• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1 Tujuan Umum ... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.4.1 Manfaat Praktis ... 7 1.4.2 Manfaat Teoritis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keletihan ... 8

2.1.1 Pengertian Keletihan ... 8

2.1.2 Sistem Penggerak Keletihan ... 8

2.1.3 Penyebab Keletihan ... 10

2.1.4 Gejala Keletihan ... 13

2.1.5 Klasifikasi Keletihan ... 14

(2)

2.1.7 Instrumen Pengukuran Keletihan ... 18

2.2 Konsep Dasar Akupresur ... 20

2.2.1 Pengertian Akupresur... 20

2.2.2 Teori Dasar (Biofisiologi) Akupresur ... 21

2.2.3 Tujuan Terapi Akupresur ... 22

2.2.4 Manfaat Terapi Akupresur ... 22

2.2.5 Komponen Dasar Akupresur... 22

2.2.6 Akupresur Poin Untuk Keletihan ... 23

2.2.7 Cara Pemijatan ... 25

2.2.8 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Tindakan... 25

2.3 Pengaruh Akupresur Terhadap Keletihan ... 26

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 30

3.3 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 32

4.2 Kerangka Kerja ... 33

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

4.3.1 Tempat Penelitian ... 34

4.3.2 Waktu Penelitian ... 34

4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Penelitian ... 34

4.4.1 Populasi Penelitian ... 34

4.4.2 Teknik Sampling ... 34

4.4.4 Sampel ... 35

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 36

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 37

4.5.4 Etika Penelitian ... 38

4.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 40

(3)

4.6.2 Teknik Analisa Data ... 41

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 43

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 43

5.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian ... 44

5.1.3 Hasil Wawancara Terhadap Responden Sesuai Variabel Penelitian .... 46

5.1.4 Hasil Analisa Data Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Penurunan Keletihan 48 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 50

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 51

5.2.4 Gambaran Tingkat Keletihan Sebelum diberikan Terapi Akupresur ... 52

5.2.5 Gambaran Tingkat Keletihan Setelah diberikan Terapi Akupresur ... 53

5.2.6 Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Penurunan Keletihan ... 55

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 58 BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 60 6.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA Lampiran

(4)

ABSTRAK

Keletihan adalah suatu kondisi badan yang penat, lelah, payah, dan berkurangnya kekuatan tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Keletihan dapat disebabkan dari berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, status gizi, status kesehatan, dan pekerjaan. Keletihan dapat ditangani dengan terapi keperawatan komplementer, yaitu terapi akupresur. Akupresur merupakan terapi dengan penggunaan teknik sentuhan dan penekanan pada kulit untuk menyeimbangkan saluran energi dalam tubuh (Qi) dan dapat meningkatkan pengeluaran hormon endorfin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan keletihan. Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan rancangan one-group pre-post test design. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu di Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Responden akan diberikan terapi akupresur sebanyak 30 kali pijatan atau putaran searah dengan jarum jam di masing-masing titik. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner SSRT (Subjective Self Rating Test) untuk mendapatkan data demografi dan skor keletihan. Penelitian ini menemukan hasil bahwa sebelum skor keletihan menurun setelah diberikan terapi akupresur. Hasil analisis data yang diperoleh menggunakan uji dua sampel berpasangan, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada perubahan keletihan sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05). Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan keletihan. Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada perawat untuk menggunakan terapi akupresur dalam menangani kasus keletihan.

Kata kunci: Akupresur, Keletihan Referensi (76: 2004-2016)

(5)

ABSTRACT

Fatigue is tired, jaded, and reduced of physical strength to continue the activities that must be performed. The factors that can trigger fatigue such as age, sex, nutritional status, health status, and employment. Fatigue can be treated with complementary nursing therapies. One of the complementary therapies for reliefing fatigue is acupressure. This therapy uses touch techniques and emphasis on the skin to balance the energy channels in the body (Qi). The process can increase the secretion of endorphins. The aims of this study was to determine the effect of acupressure therapy to decrease fatigue. This study was a pre-experimental with one-group pre-post test design. This study was conducted over three weeks in Holistic Nursing Care Latu Usadha Abiansemal District of Badung Regency. The sampling technique used purposive sampling and there were choosen 30 respondents. Respondents would be given acupressure therapy as much as 30 times a massage or a round in a clockwise direction at each acupoint. Data collected by using SSRT (Subjective Self Rating Test) questionnaire to get demographic data and fatigue score. This research found that scores of fatigue decreased after being given acupressure therapy. Paired t-test shows that there is a significant difference in the change of fatigue before and after intervention with p value 0.000 (p<0.05). It means that the acupressure therapy decreased the fatigue score on patient. Based on that results, it can be suggested to nurses to use acupressure as one of the fatigue therapy.

Keywords: Acupressure, Fatigue Reference (76: 2004-2016)

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Konsep sehat memiliki tiga karakteristik, yaitu merefleksikan perhatian pada individu, memandang sehat dalam konteks lingkungan internal maupun eksternal, dan sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sedangkan sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau spriritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (Potter & Perry, 2005). Keadaan ini tentunya akan berakibat pada kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari harus didukung dengan kebugaran fisik dan mental yang memadai. Namun, aktivitas yang berlebihan justru menyebabkan seseorang sulit untuk mendapatkan kebugaran fisik dan mental yang stabil setiap harinya. Keadaan ini dapat timbul dengan salah satu penyebabnya adalah kondisi kelelahan otot atau kelelahan fisik yang sering disebut sebagai keletihan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, letih diartikan sebagai suatu keadaan atau kondisi badan yang penat, lelah, payah, dan hilang tenaga. Keletihan juga dipahami sebagai suatu keadaan menurunnya kapasitas fisik akibat melakukan suatu aktivitas (Giriwijoyo & Sidik, 2012).

Keletihan merupakan fenomena yang banyak dialami oleh sebagian besar orang dan menjadi masalah keperawatan yang sering muncul pada seseorang yang sedang menderita suatu penyakit. Sumakmur (2006) menjelaskan di Swedia, sebesar 42% dari 310 pekerja di rumah sakit yang bekerja di siang hari mengalami keletihan. Pada penelitian lain oleh Lys Esther, Debora, Maria, & Denyei (2006) yang dilakukan pada pekerja call center bank swasta di Sao Paulo yang terdiri dari 88% pekerja wanitanya, didapatkan data bahwa prevalensi keletihan yang dirasakan pada leher dan bahu sekitar 43%. Di Indonesia, penelitian mengenai keletihan umum pada pekerja pengrajin patung di Kota Tegal menyimpulkan bahwa prevalensi

(7)

keletihan terjadi sekitar 86,8%. Penelitian serupa mengenai keletihan yang dilakukan oleh Purnawati (2005), menemukan bahwa keletihan umum pada pekerja inspector soft drink di Bali yang bekerja pada shift sore 2,46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang bekerja pada shift pagi. Keadaan ini menunjukkan tingginya angka kejadian keletihan yang dialami oleh seseorang terutama orang dengan tingkat aktivitas yang tinggi seperti bekerja.

Bekerja merupakan kondisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami keletihan. Penyebabnya sangat spesifik bergantung pada karakteristik pekerjaan yang dilakukan (Septiana, 2010). Wignjosoebroto (2008) menyatakan keletihan yang sering dialami oleh banyak orang biasanya terjadi akibat dari proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan menimbulkan stres yang dialami oleh tubuh. Beberapa kondisi seperti aktivitas berlebihan, kurang istirahat, kondisi fisik lemah, olahraga dan tekanan sehari-hari dapat menyebabkan keletihan (Akoso, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Haryono dan Murleni (2011), menjelaskan terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan keletihan kerja pada karyawan laundry di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Hal ini diakibatkan oleh semakin besarnya tingkat beban kerja pada karyawan yang dapat meningkatkan resiko keletihan kerja. Faktor lain yang juga menyebabkan terjadinya keletihan, yaitu akibat lingkungan fisik tempat kerja yang kurang mendukung atau tidak ergonomis, kebisingan, tingkat subyektif suhu ruangan yang panas, dan akibat aktivitas kerja fisik yang panjang dan tanggung jawab yang besar dalam pekerjaan (Haryono dan Murleni, 2011). Pernyataan tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi, Suwondo, dan Lestyanto (2013) yang menyebutkan bahwa kebisingan merupakan salah satu beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan keletihan.

Menurut Giriwijoyo (2010), keletihan terjadi oleh berbagai penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya sumber daya habis, tertimbunnya asam laktat, terganggunya keseimbangan elektrolit dan terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air di dalam tubuh. Asam laktat dalam otot akan menghambat kerja enzim-enzim dan mengganggu reaksi kimia di dalam otot. Keadaan ini akan menghambat kontraksi otot sehingga menjadi lemah dan akhirnya otot menjadi keletihan (Widiyanto, 2012).

(8)

Keletihan yang dirasakan karena penggunaan kerja otot yang terlalu berlebihan atau over use dapat menimbulkan dampak yang buruk. Menurut Sastrowinoto (dalam Kristian, 2010), keletihan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya berakhir pada kondisi kehilangan efisiensi kerja, penurunan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Keletihan juga ditandai oleh adanya sensasi lelah, motivasi menurun, dan aktivitas menurun (Tarwaka, 2010). Hal ini menunjukkan dampak buruk yang paling dirasakan bagi seseorang akibat keletihan adalah terganggunya produktivitas dan kreativitas karena ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dan pekerjaan sehingga akan berdampak pula pada kehidupan sosial dan ekonomi.

Berbagai cara untuk mencegah terganggunya produktivitas dan kreativitas seseorang akibat keletihan serta upaya untuk mempercepat proses pemulihan, sesungguhnya sudah banyak yang bisa dilakukan, antara lain seperti metode massage, istirahat, dan pola makan yang baik dengan mengonsumsi makanan bergizi yang dapat mengembalikan fungsi tubuh agar kembali bugar (Giriwijoyo, 2010). Selain itu, proses pemulihan kondisi tubuh akibat keletihan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung dari penyebabnya. Penanganan yang bisa dilakukan adalah berolahraga lebih teratur, mengatur sirkulasi udara lebih baik, istirahat yang cukup, serta mengubah rutinitas atau kebiasaan sehari-hari yang berpeluang menghabiskan banyak tenaga dan pikiran (Anas, 2006).

Seiring dengan perkembangan dunia kesehatan muncul salah satu metode keperawatan komplementer, yaitu akupresur yang saat ini mulai digunakan untuk menangani kasus keletihan. Akupresur merupakan salah satu terapi non farmakologis yang perkembangannya sangat pesat dan WHO telah mengakui keberhasilan terapi ini dalam menangani banyak kasus, lebih dari 100 kasus. Akupresur merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupuntur. Teknik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupunktur dengan mengalirkan energi yang dalam bahasa Cina disebut Chi atau Qi (Hartono, 2012). Titik akupresur terletak di seluruh tubuh dekat dengan permukaan kulit dan terhubung satu sama lain melalui jaringan yang komplek yaitu meridian (Andarmoyo, 2013). Jika energi dalam tubuh berkurang satu atau lebih, maka meridian kesehatan tubuh akan terpengaruh (Charandabi, 2011).

(9)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Song, Seo, Lee, Son, Choi, et al (2015) menyebutkan adanya efek positif bagi hasil utama penggunaan terapi akupresur yaitu dapat meringankan gejala berbagai masalah kesehatan yang salah satunya adalah menurunkan skor keletihan dan gangguan tidur pada seseorang yang sedang tidak mengalami suatu penyakit. Selain itu, berdasarkan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Eglence, Karatas & Tasci (2013), menunjukkan bahwa terapi akupresur yang diterapkan dengan menggunakan pena akupunktur, efektif dalam mengurangi keletihan pada pasien yang menjalani hemodialisis. Dalam penelitian dengan subjek yang sama, yaitu pada pasien hemodialisis di Iran menunjukkan bahwa terapi akupresur dengan cepat dan efektif meningkatkan kualitas tidur pasien (Shariati, Jahani, Hooshmand & Khalili, 2012). Hal ini menjadi poin penting mengingat bahwa salah satu gejala keletihan adanya rasa kantuk karena kualitas tidur yang terganggu.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) nomor HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat dalam BAB III, menyebutkan dalam ayat 3 yaitu, praktik keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat serta tindakan pelaksanaan keperawatan komplementer. Berdasarkan peraturan yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa tindakan terapi komplementer sudah menjadi salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan oleh perawat. Hal ini didukung dengan Undang-undang Keperawatan yang tertuang dalam Undang-Undang-undang RI No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Pada BAB V pasal 30 sampai pasal 36 tentang praktik keperawatan dijelaskan mengenai praktik keperawatan yang terdiri atas praktik keperawatan mandiri perorangan, berkelompok, dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha, didapatkan data selama 3 bulan terakhir terhitung sejak awal Bulan Mei hingga akhir Bulan Juli 2015, klien yang datang ke Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha sebanyak 885 orang. Dimana sebanyak 320 klien pada Bulan Mei, 273 klien pada Bulan Juni, dan 292 klien pada Bulan Juli dengan rata-rata perbulannya sebesar 24,4% klien datang dengan keluhan keletihan. Kasus keletihan ini berada di urutan ketiga terbanyak setelah masalah nyeri (akut dan kronis) dan hipertermi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap seorang perawat yang bekerja di Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha dikatakan bahwa setiap harinya sekitar 2-3 orang datang dengan keluhan keletihan disertai keluhan nyeri dan kaku pada bagian leher dan bahu, badan lemas, dan tidak bergairah. Pelayanan Perawatan Holistik

(10)

Latu Usadha merupakan tempat praktik mandiri perawat yang memberikan pelayanan holistik kepada masyarakat dengan mengedepankan pemberian pelayanan keperawatan terapi komplementer yang salah satunya adalah terapi akupresur.

Terapi akupresur secara empiris dapat meningkatkan hormon endorphin pada otak yang secara alami dapat membantu mengontrol rasa nyeri sehingga dianggap dapat mengurangi tingkat keletihan. Teknik ini juga aman untuk dilakukan sendiri walaupun belum pernah melakukan sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk yang ada dengan benar. Sampai saat ini penggunaan terapi akupresur dalam meminimalisir tingkat keletihan belum banyak diketahui di Indonesia. Perawat harus memahami situasi ini sebagai suatu masalah yang harus dihadapi secara bersama-sama. Situasi ini juga sangat tepat dimanfaatkan untuk melihat peran perawat dalam melakukan penanganan dengan mengedepankan aspek pelayanan promotif dan preventif yang berguna untuk mencegah masalah berkelanjutan yang lebih besar dan berdampak buruk bagi kehidupan seseorang akibat keletihan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Penurunan Keletihan Pada Klien di Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan keletihan pada klien di Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan keletihan pada klien di Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung

1.3.2 Tujuan Khusus

(11)

a. Untuk mengetahui karakteristik sampel penelitian

b. Untuk mengetahui tingkat keletihan sebelum dilakukan terapi akupresur c. Untuk mengetahui tingkat keletihan sesudah diberikan terapi akupresur

d. Untuk menganalisis perbedaan tingkat keletihan sebelum dan sesudah diberikan terapi akupresur

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih terapi untuk penanganan keletihan secara non farmakologis.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan terapi komplementer sebagai salah satu terapi yang disarankan untuk penanganan kasus keletihan.

c. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat khususnya masyarakat pekerja dan yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi maupun masyarakat yang memiliki keluhan keletihan akibat menderita suatu penyakit dapat mengetahui terapi yang bisa digunakan untuk mengurangi tingkat keletihan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan untuk memberikan masukan dalam rangka pengembangan keilmuan dan peningkatan proses belajar mengajar dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan komplementer terkait dengan penanganan keletihan.

b. Bagi Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan informasi bagi Pelayanan Perawatan Holistik Latu Usadha dalam menangani kasus keletihan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Isnugrahadi ( 2009 ) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan dari kecakapan manajerial terhadap praktik manajemen

Sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif (Miles &amp; Huberman) dengan tahap: Pengumpulan data, reduksi data,menyajikan data,dan pengambilan

Masalah sterilisasi kucing masih banyak dibicarakan khususnya oleh orang dewasa, melalui media buku dapat menjadi media menarik yang akan memberikan edukasi mengenai manfaat

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola pertumbuhan dan kondisi cumi-cumi yang terdapat di Perairan Banyuasin, sehingga menghasilkan informasi yang dapat

Kerangka berpikir penulis dalam tesis ini dimulai dari Operasi Tangkap Tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terhada Bambang Kariyanto dan Adam Munandar

aluasi dilakukan saat proses 9*K berlangsung, khususnya pada tahap kerja. *spek yang diealuasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan 9*K. Cntuk 9*K stimulasi persepsi

Wb, puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-NYA, sehingga tugas akhir yang berjudul “Rancang Bangun

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana bentuk nyanyian rakyat dalam seni sastra Senjang di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan.. Tujuan penelitian