Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
INOVASI BATIK MELALUI MEDIA
KAYU
Jati Widagdo
Program Studi Desain Produk
Fakultas Sains dan Teknologi UNISNU Jepara jati.widagdo33@gmail.com
Abstrak
Industri kerajinan kayu sangat akrab dengan masyarakat. Baik masyarakat industri maupun masyarakat umum. Industri yang tetap bertahan dan berkembang dewasa ini adalah industri kerajinan kayu, inovasi dalam bidang desain produk salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi batik dan pewarnaannya. Upaya pemanfaatkan teknologi batik dan pewarnaannya dapat meningkatkan kualitas produk dan sumberdaya manusia di daerah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yakni metode yang berdasarkan pada kondisi objek yang alami dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci pengambilan sampel sumber data silakukan secara porposif dan snowbaal serta teknik penggabungan, analisis data bersifat induktif/ kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Hail penelitian menunjukkan bahwa kayupun dapat dijadikan sebagai media batik halini bisa dilakukan karena kayu juga mempunyai sifat hampir sama dengan kain yaitu mempunyai sifat mudah menyerap warna.
Abstract
The wood craft industry is very familiar with the community. Both the industrial community and the general public. The industry that has survived and developed today is the woodcraft industry, one of which is innovation in the field of product design by utilizing batik technology and its coloring. Efforts to utilize batik technology and coloring can improve the quality of products and human resources in the region.
The research method used is a qualitative method that is a
Kata kunci: desain, kayu, batik
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
method that is based on natural object conditions where the researcher is a key instrument for sampling porous and snowbaal data sources as well as merging techniques, data analysis is inductive / qualitative and the results of qualitative research emphasize meaning rather than generalization . Hail of research shows that even though it can be used as a medium of batik, this can be done because wood also has properties similar to fabric, which have easy to absorb color .
Pendahuluan
Industri kerajinan kayu sangat akrab dengan masyarakat. Baik masyarakat industri maupun masyarakat umum, telah terbukti industri kecil merupakan industri yang terbesar setelah migas, bahkan dewasa ini industri kecil sangat menguntungkan .
Salah satu industri kecil yang tetap bertahan dan berkembang adalah industri kerajinan kayu , yang dewasa ini berkembang desain produk dengan memanfaatkan teknologi batik dan pewarnaannya. Upaya pemanfaatkan tehnologi batik dan pewarnaannya dapat meningkatkan kualitas produk dan sumberdaya manusia di daerah, baik dari segi pengetahuan ,ketrampilan dan manfaat sumberdaya alam yang ada di daerah khususnya bahan baku pembuat kerajinan batik kayu seperti kayu, tumbuh-tumbuhan, akar, daun, dan bunga sebagai pewarna .
Dengan demikian industri kerajinan kayu dengan tehnologi pewarnaan batik akan memajukan
industri pada umumnya serta menambah keragaman produk kerajinan pada khususnya
Teknologi pembatikan dan pewarnaan batik untuk industri kerajinan kayu, merupakan upaya meningkatkan kualitas produksi penyempurnaan dalam hal finising . dewasa ini banyak industri kerajinan khususnya dari bahan yang mudah menyerap bahan pewarna dan mudah di lekati printing/lilin batik.
Proses penyempurnaan atau
finishing sangat mudah dan dapat
meningkatkan mutu produk, baik bahan baku yang dipakai dapat lebih meningkat, menarik karena strukturdan sifat bahan bertambah baik dan lebih sempurna.
Sebelum menerapkan tehnologi proses batik untuk kerajinan kayu masih
menggunakan tehnologi
penyempurnaan dengan bahan finising dari bahan cat, Melamin, Plitur, sehubungan dari larangan negara eropa, bahwa bahan finising yang digunakan pada barang-barang prodak industri, yang menggunakan produk Keywords:
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289 industri, yang menggunakan produk
kimia tidakboleh di ekspo, maka di usahakan untuk bahan finising dapat memakai bahan non kimia/alami. Pilihan terbaik adalah dengan tehnologi penyempurnaan /finising dengan pembatikan.
Mengingat bahan kayu yang dipakai sebagai bahan kerajinan batik kayu, tidak berat dan tidak keras, serat dan poripori kayu tidak begitu padat termasuk kedalam kelas IV. Tehnologi proses batik sangat menguntungkan pengrajin, baik waktu maupun bahan
finising sangat efesien sekali dan
hasilnya dan hasilnya sangat bersaing di pasaran dalam negri dan luar negri.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan, maka semakin bervariasi produk kerajinan yang diproduksi masyarakat, salah satunya produk batik. Teknik dan motif batik tidak hanya diterapkan pada kain saja. Tapi media apapun saat ini bisa dikreasikan menjadi produk batik.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana jenis menerapkan tehnik batik pada media kayu? 2. Bagaimana penerapan warna batik
pada Topeng wayang? Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi penerapan tehnik batik pada media kayu dan golongan wayang purwo.
2. Memahami penerapan tehik mewarna tehnik batik pada wayang purwo.
Landasan Teoretis
Pembahas tentang batik pada media kayu masih jarang. batik pada umumnya ditorehkan di atas kain, tapi sekarang ini sudah dapat mebatik yang ditorehkan pada media kayu. Biasanya jenis kayu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan adalah kayu lunak misalnya sengon atau albasia, wadang, jenetri, pule, mahoni, kuso, klepu, kembang, dan kayu jinjing. Kayu-kayu tersebut dipilih karena tidak keras dan mudah dibentuk serta mudah menyerap cairan (pewarna) juga tidak berminyak. Kayu sebagai bahan batik kayu harus mudah didapat dan mudah untuk direboisasi kembali dengan umur kayu layak tebang (pendek) hingga umur 2-3 tahun.
3. Membatik pada kayu prinsipnya hampir sama dengan membatik di kain:
1. Kayu direbus dengan air mendidih supaya getah-getahnya keluar untuk mengantisipasi adanya
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289 difinishing. Selanjutnya kayu yang
akan dibatik dibentuk sesuai model
yang dinginkan.
2. Setelah kayu direbus kemudian dijemur dengan kondisi sampai benar-benar kering sehingga akan
mudah dalam proses
pengamplasan. Kayu yang sudah kering kemudian diamplas dengan
standard kehalusan.
3. Kemudian kayu diberi pola sesuai motif yang diinginkan, supaya mudah dalam proses pembatikan.
4. Setelah pola terbentuk kayu tersebut akan dibatik menggunakan canting dan malam yang sudah dipanasi dengan suhu tertentu dalam wajan hingga berbentuk cair. 5. Setelah itu kayu yang sudah dibatik akan diwarna sesuai dengan yang diinginkan. Proses pewarnaan, menggunakan pewarna kimia khusus yang di impor dari
Jepang dan China.
6. Setelah warna sudah muncul akan dilanjutkan dengan penutupan motif yang sudah diwarnai dengan malam.
7. Kayu yang sudah ditutup malam, akan dilanjutkan dengan
pewarnaan dasar.
8. Setelah selesai selanjutnya tahap perebusan supaya malam terlepas dari kayu, sehingga
motifnya terlihat.
9. Dilanjutkan penjemuran sampai
benar-benar kering.
10. Kayu yang sudah kering akan dicelupkan atau dikuaskan cairan H2O2 yang berfungsi sebagai
pemutih kayu.
11. Kayu yang sudah benar-benar putih yang terlihat hanya motif batik, dilanjutkan dengan proses finishing. Proses membatik dengan media kayu membutuhkan keterampilan tersendiri dan berbeda dengan membatik diatas kain. Disebabkan polanya dibuat secara manual, bukan dicetak, maka membatik dengan media kayu membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
Motif batik yang diterapkan pada media kayu yaitu motif parang rusak, parang barong, kawung, garuda, sidorahayu, sidomukti, dan motif lainnya.
Berbagai produk kerajinan yang dihasilkan berupa topeng, wayang, almari, aksesoris rumah tangga, patung kayu, kotak perhiasan, gelang, kalung, sandal, dan hiasan batik kayu lainnya dengan kisaran harga mulai dari yang murah hingga jutaan tergantung pada tingkat kerumitan dan kesulitan pada saat mengerjakan. Produk tersebut juga dipasarkan keluar negeri atau pasar manca negara.
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289 Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yakni metode yang berdasarkan pada kondisi objek yang alami dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci pengambilan sampel sumber data silakukan secara porposif dan snowbaal serta teknik penggabungan, analisis data bersifat induktif/ kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Tujuannya adalah untuk memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Peneliti kualitatif percaya bahwa benar adalah dinamis serta dapat ditemukan melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka.
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dengan menggunakan pencatatan secara sistematis, pengamatan dilakukan dengan cara ikut melibatkan diri dalam proses guna mendapatkan data-data yang sesuai.
Arikunto (1993:112) menjelaskan pengertian observasi adalah:
“pengamatan langsung yang berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati dengan memberikan tanda-tanda pada kolom, tempat-tempat peristiwa muncul, observasi melibatkan penyusun untuk berinteraksi secara langsu ng dengan obyek yang akan diteliti, secara terbuka dan terlibat didalamnya secara aktif dalam upaya memperoleh data”.
2. Metode Pustaka
Metode pustaka ialah metode dengan cara mengumpulkan data-data dari sumber tertulis yang validitasnya dapat diyakini kebenarannya serta sumber tersebut sesuai dengan obyek penelitian. Sumber tersebut dapat diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, wikipedia, serta sumber-sumber tertulis lainnya yang sudah dipublikasikan. 3. Lokasi Penelitian
Pada penelitian lokasi yang dipilih adalah Dusun Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Kurang lebih 12 km barat daya Kota Yogyakarta. dipilih lokasi tersebut karena disitulah terdapat pusat kerajinan batik kayu salah satu sanggar yang terkenal adala sanggar lover.
Obyek penelitian merupakan batik kayu yang sampai sekarang ini masih
Pembahasan Pengertian Batik
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289 Batik tidak hanya diterapkan
pada kain saja, tapi juga bisa diterapkan pada media lain misalnya pada bambu dan kayu. Pembuatannya kurang lebih hampir sama dengan pembuatan batik tulis pada kain dan secara keseluruhan hampir sama dalam pembuatan batik pada media kayu.
Di Indonesia kayu mudah dicari dimana-mana ada. Kerajinan kayu memang punya desain dan teknik yang banyak. Sehingga beberapa produknya bisa dibuat dan dipadupadankan dengan seni batik. Hal ini menjadi inovasi tersendiri dari suatu kebudayaan yang harus dijaga dan dilestarikan dalam setiap kehidupan didalam atau diluar.
Batik pada kayu menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan kreasi dan seni budayanya. Tak hanya itu, kayu sebagai bahan baku yang dapat tumbuh di mana saja dan kapan saja, tidak akan habis selama mengerti makna melestarikan alam dengan segala isinya.
1. Agar lebih jelas sebaiknya perlu dijabarkan Proses membuat batik
kayu yaitu:
Pilih kayu dengan kualitas yang baik. Lalu kayu tersebut direbus dengan air mendidih, untuk mengantisipasi adanya kerusakan saat kayu ketika difinishing.
Gambar:1 Perebusan Kayu (foto koleksi penulis)
2. Setelah kayu direbus lalu dijemur dengan sampai kondisi benar-benar kering untuk mempermudah dalam proses pengamplasan.
Gambar:2 Pengamplasan Kayu (foto koleksi penulis)
3. Setelah proses pengamplasan kemudian kayu diberi pola sesuai motif yang diinginkan, supaya mudah dalam proses pembatikan.
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289 Gambar:3
Memberi pola pada media kayu (foto koleksi penulis)
4. Setelah pola selesai digambar kemudian pola pada kayu ditutup dengan menggunakan malam., seperti pada batik umumnya , penutupan malam tetap menggunakan media canting .
Gambar:4 Malam dan Canting (foto koleksi penulis)
Gambar:5
Menutup pola pada media kayu dengan malam
(foto koleksi penulis)
5. kayu yang sudah tutup dengan malam kemudian diwarna sesuai
Gambar:6 Memberi warna dasar
(foto koleksi penulis)
Gambar:6
Rentang Warna pewarna pewarna sintetis
(foto koleksi penulis)
6. Dilanjutkan dengan penutupan motif yang sudah diwarnai dengan malam.
Kayu yang sudah ditutup malam, akan dilanjutkan dengan pewarnaan dasar.
7. Setelah pewarnaan dasar selesai selanjutnya tahap perebusan supaya malam terlepas dari kayu, sehingga terlihat motifnya
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
. Gambar:7
Perebusan supaya malam terlepas dari kayu,
(foto koleksi penulis)
8. Dilanjutkan penjemuran kayu sampai kering. Kemudian batik kayu tersebut baru difinishing. Batik kayu ini difinising dengan cara dicoating dengan sistem NC, yang memungkinkan produk ini mudah dibersihkan tanpa merusak warna.
Gambar:7 Hasil batik kayu (foto koleksi penulis)
Proses membatik pada kayu membutuhkan keterampilan tersendiri, karena polanya dibuat secara manual bukan dicetak, oleh sebab itu membatik dengan media kayu membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dan kesabaran.
Produk-produk kerajinan batik bambu berupa topeng, tempat pensil, placemate, nampan, figura, rantang, box tisu, tirai jendela, hiasan dinding, keranjang, celengan, dan lain-lain. Kesemuanya diproduksi dengan ukuran yang cukup bervariasi.
Kesimpulan
Membatik pada awalnya hanya dilakukan pada dalam media kain namun dalam perkembangannya bukan Cuma media kain saja yang mampu dibatik bahkan dalam perkembanganya kayupun dapat dijadikan sebagai media batik halini bisa dilakukan karena kayu juga mempunyai sifat hampir sama dengan media kain yaitu mempunyai sifat mudah menyerap warna
Kepustakaan
Chandra Irawan Soekamto,. Batik dan Membatik, Jakarta,Akodama, 1984.
Chandra Irawan Soekamto ,.Batik dan Pola Membatik, Jakarta, Akadoma, 1984
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pelestarian Motif Batik Tradisionil Melalui
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289 Pengembangan Industri
Batik.DepartemenPerindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Pelestarian Motif Batik Tradisionil Melalui Pengembangan Industri Batik.Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta. Fatchiati, Nurul. “Batik Warisab Budaya
NenekMoyang”,Kompas, Jumat, 2 Oktober 200
Hamzuri, 1981. Batik Klasik, Jakarta, Djambatan.
Martin, B dan Warindio Dwidjoamiguno, R. P. Belajar Melukis Batik dan Motif- Motif Batik,Yogyakarta, Nurcahaya.
Samsi, Sri Soedewi. (2011). Techniques, Motifs &Patterns Batik Yogya & Solo. Yogyakarta: Yayasan Titian Masa Depan (Titian Foundation).
Sewan Susantos, Seni Kerajinan Batik Indonesia (Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan
Bekerjasama dengan
Departemen Perindustrian, 1973)
Suyanto, A.N. Sejarah Batik YogyakartaYogyakarta: Rumah Penerbitan Merapi, 2002
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315