• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut. Pembuatan model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga mulut dan dibiarkan hingga mengeras. Model gigitiruan terbagi dua, yaitu model studi dan model kerja. Model studi menggunakan gipsum yang memiliki kekerasan yang lebih rendah karena model studi hanya digunakan dalam membantu rencana perawatan, sedangkan model kerja menggunakan gipsum yang memiliki kekerasan yang lebih tinggi karena model kerja digunakan sebagai media pembuatan gigitiruan penuh atau sebagian.1-4

Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association) No. 25, gips dapat diklasifikasikan menjadi tipe I (Impression Plaster), tipe II (Model Plaster), tipe III (Dental Stone), tipe IV (Die Stone : High Strength), tipe V (Die Stone : High Strength, High Expansion).5-6 Gips tipe I merupakan gips yang digunakan untuk mencetak. Gips tipe II cenderung lebih poreus dan lemah sehingga gips tipe II hanya dapat digunakan sebagai model studi dan bahan pengisian kuvet.7 Gips tipe III memiliki ketahanan terhadap fraktur dan abrasi yang tinggi sehingga dipakai sebagai model kerja dalam pembuatan gigitiruan lepasan akrilik dan pesawat ortodonti.7 Gips tipe IV memiliki ketahanan terhadap fraktur dan abrasi yang lebih tinggi serta ekspansi yang lebih rendah dibandingkan dengan gips tipe III sehingga digunakan untuk pembuatan dai sebagai media pembuatan mahkota dan jembatan gigitiruan. Gips tipe V merupakan gips yang

(2)

memiliki ekspansi yang lebih besar yaitu sekitar 0,1%-0,3% yang digunakan sebagai dai pada pembuatan gigitiruan berbasis logam.2 Pada dasarnya semua jenis gips yang digunakan dalam kedokteran gigi memiliki senyawa dasar yang sama, yaitu kalsium sulfat hemihidrat ((CaSO4)2.H2O atau CaSO4.1/2H2O), yang membedakannya adalah

metode yang dilakukan untuk mengubah ukuran dan bentuk partikel gips yang dilakukan sehingga terdapat perbedaan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengubah kristalisasi kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat.2,7,8 Hal inilah yang menyebabkan perbedaan kekuatan kompresi dari masing-masing gips.7

Untuk tujuan penggunaan klinis, gips harus memiliki kekuatan kompresi yang tinggi, dan resisten terhadap fraktur dan abrasi.4 Adapun karakteristik gips meliputi perubahan dimensi, kekuatan kompresi, rasio W/P, setting time dan setting ekspansi.7,9 Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dan ekspansi higroskopis.7 Kekuatan kompresi adalah kekuatan yang diukur dengan cara memecahkan sampel dengan alat uji tekan. Kekuatan kompresi gips tipe III adalah 20,7-34,5 Mpa.10 Rasio air dan bubuk (W/P) yang tepat sangat menentukan proses manipulasi dan juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka setting time akan lebih lambat dan diperoleh hasil gips yang lunak dan kekuatan yang lebih rendah. Kekuatan gips bergantung pada rasio air dan bubuk (W/P), untuk itu perlu dipertahankan jumlah air serendah mungkin.3-4 Rasio W/P gips tipe III adalah 0,30.11-12 Setting time gips tipe III adalah 12±4 menit. Setting ekspansi adalah perubahan volume gips setelah pengerasan gips yang diakibatkan oleh pertumbuhan kristal gips setelah pengerasan.12 Setting ekspansi gips tipe III adalah 0,00-0,20%.8

(3)

Faktor-faktor yang mempengaruhi setting time dan kekuatan kompresi gips, yaitu: waktu dan kecepatan pengadukan, rasio W/P, aselerator dan retarder, suhu dan tekanan atmosfer, dan kemurnian bubuk gips.2,5,7,9 Setting time merupakan waktu yang dibutuhkan pada saat dimulainya pengadukan hingga gips mengeras. Setting time terbagi menjadi empat yaitu mixing time, working time, setting awal dan setting time akhir.14 Salah satu cara untuk mempercepat setting time adalah dengan menambahkan aselerator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi pengerasan. Jenis-jenis aselerator meliputi K2SO4 2-3%, NaCl 2%, slurry, terra alba, dan lain-lain. Retarder merupakan

suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips dan berguna untuk memperlambat setting time. Jenis-jenis retarder meliputi boraks, NaCl>20%, asetat, dan lain-lain.2,5,7 Aselerator yang paling sering digunakan disamping K2SO4 adalah NaCl. Menurut

Ratwita DF, penggunaan NaCl<20% bertindak sebagai aselerator, namun sebaliknya bila konsentrasinya >20% maka NaCl akan bertindak sebagai retarder yang justru memberikan pengaruh memperlambat reaksi pengerasan. Konsentrasi NaCl yang memberikan setting time tercepat, yaitu 210 detik, adalah 2%.15

Kekuatan kompresi dikalkulasikan dari kegagalan sampel menahan beban dibagi dengan cross-sectional area beban dan hasilnya dinyatakan dalam satuan kekuatan per square inch (psi) dalam satuan US customary atau megapascals (MPa) dalam satuan SI.10 Menurut Taira dkk. cit Al-Ali AA (2007), setiap penggantian cara dan kecepatan pengadukan akan menghasilkan kekuatan kompresi yang berbeda.16 Menurut Earnshaw cit Luk WK dkk. (2003) dan Nakaicit Al-Ali AA (2007) , penambahan NaCl pada gips menyebabkan penurunan kekuatan kompresi, namun tidak mempengaruhi pengerutan gips.16-17

(4)

NaCl dapat diperoleh melalui proses multi-effect evaporation, open pan evaporation, rock salt mining, dan evaporasi matahari (solar evaporation).18 Garam yang dikenal secara umum adalah garam dapur. Menurut standar SNI, garam dapur mengandung NaCl minimal 94,7%.18

1.2 Permasalahan

Pada pembuatan gigitiruan harus diperhatikan aspek klinis dan laboratoris agar diperoleh gigitiruan yang baik. Salah satu hal yang diperlukan dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model kerja. Aspek klinis dalam pembuatan gigitiruan antara lain pada kasus pembuatan gigitiruan cekat (GTC) yang membutuhkan banyak gigi penyangga, dokter gigi memerlukan model kerja untuk menganalisa kesejajaran preparasi gigi yang telah dilakukan. Selain pada kasus GTC yang membutuhkan banyak gigi penyangga, kecepatan pengerasan model kerja juga dibutuhkan pada kasus GTC sementara agar pasien dapat dengan segera menggunakan mahkota sementara sehingga estetis atau fungsi pengunyahannya dapat kembali untuk sementara waktu sambil menunggu selesainya pembuatan mahkota gigi permanen. Aspek laboratoris dalam pembuatan gigitiruan antara lain pada saat pengisian kuvet, kecepatan pengerasan model kerja juga dibutuhkan oleh tekniker gigi di laboratorium untuk mempercepat proses pengisian kuvet sehingga dapat mempersingkat waktu pembuatan gigitiruan. Untuk mencapai hal tersebut, maka dokter gigi dan tekniker gigi dapat menambahkan bahan aselerator pada gips tipe III untuk mempercepat proses pengerasan gips dalam pembuatan model kerja gigitiruan dan pengisian kuvet. Salah satu bahan aselerator adalah NaCl. Berdasarkan penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa NaCl selain

(5)

konsentrasi NaCl yang paling baik digunakan sebagai aselerator adalah 2%. NaCl 2% dapat diperoleh melalui pencampuran antara NaCl murni 2 gr dan 100 mL air. NaCl murni mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan dengan garam dapur dan menurut standar SNI, garam dapur mengandung NaCl minimal 94,7%.19 Dari uraian di atas maka timbul permasalahan apakah ada pengaruh penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2% terhadap setting time dan kekuatan kompresi gips tipe III sebagai bahan model kerja gigitiruan.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana setting time gips tipe III dengan penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2%.

2. Bagaimana kekuatan kompresi gips tipe III dengan penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2%.

3. Apakah ada pengaruh penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2% pada gips tipe III terhadap setting time dan kekuatan kompresi.

4. Apakah ada korelasi antara setting time dan kekuatan kompresi pada gips tipe III yang ditambahkan larutan garam dapur dan NaCl 2%.

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian bahwa: 1. Ada pengaruh penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2% pada gips tipe III terhadap setting time dan kekuatan kompresi.

(6)

2. Ada korelasi antara setting time dan kekuatan kompresi pada gips tipe III yang ditambah larutan garam dapur dan NaCl 2%.

1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui setting time gips tipe III dengan penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2%.

2. Untuk mengetahui kekuatan kompresi gips tipe III dengan penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2%.

3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan garam dapur dan NaCl 2% pada gips tipe III terhadap setting time dan kekuatan kompresi.

4. Untuk mengetahui korelasi antara setting time dan kekuatan kompresi pada gips tipe III yang ditambahkan larutan garam dapur dan NaCl 2%.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi sebagai bahan pertimbangan dalam menambahkan larutan garam dapur sebagai aselerator pada gips tipe III.

2. Dilihat dari aspek klinis, dapat mempersingkat waktu kerja yang dibutuhkan dalam pembuatan GTC yang membutuhkan banyak gigi penyangga dan GTC sementara.

3. Dilihat dari aspek laboratoris, dapat mempersingkat waktu kerja yang dibutuhkan dalam pengisian kuvet pada proses pembuatan gigitiruan.

(7)

4. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Prostodonsia.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk selanjutnya, yang terakhir inilah ( maqasid syari’ah, relevansinya dengan pengembangan metode ilmu ekonomi Islam kontemporer), yang akan dielaborasi lebih

Meskipun, setiap unit di lingkungan UT telah memiliki standar penyimpanan dan retensi arsip sesuai dengan peraturan yang ada, terutama peraturan yang berlaku

Pelaku utama adalah pengusaha yang membuka lahan dalam skala besar (40 – 150 ha per pengusaha) dan diikuti masyarakat yang membuka lahan dalam skala kecil per KK (2 - 4

Target dari produk Scrub dan Masker Cangkang Telur sebagai kosmetik yang dapat mengatasi masalah dan meremajakan kulit wajah adalah mahasiswa

Bagian ini menampilkan latar belakang, permasalahan, tujuan PKL, Tinjauan Pustaka yang berisi hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan PKL ini,

mayit (laki-laki atau perempuan) dengan empat takbir, menghadap kiblat fardhu kifayah karena Allah”.. Berdiri bagi yang kuat. Takbir empat kali. Membaca fatihah

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah diselesaikan dengan judul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Bit ( Beta Vulgaris L.) Terhadap Salmonella Typhi

Penelitian ini berusaha untuk menghubungkan antara konsep sistem pengendalian manajemen dengan competitive advantage .Sistem pengendalian manajemen adalah suatu