• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (Husband s Support in Selecting Method of Long Term Contraception)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (Husband s Support in Selecting Method of Long Term Contraception)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

49

KONTRASEPSI JANGKA PANJANG

(Husband’s Support in Selecting Method of Long Term Contraception)

Sri Maryani, Ulty Desmarnita, Sri Djuwitaningsih Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Email :srim_syahlan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Angka Kelahiran total nasional atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia 2,3 anak per perempuan. Pemerintah menekan laju pertumbuhan penduduk dengan Program KB terpilih melalui Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu IUD, Implant, MOP/MOW. Fenomena yang terjadi di masyarakat, pengambil keputusan untuk ber KB adalah suami termasuk pemilihan kontrasepsi yang digunakan.Tujuan Penelitian adalah diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP. Populasi penelitian seluruh akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Matraman dengan sampel 90 orang. Desain penelitian Cross sectional. Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan secara signifikan ( p = < 0,01) adalah umur, jumlah anak, status kesehatan, pengetahuan dan dukungan suami. Dukungan suami merupakan faktor dominan ke-3 setelah pengetahuan dan jumlah anak. Saran perlu meningkatkan dukungan suami dengan mengikutsertakan suami pada saat konseling, mensosialisasikan MKJP secara terprogram, meningkatkan motivasi peserta non MKJP agar berpindah ke MKJP.

Kata kunci : Dukungan suami, Pengetahuan, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.

ABSTRACT

Total Fertility Rate ( TFR ) in Indonesia is 2.3 children per woman. Government pressed the population growth with family planning programs that is the long-term contraceptive method ( LTM ) i.e IUD, implant, MOP/MOW. Phenomenon that occur in the community that decision-makers to use familly planning is husband including the selection of contraceptive research. This research is aimed to describe about factors that related to the using of LTM . Entire study population planning acceptors in the working area of Matraman Community Health Center, with 90 sample. Cross sectional studywere used as a design. The results obtained Variables significantly associated ( p = < 0.01 ) were age, number of children, health status, knowledge and support of husband. The husband suppport is the most dominant factor , after knowledge and the number of children. The result of this study suggested the need to increase support of husband with the counseling included, socialize LTM programm, increase the motivation of participants to move and encouveraging non LTM can be change to LTM

.

(2)

PENDAHULUAN

Laju pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta meningkat dengan cepat dimana TFR tahun 2007 sebanyak 1,8 anak per perempuan usia produktif, angka ini lebih rendah dibanding dengan TFR nasional yaitu sebanyak 2,3 anak per perempuan usia produktif. Hal ini tidak sejalan dengan rendahnya angka prevalensi pemakaian alat kontrasepsi yaitu sekitar 60,1 % untuk semua cara dibandingkan dengan angka nasional 61,4 % (SDKI,2007). Jenis kontrasepsi yang banyak diminati adalah suntikan (31,8 %), pil (13,2 %), IUD (4,9 %) dan implant 2,8%. Menurut Priyugiarto (2010), ibu yang tidak mengunakan MKJP khususnya IUD dan implant mempunyai alasan karena efek samping 17,1 % , suami tidak setuju 0,8 %, dan tidak nyaman 5,1 %. Sedangkan untuk MOP dan MOW merupakan metode kontrasepsi permanen dan untuk kembalinya kesuburan sangat kecil sehingga tidak dianjurkan pada pasangan yang masih menginginkan anak.

Penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan usia subur didasari oleh banyak faktor diantaranya faktor kesehatan,

tingkat pengetahuan tentang kontra sepsi dan dukungan dari suami (Nasution,

2011). Faktor-faktor lain yang juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB adalah hak pasangan suami istri untuk menentukan dan memutuskan alat

kontrasepsi apa yang akan digunakan dan pilihan untuk menentukan kapan hamil, melahirkan dan menghentikan KB. Fenomena dan budaya yang terjadi di Indonesia yaitu seorang suami adalah pemimpin didalam keluarga, dan pengambil keputusan yang terkait dengan kesehatan, pencarian pertolongan pengobatan termasuk pemilihan alat kontrasepsi, sehingga ijin ataupun dukungan suami sangat menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh ibu. Hartanto (2004) mengatakan bahwa faktor dukungan suami memegang peranan penting karena suami merupakan kepala rumah tangga dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga dilakukan oleh suami termasuk pengambilan keputusan untuk jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Menurut Nasution (2011) pengguna MKJP adalah wanita dengan pendidikan SLTA dan faktor pengetahuan merupakan faktor dominan dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan .

Pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Matraman sebesar 25.226, berdasarkan data puskesmas terdapat 14.004 akseptor KB Aktif yang menggunakan MKJP 32,3 % dan Non MKJP 67.7 %. Masalah yang ditemukan adalah masih rendahnya angka pemakaian alat kontrasepsi MKJP sebagai alternatif

(3)

pilihan kontrasepsi bagi pasangan usia subur. Tujuan penelitian diketahuinya fakor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional. Populasi adalah seluruh akseptor KB yang berada di wilayah kerja Puskesmas Matraman Jakarta Timur. Sampel penelitian sebesar 90 responden, dengan kriteria akseptor KB dan bersedia menjadi responden. Strategi sampling dengan purposiv sampling yaitu semua peserta KB akan diteliti dan dipisahkan yang menggunakan MKJP dan non MKJP. Tempat penelitian di Kelurahan Kayu Manis, Kecamatan Matraman Jakarta Timur.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dirancang peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep dan pedoman dari BKKBN serta sumber lain untuk penelitian sejenis, instrumen diuji coba di PKM cakung dan hasilnya kuesioner status kesehatan menunjukkan r=0,357, pengetahuan r=079 dan dukungan suami r=0,748. Responden diambil secara acak dan diberi penjelasan sebelum mengisi kuesioner oleh petugas pengumpul data yang telah dilatih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis univariat yang meng gambarkan karakteristik demografi responden, status kesehatan, pengetahuan dan dukungan suami dapat dilihat pada tabel berikut 1.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi, Status Kesehatan, Pengetahuan dan Dukungan Suami di Wilayah Puskesmas

Kec. Matraman Jakarta Timur, Tahun 2012, (n=90)

Variabel N % Karakteristik Demografi Umur < 35 tahun > 35 tahun 44 46 48,9 51,1 Pendidikan < SLTP >SLTA 28 62 31.1 68,9 Jumlah Anak 1-2 anak

> 2 anak

51 33

56,7 43,3 Memiliki anak laki & perempuan

Ya Tidak 53 37 58,8 41,2 Status Kesehatan Sehat

Kurang Sehat

59 31

65,6 34,4 Keadaan Haid Baik

Kurang baik 41 49 45,6 54,4 Pengetahuan Pengetahuan KB Rendah Tinggi 25 65 27,8 72,2 Dukungan

Dukungan suami Kurang Baik 49 41 54,4 45,6 Penggunaan Kontrasepsi MKJP Non MKJP 57 33 63,3 36,7

Tabel 1. menunjukkan umur responden mayoritas berusia >35 tahun, pendidikan

SLTA keatas, jumlah anak 1-2 orang, telah memiliki anak laki- laki dan perempuan.

(4)

Mayoritas memiliki status kesehatan baik (65.6%), tingkat pengetahuan tentang KB baik (72.2%), sedangkan lebih dari separoh (54.4%) responden kurang mendapatkan dukungan dari suami. Untuk metode kontrasepsi umumnya yang digunakan adalah MKJP (63.3%).

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan setiap variabel independen terhadap variabel dependen dengan uji kai kuadrat didapatkan hasil seperti pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Hubungan Karakteristik Demografi, status kesehatan, pengetahuan, dukungan dengan Penggunaan MKJP di Wilayah Puskesmas

Kec. Matraman Jakarta Timur, Tahun 2012, (n=90)

Variabel Metode Kontrasepsi OR (95%) Nilai p Non MKJP MKJP Total N % N % N % Umur < 35th > 35 th 23 10 52,3 21,7 21 36 47,7 78,3 44 46 100 100 3,943 0.005 Pendidikan - < SLTP - > SLTA 12 21 42,9 33,9 16 41 57,1 66,1 28 62 100 100 1,464 0,560 Jumlah anak - 1-2 anak - > 2 anak 27 6 30,0 15,4 24 33 47,1 36,6 51 39 100 100 6.188 0.001

Memiliki anak laki dan perempuan - Ya - Tidak 19 14 51,4 26,4 18 39 48,6 73,6 37 53 100 100 2.940 0.028 Status kesehatan - Sehat - Kurang 28 5 47,5 16,1 31 26 52,5 83,9 59 31 100 100 4.697 0.007 Pengetahuan - Rendah - Tinggi 18 15 0,72 0,23 50 7 0,28 76,9 25 65 100 8,571 0.000 Dukungan Suami - Kurang - Baik 25 33 48,1 21,1 27 30 51,9 78,9 52 38 100 100 3.472 0.016

Tabel 2. menggambarkan terdapat 5 variabel independen yang berhubungan bermakna dengan variabel dependen dengan nilai p<0.05 yaitu variabel umur (nilai p=0.005, OR =3,943), jumlah anak (nilai p=0.001, OR=6.188), memiliki anak laki-laki dan perempuan (nilai p=0.028, OR=2.940), status kesehatan (nilai p=0.007, OR=4.697), pengetahuan (nilai p=0.000, OR=8,571 dan dukungan suami

(nilai p=0.016, OR 3.472). Variabel yang tidak berhubungan dengan pemilihan MKJP adalah pendidikan. Pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti karakteristik demografi umur, status pendidikan, jumlah anak, status kesehatan, pengetahuan dan dukungan suami. Responden yang berumur > 35 tahun cenderung menggunakan MKJP, hal ini sejalan

(5)

dengan penelitian Nasution (2011) dan penelitian Asih (2009) yang menyatakan bahwa pemakai MKJP sebagaian besar digunakan oleh wanita yang berusia > 30 tahun. Menurut Nasution (2011) bahwa usia > 35 tahun merupakan usia yang rawan dan berisiko untuk hamil sehingga dengan menggunakan MKJP lebih aman dan lebih efektif mencegah kehamilan. Bagi ibu yang berusia kurang dari 35 tahun dan memiliki anak lebih dari 2 sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi MKJP, hal ini menghindari drop out yang tidak diinginkan, mengingat ibu termasuk usia muda dan kurun waktu bereproduksi masih cukup panjang.

Jumlah anak memiliki hubungan yang bermakna dengan MKJP. Responden yang memiliki anak >2 mempunyai kecenderungan 6, 881 kali memilih MKJP dibandingkan dengan responden yang memiliki anak <2, responden yang memiliki pengetahuan baik akan lebih mementingkan kualitas anak dari pada kuantitas. Status kesehatan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi MKJP. Keluarga terutama ibu mengikuti program KB salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan status kesehatannya, sehingga ibu dapat lebih memelihara kesehatan, memiliki waktu untuk mengistirahatkan rahim dari proses hamil, persalinan yang terlalu sering akan

mempengaruhi kesehatan wanita. Menurut Hartanto (2009) ada beberapa jenis kontrasepsi terutama kontrasepsi hormonal tidak dapat digunakan pada wanita yang memiliki penyakit sistemik seperti jantung, paru paru, sehingga ibu yang kurang sehat cenderung memilih MKJP. Pengetahuan tentang KB mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan MKJP, hal ini sesuai dengan teori perilaku bahwa pengetahuan mempengaruhi pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi.

Dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan MKJP dengan nilai (p =0,007) kecenderungan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami 3.372 kali akan menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapat dukungan suami. Hasil ini bertentangan dengan penelitian Kusumaningrum (2008) yang menyatakan bahwa dukungan pasangan tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemilihan jenis kontrasepsi. Menurut BKKBN (2011) dukungan suami sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam ber KB karena kenyataan yang terjadi dimasyarakat bahwa apabila suami tidak mengijinkan atau tidak mendukung hanya sedikit ibu yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan untuk

(6)

menggunakan atau tidak dan metode apa yang digunakan. Bentuk dukungan yang diberikan kepada pasangan dapat berupa mengingatkan untuk kontrol, mengantar untuk mendapatkan pelayanan KB, menyediakan dana serta memberikan persetujuan terhadap alat kontrasepsi yang digunakan pasangannya. Semakin banyak ibu yang mendapat persetujuan dan dukungan dari suami untuk menggunakan

MKJP maka diharapkan bahwa calon akseptor akan lebih banyak yang menggunakan MKJP.

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan MJKP dengan menggunakan uji Regresi Logistik Ganda. Hasil analisis dengan pemodelan akhir dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Model Akhir Multivariat : Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan MKJP di Wilayah Puskesmas Kec. Matraman Jakarta Timur,

Tahun 2012, (n=90)

No Variabel B Sig Exp (B)

95 % CI For exp (B) Lower Upper 1 Status Kesehatan 1.277 0.046 3.586 1.021 12.596 2 Jumlah anak 1.852 0.003 6.371 1.858 21.844 3 Pengetahuan 1.906 0.004 6.726 1.810 24.991 4 Dukungan suami 1.290 0.059 3.663 0,952 13.871 Constan -3.645 0.000 0.26 - -

Tabel 3. menunjukkan variabel yang berhubungan dengan penggunaan MKJP secara berturut turut adalah pengetahuan, jumlah anak, dukungan suami, dan status kesehatan. Variabel pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan terhadap penggunaan MJKP dengan OR=6.726 yang berarti ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang menggunakan MJKP sebesar 6.726 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang, setelah dikontrol oleh variabel status kesehatan, jumlah anak dan dukungan suami.

Hasil ini diperkuat oleh penelitian Tri (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap dimana 60,6% responden dengan tingkat pengetahuan baik, cenderung menggunakan kontrasepsi mantap. Sementara responden dengan tingkat pengetahuan tidak baik seluruhnya tidak menggunakan kontrasepsi mantap. Didukung juga dengan teori perilaku bahwa pengetahuan akan mempengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan (Notoatmojo, 2005).

(7)

SIMPULAN

Metode Kontrasepsi Jangka panjang merupakan salah satu upaya pemerintah dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dengan penggunaan MKJP akan memberikan perlindungan dari kehamilan yang lebih lama dengan efektifitas tinggi dan meningkatkan kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi bagi peserta. Pengetahuan merupakan faktor paling dominan dalam pemilihan MKJP, namun dukungan suami juga mempunyai pengaruh besar dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan.

Hasil penelitian menunjukkan berbagai faktor berhubungan secara signifikan dengan penggunaan MKJP. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemakaian MKJP, petugas kesehatan pada saat konseling KB sebaiknya dilakukan sosialisasi melalui promosi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan calon peserta KB, maupun peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi non MKJP agar bisa beralih ke metode KB MKJP. Selain itu pada saat konseling KB mengikut sertakan suami, agar suami memiliki pengetahuan yang lengkap tentang MKJP dan dapat memberikan dukungan serta memberikan persetujuan atau bahkan dapat berperan dalam penggunaan MKJP. Bagi akseptor yang berumur < 35 tahun, memiliki dua anak

atau lebih untuk menghindari terjadinya ketidaklangsungan pemakaian kontra sepsi non MKJP dimotivasi agar dapat beralih menggunakan MKJP

DAFTAR RUJUKAN

Asih, O. 2009. Faktor-faktor yang

mempengaruhi Pemakaian Kontra sepsi Jangka Panjang (MKJP) .

Analisis Lanjut SDKI 2007. Jakarta : BKKBN.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2011. Pedoman pelak

sanan Pelayanan KB Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP ). Jakarta

Cuningham dan Garry, F. 2001. Obstetri. Edisi 21. Vol 2 ( Hartono et al, trans) Jakarta : EGC

Direktorat Kependudukan Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. 2010. Laporan Pelayanan KB bagi

Masyarakat Miskin. Jakarta :

Bappenas.

Hartanto, H. 2009. Keluarga Berencana

dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan.

Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan pada pasangan UsiaSubur. Semarang :

FK Undip.

Nasution, S. L. 2011. Faktor-faktor yang

mempengaruhi Pemakaian

Kontra sepsi Jangka Panjang (MKJP). Analisis Lanjut: 2011.

Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera BKKBN

Notoatmojo. 2005. Pengantar Pendidikan

(8)

Kesehatan. Yogyakarta : Andi

offset.

Priyugiarto, T. 2010. Ketidaklangsungan

Pemakaian Kontrasepsi di

Indonesia: Kecenderungan dan

Alasan Berhenti Pakai

Kontrasepsi. Puslitbang KB dan

KR,BKKBN.

Riyanti, E. 2007. HubunganKonseling KB

dengan Tingkat kelangsungan

penggunaan kontrasepsi (Analisis

sekunder SDKI tahun 2003). Tesis tidak dipublikasikan. Jakarta

: FKM UI.

Tri Suci Dewi Wati, 2010. Hubungan

Pengetahuan Dan Sikap Akseptor

Kb Dengan Pemakaian Alat

Kontrasepsi Mantap Di Desa

Tebing Tanjung Selamat

Kecamatan Padang Tualang

Kabupaten Langkat 2009. Skripsi

tidak diterbitkan. Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Wahyuni, W. E. 2010. Pelaksanaan

Program KB Di Wilayah

Tertinggal dan Perbatasan di Provinsi Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur. Puslitbang

Referensi

Dokumen terkait

Masalah-masalah yang terkait dengan dengan aspek-aspek ekonomi, kultural, dan politik secara umum mengandung empat yaitu: (a) berbagai isu dan tema dalam teori komunikasi

sepenuhnya ditanggung oleh pihak pemilik modal, dalam hal ini investor. Pada saat jatuh tempo, modal pokok akan dikembalikan ke para investor. 4) Istisna’ , yaitu sukuk yang

Dewasa ini pemanfaatan energi alternatif sangat gencar di sosialisasikan oleh berbagai pihak, tidak terkecuali pemanfaatan gas metan yang dihasilkan oleh sampah yang berada di

Densitas dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya

Very High Readiness Level (R4) dalam tahap ini, Gaya kepemimpinan delegating dapat digunakan secara efektif saat pengikut memiliki tingkat pendidikan, pengalaman,

Pengaruh Lama Pengeringan dan Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Karakteristik Fisik Kimia dan Organoleptik Minuman Instan Daun Mengkudu (Morinda citrifolia

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan tax planning pada perusahaan industri pengolahan kayu di Purbalingga berdasarkan undang-undang perpajakan yang