• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK BERSENJATA HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFLIK BERSENJATA HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN

PETUGAS MEDIS DALAM SUATU

KONFLIK BERSENJATA

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Mahfud

M. Putra Iqbal

Lena Farsia

Lily Husni Putri

(2)

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN

DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN

DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS

DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA

Mahfud

M. Putra Iqbal

Lena Farsia

Lily Husni Putri

(5)

Judul Buku:

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA

Penulis:

Mahfud M. Putra Iqbal Lena Farsia Lily Husni Putri

Editor: Iffi Fitriah Penata Letak: Muhammad Irfan Perancang Sampul: Iqbal Ridha ISBN: 978-623-264-200-3 ISBN: 978-623-264-199-0 (PDF) Pracetak dan Produksi:

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:

Syiah Kuala University Press

Jl. Tgk Chik Pante Kulu No.1 Kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh

Telp: 0651-8012221 Email: upt.percetakan@unsyiah.ac.id unsyiahpress@unsyiah.ac.id Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id Cetakan Pertama 2020 vi + 79 (15,5 cm X 23 cm)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014 Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...iii PRAKATA ...v BAB 1 PERANG DAN REALITAS KEMANUSIAAN ...1

A. Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Kepedulian terhadap

Persoalan Kemanusiaan ...1 B. Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Ketentuan

Kewajiban Perlindungan terhadap Petugas Medis dalam Suatu

Konflik Bersenjata ...3 C. Petugas Medis dalam Ketentuan Hukum Humaniter

Internasional (HHI) ...7

BAB 2 PETUGAS MEDIS DAN KETENTUAN PERLINDUNGAN TERHADAP AKTIVITAS KEMANUSIAAN YANG DIJALANKAN OLEH PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (HHI) ...13

A. Pengertian Tenaga Medis dan Ketentuan Perlindungannya dalam

Suatu Konflik Bersenjata ...13 B. Ketentuan Nasional Indonesia tentang Perlindungan Tenaga

Medis dalam Konflik Bersenjata Menurut Undang-Undang No. 59 Tahun 1958 tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia dalam

Seluruh Konpensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949 ...18

BAB 3 PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM PROTOKOL

TAMBAHAN I DAN II KONVENSI JENEWA 1949 ...21

A. Perang dan Kewajiban Perlindungan Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata menurut Protokol Tambahan I dan II Konvensi

Jenewa 1949 ...21 B. Status Petugas Medis Bukan Aktor Negara dalam Konflik

Bersenjata Menurut Ketentuan Hukum Humaniter Internasional (HHI)...25

BAB 4 PETUGAS MEDIS DAN INDEPENDENSI ATAS TUGAS

KEMANUSIAANNYA DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA ...37

A. Petugas Medis dan Prinsip Netralitas dalam Tugas Kemanusiaannya terhadap Korban dalam Suatu Konflik

Bersenjata ...37 B. Pelaksanaan Kegiatan Tenaga Medis Melalui Peran serta

International Committee of the Red Cross (ICRC) dan

Perhimpunan Kemanusiaan Nasional Suatu Negara ...40 C. Perlindungan Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata

(7)

iv

BAB 5 DINAMIKA PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM

KONFLIK BERSENJATA DI INDONESIA ...47

A. Korelasi antara Hak Asasi Manusia dan Perlindungan terhadap Tenaga Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata ...47

B. Faktor Penyebab Munculnya Korban Petugas Medis dalam Beberapa Konflik Bersenjata di Indonesia ...50

C. Langkah-Langkah yang dapat Dilakukan untuk Melindungi Para Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata ...67

BAB 6 PENUTUP ...75

A. Kesimpulan ...75

B. Saran ...76

(8)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya dengan selesainya buku referensi yang berjudul “HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA”. Sebagai salah satu bagian Tri Darma Perguruan Tinggi, penulisan buku referensi ini merupakan salah satu sarana pengembangan kompetensi akademis tenaga edukatif untuk mencapai jenjang struktural dan fungsional akademis.

Kajian dari penulisan buku referensi ini tidak terlepas dari kajian Hukum Humaniter Internasional yang merupakan salah satu materi pada mata kuliah pilihan wajib bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Harapan penulis, buku referensi tentang perlindungan petugas medis dalam suatu konflik bersenjata ini, dapat memberikan sumbangsih pemikiran secara akademis bagi perkembangan Hukum Humaniter Internasional. Secara khusus diharapkan buku ini dapat menjadi referensi untuk kajian tentang perlindungan petugas medis dalam suatu konflik bersenjata, baik bagi pengajar maupun para peserta didik.

Sebagai bagian dari pengembangan kompetensi akademis baik bagi tenaga edukatif maupun peserta didik, buku ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa infomasi kepada tenaga edukatif maupun peserta didik tentang perkembangan terbaru di bidang Hukum Humaniter Internasional. Karena sifat dan dinamika dari perkembagan Hukum Humaniter Internasional yang bersifat dinamis, maka pola dinamika tidak menjadikan para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata sebagai objek serangan militer juga sangat terkait dengan perkembangan zaman dan waktu.

Penulisan dari buku referensi Hukum Humaniter Internasional ini dapat terlaksana atas bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Karena itu tim penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selesainya penulisan buku referensi ini. Ucapan terima kasih terutama disampaikan kepada seluruh tenaga edukatif bagian Hukum Internasional yang telah banyak membantu penulisan buku

(9)

vi

referensi ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa tim penulis ucapkan kepada seluruh unsur pimpinan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala atas dorongan serta pemberian fasilitas kampus sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku referensi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyesaikan buku ajar ini. Sungguh tiada mampu penulis membalas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis kecuali menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, semoga segala kebaikan itu mendapat balasan yang setimpal dariNya dan senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya. Amin Yarabbal’alamin.

Banda Aceh, 30 Agustus 2020

(10)

BAB 1

PERANG DAN REALITAS KEMANUSIAAN

A. Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Kepedulian terhadap

Persoalan Kemanusiaan

Perang dan dinamika sosial manusia seakan telah menjadi bagian dari siklus sosial bertahan hidup. Dalam sejarah peradabannya manusia selalu terlibat dalam peperangan dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya dan hingga sekarangpun dunia ini tidak pernah terbebas dari masalah perang. Dalam artian yang paling luas, Perang adalah komunikasi verbal kekerasan antara dua pihak yang bertikai.1

Kondisi riil tersebut melahirkan anggapan membunuh antarmanusia adalah lumrah dan bukan tindakan kriminal, melainkan tindakan perang yang sah. Ketentuan tersebut juga menjadi bagian dari ketentuan Hukum Perang/HHI dan sebagai bagian dari hukum internasional.2

Literatur sejarah hukum perang mencatat bahwa sebagian besar peradaban manusia ribuan tahun sebelum masa kita sekarang telah menulis tentang prinsip-prinsip Hukum Perang itu sendiri.3 Hal tersebut

dapat dilihat dalam berbagai naskah-naskah kuno seperti Mahabharata, termasuk AI-Qur’an yang memuat aturan hukum perang dan mengatur tentang prinsip penghormatan terhadap pihak lawan. Pengaturan HHI yang merupakan bagian dari Hukum Internasional tentang tata cara berperang telah diatur secara hierarki dalam konvensi-konvensi baik Jenewa maupun Den Haag. Kedua konvensi tersebut mengatur secara jelas tentang bagaimana perang dibenarkan dan bagaimana pula prinsip kemanusiaan dijalankan pada waktu perang berlangsung. Pengaturan tentang masalah-masalah kemanusiaan tersebut muncul secara langsung karena akibat dari konflik bersenjata itu sendiri.4

1 Suryohadiprojo, Sayidiman. Pengantar Ilmu Perang, Pustaka Intermasa, Jakarta, 2008, hlm 1-2.

2 Khadduri, Majid. War and Peace in The Law of Islam (Perang dan Damai dalam Hukum Islam), Tarawang Press, Jakarta, 2002, hlm 47.

3 Wright, Quincy. Hukum Humaniter Sebelum Dikodifikasi, Bulletin ICRC, 2004, hlm 9.

(11)

13

BAB 2

PETUGAS MEDIS DAN KETENTUAN

PERLINDUNGAN TERHADAP AKTIVITAS

KEMANUSIAAN YANG DIJALANKAN OLEH

PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK

BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER

INTERNASIONAL (HHI)

A. Pengertian Tenaga Medis dan Ketentuan Perlindungannya dalam Suatu

Konflik Bersenjata

Ketentuan tentang perlindungan terhadap petugas medis dalam suatu konflik bersenjata merupakan salah satu bagian dari pemenuhan HAM individu dari para petugas medis itu sendiri. Keterkaitan antara hukum perang dan pemenuhan HAM para petugas medis merupakan hak absolut normatif. Sifat normatif ditandai dengan adanya sejumlah regulasi yang terdapat dalam sejumlah pasal-pasal Konvensi HHI tentang kewajiban perlindungan para petugas yang bertugas dalam suatu konflik bersenjata. Norma-norma HHI tersebut merupakan norma HAM dan pengikat bagi para kombatan dalam suatu peperangan melalui pemberian jaminan, baik jaminan perlindungan maupun jaminan HAM para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata. Kausalitas HAM dalam HHI juga sama dengan makna kewajiban hakiki sebagaimana dinyatakan oleh Victor Conde:

“A human rights norm creates an “obligation” or “duty” on the state to

respect that right. Violation or breach of obligation entails recourse to implementation measures, depending upon the institutional context, such as individual or interstate complaints seeking reparations or other redress, or possibly criminal prosecution, or the imposition of economic sanctions.”24

24 Robertson Q.C, Geoffrey, Kejahatan terhadap Kemanusiaan Perjuangan untuk Mewujudkan Keadilan Global, Kom-nas HAM, Jakarta, 2002, hlm 308.

(12)

BAB 3

PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM

PROTOKOL TAMBAHAN I DAN II KONVENSI

JENEWA 1949

A. Perang dan Kewajiban Perlindungan Petugas Medis dalam Suatu Konflik

Bersenjata menurut Protokol Tambahan I dan II Konvensi Jenewa 1949

Konflik bersenjata dalam tatanan pergaulan internasional dan diplomasi bisa dianggap sebagai kata terakhir dalam pola proses penyelesaian suatu sengketa. Suatu putusan yang akan berimbas pada berbagai persoalan kemanusiaan yang akan muncul akibat putusan perang itu sendiri. Oleh karena hadirnya rezim HHI untuk mereduksi sebagian dari berbagai persoalan kemusiaan yang bakal timbul dari konflik bersenjata itu sendiri. Tatanan regulasi HHI dalam ilmu perang dikenal teori Just War yang menuntut perubahan cara berperilaku dalam berperang.

Ajaran tersebut merupakan bagian dari code of conduct atau cara berperilaku bagi para kombatan yang berperang dalam suatu peperangan. Kode berperilaku tersebut melahirkan dua prinsip tentang bagaimana pelaksanaan perang itu dapat dilaksanakan. Kedua kategori prinsip tersebut adalah prinsip Ius ad bellum (hukum tentang perang) dan Ius in

bello (hukum yang berlaku dalam perang). Secara lebih spesifik aturan

hukum yang mengatur tentang alat dan cara berperang (means and

method of warfare) diatur dalam Konvensi Den Haag 1907.32 Peraturan

utama yang membatasi penggunaan metode dan cara berperang di atur dalam Konvensi Den Haag 1907, Protokol Tambahan 1977 yang menyempurnakan Konvensi Jenewa, dan serangkaian perjanjian lainnya.33

HHI adalah bagian dari regulasi yang yang dipergunakan ketika konflik bersenjata berlangsung. Semangat utama humanitariannya lebih banyak ditujukan pada pemberian penghormatan hak-hak para kombatan yang tidak lagi menjadi bagian dari suatu peperangan. Sebagai contoh, penduduk sipil, orang yang terluka, dan para kombatan yang telah

32 Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 2.

33 https://www.icrc.org/eng/war-and-law/conduct-hostilities/methods-means-warfare/overview-methods-and-means-of-warfare.htm.

(13)

37

BAB 4

PETUGAS MEDIS DAN INDEPENDENSI ATAS

TUGAS KEMANUSIAANNYA DALAM SUATU

KONFLIK BERSENJATA

A. Petugas Medis dan Prinsip Netralitas dalam Tugas Kemanusiaannya

terhadap Korban dalam Suatu Konflik Bersenjata

Sebagai bagian dari Konvensi Jenewa, munculnya intervensi kemanusiaan para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata dimaksudkan untuk melindungi baik penduduk sipil, korban konflik bersenjata maupun para kombatan yang tidak turut serta lagi dalam suatu peperangan. Gagasan dari ide perlindungan terhadap kelompok yang terlibat maupun tidak dalam dalam suatu peperanggan telah melahirkan konsepsi peradaban tentang

barbaritas baru dari suatu peperangan. Suatu konsepsi bahwa perang pun ada

peraturannya dan peraturan tersebut adalah bagian dari humanitarian perang. Kesadaran akan kewajiban untuk memanusiawikan perang terutama perlindungan terhadap penduduk sipil maupun mereka yang tidak ambil bagian lagi dalam suatu konflik bersenjata telah ada dalam konteks peradaban dan sejarah peperangan. Hukum perang telah terkodifikasi secara baik dalam berbagai literatur budaya maupun kitab-kitab besar umat beragama di dunia. Keterlibatan agama dalam kehidupan sosial peperangan sangat memengaruhi makna dari hakikat perang sesungguhnya bahwa perang ada batasnya dan batasan tersebut merupakan norma dasar yang harus dihormati oleh para peserta perang.

Dalam konteks hukum perang modern, kodifikasi dari munculnya kewajiban perlindungan para petugas medis dalam suatu peperangan dalam sejarahnya dapat dirujuk dari Konvensi Jenewa 1864. Konvensi tersebut merupakan konvensi pertama yang mengatur secara komprehensif tentang perlindungan para petugas medis termasuk fasilitas baik bergerak maupun tidak dalam suatu peperangan. Secara substanstif pelaksanaan tugas dari para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata menurut Konvensi 1864 tersebut termasuk kewajiban melakukan tindakan penampungan dan perawatan terhadap para kombatan yang terluka maupun sakit di medan

(14)

BAB 5

DINAMIKA PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS

DALAM KONFLIK BERSENJATA DI INDONESIA

A. Korelasi antara Hak Asasi Manusia dan Perlindungan terhadap Tenaga

Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata

Perang sebagai kata diplomatik terakhir dari suatu metode penyelesaian sengketa telah lama digunakan negara-negara sebagai sarana pemaksaan hak-hak dan kehendak. Sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang berdaulat, perang telah dianggap sebagai tindakan tertinggi dari suatu tindakan kedaulatan.57 Perang yang terjadi melahirkan

berbagai kewajiban yang harus dihormati dan ditaati.58 Salah satu

kewajiban yang harus dihormati dan ditaati oleh para pihak dalam satu konflik bersenjata adalah penghormatan terhadap para petugas medis.

Munculnya kewajiban penghormatan terhadap para petugas medis merupakan norma baru perang di awal abad ke-19 atau tepatnya setelah Henry Dunant mendirikan ICRC pada tahun 1863. Sebagai sebuah lembaga independen yang mengeliminasi semua pandangan diskriminasi kemanusiaan khususnya bagi tenaga medis dalam suatu konflik bersenjata, ICRC telah memberikan suatu kontribusi besar dalam memanusiawikan perang.

Sebagai salah satu institusi independen, munculnya intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh para tenaga medis dalam suatu konflik bersenjata bisa dipahami sebagai salah satu upaya kecil kemanusiaan untuk meminimalisir korban yang muncul akibat peperangan. Situasi tersebut tentu bisa berjalan bila pihak yang terlibat dalam suatu konflik bersenjata dalam setiap keadaan (termasuk dalam keadaan perang) bisa memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan terhadap para petugas medis.

57 Adolf, Huala. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 2. 58 Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional, Edisi ke X, Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hlm 393.

(15)

75

BAB 6

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kewajiban perlindungan para petugas medis dalam konflik bersenjata dalam sejarahnya dapat dirujuk dalam Konvensi Jenewa 1864. Tujuan konvensi tersebut untuk melindungi tenaga-tenaga medis dan rumah sakit serta mengharuskan penampungan dan perawatan kombatan yang luka dan sakit. Pokok pemikiran dari konvensi ini adalah ambulans dan rumah sakit harus diperlakukan sebagai pihak yang netral dan keberadaan mereka harus dihormati. Personel medis dan rumah sakit tidak dapat dijadikan sasaran serangan dan tawanan perang, pasukan yang terluka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Personel, ambulans dan rumah sakit harus memasang tanda palang merah di atas dasar yang berwarna putih. Perlindungan terhadap tenaga medis beserta organisasi medis tersebut terkadang diberikan hak kekebalan dan istimewa agar para personil dapat bekerja secara netral dan mandiri.

Faktor yang menyebabkan jatuhnya beberapa korban tenaga medis dalam berbagai konflik bersenjata (baik horizontal maupun vertikal) di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

a. Para pihak yang terlibat dalam suatu konflik bersenjata tersebut tidak mengetahui ketentuan-ketentuan dari prinsip-prinsip hukum humaniter internasional,

b. Adanya rasa curiga dari para pihak yang bertikai akan netralitas dari personel tenaga medis.

c. Tidak terjalinnya sistem komunikasi yang baik antara pihak yang bertikai dengan personil medis.

Secara kualifikasi konflik, jenis konflik bersenjata yang terjadi di Indonesia bisa dikategorikan sebagai konflik bersenjata internal dengan identifikasi pada konflik horizontal maupun vertikal. Untuk meminimalisasi jatuhnya korban dari pihak tenaga medis dalam suatu konflik bersenjata perlu ditempuh langkah-langkah preventif untuk melindungi para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata yaitu

a. sosialisasi prinsip-prinsip hukum humaniter pada pihak kombatan; dan b. membangun komunikasi dengan pihak kombatan

(16)

Daftar Pustaka

1. Buku-buku

Adolf, Huala. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Atmasasmita, Romli. Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2000.

Robertson Q.C, Geoffrey, Kejahatan terhadap Kemanusiaan Perjuangan

untuk Mewujudkan Keadilan Global, Komnas HAM, Jakarta, 2002.

hlm 308.

Henckaerts, Jean Marie. Studi (kajian) tentang Hukum Humaniter

Internasional Kebiasaan, Jurnal Internasional Review of The Red

Cross, volume 87, No. 857, Maret 2005,

Ishak, Otto Syamsudin dan Yakob, Abdul Rahman. Catatan Pristiwa

Kekerasan di Aceh Sepanjang Tahun 1999, (Menjaring Hari Tampa

Air Mata), Koalisi NGO HAM Aceh, Banda Aceh, 2000.

Kalshoven, Frits and Zegveld, Liesbeth. Constraints on the Waging of War:

An Introduction to International Humanitarian Law, ICRC, Geneva.

2001.

Khadduri, Majid, War and Peace in The Law of Islam (Perang dan Damai

dalam Hukum Islam), Tarawang Press, Jakarta, 2002.

Kushartoyo, Ketentuan-Ketentuan Lembaga Palang Merah Dalam Hukum

Humaniter, Hukum Humaniter, Kumpulah Tulisan, diterbitkan Dalam

Rangka Memperigati 50 Tahun Konvensi-konvensi jenewa 1949 (Jeneva Conventions 1949), Pusat Studi hukum Humaniter Fakultas hukum Universitas Trisakti, jakarta, 1999.

Kusumaatmadja, Mochtar. Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949, Bina Cipta, Bandung, 1986.

Rizki, Rudi M. Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005, Materi : Hukum HAM Internasional, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Elsam, Jakarta, 2005.

Rudy, T. May. Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, 2001. Shelton, Dinah. Remedies in International Human Rights Law, New York :

(17)

78

Siswanto, Arie. Yurisdiksi Maretial Mahkamah Kejahatan Internasional, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.

Suryohadiprojo, Sayidiman. Pengantar Ilmu Perang, Pustaka Intermasa, Jakarta, 2008.

Small Melvin and Singer, J. David. Patterns In International Warfare,

1816-1980, dalam Internanational War An Anthology And Study War,

Dersey Press, HOMEWOOD, IL, USA, 1985.

Syahrizal, Irwan. Pengaturan Pelanggaran Berat Dalam Hukum Humaniter

dan Penerapan Hukumnya di Indonesia, Tesis, Universitas

Padjadjaran, Bandung, 2003.

Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional, Edisi ke X, Sinar Grafika, Jakarta, 1995.

Manfred, Lachs. Responsibility For The Development of Humanitarian Law, and Cristopher Swinarski (Ed), Studies and Essay on International Humanitarian Law and Red Cross Principles, Martinus Nijhoff Publishers, Laiden, 1984.

Melvin, Small and David J, Singer. International War An Anthology and

study Guide, Dorsey Press Homewood, IL, USA, 1985.

Mullinen, Frederic de. Handbook on the Law of the War for Armed Forces,

ICRC, Geneva, 1987.

Pictet, Jean. Development and Principles of International Humanitarian

Law, Martinus Nijhoff Publishers, Henry Dunant Institute, 1985.

---, Review of the Red Cros, Study on Customary International

Humanitarian Law (Indonesian translation), Volume 87 Nomor 857

Maret 2005, ICRC Jakarta.

Wright, Quincy. Hukum Humaniter Sebelum Dikodifikasi, Bulletin ICRC, 2004.

Wagiman, Wahyu. Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X ,

Materi : Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia, Lembaga Studi

dan Advokasi Masyarakat, 2005.

2. Konvensi dan Sumber Lain

Buletin ICRC, Hukum Humaniter Internasional, Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Anda, ICRC, 2004.

Buletin ICRC, ICRC Dalam Kilasan, Maret 2001.

Departemen Pertahanan dan Badan Pembina Hukum ABRI, Pokok-Pokok Hukum Humaniter (Hukum Perang), Seri A-1, Jakarta, Oktober 1982.

(18)

ICRC Pengantar Hukum Humaniter Internasional, ICRC 2008.

ICRC Kekerasan Dan Penggunaan Kekuatan, Jurnal ICRC, 2012, Jakarta Konvensi Jenewa tahun 1949 Tentang perbaikan keadaan anggota

Angkatan perang yang luka dan sakit dimedan Pertempuran darat. Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 1958

Tentang Usul Undang-Undang Tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia Dalam Seluruh Konpensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949.

Protokol Tambahan Konvensi Jenewa I Tahun 1977.

Keputusan Menteri Kesehatan RI NOMOR : 14/Menkes/SK/I/2002 Tentang Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan Kompleks

Kenali ICRC, September 2006.

3. Internet

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl651/perlindungan-hukum-bagi-tim-medis-di-wilayah-konflik. http://www.tribunnews.com/internasional/2013/09/05/dokter-bedah-msf-ditemukan-tewas-di-aleppo-suriah. http://koranbireuen.com/2013/05/12/mengenang-dokter-fauziah/ http://nasional.kompas.com/read/2013/08/05/1452008/JK.Penembakan. Dokter.PMI.di.Papua.Langgar.Hukum.Internasional. http://www.palangmerah.org/hpi_.asp?stat=ina. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022003/pus-1.htm.

(19)
(20)

Salah satu kewajiban yang harus dihormati dan ditaati oleh para pihak dalam satu konflik bersenjata adalah penghormatan terhadap para petugas medis Peran petugas medis dalam melaksanakan misi kemanusiaannya tidak saja merawat korban konflik bersenjata atau perang tetapi juga diharapkan bisa sebagai penjaga dan promotor perdamaian. Perlindungan hukum terhadap petugas medis dalam suatu konflik bersenjata itu sendiri telah diatur dalam beberapa ketentuan dalam hukum humaniter internasional.

Buku ini membahas dengan detail berbagai ketentuan dalam hukum humaniter internasional yang menyangkut perlindungan petugas medis. Disertai dengan berbagai contoh kasus konflik bersenjata baik horizontal maupun vertikal di Indonesia, buku ini juga memberikan gambaran langsung penanganan perlindungan petugas medis yang terjadi secara nyata di lapangan.

Diterbitkan oleh

Percetakan & Penerbit

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Jln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1

Kopelma Darussalam Telp. 0651-812221 email: https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id upt.percetakan@unsyiah.ac.id unsyiahpress@unsyiah.ac.id ISBN 978-623-264-199-0 (PDF) ISBN 978-623-264-200-3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran logam Pb dalam susu asal sapi perah Kelurahan Kebon Pedes yang menggunakan tiga jenis pakan yaitu rumput lapangan, klobot jagung serta

 Semua kriteria pelayanan MIS memerlukan perbaikan dengan menghasilkan nilai di bawah 0 atau belum baik, serta secara keseluruhan pelayanan MIS menghasilkan

dapat diimplementasikan jika ada kelebihan anggaran. MoSCoW merupakan sebuah aturan untuk mengelompokkan kebutuhan perangkat lunak sehingga pihak pengembang mengetahui

Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksanaan inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut: (a) Sekolah atau

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa krim ekstrak biji mengkudu ( Morinda citifolia ) dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit mamut (

Jadi dapat diketahui bahwa pihak Unit Remaja Anak dan Wanita Polda telah aktif dalam melakukan upaya pre-emtif guna mencegah terjadinya kejahatan prostitusi online

Kehadiran masyarakat muslim dayak ngaju dalam pelaksanan upacara tewah, yaitu Upacara Tiwah adalah upacara terbesar yang hanya dilakukan oleh masyarakat

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar yang didapat belum mencapai indikator yang ditentukan untuk hasil belajar (≥50% dari