• Tidak ada hasil yang ditemukan

S M A X A V E R I U S 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S M A X A V E R I U S 1"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Antisipasi Materi Ujian Nasional

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun 2011/ 2012)

Disusun Oleh:

Niluh Komang Tri A XII IPA 4/ 24

Nofian XII IPA 4/ 25

Prima Shella XII IPA 4/ 27

Yusdi XII IPA 4/ 40

S M A X A V E R I U S 1

PALEMBANG

(2)

1. Unsur-unsur paragraph

a. Ide pokok : Ide pokok terdapat pada kalimat pokok/utama dalam setiap paragraf. Letaknya biasanya terdapat pada awal atau akhir paragraf. Ada juga yang terletak di tengah paragraf jika paragraf tersebut termasuk paragraf deskripsi. Ada juga paragraf campuran, yaitu paragraf yang ide pokoknya terletak pada awal paragraf dan ditegaskan lagi pada akhir paragraf.

Ide pokok merupakan hal pokok yang diungkapkan dalam paragraf. Ide pokok juga merupakan inti keseluruhan isi paragraf. Ide pokok terdapat pada kalimat utama yang didukung oleh kalimat-kalimat penjelas.

b. Kalimat utama : memiliki makna yang paling umum di antara kalimat-kalimat yang terdapat pada paragraf tersebut, perhatikanlah kalimat-kalimat yang terletak pada awal dan akhir paragraph.

c. Kalimat Penjelas : cari kalimat yang mendukung kalimat utama dengan unsur-unsur yang lebih mendetail.

Sumber: “Unsur Paragraf”.http://bantrung1988-mts.blogspot.com/, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 14.50 WIB.

2. Fakta & Opini

a. Fakta : Fakta merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, sehingga kebenarannya tak terbantahkan lagi. Hal-hal yang sedang atau sudah terjadi termasuk fakta, karena memang kejadiannya benar-benar sedang/telah berlangsung. Pernyataan yang disertai dengan bukti dan rincian data yang sahih dan akurat juga bisa mengarah pada kalimat yang berupa fakta

b. Opini : Kata penanda yang menunjukkan bahwa pernyataan tersebut berupa pendapat (opini), yaitu frasa "kemungkinan besar" yang masih perlu diuji kebenarannya.

Sumber: “Unsur Paragraf”.http://bantrung1988-mts.blogspot.com/, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 14.50 WIB.

3. Gagasan utama, gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Keberadaan gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit maupun implisit dalam sebuah kalimat. Kalimat yang memuat gagasan utama disebut kalimat utama.

Gagasan penjelas, gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gagasan penjelas umumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat.

(3)

category/lesson/wacana/, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 14.50 WIB.

4. Menggunakan sudut pandang ini, penulis berlaku sebagai pelaku utama dalam cerita. Ciri-ciri yang biasa

1. Sudut pandang orang pertama.

Dengan dipakai adalah, dengan menggunakan kata-kata, saya, aku, beta, hamba. Bahasa yang dipakai dalam tulisan, bisa merupakan perpaduan antara pendapat, maupun kata-kata hati.

Jika di kemudian hari menggunakan sudut pandang ini sebagai cara menulis, maka akan terdapat dua macam sebagai berikut;

a. Sudut pandang orang pertama pelaku utama, b. Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. 2. Sudut pandang orang ketiga.

Jika menggunakan sudut pandang ini, maka penulis berlaku sebagai orang di luar cerita ataupun tulisan. Penulis lebih sebagai pengamat, yang dapat keluar masuk setiap saat, menceritakan apa pun yang diperlukan. Bahasa yang dipakai pun, lebih sering menggunakan petunjuk bahwa sesuatu dikerjakan oleh orang lain.

Sumber : “Belajar Menulis Kreatif”. http://belajarmenuliskreatif.blogspot.com

/2008/10/menentukan-sudut-pandang.html, diakses pada 18 Februari 2012, pukul

15.50 WIB.

5. • Untuk menentukan arti kata/istilah sesuai dengan konteks kalimatnya, analisislah kalimat tersebut secara keseluruhan. Setelah itu, tentukan arti atau makna kalimat tersebut. Barulah mencari makna atau arti dari kata atau istilah penyusun kalimat tersebut.

• Untuk menentukan ungkapan, pepatah, dan peribahasa, indentifikasi ciri-ciri dari kalimat tersebut.Ungkapan adalah gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. • Pepatah adalah sejenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua. • Peribahasa adalah bahasa berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap

susunannya. Berdasarkan isinya, Peribahasa mencakup pepatah, perumpamaan, pemeo, dan ungkapan.

Sumber: “Unsur Paragraf”.http://bantrung1988-mts.blogspot.com/, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 14.50 WIB.

6. Pertama-tama cari alasan mengapa tokoh tersebut terkenal dan berprestasi. Setelah itu, carilah amanat atau hal yang patut dicontoh dari tokoh tersebut berdasarkan biografi atau cerita bagaimana tokoh tersebut dapat terkenal, carilah

(4)

informasi mengenai tokoh yang berprestasi, misalnya, semangat Thomas Edison untuk menerangi dunia yang tak pernah padam.

7. Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca.

Pernyataan fakta dan opini ini biasanya diutarakan secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dengan tujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang menonjol agar pembaca menjadi menyimak seberapa penting berita tersebut. Fungsi tajuk rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

Ciri-ciri

• Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan

• Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat

• Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional

• Tertuang pikiran subyektif redaksi

Aspek-aspek yang menjadi fokus dalam tajuk utama

• Judul

• Latar Belakang Masalah

• Tokoh

• Masalah

• Peristiwa yang Disampaikan

• Opini Penulis

• Saran dan Solusi Permasalahan

• Kesimpulan

• Sumber Berita

• Anggota Redaksi

Sumber : “Tajuk Rencana”. http://id.wikipedia.org/wiki/Tajuk_rencana, 19 Februari 2012, pukul 12.10 WIB.

(5)

8. Tabel : Penentuan isi tabel dilakukan dengan cara memahami fakta yang terdapat dalam tabel tersebut. Tabel yang terdiri atas kolom dan baris dihubungkan antara datayang terdapat pada kolom dan baris tersebut, baik antarbaris maupun antarkolom. Jangan lupa, perhatikan juga judul tabel, peta, grafik, atau bagan. Dengan memahami judul akan diperoleh gambaran yang jelas tentang isi tabel, peta, grafik, atau bagan.

Grafik : Cara membaca atau memahami isi grafik pada dasarnya sama dengan memahami isi tabel, hanya bentuknya saja yang berbeda. Ketepatan membaca grafik amat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan isi bacaan secara keseluruhan.

a. Memahami judul grafik. Judul grafik menunjukkan ringkasan padat tentang informasi yang akan disampaikan. Dengan memahami judul secara tepat, kita akan terhindar dari kesalahan penafsiran isi grafik. b. Mencermati bentuk grafik. Ada bermacam-macam bentuk grafik,

misalnya, grafik batang, lingkaran, garis, dan sebagainya.

c. Membaca informasi di sekitar grafik. Informasi itu merupakan kunci penjelasan materi yang disajikan. Kunci penjelasan dapat berupa tahun, persentase, dan angka-angka.

d. Mengajukan pertanyaan tentang tujuan grafik; misalnya di mana, seberapa banyak, siapa, atau bagaimana terjadi.

Sumber: “Unsur Paragraf”.http://bantrung1988-mts.blogspot.com/, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 14.50 WIB.

9. Struktur hikayat setidaknya dapat dilihat dari empat unsur, yaitu: (1) Tema dan amanat;

Tema hikayat pada pokoknya menyangkut soal kepercayaan, agama, pendidikan, pandangan hidup, adat-istiadat, percintaan, dan sosial. Hal itu terjadi karena hikayat sebagai karya seni/ sastra merupakan cermin masyarakat pada waktuitu dan dapat digunakan sebagai media untuk mendidik, mengemukakan fakta-fakta, mengkritik, dan lain-lain. Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.

Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.

(6)

(2) Tokoh dan penokohan;

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).

Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.

Penokohan dalam hikayat erat kaitannya dengan alur dan peristiwa-peristiwa. Hikayat tampaknya tidak jauh berbeda dengan roman. Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan gemilang, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya, tokoh utama berada di pihak yang benar, dan dengan kehebatandan kesaktiannya dia unggul dalam suatu pertempuran atau perkelahian.

Penokohan atau perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dalam suatu cerita.

Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan banyak tokoh. Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja. Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian lampau dan yang sedang terjadi. Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap peristiwa yang akan terjadi.

(3) Latar;

Unsur yang ada dalam hikayat adalah latar atau setting. Latar adalah lingkungan atau menyangkut aspek yang lebih luas. Latar, disamping sebagai tempat terjadinya peristiwa, juga bertalian dengan soal periode. Memahami latar hikayat tidak lepas dari lingkungan pengarang pada waktu itu.

(7)

Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara menampilkan latar.

(4) Sudut pandang;

Sudut pandang – untuk menceritakan suatu peristiwa, pengarang boleh memilih dari sudut mana Ia akan menceritakan cerita itu.

(5) Alur dan Pengaluran;

Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :

(1) Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya. (2) Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku. (3) Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh semakin seru. (4) Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.

(5) Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.

(6) Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.

Pengaluran, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.

6) Pusat Pengisahan;

Pusat pengisahan ialah dari mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga, pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang yang serba tahu.

(8)

Sumber : “Unsur Hikayat”.

http://www.psb-psma.org/content/powerpoint/4386-unsur-hikayat, diakses pada 19 Februari 2012, pukul 14.30 WIB.

10. Unsur Ekstrinsik melayu klasik atau hikayat, sebagai berikut;

Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.

Nilai-nilai yang terkandung

a. Nilai social masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).

b. Nilai budaya Nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah. c. Nilai ekonomi Nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi,

distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).

d. Nilai filsafat, hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.

e. Nilai politik, Nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.

f. Nilai moral (nilai etik) adalah nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran; nilai yang berhubungan dengan akhlak; nilai yang berkaitan dengan benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.

g. Nilai keagamaan adalah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat pada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadikan pedoman bagi tingkah laku warga masyarakat bersangkutan. pandangan pengarang itu diakui sebagai nilai-nilai kebenaran olehnya dan ingin disampaikan kepada pembaca melalui karya sastra. Nilai moral dan nilai keagamaan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pandangan hidup yang berhubungan dengan moral itu bersumber dari nilai keagamaan. Seseorang bisa dikatakan orang bermoral, karena orang itu beragama. Moral lebih dekat hubungannya antara manusia dengan manusia, sedangkan agama hubungannya antara manusia dengan Tuhan.

Sumber : “Unsur Hikayat”.

(9)

11. Unsur ekstrinsik Drama dan Novel

Unsur ekstrinsik merupakan unsur dari luar yang turut mempengaruhi terciptanya karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, keadaan masyarakat saat karya itu dibuat, serta sejarah perkembangan karya sastra. Melalui sebuah karya novel kita kadang secara jelas dapat memperoleh sedikit gambaran tentang biografi pengarangnya. Melalui sebuah novel kita pun dapat memperoleh gambaran tentang budaya dan keadaan masyarakat tertentu saat karya itu dibuat.

Nilai-nilai dalam karya sastra dapat ditemukan melalui unsur ekstrinsik ini. Seringkali dari tema yang sama didapat nilai yang berbeda, tergantung pada unsur ekstrinsik yang menonjol. Misalnya, dua novel sama-sama bertemakan cinta, namun kedua novel menawarkan nilai yang berbeda karena ditulis oleh dua pengarang yang berbeda dalam memandang dan menyingkap cinta, latar belakang pengarang yang berbeda, situasi sosial yang berbeda,dan sebagainya.

Nilai-nilai yang terkandung

a. Nilai social masyarakat, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, menderma, dan lain-lain).

b. Nilai budaya Nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah. c. Nilai ekonomi Nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan dan asas-asas produksi,

distribusi, pemakaian barang, dan kekayaan (keuangan, tenaga, waktu, industri, dan perdagangan).

d. Nilai filsafat, hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.

e. Nilai politik, Nilai yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.

f. Nilai moral (nilai etik) adalah nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran; nilai yang berhubungan dengan akhlak; nilai yang berkaitan dengan benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.

g. Nilai keagamaan adalah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat pada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadikan pedoman bagi tingkah laku warga masyarakat bersangkutan. pandangan pengarang itu diakui sebagai nilai-nilai kebenaran olehnya dan ingin disampaikan kepada pembaca melalui karya sastra. Nilai moral dan nilai keagamaan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pandangan hidup yang berhubungan dengan moral itu bersumber dari nilai keagamaan.

Sumber : “Hikayat, Novel, dan Drama”. http://sugikmaut.blog.com/?p=27, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 18.30 WIB.

(10)

12. Unsur Intrinsik Cerpen, Drama,dan Novel A. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Penokohan dalam cerita rekaan dapat diklasifikasikan melalui jenis tokoh, kualitas tokoh, bentuk watak dan cara penampilannya. Menurut jenisnya ada tokoh utama dan tokoh bawahan. Penyajian watak tokoh yang dihadirkan pengarang tentunya melahirkan karakter yang berbeda-beda pula, antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui pernyataan langsung, melalui peristiwa, melalui percakapan, melalui menolong batin, melalui tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dari tokoh-tokoh lain dan melalui kiasan atau sindiran.

Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya termasuk keyakinannya, pandangan hidupnya, adat-istiadat, dan sebagainya. Yang diangkat pengarang dalam karyanya adalah manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu, penokohan merupakan unsur cerita yang sangat penting. Melalui penokohan, cerita menjadi lebih nyata dalam angan pembaca.

B. Alur

Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 1987:83).

Alur atau plot adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita, dimana peristiwa tersebut sambung sinambung berdasarkan hukum sebab-akibat (Forster, 1971:93).

Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan pengarang dalam membangun cerita, yaitu : (1) situation, yakni pengarang mulai melukiskan suatu keadaan, (2)

generating circumstances, yaitu peristiwa yang bersangkutan-paut, (3) ricing action, keadaan mulai memuncak, (4) climax, yaitu peristiwa mencapai puncak,

dan (5) document, yaitu pengarang telah memberikan pemecahan persoalan dari semua peristiwa.

(11)

Dari kelima bagian tersebut jika diterapkan oleh pengarang secara berurutan nomor 1-5, maka disebut sebagai alur lurus (progresif), sedangkan apabila penerapan itu dimulai dari tengah atau belakang disebut sebagai alur balik (regresif).

C. Latar

Setting/latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu.

D. Sudut Pandang

Istilah sudut pandang, atau point of view dengan istilah pusat pengisahan, yakni posisi dan penobatan diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu. Sudut pandang membedakan kepada pembaca, siapa menceritakan cerita, dan menentukan struktur gramatikal naratif. Siapa yang menceritakan cerita adalah sangat penting, dalam menentukan apa dalam cerita, pencerita yang berbeda akan melihat benda-benda secara berbeda pula.

Penempatan pengarang dalam cerita meliputi empat jenis, yakni; (1) pengarang sebagai tokoh, (2) pengarang sebagai tokoh sampingan, (3) pengarang sebagai orang ketiga, (4) pengarang sebagai pemain dan narrator.

E. Gaya

Gaya adalah cara pengarang menampilkannya dengan menggunakan media bahasa yang indah, harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Hal demikian tercermin dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, tema dan dalam memandang tema atau persoalan, tercermin dalam pribadi pengarangnya. Oleh Karena itu unsur cerita sebagaimana tersebut di muka baru dapat sempurna apabila disampaikan dengan gaya tertentu pula, karena gaya dalam karya sastra adalah bahasa yang dipergunakan oleh pengarang. Sehubungan dengan pembahasan ini pemberian gaya akan ditinjau melalui dua sudut, yaitu gaya bahasa dan gaya bercerita, karena pengertian gaya umumnya dapat dirumuskan sebagai cara pengarang menggambarkan cerita agar cerita lebih menarik dan berkesan. Hal tersebut erat kaitannya dengan kemampuan pengarang dalam penulisan cerita dengan penggunaan bahasa, karena cerita pada dasarnya bermediakan bahasa.

(12)

Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan, meskipun tidaklah terlalu luar biasa, adalah unik, karena selain dekat dengan watak jiwa penyair; juga membuat bahasa yang digunakannya berbeda dengan makna dan kemesraannya. Karena gaya bahasa itu berasal dari batin seorang pengarang, maka gaya bahasa yang digunakan oleh seorang pengarang dalam karyanya secara tidak langsung menggambarkan sikap dan karakteristik pengarang tersebut.

Gaya bahasa sebagai kenyataan penggunaan bahasa (phenomena) yang istimewa dan tidak dapat dipisahkan dari cara-cara atau teknik seorang pengarang dalam merefleksikan pengalaman, bidikan, nilai-nilai kualitas, kesadaran pikiran dan pandangannya yang istimewa. Secara garis besar gaya bahasa dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : (1) gaya bahasa perasosiasian pikiran, dan (2) gaya bahasa penegasan, penekanan dan penguatan.

 Gaya Berbicara

Pengertian gaya cerita atau gaya bahasa pada umumnya dapat dijelaskan sebagai salah satu metode pengarang dalam melukiskan cerita, sehingga cerita dapat menarik bagi pembaca. Oleh karena, cerita bermediakan bahasa, maka gaya bercerita erat kaitannya dengan bentuk cerita yang ditumpukan dalam bentuk frase, kata, kalimat bahkan paragraf, sehingga semuanya membentuk struktur wacana cerita.

F. Tema

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusian serta masalah lain yang bersifat universal.

Sumber : “Hikayat, Novel, dan Drama”. http://sugikmaut.blog.com/?p=27, diakses pada 18 Februari 2012, pukul 18.30 WIB.

13. Tema

Cari tataran bahasa yang berhubungan dengan makna. Puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

• Sikap penyair pada persoalan

Sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya

berhubungan dengan pengungkapan tema dan rasa yang erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman

(13)

• Sikap penyair pada pembaca

Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk

memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

• Amanat

Carilah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca

Sumber : “Puisi” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi. Diakses pada 13 Februari 2012, pukul 19.53 WIB.

14. Unsur-unsur intrinsik puisi, yaitu:

1. Tema adalah : ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita. Hanya ada satu tema dalam satu puisi, walaupun puisinya panjang.

2. Rasa : Rasa disebut juga arti emosional. Misalnya : sedih, senang, marah, heran, gembira dll.

3. Nada adalah : sikap kita terhadap persoalan yang kita bicarakan. o Menggurui o Mencaci o Merayu o Merengek o Mengajak o Menyindir

4. Amanat adalah : pesan yang akan disampaikan oleh pengarang. Contoh amanat :

Mengharapkan pembaca marah. Benci

Menyenangi sesuatu Berontak pada sesuatu.

5. Diksi ialah : pilihan kata yang tepat.

Keberhasilan puisi dicapai dengan mengintensnsifkan pilihan kata yang tepat. 6. Imajeri atau daya bayang ialah :suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk menggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa kita.

Jenis Imajeri : 1. Imajeri pandang 2. Imajeri dengar 3. Imajeri rasa 4. Imajeri kecap

(14)

tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.

8. Gaya Bahasa adalah : cara mengungkapkan pikiran melalui kata-kata.

9. Irama atau Ritme adalah meninggi atau merendahnya nada mengeras-melembut tekanannya, mempercepat-melambat temponya.

10. Rima atau unsur bunyi/sajak adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi tersebut.

Sumber : “Puisi” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi. Diakses pada 13 Februari 2012, pukul 19.53 WIB.

15. Puisi lama

Menentukan tema

Untuk memahami tema sebuah puisi, kita hendaknya membaca puisi tersebut berulang-ulang dengan memperhatikan dan menjelajahi makna kata yang terkandung dalam puisi tersebut. Kita tidak cukup mendapatkan makna lugas yang tersurat dalam puisi, tetapi juga memahami makna yang tersirat. Kedua makna kata itu merupakan pintu masuk dalam memahami makna utuh sebuah puisi.

Ada 2 sikap penyair, yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan dan sikap penyair terhadap pembaca. Cara menentukannya :Jika di dalam puisi terdapat sikap yang menumbuhkan kesan tertentu seperti haru, murung, ceria, heroik, putus asa, maka ini termasuk sikap penyair terhadap pokok permasalahan.Jika di dalam nanda pembacaan atau kata-kata di dalam puisi tersebut terdapat doktriner, menghakimi, menggurui, menghasut, atau menyindir maka ini termasuk sikap penyair terhadap pembaca.

Pantun

Menentukan tema

Membaca pantun dengan cermat dan mengambil kesimpulan perasaan apa yang terdapat dalam pantun tersebut,misalnya hal-hal yang lucu, berarti tema pantun ini adalah jenaka.

Sikap penyair dalam pantun

Membaca pantun kemudian mencari makna yang terdapat dalam pantun tersebut yaitu menyindir memuji menasihati, dan sebagainya.

Gurindam

Menentukan tema

Baca Gurindam secara keseluruhan dan mengambila makna apa yang terdapat dalam gurindam tersebut.

Sikap penyair

Memahami makna yang terdapat dalam gurindam tersebut baik itu memuji menasihati, dan sebagainya lalu simpulkan

(15)

16. Puisi lama, Gurindam, dan Pantun

1. Puisi lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :

1. Jumlah kata dalam 1 baris 2. Jumlah baris dalam 1 bait 3. Persajakan (rima)

4. Banyak suku kata tiap baris 5. Irama

Contoh Puisi Lama:

Saat di meja makan pertama: muncul seribu bayangan duka banyak yang berlalu, pagi itu

orang masih mabuk dengan impiannya

Dari radio keluar berita-berita basi, naiknya harga-harga Bukan itu yang disebut perubahan!

“dimanakah sebernarnya keindahan bersemayam?” Saat di meja makan kedua :

kesepian menekan tiba-tiba ada jerit dari lorong tak bertepi

maka hidup hanya sebuah perjalanan lurus, tak berjiwa bukan pengembaraan, bukan petualangan

:meneruskan yang sudah ada padahal hidup berjalan ke depan

Bentuk puisi lama, yaitu Mantra

Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang

Mari kecil, kemari

Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu

(16)

2. Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India) Ciri-ciri Gurindam, yakni:

a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst. b. Berasal dari Tamil (India)

c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.

Contoh :

Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b ) Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c ) Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

3. Pantun

Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.

Ciri-ciri pantun,yaitu: 1. Setiap bait terdiri 4 baris 2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran 3. Baris 3 dan 4 merupakan isi 4. Bersajak a – b – a – b

5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata 6. Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :

Ada pepaya ada mentimun (a) Ada mangga ada salak (b) Daripada duduk melamun (a) Mari kita membaca sajak (b)

Macam-macam pantun 1. Dilihat dari bentuknya: 1.1 Pantun biasa

Pantun biasa sering juga disebut pantun saja. Contoh :

Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati

(17)

1.2 Seloka (pantun terkait)

Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.

Ciri-ciri Seloka:

a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.

b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga

c. Dan seterusnya Contoh :

Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan

1.3 Talibun

Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.

Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.

Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi :

Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.

Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d Contoh :

Kalau anak pergi ke pekan

Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu

1.4 Pantun kilat (Karmina)

Ciri-ciri karmina, yaitu :

a. Setiap bait terdiri dari 2 baris b. Baris pertama merupakan sampiran c. Baris kedua merupakan isi

(18)

d. Bersajak a – a

e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata Contoh :

Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a)

2. Dilihat dari isinya, sebagai berikut; 2.1. Pantun anak-anak

Contoh :

Elok rupanya si kumbang jati Dibawa itik pulang petang Tidak terkata besar hati Melihat ibu sudah datang

2.2 Pantun orang muda

Contoh :

Tanam melati di rama-rama Ubur-ubur sampingan dua Sehidup semati kita bersama Satu kubur kelak berdua

2.3 Pantun orang tua

Contoh :

Asam kandis asam gelugur Kedua asam riang-riang

Menangis mayat di pintu kubur Teringat badan tidak sembahyang

2.4 Pantun Jenaka

Contoh :

Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh dekat pohon mangga Elok rupanya berbini sumbing Biar marah tertawa juga

2.5 Pantun Teka-teki

Contoh :

Kalau puan, puan cemara Ambil gelas di dalam peti Kalau tuan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki

(19)

Sumber : “Puisi LAMA: MANTRA, GURINDAM, SYAIR, PANTUN”.

http://dahlanforum.wordpress.com/2010/01/11/puisi-lama-mantra-gurindam-syair-pantun/, diakses pada 19 Februari 2012, pukul 14.30 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia biji kopi yang sudah diklasifikasikan mutunya disimpan di dalam karung goni dan dijahit zigzag mulutnya dengan tali goni selanjutnya disimpan didalam

mangium untuk produksi pulp dan kertas dalam program pemuliaan belum pernah dilakukan, sehingga penelitian keragaman genetik sifat-sifat kayu tersebut sangat diperlukan

Nilai elastisitas produksi untuk komoditi karet dan kelapa sawit lebih dari satu, yang artinya skala produksi berada pada kenaikan hasil yang semakin

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Mata Kuliah Blok 10 Lbm

PEMAHAMAN TENTANG WIRING KONTROL GARDU INDUK o Mempelajari dan memahami Tujuan dan fungsi wiring Kontrol GI o Mempelajari dan memahami dasar-dasar Wiring Kontrol Gardu Induk o

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan manajemen, dan pendekatan sosiologis. Selanjutnya, metode

Kata Jannah (kebun) sama dengan jin, yaitu sesuatu yang tersembunyi. Jannah itu seperti hutan, sebab itu tersembunyi dari keramaian. Seperti kebun yang terletak di dataran

Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju