STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI BENDUNGAN PANDANDURI SWANGI LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA
BARAT
Eva Cahyaning Tyas, Suwanto Marsudi2, Ussy Andawayanti2 1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mail: evacahyaning@gmail.com
ABSTRAK
Pengembangan sumber daya air bisa dilakukan dengan memanfaatkan bangunan air yang dibangun untuk dikembangkan menjadi unit pembangkit listrik berskala kecil (PLTA minihidro). Studi ini diperlukan untuk mengidentifikasi potensi dan keuntungan dari sebuah unit pembangkit.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya energi paling efektif yang dapat dilakukan berdasarkan kelayakan teknis maupun ekonomi. Studi ini berlokasi di bendungan pandanduri swangi dengan memanfaatkan debit pada bendungan. PLTA minihidro direncanakan untuk menambah fungsi dari bendungan dengan memanfaatkan tinggi jatuh dan debit pada bendungan. Debit yang digunakan sesuai dengan pola operasi waduk dengan 3 alternatif debit, perencanaan desain turbin menggunakan metode USBR, untuk analisa ekonomi menggunakan parameter yaitu Benefit Cost Ratio (BCR) , Net Present Value (NPV) , dan Internal Rate of Return (IRR)
Hasil kajian menunjukkan debit terlayak baik secara teknis maupun ekonomi yaitu sebesar 2,43 m3/dtk serta dapat membangkitkan energi tahunan 3727 MWh. Pada studi ini PLTA minihidro menggunakan turbin Francis dan generator sebesar 50 Hz. Secara ekonomi biaya total perencanaan sebesar 14,43 milyar rupiah dengan nilai BCR 2,14, NPV 17,39 milyar rupiah, IRR 27,03% dan paid back period 5,99 tahun.
Kata kunci: PLTA minihidro, debit, energi, kelayakan ekonomi
ABSTRACT
Water resource development can be done by utilizing the water building built to be developed into a small-scale power generation units (hydropower minihydro). This study is required to identify the potential and advantages of a generating unit.
This study was conducted to determine the most effective energy that can be done based on the technical and economic feasibility. This study is located at the dam Pandanduri swangi by utilizing head effective of dam. Hydropower minihidro planned to add functionality by utilizing head dam fall and discharge at the dam. Discharge used in accordance with the pattern of reservoir operation with 3 alternate discharge, turbine design planning using USBR method, for economic analysis using parameters that Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR).
The results show, the most discharge both technicall and economic feasibility, that is equal to 2.43 m3 / sec and can generate 3727 MWh of annual energy. In this study using a mini-hydro hydropower Francis turbine and generator at 50 Hz. Economically, the overall cost of 14.43 billion plan with BCR values of 2.14, 17.39 billion NPV, IRR 27.03% and paid back period of 5.99 years.
1. Pendahuluan
Dalam hal penyediaan listrik, perluasan jaringan sampai ke daerah-daerah terpencil pada umum tidak ekonomis. Begitu juga dengan penggunaan pembangkit berbahan bakar minyak dan batu bara untuk daerah terpencil biasanya tidak ekonomis, karena skala pembangkitan yang terlalu kecil dan tingginya biaya bahan bakar. Sampai saat ini pembangkit listrik dengan tenaga air merupakan pembangkit yang paling ekonomis (Patty, 1995:134).
Energi listrik juga sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Namun di beberapa tempat sering terjadi pemadaman listrik secara bergilir, khususnya di Kabupaten Lombok Timur, hal ini dikarenakan kurangnya pasokan listrik yang disuplai PLN, untuk itu perlu adanya peranan dari pemerintah bersama perusahaan listrik negara dalam memenuhi kebutuhan listrik. Oleh karena itu untuk menambah pasokan listrik di pulau lombok kebutuhan akan energi listrik maka perlu dibangunnya PLTA pada Bendungan Pandanduri Swangi dalam rangka menambah pasokan listrik dengan energi yang terbarukan di kabupaten Lombok Timur.
PLTA dipilih sebagai salah satu energi alternatif dikarenakan memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan pembangkit listrik lainnya, seperti ramah terhadap lingkungan, lebih awet, serta biaya operasioanal lebih kecil. Selain itu perawatan mekanik untuk PLTA lebih mudah.
Dengan demikian sudah sepantasnya pemerintah mulai mengembangkan potensi PLTA lebih banyak lagi. Akan tetapi dalam pembangunan suatu PLTA harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya adalah aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek ketersediaan sumber energi.
Keuntungan dari pengembangan PLTA adalah:
1. Mengurangi ketergantungan pada penggunaan bahan bakar fosil, 2. Bahan baku yang relatif murah jika
dibandingkan dengan PLTU dan PLTG PLTD
3. Peningkatan nilai guna pada bendungan yang pada awalnya hanya untuk irigasi menjadi irigasi sebagai fungsi primer dan pembangkit listrik sebagai fungsi sekunder.
Sungai Palung mengalirkan debit yang dapat diandalkan sepanjang tahunnya, dan terdapat bendungan yang dapat dimanfaatkan sebagai PLTA. Dengan kondisi demikian, ada
kemungkinan air yang akan
dimanfaatkan sebagai air irigasi, dapat digunakan untuk membangkitkan listrik. Listrik yang dihasilkan
dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik masyarakat di Kecamatan Terara dan sekitarnya. Sebelum mengambil keputusan untuk pengembangan dan pemanfaatan sumber daya air yang ada
2. Pustaka dan Metodologi
Klasifikasi pembangkit listrik tenaga air
Klasifikasi dari pembangkit listrik tenaga air perlu ditentukan terlebih dulu untuk mengetahui karakteristik
tipe pembangkit listrik,
mengklasifikasikan sistem pem-bangkit listrik perlu dilakukan terkait dengan sistem distribusi energi listrik, apakah listrik dapat disalurkan melalui grid terpusat ataukah grid terisolasi. Klasifikasi pembangkit listrik dapat di-tentukan dari beberapa faktor (Penche, 2004) yakni:
Tabel 1. Klasifikasi dan Karakteristik Pembangkit Air
Sumber : Panche (2004:3)
Debit andalan
Debit andalan adalah Debit andalan didefinisikan sebagai debit yang tersedia guna keperluan tertentu misalnya untuk keperluan irigasi, PLTA, air baku dan lain-lain sepanjang tahun, dengan resiko kegagalan yang
telah diperhitungkan (C.D.
Soemarto,1986). Setelah itu baru ditetapkan frekuensi kejadian yang didalamnya terdapat paling sedikit satu kegagalan. Dengan data cukup panjang dapat digunakan analisis statistika untuk mengetahui gambaran umum secara kuantitatif besaran jumlah air. Beberapa debit andalan untuk berbagai tujuan, antara lain: (C.D. Soemarto, 1987).
1. Penyediaan air minum 99% 2. Penyediaan air industri 95%-98% 3. Pusat Listrik Tenaga Air 85%-90%
Perencanaan Bangunan PLTA
Perencanaan bangunan PLTA
meliputi:
Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa merupakan bangunan yang berfungsi untuk mengantarkan air atau membawa air mulai dari bangunan pengambilan menuju ke rumah pembangkit.
Terdapat bermacam bentuk dari bangunan pembawa tergantung dari sistem pembawaan air menuju rumah pembangkit, bangunan pembawa antara lain:
1. Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat adalah saluran yang menyalurkan dan mengarahkan air dari waduk ke turbin. Diameter pipa pesat
dipilih dengan pertimbangan
keamanan, kemudahan proses
pembuatan, ketersediaan material dan tingkat rugi (friction losses) seminimal mungkin. Pipa pesat biasanya dilengkapi dengan tangki peredam (surge tank) yang berfungsi untuk menyerap pukulan air serta menyimpan air cadangan untuk mengatasi peningkatan beban yang tiba-tiba. Berdasarkan lokasinya pipa pesat dibagi dua, yaitu:
a. Pipa pesat tertanam (Burried penstock)
Untuk penanaman batang pipa dalam tanah, maka topografi tanah dan sisa kelebihan dari pipa harus dipikirkan dengan baik. (Dandenkar dan Sharma, 1991:273).
Tabel 2. Kekurangan dan Kelebihan Pipa Pesat dalam Tanah No Kelebihan Kekurangan 1 Terlindung dari pengaruh
suhu karena tertutup tanah
Akses yang sulit untuk inspeksi 2 Terlindung dari
pembekuan.
Biaya mahal jika diameter besar dan kondisi tanah berbatu 3
Tidak membutuhkan sambungan (Expansion
joints )
Cenderung terjadi pergeseran pipa pada
lembah yang curam 4 Landscape tetap tidak bias
diubah
Membutuhkan lapisan tertentu terhadap korosi
dan salinitas tanah 5
Terlindung dari gempa, longsoran tanah, dan
badai Sulit dalam pemeliharaan dan perbaikan 6 Dapat mengurangi ketebalan pipa Sumber : Varshney, 1977:402
b. Pipa pesat tidak tertanam (Exposed penstock)
Pipa diatas tanah didukung oleh fondasi atau tanggul penunjang.
Menurut USBR, batang pipa yang tidak terlindung termasuk batang pipa yang didukung diatas tanah dan batang pipa yang dilindungi oleh lapisan beton tidak diijinkan untuk menahan tegangan struktur. (Dandenkar dan Sharma, 1991:275)
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Pipa Pesat Tidak Tertanam
No Kelebihan Kekurangan
1 Mudah dalam inspeksi Sangat terpengaruh oleh suhu eksternal 2 Biaya instalasi lebih murah
Kemungkinan terjadi pembekuan saat musim
dingin 3
Terlindung terhadap longsoran jika dilengkapi
dengan blok angker
Tekanan longitudinal mungkin timbul karena
blok angker 4 Mudah dalam pemeliharaan
dan perbaikan
Diperlukan sambungan (Expansion joints)
Sumber: Varshney, 1977:403 2. Kedalaman minimum pipa pesat
Kedalaman minimum akan
berpengaruh terhadap gejala vortex, kedalaman mini-mum dapat dihitung dengan persamaan (Penche,2004): Ht > s
s = c V√D Dimana:
c : 0,7245 untuk inlet asimetris 0,5434 untuk inlet simetris V : kecepatan masuk aliran (m/dt) D : diameter inlet pipa pesat (m)
Gambar 1. Skema Inlet Pipa Pesat
2. Sistem Pengambilan Melalui Pipa Pesat (Inlet)
Sistem pengambilan pada mulut pipa pesat perlu diperhitungkan dengan tujuan untuk mengatur sistem regulasi debit air yang masuk ke dalam turbin baik saat kondisi operasional maupun kondisi perawatan ,intake pipa pesat
biasanya didesain dengan
menggunakan sistem katup (valve), Tipe katup yang sering diaplikasikan adalah :
a. Gate valve b. Butterfly valve c. Needle valve
Rumah Pembangkit (Power House)
Rumah pembangkit, merupakan bangunan tempat diletakkannya seluruh perangkat konversi energi, mulai dari turbin air lengkap dengan governornya, sebagai pengatur tekanan air, sistem transmisi mekanik (jika diperlukan), generator, perangkat pendukung lain, seperti: panel kontrol, panel distribusi daya, beban komplemen, dan sebagainya. Bangunan inilah yang melindungi turbin, generator dan peralatan pembangkit lainnya.
D. Bangunan Pembuang
Bangunan pembuang digunakan untuk mengalirkan debit setelah melalui turbin meuju ke sungai, bangunan pembuang sendiri bisa direncanakan sesuai dengan kondisi lapangan, umunya bangunan pembuang direncanakan dengan tipe sal-uran terbuka (saluran tailrace).
Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif adalah selisih antara elevasi muka air pada bangunan pengambilan atau waduk (EMAW) den-gan tail water level (TWL) dikurangi dengan total kehilangan tinggi tekan (Ramos, 2000). Persamaan tinggi jatuh efektif adalah:
Heff = EMAW – TWL – hl
dimana:
Heff : tinggi jatuh efektif (m)
EMAW: elevasi muka air waduk atau hulu bangunan pengambilan (m)
TWL : tail water level (m)
hl : total kehilangan tingi tekan (m)
Gambar 2. Sketsa Tinggi Jatuh Effektif
Kehilangan tinggi tekan
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu kehilangan pada saluran terbuka dan kehilangan pada saluran tertutup.
Kehilangan tinggi tekan pada saluran terbuka biasanya terjadi pada intake pengambilan, saluran transisi dan penya-ring.
Kehilangan tinggi pada saluran tertutup dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu kehilangan tinggi mayor (gesekan) dan kehilangan tinggi minor. Kehilangan tinggi mayor dihitung dengan persamaan darcy wisbach (Penche,2004):
hf = f
sedangkan kehilangan minor dihitung dengan persamaan (Ramos, 2000): hf = ξ
dengan:
hf : kehilangan tinggi tekan V : kecepatan masuk (m/dt) g : percepatan gravitasi (m/dt2) L : panjang saluran tertutup / pipa (m) D : diameter pipa (m)
f : koefisien kekasaran (moody diagram)
ξ :keofisien berdasarkan jenis kontraksi
Gambar 3. Diagram Moody Perencanaan Peralatan Mekanik Dan Elektrik
Perencanaan peralatan mekanik dan elektrik meliputi:
A. Turbin Hidraulik
Turbin dapat diklasifikasikan
berdasarkan tabel berikut
(Ramos,2000):
Tabel 4. Klasifikasi Jenis Turbin
Dalam perencanan turbin parameter yang mendasari adalah kecepatan spesifik turbin (Ns) dan kecepatan putar/sinkron (n) dimana kedua parameter tersebut dihitung dengan persamaan (USBR, 1976:):
Ns=n √/
n = 120 f dengan:
Ns: Kecepatan spesifik turbin (mkW) n : kecepatan putar/sinkron (rpm) P : daya (kW)
H : tinggi jatuh effektif (m) f : frekuensi generator (Hz) p : jumlah kutub generator
nilai n bisa didapatkan dengan melakukan nilai coba-coba dengan persamaan:
n’ =
√ atau n’ = √
Untuk turbin propeller: n’ =
√ atau n’ = √
setelah didapatkan nilai parameter tersebut maka dapat ditentukan parameter lain seperti:
1. Titik Pusat Dan Kavitasi Pada Turbin
Titik pusat perlu diletakkan pada titik yang aman sehingga terhindar dari bahaya kavitasi kavitasi akan terjadi bila nilai σaktual < σkritis, dimana σdapat dihitung dengan persamaan (USBR, 1976):
σc = .
Hs = Ha – Hv – H.σ
Sedangkan titik pusat turbin dapat dihitung dengan persamaan:
Z = twl + Hs + b dengan:
Ns: Kecepatan spesifik turbin (mkW) σc : koefisien thoma kritis
σ : koefisien thoma
Ha: tekanan absolut atmosfer (Pa/gρ) Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/gρ) H : tinggi jatuh effektif (m) Hs: tinggi hisap turbin (m) Z : titik pusat tubrin twl: elevasi tail water level
b : jarak pusat turbin dengan runner (m)
2. dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:
Dimensi runner turbin, dimensi wicket gate, dimensi spiral case dan dimensi draft tube.
Gambar 3. Pemilihan Bentuk Runner berdasarkan Kecepatan
Spesifik
3. Effisiensi Turbin
Effisiensi turbin sangat tergantung pengaruh dari debit aktual dalam turbin dengan debit desain turbin (Q/Qd), effisiensi turbin ditunjukkan pada gambar berikut (Ramos,2009):
Gambar 5. Grafik Effisiensi Turbin B. Peralatan Elektrik
Peralatan elektrik PLTA minihidro
berfungsi sebagai pengaturan
kelistrikan setelah dilakukan proses pembangkitan listrik, peralatan elektrik meliputi generator, governor, speed increaser, transformer, switchgear dan auxiliary equipment.
Analisa Pembangkitan Energi
Produksi energi tahunan dihitung berdasarkan tenaga andalan. Tenaga and-alan dihitung berdasarkan debit andalan yang tersedia untuk pembangkitan energi listrik yang berupa debit outflow dengan periode n harian.(Arismunandar,2005)
E = 9,8 x H x Q x ηg x ηt x 24 x n Dimana:
E : Energi tiap satu periode (kWh) H : Tinggi jatuh efektif (m)
Q : Debit outflow (m3/dtk) ηg : effisiensi generator ηt : efisiensi turbin
n : jumlah hari dalam satu periode.
Analisa Kelayakan Ekonomi
Analisa ekonomi dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu proyek dari segi ekonomi. Dalam melakukan analisa ekonomi dibutuhkan dua komponen utama yaitu:
1. cost (komponen biaya)
Meliputi biaya langsung (biaya konstru-ksi) dan biaya tak langsung (O&P, conti-ngencies dan engineering) 2. Benefit (komponen manfaat).
Manfaat didapatakan dari hasil penjualan listrik berdasarkan harga tarif yang berlaku.
Parameter kelayakan ekonomi
meliputi:
a. Benefit Cost Ratio =
b. Net Present Value
NPV = PV Benefit – PV Cost c. Internal Rate Of Return
IRR = I′+ NPV′ NPV′− NPV′′(I
′′− I′) 3. Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3 kondisi yaitu:
Cost naik 20%, benefit tetap Cost tetap, benefit turun 20% Cost naik 20%, benefit turun 20%
3. Hasil dan Pembahasan
Konsep perencanaan PLTA
minihydro adalah dengan
memanfaatkan pola operasi waduk yang kemudian menjadi debit operasi PLTA yang ditempatkan pada hulu bendungan.
Debit Operasi yang digunakan untuk pola operasi PLTA nantinya adalah debit terbesar, debit terkecil dan debit rerata.
1. Alternatif 1 : 4,28 m3/dt 2. Alternatif 2 : 1,11 m3/dt 3. Alternatif 3 : 2,43 m3/dt
Bangunan Pembawa yang
digunakan yaitu bangunan
pengambilan (intake) dan pipa pesat. Bangunan pengambilan dilengkapi dengan saringan sampah (trashrack) dengan tipe shaft tegak yang memiliki bukaan sebesar 3,5 m. Pipa Pesat dengan panjang 240 m dan berdiameter 2 m.
Bangunan Pembuang yang
digunakan yaitu saluran tail race. Saluran ini berfungsi untuk membuang aliran setelah melewati turbin menuju sungai yang kemudian digunakan untuk irigasi. Dalam perencanaan bangunan pembuang digunakan data teknis rencana sebagai berikut:
Debit rencana : 4,28 m3/dtk Elv dasar saluran : + 242,500 Bentuk ambang : ogee tipe I
Lebar ambang : 10 meter
Tinggi ambang : 1 meter Elevasi ambang : +243,500
Elevasi dasar : +242,500
Koefisien debit (C) : 1,8 m1/2/dt Dengan menggunakan persamaan Q = C B H1,5 dengan nilai koefisien debit untuk pengaliran tenggelam (C = 1,8) maka akan didapatkan lengkung kapasitas debit (rating curve) berdasarkan debit operasional pada ambang tailrace sebagai berikut:
sumber: hasil perhitungan
Gambar 6. Rating Curve pada Ambang
Sehingga elevasi TWL untuk setiap debit alternative akan ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 7. Desain Ambang Pada Saluran Tail Race
Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif Dengan menggunakan persamaan
empirik berdasarkan potensi
kehilangan tinggi tekan maka tinggi jatuh effektif ditentukan seperti pada tabel berikut:
Tabel 5. Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif
Paremeter tinggi tekan Hf
kehilangan pada bangunan pengambilan
trashrack 0.13
kehilangan pada pipa pesat
Inlet 0.13
Gesekan 7.20
Outlet 0.10
Katup 0.86
Total Kehilangan 8.41
Diasumsikan waduk dalam keadaan penuh
Elv waduk normal 281.5
Elv muka air di hulu
Debit Alternatif 1 243.88
Debit Alternatif 2 243.66
Debit Alternatif 3 243.76
Paremeter tinggi tekan Hf
head efektif
Debit Alternatif 1 29.20
Debit Alternatif 2 29.43
Debit Alternatif 3 29.32
Sumber: Hasil Perhitungan
Perencanaan Peralatan Hidromekanikal Dan Elektrikal
Peralatan hidromekanikal dan elektrikal yang direncanakan dalam studi ini meliputi: turbin hidrolik,
peralatan elektrik dan rumah
pembangkit. Turbin hidrolik
Berdasarkan besarnya debit desain dan tinggi jatuh effektif dapat dipilih tipe turbin yang digunakan.
Debit desain : 4,28 m3/dt Tinggi jatuh effektif : 29,20 m
Daya teoritis :1225,33 kW
atau 1053,78 HP
Gambar 8. Pemilihan Turbin Reaksi
Maka direncanakan:
Tipe turbin : Francis
Jumlah turbin : 1 unit
Debit : 4,28 m3/dt
Frekuensi generator : 50 Hz Kutub generator : 10 buah Kecepatan putar : 600 rpm DRAFT TUBE SALURAN TAILRACE TANAH ASLI Q Alt 1 +243,880 +242,500 +243,500 0.8m 0.8m
TAIL WATER LEVEL
200.0m
DINDING HALANG PAS. BETON
+247,500 +251,500 1 .2 0 Q Alt 1 +243,660 Q Alt 1 +243,760 sumber: hasil perhitungan
Gambar 6. Rating Curve pada Ambang
Sehingga elevasi TWL untuk setiap debit alternative akan ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 7. Desain Ambang Pada Saluran Tail Race
Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif Dengan menggunakan persamaan
empirik berdasarkan potensi
kehilangan tinggi tekan maka tinggi jatuh effektif ditentukan seperti pada tabel berikut:
Tabel 5. Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif
Paremeter tinggi tekan Hf
kehilangan pada bangunan pengambilan
trashrack 0.13
kehilangan pada pipa pesat
Inlet 0.13
Gesekan 7.20
Outlet 0.10
Katup 0.86
Total Kehilangan 8.41
Diasumsikan waduk dalam keadaan penuh
Elv waduk normal 281.5
Elv muka air di hulu
Debit Alternatif 1 243.88
Debit Alternatif 2 243.66
Debit Alternatif 3 243.76
Paremeter tinggi tekan Hf
head efektif
Debit Alternatif 1 29.20
Debit Alternatif 2 29.43
Debit Alternatif 3 29.32
Sumber: Hasil Perhitungan
Perencanaan Peralatan Hidromekanikal Dan Elektrikal
Peralatan hidromekanikal dan elektrikal yang direncanakan dalam studi ini meliputi: turbin hidrolik,
peralatan elektrik dan rumah
pembangkit. Turbin hidrolik
Berdasarkan besarnya debit desain dan tinggi jatuh effektif dapat dipilih tipe turbin yang digunakan.
Debit desain : 4,28 m3/dt Tinggi jatuh effektif : 29,20 m
Daya teoritis :1225,33 kW
atau 1053,78 HP
Gambar 8. Pemilihan Turbin Reaksi
Maka direncanakan:
Tipe turbin : Francis
Jumlah turbin : 1 unit
Debit : 4,28 m3/dt
Frekuensi generator : 50 Hz Kutub generator : 10 buah Kecepatan putar : 600 rpm DRAFT TUBE SALURAN TAILRACE TANAH ASLI Q Alt 1 +243,880 +242,500 +243,500 0.8m 0.8m
TAIL WATER LEVEL
200.0m
DINDING HALANG PAS. BETON
+247,500 +251,500 1 .2 0 Q Alt 1 +243,660 Q Alt 1 +243,760 sumber: hasil perhitungan
Gambar 6. Rating Curve pada Ambang
Sehingga elevasi TWL untuk setiap debit alternative akan ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 7. Desain Ambang Pada Saluran Tail Race
Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif Dengan menggunakan persamaan
empirik berdasarkan potensi
kehilangan tinggi tekan maka tinggi jatuh effektif ditentukan seperti pada tabel berikut:
Tabel 5. Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif
Paremeter tinggi tekan Hf
kehilangan pada bangunan pengambilan
trashrack 0.13
kehilangan pada pipa pesat
Inlet 0.13
Gesekan 7.20
Outlet 0.10
Katup 0.86
Total Kehilangan 8.41
Diasumsikan waduk dalam keadaan penuh
Elv waduk normal 281.5
Elv muka air di hulu
Debit Alternatif 1 243.88
Debit Alternatif 2 243.66
Debit Alternatif 3 243.76
Paremeter tinggi tekan Hf
head efektif
Debit Alternatif 1 29.20
Debit Alternatif 2 29.43
Debit Alternatif 3 29.32
Sumber: Hasil Perhitungan
Perencanaan Peralatan Hidromekanikal Dan Elektrikal
Peralatan hidromekanikal dan elektrikal yang direncanakan dalam studi ini meliputi: turbin hidrolik,
peralatan elektrik dan rumah
pembangkit. Turbin hidrolik
Berdasarkan besarnya debit desain dan tinggi jatuh effektif dapat dipilih tipe turbin yang digunakan.
Debit desain : 4,28 m3/dt Tinggi jatuh effektif : 29,20 m
Daya teoritis :1225,33 kW
atau 1053,78 HP
Gambar 8. Pemilihan Turbin Reaksi
Maka direncanakan:
Tipe turbin : Francis
Jumlah turbin : 1 unit
Debit : 4,28 m3/dt
Frekuensi generator : 50 Hz Kutub generator : 10 buah Kecepatan putar : 600 rpm
Kecepatan spesifik : 286,89 mkW Diameter runner : 0,77 m
σkritis : 0,21
σaktual : 0,35
elv pusat turbin : + 243,30
tinggi hisap : -0,5 m
dan direncanakan sistem intake turbin tipe spiral case dan draft tube tipe elbow dengan dimensi:
diameter runner : 0.78 m
tinggi guide vane : 0,27 m
lebar ruang whirl : 0,16 m
Gambar 9. Penjelasan Tiap Section Rumah Siput
Tabel 6. Perhitungan Dimensi Rumah Siput Turbin
Section Persamaan Dimensi
(m) A = D3(1,2 – 19.56 / Ns) 0.91 B = D3(1,1 + 54.8 / Ns) 1.04 C = D3(1,32 + 49.25 / Ns) 1.2 D = D3(1,5 + 48.8 / Ns) 1.35 E = D3(0.98 +63.6 / Ns) 0.97 F = D3(1+ 131.4 / Ns) 1.18 G = D3(0.89 +96.5 / Ns) 0.99 H = D3(0.79 + 81.75 / Ns) 0.87 I = D3(0,1 + 6.5 x 10-4Ns) 0.23 L = D3(0,88 + 4,9 x 10-4Ns) 0.82 M = D3(0,6 + 1.5 x 10 -5 Ns) 0.49
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 10. Penjelasan Tiap Section Draft Tube
Tabel 7. Perhitungan dimensi Draft tube
Section Persamaan Dimensi
(m) N = D3(1,54 + 203.5 / Ns) 1.81 O = D3(0.83 +140.7 / Ns) 1.07 P = D3(1,37 – 5,6 x 10 -4 Ns) 0.98 Q = D3(0,58 + 22,6/ Ns) 0.53 R = D3(1,6 -0.0013 Ns) 0.99 S = Ns/ (-9,28 + 0.25Ns) 4.6 T = D3(1.5 + 1,9 x 10 -4 Ns) 1.25 Z = D3(2,63 + 33,8/ Ns) 2.21
Sumber: Hasil Perhitungan
peralatan elektrik yang direncanakan meliputi: generator 3 fasa dengan menggunakam brushless type exciter,
governor, speed increaser,
transformer, switchgear dan auxiliary equipment.
rumah pembangkit direncanakan dengan tipe dalam tanah (underground facility) dengan dimensi:
Tinggi : 10 meter
Lebar : 15 meter
Panjang : 50 meter
Material rumah : beton Tebal dinding rumah : 0.3 meter Kedalaman pondasi : 1.5 meter
`Analisa Pembangkitan Energi
Energi yang dihasilkan pada PLTA minihidro Pandanduri tiap satu hari operasi ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pembangkitan Energi harian Tiap Alternatif
Sumber: Hasil Perhitungan
Sedangkan hasil pembangkitan tahunan untuk tiap alternatif adalah:
Tabel 9. Hasil Pembangkitan Energi Tahunan Tiap Alternatif
No. Unit Turbin Debit Desain Hari Operasi-onal Daya Energi Tahunan (Unit) (m3/dt) (Hari) (kWh) (MWh) 1 1 4.28 353 1094 9268 2 1 1.11 353 287 2434 3 1 2.43 353 625 5297
Sumber: Hasil Perhitungan Analisa Ekonomi
Biaya proyek dan OP dihitung dengan menggunakan persamaan empirik sebagai berikut:
Tabel 10. Estimasi Biaya PLTA Minihidro
No. Item
Pekerjaan
Biaya (Milyar Rupiah) Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 1 Biaya Engineering 1.87 0.91 1.38 2 Peralatan Hidromekanik 11.39 4.33 6.83 3 Pemasangan Hidromekanik 1.71 4.14 1.03 4 Saluran 0.18 3.17 0.11 5 Lain Lain 2.35 4.25 1.36 6 Biaya Contingencies 1.75 1.68 1.07 7 Biaya O & P 0.175 0.17 0.11 8 Capital Cost 19.25 18.48 11.78 9 PPN 10% 1.93 1.85 1.18 10 Total Cost 21.18 20.33 12.96 No. Item Pekerjaan
Biaya (Milyar Rupiah) Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 11 Rasio Rp/Kwh 4,830 10,845 3,476
Sumber: Hasil Perhitungan
Sedangkan estimasi manfaat tahunan dari penjualan energi listrik adalah:
Tabel 11. Estimasi Manfaat PLTA Minihidro No Alternatif Harga Jual Listrik (Rp/kWh) Pembangkitan Tahunan (MWh) Pendapatan (Milyar Rp) 1 1 1075 4384 4,713 2 2 1075 1874 2,014 3 3 1075 3728 4,007
Sumber: Hasil Perhitungan
Dengan rencana usia proyek adalah 35 tahun maka akan didapatkan parameter kelayakan ekonomi sebagai berikut:
Tabel 12. Analisa Ekonomi Tiap Alternatif
Sumber: Hasil Perhitungan
Dan analisa sensitivitas sebagai berikut:
Kondisi 1: benefit turun 20%, cost tetap.
Kondisi 2: benefit tetap, cost naik 20% Kondisi 3: benefit turun 20%, cost naik
20% .
Hasil analisa sensitivitas untuk tiap alternatif ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Analisa Sensitivitas Tiap Alternatif Kondisi Suku Bunga (%) Total Cost (PV Cost) Total Benefit (PV Benefit) NPV BCR Alternatif 1 1 12.00% 25.14 30.75 5.61 1.22 2 12.00% 30.17 38.44 8.27 1.27 3 12.00% 30.17 30.75 0.58 1.02
Kondisi Suku Bunga (%) Total Cost (PV Cost) Total Benefit (PV Benefit) NPV BCR Alternatif 2 1 12.00% 24.14 13.15 -10.99 0.54 2 12.00% 28.96 16.43 -12.53 0.57 3 12.00% 28.96 13.15 -15.82 0.45 Alternatif 3 1 12.00% 15.39 26.15 10.76 1.70 2 12.00% 18.46 32.69 14.22 1.77 3 12.00% 18.46 26.15 7.69 1.42
Sumber: Hasil Perhitungan
Sehingga dari analisa ekonomi dipilih alternatif 3 sebagai alternatif yang paling layak dan mengguntungkan
4. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa besar debit yang akan digunakan dalam perencanaan PLTA mini hydro adalah No Alternatif Q (m3/dtk) Head (m) Power (kW) 1 Alternatif 1 4,28 29,20 1092 2 Alternatif 2 1,11 29,43 286 3 Alternatif 3 2,43 29,32 624
Sumber: Hasil Perhitungan
2. Berdasarkan analisa dengan
menggunakan metode USBR
maupun ESHA, dengan
mengetahui tinggi jatuh efektif , debit, serta perhitungan didapatkan jenis turbin Francis. Turbin ini merupakan jenis turbin axial. Dimana kecepatan spesifik turbin Francis berada pada kisaran 0,05 – 0,33. Dari hasil tersebut dipilih alternatif 1 dengan 10 kutub generator dengan kecepatan spesifik terkoreksi adalah 0,30. 3. Berdasarkan analisa, setiap debit
yang melalui melalui Pipa Pesat (Penstock) pada bendungan
Pandanduri Swangi dapat
dikembangkan untuk
pembangkitan energi listrik dengan memanfaatkan tinggi jatuhnya. Dengan menggunakan data debit
pada bendungan, dapat
dibangkitkan energi sebesar: a. Alternatif 1 : 4384 MWh
pertahun dengan rasio Rp/kWh = 4,830
b. Alternatif 2:1874 MWh pertahun dengan rasio Rp/kWh = 10,845 c. Alternatif 3: 3727 MWh pertahun
dengan rasio Rp/kWh = 3,476 4. Berdasarkan analisa ekonomi
terhadap alternatif debit andalan terpilih (alternatif 3) didapatkan besar biaya total sebesar 14,51 milyar rupiah dengan nilai BCR 2,12, NPV 17,30 milyar rupiah, IRR 26,87% dan paid back period 6,03 tahun. Dengan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan PLTA mini hidro dengan alternatif 3 layak secara ekonomi.
5. Saran
Agar studi Perencanaan PLTA mini hydro bisa lebih baik maka perlu dilakukan studi pendahuluan yang lebih
komprehensif sehingga akan
didapatkan data pendukung yang akan membuat laporan dari studi kelayakan lebih akurat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan PLTA mini hydro adalah:
Melakukan pengukuran topografi dan survei kondisi lokasi studi. Melakukan tinjauan terhadap
perkembangan perekonomian yang sedang terjadi.
Melakukan tinajauan terhadap
teknologi yang sedang
berkembang dalam bidang
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2005. RETScreen®
Engineering & Cases Textbook.
Kanada: RETScreen International.
2. Anonim, 1976. Engineering
Monograph No. 20 Selecting Reaction Turbines. Amerika: United States Bureau Of Reclamation.
3. Arismunandar A. dan Kuwahara S. 2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
4. Dandekar, MM dan K.N. Sharma.
1991. Pembangkit Listrik
Tenaga Air. Jakarta : Universitas
Indonesia.
5. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air. Erlangga : Surabaya.
6. Penche, Celso. 2004. Guidebook
on How to Develop a Small Hydro Site. Belgia : ESHA (European
Small Hydropower Association). 7. Ramos, Helena. 2000. Guidelines
For Design Small Hydropower Plants. Irlandia : WREAN (Western Regional Energy Agency & Network) and DED (Department of Economic Development).
8. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi
Teknik Edisi 1. Surabaya : Usaha
Nasional.
9. Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power
Structure. India : N.C Jain at the