkan suara dan gambar yang hanya diam saja. Contohnya,

film rangkai suara dan cetak suara.

2) Audio visual gerak adalah media yang memiliki unsur gambar dan suara yang bergerak. Contohnya, film suara dan VCD cassette.

Audio visual gerak dibagi menjadi 2 yaitu:

(a) Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun gambar berasal dari satu sumber seperti film

VCD-cassette.

(b) Audio visual tidak murni yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda tidak berada pada satu tempat. Contoh

projector dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

Media yang dilihat menurut jenisnya memiliki kemampuan untuk menyampaikan suatu dengan sempurna adalah media audio visual Djamarah dan Zain (2006: 124).

2. Media dilihat dari daya liputnya

a. Media dengan daya liput luas dan serentak adalah media yang cara penggunaannya tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak.

b. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat adalah media yang penggunaannya hanya membutuhkan ruangan atau tempat khusus seperti film

sound slides.

c. Media untuk pengajaran individual adalah media yang penggunaannya hanya untuk seorang diri seperti komputer. Dalam penggunaannya media menurut daya liputnya digunakan sesuai dengan kebutuhan, sehingga semua dikatakan dan dianggap baik sesuai dengan keinginan Djamarah dan Zain (2006: 125).

3. Media dilihat dari bahan pembuatannya

a. Media sederhana adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya relatif murah juga cara pembuatannya mudah dan tidak sulit.

b. Media kompleks adalah media yang penggunaannya alatnya lebih sulit dan harganya relatif mahal dan memerlukan keterampilan sesuai dengan spesalisasinya. Media ini memiliki keagunaan yang khusus tidak semua orang bisa menggunakannya secara maksimal Djamarah dan Zain (2006: 126).

Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan perangkat elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin projector film, ataupun tayangan dengan menggunakan televisi dan (video compact disc) VCD. Jadi, pengajaran melalui media audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.

Pengertian audio visual menurut Arsyad (2009: 30) adalah produksi atau penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol serupa. Dalam proses pembelajaran, audio visual mempunyai beberapa kelemahan yang sama dengan pengajaran visual, yaitu terlalu menekankan pentingnya materi daripada proses pengembangannya dan memandang materi audio visual sebagai alat bantu guru dalam mengajar.

Salah satu jenis media audio visual adalah televisi dan VCD. VCD sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer. Pada mata pelajaran yang banyak menampilkan keterampilan motorik, media VCD sangat diperlukan, karena dalam pelaksanaannya media VCD ini dapat diputar ulang dalam arti apabila terdapat gerakan yang belum dipahami oleh siswa gerakan tersebut bisa ditayangkan secara berulang-ulang sehingga memudahkan siswa mempelajari gerakan tertentu.

Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul Arikunto (2006: 71). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil hipotesis yaitu ”Pembelajaran passing bawah bolavoli dengan pemberian media audio visual lebih efektif”

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel Maksum (2008: 14). Salah satu ciri utama dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment) yang dikenakan kepada subyek atau obyek penelitian.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group

pretest-posttest design.

Keterangan: T1 : Pre test T2 : Post test

X : Perlakuan (treatment) Maksum (2007: 48). Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang dimaksudkan untuk diteliti dan yang nantinya akan dikenai generalisasi Maksum (2008: 39). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang terdiri dari 6 kelas di SMA Negeri 1 Kedamean Gresik.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster

random sampling. Dengan cara yaitu: setiap kelas diambil

perwakilan satu siswa untuk mewakili dari 31 siswa tiap kelasnya sehingga terdapat 6 siswa. Untuk mengambil undian yang akan digunakan sebagai sampel penelitian, yang mana dalam kertas undian yang berjumlah 6 undian, hanya ada satu tulisan yaitu berisikan sampel penelitian yang lainnya kosong. Dan yang mendapat tulisan tersebut adalah kelas X-6, sehingga kelas tersebut yang menjadi sampel penelitian. Yang dipilih bukan individu, melainkan kelompok atau area yang kemudian disebut cluster Maksum (2008: 42).

(5)

Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi Arikunto (2006: 116). Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:

1. Variabel Bebas : media audio visual pembelajaran passing bawah bolavoli

2. Variabel Terikat : efektivitas pembelajaran passing bawah bolavoli

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mendapatkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner FCE (Formative Class Evaluation)

Kuesioner yang digunakan adalah FCE. FCE terdiri dari 9 pertanyaan yang terdiri dari 4 komponen pokok yaitu hasil, kemauan, metode, dan kerjasama. Hasil dijabarkan dalam pertanyaan 1, 2, 3; kemauan dijabarkan dalam pertanyaan 4, 5; metode dijabarkan dalam pertanyaan 6, 7; dan kerjasama dalam pertanyaan 8, 9. Kuesioner ini diberikan pada siswa sesaat setelah guru selesai memberikan materi.

Di bawah ini adalah derajat validitas dari FCE yang dilakukan perhitungan validitas item, dimana masing-masing item pertanyaan yang tercantum dalam FCE dicari satu persatu derajat validitasnya dengan menggunakan korelasi product

moment kasar. Sehingga diperoleh derajat validitas item FCE

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Derajat Validitas FCE PERTANYAAN

NOMOR VALIDITAS NILAI

DERAJAT VALIDITAS 1 0,83 Istimewa 2 0,71 Tinggi 3 0,78 Tinggi 4 0,70 Tinggi 5 0,72 Tinggi 6 0,60 Cukup 7 0,72 Tinggi 8 0,65 Cukup 9 0,70 Tinggi

Wijaya (dalam Prasojo, 2010: 19).

Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh pengertian bahwa seluruh pertanyaan yang tercantum dalam FCE dapat dikatakan valid. Sehubungan dengan reliabilitas, menurut Arikunto (2006: 211) sebuah tes yang valid (sahih) maka hasilnya reliabel (dapat dipercaya) dan relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih

2. Lembar Observasi Kelas Dikjasor

Data observasi kelas dikjasor dikumpulkan melalui observasi langsung pada saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini menggunakan lembar observasi kelas dikjasor dan dilakukan oleh tiga orang mahasiswa program studi S1 pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi, jurusan pendidikan olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya yang sudah melakukan penelitian, yaitu Dwi Fariadi, David Bayu Krisna Z, dan Risky Dhermawan Yulianto. Lembar observasi kelas dikjasor memuat 3 komponen yaitu persiapan guru, pelaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa.

3. Format Penilaian Ketuntasan Hasil Belajar

Lembar penilaian praktek diisi oleh guru pada saat siswa melakukan tugas gerak. Yang mana penilaian ini meliputi kognitif, psikomotor, dan afektif.

4. Tes Hasil Belajar

Tes yang digunakan yaitu tes wall-volley passing bawah yang bertujuan untuk mengukur kemampuan dan ketepatan dalam melakukan passing bawah dengan memvoli ke dinding. Petunjuk pelaksanaan tes wall-volley menurut Brumbach (dalam Yunus, 1992: 201) adalah sebagai berikut.

Tes yang digunakan yaitu Brumbach forearms pass

wall-volley test yang bertujuan untuk mengukur kemampuan dan

ketepatan dalam melakukan passing bawah dengan memvoli ke

dinding. Ketentuan pelaksanaan tes Brumbach forearms pass

wall-volley test adalah sebagai berikut:

1. Tujuan : Untuk mengukur kemampuan dan ketepatan dalam melakukan passing

bawah dengan memvoli ke dinding.

2. Alat/perlengkapan : Dinding yang rata dan halus dengan garis sasaran selebar 2,54 cm. setinggi 2,44 m dari lantai, stopwatch, bolavoli, blangko penelitian dan alat- alat tulis.

3. Petunjuk pelaksanaan :Testi dengan bolavoli di tangan siap menghadap ke dinding sasaran. Setelah ada aba-aba “Ya” dari petugas. Bola dilambungkan ke dinding sasaran, bola dipantul-pantulkan dengan menggunakan passing bawah sebanyak-banyaknya selama satu menit.

4. Skor : Testi melakukan sebanyak tiga kali percobaan, nilai dari setiap percobaan adalah jumlah pantulan yang sah sesuai dengan peraturan dan masuk ke daerah sasaran. Jika bola mengenai garis dianggap masuk (sah) skor akhir adalah merata dari dua kali percobaan yang terbaik.

5. Reliabilitas :Borenvik 1969 (dalam Yunus, 1980:102) melaporkan bahwa reabilitas

setinggi 896.

6. Objektivitas : Tak seorangpun melaporkan koefisien objektivitas namun dianggap tinggi karena sifat tugas.

7. Validitas : Cox 1977 (dalam Yunus, 1980: 201) melaporkan koefisien validitasnya 80 dengan keterampilan dalam situasi permainan sebagai kriteria. 8. Norma penelitian : lihat tabel 3.2

Tabel 3.2 Norma Penilaian Passing Bawah dari Brumbach

P

er

se

n

t

JENIS PUTRA PUTRI

Umur 9-11 12-14 15-17 18-22 9-11 12-14 15-17 18-22 90 80 70 60 50 40 30 20 10 17 13 10 8 6 4 2 0 0 23 19 16 15 12 10 8 5 1 32 28 25 23 21 19 17 14 10 48 42 39 37 34 31 29 26 20 17 13 10 8 6 4 2 0 0 23 19 16 15 12 10 8 5 1 41 34 30 27 24 21 18 14 7 44 37 33 29 26 23 19 15 10 Yunus (1992: 201).

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Peluit

(2) Stopwatch

(3) Bolavoli

(4) Alat-alat tulis dan blangko penilaian (5) Kamera digital sebagai media dokumentasi Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh dalam pengambilan data adalah sebagai berikut:

1. Membuat konsep penelitian sebelum memulai penelitian. 2. Sebelum melaksanakan penelitian, diawali dengan melakukan

observasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi pembelajaran permainan bolavoli di sekolah yang bersangkutan. 3. Menyiapkan tiga orang mahasiswa yang akan mengisi lembar observasi kelas serta melakukan pelatihan dan penjelasan kepada ketiga mahasiswa program studi S-1 pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi, jurusan pendidikan olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya yang sudah

(6)

melakukan penelitian yaitu Dwi Fariadi, David Bayu Krisna Z, dan Risky Dhermawan tentang prosedur pengamatan dan cara pengisian lembar observasi.

4. Menyiapkan kuesioner FCE yang akan dibagikan pada seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran.

5. Membuat RPP dan menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian.

6. Membuat atau meminta daftar nama keseluruhan siswa yang dijadikan sampel penelitian.

7. Memberikan pengarahan tentang pelaksanaan pretest serta maksud dan tujuan penelitian (pengarahan dalam pretest yang diberikan sama).

8. Pelaksanaan pretest passing bawah dengan memantulkan bola ke dinding (wall-volley) selama 1 menit tiap siswa, dan setiap siswa diberikan 3 kali kesempatan.

9. Pelaksanaan treatment passing bawah bolavoli dengan menayangkan pembelajaran audio visual di dalam ruang aula. Setelah itu memberikan pembelajaran sesuai dengan pemutaran video yang dilaksanakan di luar ruangan sesuai dengan RPP treatment yang dibuat oleh peneliti, kemudian pengisian lembar kuesioner FCE.

10. Pelaksanaan posttest passing bawah bolavoli dengan memantulkan bola ke dinding (wall-volley) selama 1 menit tiap siswa, dan setiap siswa diberikan 3 kali kesempatan, kemudian pengisian lembar kuesioner FCE.

Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan 4 kali pertemuan pada tanggal 12, 19, 26 Mei 2011 dan tanggal 2 Juni 2011 di SMA Negeri 1 Kedamean Gresik. Dengan setiap kali pertemuan yaitu 2 X 45 menit di saat mata pelajaran pendidikan jasmani.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini setelah peneliti menyelesaikan penelitiannya, tahap selanjutnya adalah; memasukkan penilaian lembar FCE ke dalam Formative Evaluation Scoring dengan kategori skor yang dikemukakan Takahasi (dalam Prasojo , 2006: 20) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Skor Lembar FCE

SKOR NILAI KATEGORI

2,77 – ke atas 5 Sangat Baik

2,58 – 2,76 4 Baik

2,34 – 2,57 3 Sedang

2,15 – 2,33 2 Kurang

2,14 – ke bawah 1 Kurang Sekali Wijaya (dalam Prasojo 2006: 20).

Untuk mempermudah penilaian jawaban dari masing-masing item pertanyaan dalam angket tersebut, peneliti menyediakan alternatif skor jawaban dengan standar penilaian atau skor dari tiap-tiap pilihan sebagai berikut :

1. Alternatif jawaban “YA” dengan nilai 3. 2. Alternatif jawaban “TIDAK” dengan nilai 1. 3. Alternatif jawaban ”TIDAK TAHU” dengan nilai 2.

Dan menggunakan teknik analisis statistika untuk melihat adanya perbedaan hasil belajar passing bawah menggunakan media audio visual dengan passing bawah tanpa menggunakan media. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

1. Menghitung Mean

Mean digunakan untuk mencari rata-rata nilai

pretest dan posttest. Rumus untuk menghitung mean

adalah :

Keterangan: M = mean

∑x = jumlah total nilai dalam distribusi N = jumlah individu

(Maksum, 2007: 15).

2. Menghitung Standar Deviasi

Standar deviasi memiliki fungsi untuk menggambarkan sebaran nilai sebuah kelompok , rumusnya yaitu:

Keterangan :

SD = Standar Deviasi

i = Interval Kelas

∑X = Hasil kali antara frekuensi dan deviasi

n = Banyak data atau sampel. Maksum (2007: 27).

3. Varian (S)

Pada penelitian ini, varian berfungsi untuk menggambarkan sebaran nilai pada sebuah kelompok data, akan tetapi dalam varian tidak ditarik akar.

Untuk menghitung varians digunakan rumus

n

1

n

X

X

n

12 1 2

Keterangan : S : Varian

N : Jumlah subyek Maksum (2007: 29). 4. Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengecek distribusinya (sebaran data) normal atau tidak untuk bisa dilanjutkan ke uji selanjutnya.

Keterangan : X2 : Nilai chi square Fo : Frekuensi yang diperoleh

Fe : Frekuensi yang diharapkan Martini (2004 : 45). 5. Uji T-test untuk Sampel Berpasangan

Keterangan:

D = Perbedaan setiap pasangan skor (pretest-posttest) N = Jumlah sampel Maksum (2007: 41).

Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data SPSS 17.00 For Windows supaya tidak terjadi kesalahan perhitungan. Pembahasan

Data Formative Class Evaluation (FCE)

Data Formative Class Evaluation (FCE) adalah data yang diperoleh dari hasil pengisian angket FCE yang bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dikjasor dari sisi pendapat siswa. Siswa diberi kesempatan untuk pengisian angket (FCE) yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Dari hasil rata-rata skor FCE tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Rata-Rata FCE Siswa Pada hari Kamis, 19 Mei 2011

Items F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7 F-8 F-9 Average Dimension Result Volition Method Cooperation

Male 2,50 2,00 2,83 2,92 3,00 2,42 2,83 2,50 1,92 2,55 12 2,44 2,96 2,63 2,21 Female 2,68 2,68 2,74 2,84 2,89 1,89 2,79 2,58 2,47 2,62 19 2,70 2,87 2,34 2,53 Total 2,61 2,42 2,77 2,87 2,94 2,10 2,81 2,55 2,26 2,59 Standard Score 4 3 4 4 4 2 4 3 3 31 2,60 2,90 2,45 2,40 Standard Score 4 4 3 3 4 2

(7)

1) Hasil (Result): siswa laki-laki sebesar 2,44; dan siswa perempuan sebesar 2,70; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,60. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 4 (Baik).

2) Kemauan (Volition): siswa laki-laki sebesar 2,96; dan siswa perempuan sebesar 2,87; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,90. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 4 (Baik).

3) Metode (Method): siswa laki-laki sebesar 2,63; dan siswa perempuan sebesar 2,34; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,45. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 3 (Sedang).

4) Kerjasama (Cooperation): siswa laki – laki sebesar 2,21 dan siswa perempuan sebesar 2,53; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,40. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 3 (Sedang).

5) Keseluruhan (Total): siswa laki-laki sebesar 2,55; dan siswa perempuan sebesar 2,62; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,59. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 4 (Baik).

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Rata-Rata FCE Siswa Pada hari Kamis, 26 Mei 2011

Items F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7 F-8 F-9 Average Dimension Result Volition Method Cooperation

Male 2,83 2,83 3,00 3,00 3,00 2,67 2,17 2,50 2,83 2,76 12 2,89 3,00 2,42 2,67 Female 2,68 2,68 2,74 2,84 2,89 1,89 2,79 2,58 2,47 2,62 19 2,70 2,87 2,34 2,53 Total 2,61 2,42 2,77 2,87 2,94 2,10 2,81 2,55 2,26 2,59 Standard Score 4 3 4 4 4 2 4 3 3 31 2,60 2,90 2,45 2,50 Standard Score 4 4 3 3 4

1) Hasil (Result): siswa laki-laki sebesar 2,89; dan siswa perempuan sebesar 2,70; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,60. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 4 (Baik).

2) Kemauan (Volition): siswa laki-laki sebesar 3,00; dan siswa perempuan sebesar 2,87; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,90. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 4 (Baik).

3) Metode (Method): siswa laki-laki sebesar 2,42; dan siswa perempuan sebesar 2,34; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,45. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 3 (Sedang).

4) Kerjasama (Cooperation): siswa laki-laki sebesar 2,67; dan siswa perempuan sebesar 2,53; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,50. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 3 (Sedang).

5) Keseluruhan (Total): siswa laki-laki sebesar 2,76; dan siswa perempuan sebesar 2,62; serta rata-rata keseluruhan siswa sebesar 2,59. Menurut kriteria Takahashi dapat dikategorikan nilai 4 (Baik).

Dari hasil rekapitulasi di atas dapat diketahui hasil dari pembelajaran pada pertemuan pertama di saat treatment dan kedua sama-sama menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dikjasor menurut pendapat siswa berjalan stabil, karena secara keseluruhan dari hasil masih dalam kriteria baik. Dan hasil keseluruhan tiap pertemuan bisa dilihat pada tabel di berikut:

Tabel 4.3 Hasil Rekap Data Pengolahan FCE Siswa pada Tiap Pertemuan

Treatment A B C D Average Kriteria

I 4 4 3 3 4 Baik II 4 4 3 3 4 Baik Jumlah 4 4 4 3 4 Baik Keterangan: A. Result. B. Volition. C. Method. D. Cooperation.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa menurut siswa guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan sesuatu yang mengesankan pada siswa dan memberikan pengalaman gerak baru. Selain itu guru juga harus mampu mengelola kelas dengan baik dan guru juga harus mempunyai cara dan strategi dalam pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berjalan efisien, sehingga tercipta suasana yang kondusif dan siswa dapat melakukan tugas gerak dengan sungguh-sungguh, senang, dan tidak merasa terpaksa, dan siswa belajar dengan giat untuk bisa berhasil.

Data Observasi Kelas Dikjasor

Data observasi kelas dikjasor adalah data hasil pengamatan sikap dari kegiatan guru dan siswa yang meliputi : Tugas Gerak,

Feed Back, Evaluasi, Belajar, Gerak, Kegembiraan, dan Kerjasama.

Observasi dilakukan oleh tiga orang (observer) mahasiswa yang sudah melakukan penelitian dari Prodi S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Surabaya. Mahasiswa tersebut adalah :

1. Dwi Fariadi (066464126) 2. David Bayu Krisna Z. (066464088) 3. Risky Dhermawan Y. (066464228)

Pengambilan data dilakukan saat proses pembelajaran sebanyak 2 kali pertemuan, kemudian hasil dari ketiga observer dijadikan satu dan dirata-rata untuk mendapatkan kesimpulan. Hasil rekapitulasi data selengkapnya ada pada halaman lampiran.

Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Pengamatan pada Masing-Masing Pertemuan No Hari/ Tanggal Awal pembelajaran Proses pembelajaran Akhir

pembelajaran Average Kriteria

1 Kamis, 19 Mei 2011 81.83% 74.36% 61.15% 72.45% BAIK 2 Kamis, 26 Mei 2011 82.52% 71.42% 65.29% 73.08% BAIK AVERAGE 82.18% 72.89% 63.22% 72.76% BAIK

Dari tabel di atas dapat diketahui prosentase keberhasilan pembelajaran hasil pengamatan ke-3 observer pada masing-masing pertemuan yaitu:

1. Pertemuan I

Prosentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut: awal pembelajaran sebesar 81,83%; pada proses pembelajaran sebesar 74,36%; pada akhir pembelajaran sebesar 61,15%; prosentase keberhasilan secara keseluruhan pada pertemuan pertama adalah 72,45% (kategori baik).

2. Pertemuan II

Prosentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut: awal pembelajaran sebesar 82,52%; pada proses pembelajaran sebesar 71,42%; pada akhir pembelajaran sebesar 65,29%; prosentase keberhasilan secara keseluruhan pada pertemuan kedua adalah 73,08% (kategori baik).

3. Rata-rata Keseluruhan

Prosentase keberhasilan proses pembelajaran pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut: awal pembelajaran sebesar 82,18%; pada proses pembelajaran sebesar 72,89%; pada akhir pembelajaran sebesar 63,22%; prosentase keberhasilan secara keseluruhan dari 2 pertemuan adalah 72,76% (kategori baik).

Hasil pengamatan sikap selama 2 kali pertemuan di atas menunjukkan bahwa pada tahap awal pembelajaran, tahap proses pembelajaran, dan tahap akhir pembelajaran semuanya mengalami kestabilan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran pada saat penelitian pada awalnya sudah berjalan dengan baik. Oleh karena itu pada proses pembelajaran berlangsung diharapkan para guru bisa memberikan materi dengan singkat dan jelas.

Data Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Data ketuntasan hasil belajar siswa menunjukkan tingkat keberhasilan guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran di kelas. Ketuntasan hasil belajar siswa diukur meliputi tiga komponen yaitu: (1) Psikomotor memiliki bobot 50%, (2) Kognitif (pengetahuan)

(8)

memiliki bobot 20%, dan (3) Afektif (sikap) memeiliki bobot 30%. Dalam penelitian ini ketiga komponen ketuntasan hasil belajar siswa diambil pada saat siswa melakukan tugas gerak. Hasil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel pembobotan nilai pada masing-masing komponen.

Ketuntasan hasil belajar penjaskes menggunakan standar ketuntasan KKM (kriteria ketuntasan minimal) dengan nilai minimum sebesar 78. Dengan demikian keberhasilan atau ketuntasan belajar pada tiap tatap muka dapat dicapai apabila siswa mampu mendapatkan hasil belajar di atas 78. Berikut adalah tabel frekuensi ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa:

Tabel 4.5 Frekuensi Siswa yang Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar

No. Hari/Tanggal Jumlah

ketuntasan Prosentase 1 KAMIS,19 MEI 2011 11 35,48 % 2 KAMIS,29 MEI 2011 19 61,29 %

Average 48,39 %

Data Kemampuan Passing Bawah Bolavoli

Data yang akan disajikan berupa data yang diperoleh dari hasil tes passing bawah sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) penerapan pembelajaran menggunakan media audio visual dengan jumlah sampel sebanyak 31 siswa. Selanjutnya akan diuraikan hasil kemampuan passing bawah bolavoli siswa sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran menggunakan media audio visual.

1. Deskripsi Kemampuan Passing Bawah Bolavoli

Pada deskripsi data ini membahas tentang rata-rata, standar deviasi, varians, rentangan nilai tertinggi dan terendah yang diperoleh dari hasil tes passing bawah bolavoli pada saat sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran passing bawah bolavoli dengan menggunakan media audio visual pada cabang olahraga bolavoli. Dan deskripsi data dari hasil penelitian dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :

Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Tes Passing Bawah Bolavoli

Deskripsi Pretest Posttest Beda

Mean 19,35 23,03 3,78

Standar deviasi 9,98 10,18 0,20

Varians 99,60 103,69 4,09

Peningkatan prosentase (%) 19,53%

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata hasil tes passing bawah bolavoli sebelum penerapan pembelajaran menggunakan media audio visual (pretest) sebesar 19,35 dengan varian sebesar 99,60 dan standar deviasi sebesar 9,98.

Untuk hasil sesudah penerapan pembelajaran menggunakan media audio visual (posttest) pada passing bawah bolavoli diperoleh rata-rata 23,03 dengan varian sebesar 103,69 dan standar deviasi sebesar 10,18.

Nilai beda rata-rata antara pretest dan posttest adalah sebesar 3,78 dengan varian sebesar 4,09 dan standar deviasi 0,20. Hal ini berarti penerapan pembelajaran passing bawah bolavoli dengan menggunakan media audio visual ternyata memberikan rata-rata peningkatan yang positif sebesar 19,53%. 2. Uji Beda Rata-rata

Pada bagian ini akan dikemukakan pengujian hipotesis berdasarkan dari hasil tabulasi data yang diperoleh dari tes yang telah diberikan kepada testee. Kemudian hasil tabulasi data diolah dan dianalisis secara statistik untuk menguji hipotesis yang sudah diajukan sebelumnya. Untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan, maka uji analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata dengan menggunakan uji paired t test (sampel berpasangan).

Nilai yang digunakan dalam perhitungan uji paired t test adalah nilai pretest dan postest. Dengan penyajian datanya pada halaman lampiran 9.

Hasil uji Paired Sample t Test (uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan):

1. Merumuskan hipotesis statistik

Ho : μ = 0, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan passing bawah bolavoli yang dilakukan siswa

sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

Ho : μ ≠ 0, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan passing bawah bolavoli yang dilakukan siswa sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan audio visual.

2. Menentukan nilai kritis (ttabel)

Dipilih level of significant : 0,05 (5%) Derajat bebas pembagi (df) = n-1 = 31-1 = 30 Nilai ttabel = 2.042

3. Nilai Statistik t (thitung)

Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus paired sample t test diperoleh nilai thitung sebesar 4,311 (lampiran 9)

Kriteria pengujian:

Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung > ttabel Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung < ttabel

4. Hasil Pengujian

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penerimaan Ha Daerah Penerimaan Ha

thitung = -4,311 ttabel = -2,042 ttabel = 2,042 thitung = 4,311

Gambar 4.1 Kurva Pengujian Sampel

Dengan mengonsultasikan nilai thitung dan nilai ttabel,

maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan tolak Ho karena nilai thitung 4,311 > nilai ttabel 2,042. Dengan kata lain

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan

passing bawah bolavoli yang dilakukan siswa sebelum dan

sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

Pembahasan

Pembahasan ini akan membahas penguraian penelitian tentang efektivitas penggunaan audio visual pada pembelajaran

passing bawah bolavoli. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah secara umum peran guru masih sangat dominan sehingga siswa hanya menerima pelajaran dan mereka tidak dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu perlu diberikan suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar, yang mana siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran.

Penerapan pembelajaran menggunakan media audio visual adalah model pembelajaran yang penyerapannya dilakukan melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya bergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Informasi atau pengetahuan yang diterima secara visual lebih mudah diserap dan dipahami dalam ingatan seseorang, sehingga bila hal itu dikombinasikan dengan audio (melalui indera pendengaran), maka hasil proses pembelajaran yang berlangsung akan lebih maksimal.

Pada penelitian ini akan diungkapakan bagaimana efektivitas pembelajaran menggunakan media audio visual terhadap penyerapan siswa pada pembelajaran passing bawah bolavoli. Dalam hal ini pengukuran efektivitas dilakukan pada beberapa tolak ukur meliputi: (1) pendapat siswa FCE, (2) observasi (pengamatan), (3) penilaian ketuntasan hasil belajar siswa, dan (4) pengukuran kemampuan passing bawah bolavoli dengan wall volley.

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian tentang efektivitas penggunaan media audio visual pembelajaran passing bawah bolavoli dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan dari ketiga instrumen penelitian yang digunakan menunjukkan hasil yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan media audio visual pada pembelajaran bolavoli secara efektif dapat membantu guru dalam pembelajaran. Pengukuran proses pembelajaran menurut pendapat siswa FCE serta ketuntasan hasil belajar yang diperoleh dengan nilai prosentase yang tinggi. Di dalam hasil peningkatan FCE

(9)

dan ketuntasan hasil belajar itu terjadi mulai dari proses awal pembelajaran saat melihat video bolavoli passing bawah terdapat demonstrasi praktek dengan menggunakan passing bawah tangan 1, jalan jongkok sambil menggiring bola dengan tangan, dan masih ada yang lainnya yang membuat siswa memiliki pengalaman gerak baru. Sehingga siswa merasa senang dengan adanya media audio visual pada saat pembelajaran. Sampai pada saat pembelajaran atau praktek di lapangan siswa memiliki antusias tinggi untuk melakukan tugas gerak yang sesuai dengan video passing bawah tersebut.

Sehingga membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran media audio visual pada pembelajaran passing bawah bolavoli sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran penjaskes.

Tabel 4.7 Perbandingan Kemampuan Passing Bawah Pretest-Posttest

Kelompok Mean Uji t Sig

Eksperimen Pretest 19,35 4,311 Signifikan

Posttest 23,03

Berdasarkan tabel 4.7 di atas bahwa hasil analisa uji t Paired

Sample t test (uji beda untuk sampel berpasangan) didapatkan hasil:

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata kemampuan

passing bawah bolavoli yang dilakukan oleh siswa sebelum dan

sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut:

Pada pembelajaran passing bawah bolavoli dengan penggunaan media audio visual lebih efektif, dilihat dari hasil FCE yang memiliki kriteria baik, Lembar observasi dikjasor memiliki kriteria baik, peningkatan kualitas hasil belajar dari 35,48% menjadi 61,29% dari 11 yang tuntas menjadi 19 siswa yang tuntas, dan berdasarkan penilaian kemampuan passing bawah bolavoli yang dilakukan oleh siswa memberikan peningkatan positif sebesar 3,78 atau sebesar 19,53%. Hasil uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan menunjukkan bahwa nilai thitung 4,311 lebih besar dari

pada nilai ttabel 2,42. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran passing bawah bolavoli dengan penggunaan media audio visual lebih

efektif. Saran

1. Bagi peneliti dalam pengembangan model pemebelajaran selajutnya, perlu diadakan penelitian sejenis pada pembelajaran pendidikan jasmani pada pokok bahasan materi yang lain. 2. Bagi peneliti untuk kemajuan dan kesinambungan model

pembelajaran selanjutnya, perlu diadakan penelitian yang tidak sejenis pada pembelajaran pendidikan jasmani yaitu dengan menggunakan pokok bahasan materi yang lain.

3. Bagi pembaca untuk melakukan penelitian yang memiliki model pembelajaran pendidikan jasmani dengan penelitian yang sejenis, tetapi dengan menggunakan sampel yang lebih luas. DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Ashar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo. Bahruli, Ananda, F.K. 2009. Efektivitas Penggunaan Media Audio

Visual pada Pembelajaran Bolavoli Passing Bawah (Studi pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tekung Kabupaten Lumajang). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPO FIK

Unesa.

Djamarah, S.B. dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fariadi, Dwi. 2011. Efektivitas Pembelajaran Passing Bawah

Bolavoli Untuk Kelas X Dengan Penggunaan Media Audio Visual (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1Kedamean Gresik). Skripsi tidak diterbitkan.Surabaya: JPO FIK Unesa.

Kuntjoro, Tjahyo, F.B . 2004. ORDIK Jurnal Jurusaan Olahraga

Pendidikan FIK-Universitas Negeri Surabaya, ISSN: 1693-2404. Surabaya: Unesa Lidah Wetan.

Maksum, Ali. 2008. Buku Ajar Matakuliah Metodologi Penelitian. Surabaya: Unesa.

Maksum, Ali. 2007. Diktat Matakuliah Statistik dalam Olahraga. Surabaya: Unesa.

Martini. 2004. Prosedur dan Prinsip-Prinsip Statistika. Surabaya: Unesa.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nurhasan, dkk. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani (Bersatu Membangun Manusia Yang Sehat Jasmani dan Rohani). Surabaya: Unesa Universty Press.

Pradani, Rizki, Y. 2010. Penerapan Media CD Interaktif Sub

Kompetensi Merawat Tangan dan Merias Kuku

(Manicure)Pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan Kulit di SMKN 8 Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: PKK FT Unesa.

Prasojo. Cahyo, A. 2010. Efektivitas Model Pembelajaran Lompat Jauh untuk Kelas X1 dengan media Audio Visual (Studi pada Kelas X1 SMA Negeri 2 Probolinggo). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPO FIK Unesa.

Rusyan, T., Atang K., & Zainal Arifin. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya CV. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi

Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Tim Penyusun. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa University Press.

Wahyudin, Dian. 2010. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual terhadap Hasil Pembelajaran Passing Bawah Bolavoli. (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bojonegoro). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPO FIK Unesa. Yunus, M. 1992. Olahraga Pilihan Bolavoli. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Gambar

Tabel 3.1 Derajat Validitas FCE  PERTANYAAN  NOMOR  NILAI  VALIDITAS  DERAJAT  VALIDITAS  1  0,83  Istimewa  2  0,71  Tinggi  3  0,78  Tinggi  4  0,70  Tinggi  5  0,72  Tinggi  6  0,60  Cukup  7  0,72  Tinggi  8  0,65  Cukup  9  0,70  Tinggi
Tabel 3.3 Kategori Skor Lembar FCE
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Rata-Rata FCE Siswa  Pada hari Kamis, 26 Mei 2011

Referensi

Dokumen terkait

Joko Nurkamto, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan, arahan dan kemudahan

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengetahuan dan keterampilan siswa kelas X I SMK Negeri 2 Muara Enim menulis paragraf deduktif dan

Zainnoor Wal Aidi Rakhmad berupa pidana penjara selama 10 bulan dengan ketentuan pidana tersebut tidak perlu dijalankan kecuali jika dikemudian hari ada perintah lain

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab belum optimalnya alternatif penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektual bidang desain industri di

Materi pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu Sumber belajar Mendeskripsik an keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingat sel sampai

Semua jenis parameter yang diujikan telah mengalami penurunan seperti bau, kekeruhan, warna, TDS, TSS dan asam organik serta peningkatan nilai pH, namun koagulan

Skrips i yang berjudul, “ Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2016 ” yang

Masih ingat artikel singkat Romo Wahyu dalam Warta KKI edisi Desember 2013 dengan judul dalam bentuk pertanyaan, “Mengapa Mau Menjadi Katolik?” Dalam tulisan itu kita ditantang