1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tata berbusana kekinian semakin merambah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia karena perkembangan berbusana kini cukup pesat dan
fashion yang berkembang pun juga beraneka ragam. Mulai dari aksesoris, kaos,
jaket, baju, dress, celana, rompi, dan juga fashion jilbab atau sering disebut dengan hijab. Tren hijab mulai diperkenalkan pertama kali oleh Dian Pelangi dan komunitasnya pada Maret 2011 (http://www.antaranews.com/berita/4818-99/dian-pelangi-perkenalkan hijab-fashion-kepada-dunia diakses pada 20 Juni 2015 pukul 16:40).
Saat ini hijab menjadi tren di Indonesia, hijab tidak hanya gaya berkerudung saja namun juga cara berpakaian dan aksesoris yang digunakannya. Meningkatnya jumlah wanita yang mengenakan jilbab ini juga dipengaruhi oleh fenomena berhijab (http://www.spektanews.com/2013/-08/jumlah-hijabers-terus-merangkak-pesat.html tanggal 9 Maret 2015 pukul 20:13). Semakin lama fashion hijab ini berkembang, semakin banyak pergeseran nilai dan makna yang terjadi dari jilbab itu sendiri. Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Jilbab
Pakaian Muslimah (cetakan VI, Maret 2012), dahulu memakai jilbab merupakan
simbol ketaatan bagi wanita muslim. Sedangkan memakai jilbab pada jaman sekarang sudah menjadi suatu gaya hidup tersendiri, karena kini bermunculan model-model jilbab yang up to date, modern dan juga modis.
Fenomena ini bila dilihat sekilas adalah suatu kemajuan untuk wanita muslimah, bahwa kesadaran wanita muslimah untuk berjilbab kian marak. Menurut Elzam Zami dalam bukunya yang berjudul A-Z Hijab (2014:53) booming hijab mencapai taraf yang membanggakan di negeri muslim. Bahkan di
negeri-2
negeri dimana islam menjadi minoritas, seperti Amerika, Perancis, Inggris, dan negara lainnya. Kini wanita yang menggunakan hijab tampil tak kalah menarik dengan wanita tanpa hijab.Para Hijabers, tampak modern, gaul, tak ketinggalan mode dan tampak berkelas.
Tidak mengherankan bahwa pada akhirnya semakin banyak orang yang memutuskan untuk memakai jilbab. Tetapi bukan berarti bahwa kesadaran hanyalah satu-satunya faktor yang mempengaruhi wanita untuk berjilbab. Karena diakui atau tidak, ada beberapa wanita yang memakai jilbab tetapi apa yang dipakai dan perangai yang dilakukan tidak sejalan dengan tuntunan agama dan budaya Islam. Pemakaian jilbab yang dahulu sebagai paksaan bila dikenakan oleh para perempuan muslim khususnya remaja, akan tetapi lambat laun keberadaan jilbab mengalami perubahan.
Jilbab yang diidentikkan dengan sesuatu yang tidak modern dan merupakan suatu kearifan seorang perempuan sebagai orang yang menggunakannya pada saat itu. Selain itu, jilbab juga merupakan simbol agama Islam bahwa mereka adalah perempuan muslim, akan tetapi sekarang pandangan masyarakat khususnya remaja perempuan muslim berubah, penggunaan jilbab dikenakan bukan karena sebagai simbol agama islam akan tetapi sebagai lifestyle. Dimana pada zaman modern seperti saat ini, remaja khususnya remaja dituntut untuk mengikuti tren yang ada agar tidak terlihat jadul (jaman dahulu) atau tidak up to date.
Sebagian diantara wanita yang berjilbab ada yang mengenakan jilbab dililitkan ke leher, jilbab yang ditambahkan gelungan rambut didalamnya, mengenakan baju yang membentuk lekuk tubuh serta menonjolkan payudara, celana ketat, bahkan ada pula yang meskipun mengenakan jilbab tetap saja perut atau pinggulnya diperlihatkan dengan memakai baju kekecilan, yang pada saat mereka jongkok bagian belakang pinggul terlihat. Fenomena jilbab yang mengenakan pakaian seksi seperti ini kini disebut dengan kata jilboobs.
3 Gambar 1.1 Gaya Jilboobs
Jilboobs adalah suatu kata gabungan yang berasal dari kata jilbab dan boobs
(dada wanita). Jilboobs menurut Li Partic dalam bukunya Jilbab bukan Jilboobs
(101 Cara Berhijab Sempurna) adalah istilah yang ditujukan bagi muslimah yang
menutup seluruh tubuhnya termasuk kepala, tetapi berpakaian ketat yang menonjolkan bentuk tubuhnya, sehingga bisa menimbulkan hawa nafsu bagi yang melihatnya. Menurut artikel yang ada pada website islamcendikia.com (diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20:32), jilboobs adalah memakai jilbab namun kelihatan auratnya. Ada juga yang mengatakan bahwa jilboobs merupakan cara memakai jilbab yang modis dan tetap memperlihatkan keseksian perempuan tersebut. Lekuk tubuh masih terlihat dan tubuh yang seksi masih menonjol meskipun memakai hijab atau jilbab.
Dan juga menurut website trenjilbab.com (diakses pada 5 Maret 2015 pukul 20:32), jilboobs merupakan istilah yang dipergunakan untuk merujuk pada perempuan yang mengenakan jilbab, namun berpakaian ketat sehingga menampakkan bagian dan lekukan tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan oleh para jilbabers. Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa
jilboobs adalah cara yang dilakukan para wanita muslimah dalam berbusana
muslim tetapi masih menonjolkan bagian tubuh tertentu, seperti dada dan lekuk tubuh. Mereka ingin terlihat muslimah tetapi juga ingin mengikuti tren berbusana agar terlihat kekinian dan seksi. Pakaian seperti itu tentu melanggar aturan jilbab
4
muslimah dan tidak sesuai dengan syari’at islam karena meskipun menutup seluruh tubuh tetapi juga menonjolkan bagian-bagian tertentu.
Dengan demikian fungsi baju muslim sendiri menjadi berubah, pakaian yang seharusnya sebagai penutup aurat berubah menjadi pakaian tertutup yang seksi. Sebagaimana yang dikatakan oleh M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul
Jilbab Pakaian Wanita Muslimah (cetakan VI, 2012) salah satu faktor lain yang
juga diduga sebagai maraknya pemakaian jilbab adalah faktor ekonomi. Mahalnya salon-salon kecantikan serta tuntutan gerak cepat dan praktis, menjadikan sementara perempuan memilih jalan pintas dengan mengenakan jilbab. Fenomena ini dapat kita temui di mana-mana. Yang dimaksud disini adalah jilbab yang mereka gunakan bukan sebagai tuntunan agama, tetapi sebagai salah satu model berpakaian yang merambah ke mana-mana.
Banyak muslimah yang mengenakan jilbab tanpa memperhatikan tata cara yang jelas tentang aturan memakai jilbab sebagaimana terdapat dalam syari’at islam. Hal ini semakin marak terjadi seiring dengan munculnya “tren jilbab masa kini”. Mereka memakai jilbab dan memadu padankan dengan pakaian ketat dan memperlihatkan keseksian tubuhnya, yang seolah-olah jilbab dianggap sebagai model pakaian baru dan harus diikuti, tanpa mengerti apa niat mereka sebenarnya dan bagaimana aturan jilbab muslimah yang diharuskan oleh syari’at agama islam.
Keberadaan jilboobs menimbulkan citra baru yang ada pada masyarakat tentang jilbab itu sendiri, serta juga menimbulkan masalah sosial yang lainnya, seperti masyarakat yang tidak lagi menganggap jilbab adalah pakaian wanita muslimah yang baik-baik tetapi hanyalah untuk menutupi sesuatu yang dirahasiakan, seperti perbuatan yang tercela. Menurut Elzam Zami dalam bukunya yang berjudul A-Z Hijab (2014), akan menjadi persoalan jika ada wanita yang berhijab hanya sebagai bentuk kamuflase. Dirinya menutup tubuhnya dengan hijab karena ingin menutupi kebiasaannya yang tercela dan dianggap aib oleh masyarakat, misalnya wanita yang merokok, wanita yang bergaul bebas dengan laki-laki atau wanita yang mempunyai profesi tidak seperti syariat. Supaya tidak
5 ketahuan dan dirinya mendapat tempat di masyarakat, maka dirinya pada waktu-waktu tertentu berhijab namun tetap melakukan kemaksiatan.
Terkait dengan maraknya Jilboobs, kalangan masyarakat, tokoh, dan lembaga juga terjadi pro dan kontra. KPAI melalui ketuanya Asrorun Niam menilai bahwa hakekat jilbab itu untuk kepentingan menutup aurat. Di samping sebagai bentuk kepatuhan beragama, juga memiliki manfaat sosial kemasyarakatan. Sungguhpun memakai pakaian, tetapi tetap menonjolkan lekuk tubuh, termasuk juga jenis pakaian tembus pandang, itu tetap tidak memenuhi standar kewajiban. Baik digunakan untuk laki-laki maupun perempuan (http://www.iniseru.com/lifestyle-/fenomena-jilboobs-jilsumber diakses pada tanggal 21 Juni 2015 pukul 00:04).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga secara tegas telah mengeluarkan fatwa haram mengenai pemakaian busana bagi muslimah yang masih memperlihatkan lekuk tubuh. Hal ini termasuk bagi wanita pengguna jilbab, namun tetap mengenakan busana seksi yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang kini dikenal dengan istilah jilboobs. Selain mengeluarkan fatwa haram, Majelis Ulama Indonesia juga menghimbau kepada wanita yang mengenakan jilbab untuk lebih memperhatikan tata cara berpakaiannya (http://news.liputan6.com/read/208782-7/mui-haramkan-jilboobs diakses pada tanggal 21 Juni 2015 pukul 00:15).
Berbeda dengan KPAI dan MUI, Politisi PKS, Hidayat Nur Wahid menanggapi positif fenomena Jilboobs atau jilbab seksi ini. Hidayat meminta masyarakat untuk mengapresiasi tren ini dan menganggapnya sebagai proses pemakaian jilbab yang benar. “Anak remaja kita harus memakai jilbab, harus diapresiasi, di tengah
budaya yang marak tawuran, geng motor, dan budaya remaja yang negatif lainnya,” kata Hidayat. Menurutnya, sebagai langkah awal fenomena ini patut
diapresiasi kala remaja putri mau memakai jilbab. Hidayat juga mengatakan menutup aurat ada prosesnya. “Niat awal mereka menutup aurat, ini mungkin
sebuah proses,” imbuh dia. Menurut Hidayat, mungkin juga mereka memakai
jilbab seperti itu karena tren fashion. Saat ini memang marak fenomena jilbabers. Sekali lagi Hidayat menekankan sebagai sebuah proses. “Juga dia mau modis
6
tambahnya. “Tapi harus punya komitmen awal untuk menutup aurat dan secara bertahap bisa menjadi lebih baik sebagaimana wanita berhijab,” pungkasnya.
(http://www.solopos.com-/2014/08/08/-fenomena-jilboobs–politisi-pks-tanggapi-positif-tren-jilbab-seksi-jilboobs-524744 diakses 21 Juni 2015 pukul 00:20).
Sebenarnya fenomena jilboobs ini pernah terjadi sebelumnya, tetapi tidak marak dilakukan oleh banyak orang seperti saat ini. Dahulu orang menyebutnya dengan sebutan “jilbab seksi” atau “jilbab gaul”. Solichul Hadi mnenulis buku tentang adanya fenomena tersebut dengan judul Atas Kerudung Bawah Warung (2005), dalam buku tersebut “Kerudung” berarti penutup kepala, sementara “Warung” berarti tempat berjualan, tempat memajang dagangan, di mana calon pembeli bisa melihat bahkan pegang sana-sini dengan sepuasnya tanpa harus membayar. Bagian kepala memang ditutupi, tapi bagian bawah “terbuka” dan bisa dinikmati oleh siapa saja. Fenomena ini terjadi sekitar tahun 1990-an sampai dengan tahun 2000-an awal.
Gambar 1.2 Gaya Jilbab Poni
Pada waktu itu, tidak hanya dada dan lekuk tubuh saja yang ditonjolkan, melainkan juga dikarenakan ukuran baju dan celananya tidak sepadan dengan postur tubuhnya membuat pusar dan sebagian dada atau perutnya terlihat dan juga bentuk lekuk tubuh tercetak jelas, bahkan garis celana dalam-pun terlihat karena baju yang dikenakan bermodel junkies yang pada jaman dahulu sedang booming dikalangan remaja. Tidak hanya itu, cara berjilbab-pun juga beragam, berjilbab dengan dilihatkan poni rambutnya, terlihat ujung rambut bagian belakang dan juga
7 jilbab yang seharusnya menutupi dada tetapi malah dililitkan ke leher atau diselampirkan dipundak. Kini fenomena ini kembali marak dengan istilah baru bernama “Jilboobs” dengan ciri-ciri yang lebih beragam.
Gambar 1.3 Gaya Jilbab Seksi atau Jilbab Gaul
Fenomena jilbab baju ketat ini tidak hanya terjadi di negara Indonesia saja, tetapi juga di negara lain, salah satunya yaitu Malaysia. Di negara Malaysia para wanita yang mengenakan jilbab ada bermacam-macam model, diantaranya yaitu berjilbab dengan memperlihatkan dada atas dan leher, ada juga yang berjilbab tetapi mengenakan kaos t-shirt dengan menggunakan celana ketat, muslimah lainnya mengenakan jilbab dengan benar, tetapi dipadu padankan dengan celana ketat dan rok belahan panjang (https:// www.islampos.com/ mengapa-tutup-kepalamu-jika-kau- ekspos- tubuhmu-188- 334/ diakses tanggal 21 Juni 2015 pukul 23:24). Fenomena-fenomena yang terjadi ini mengundang pertanyaan besar dan kontroversi jika dihubungkan dengan batasan berpakaian di dalam agama islam. Jika dilihat dengan kasat mata, berjilbab dengan model seperti ini memang tidak dibenarkan, karena sebenarnya yang ditonjolkan dari model jilbab seperti ini bukanlah agama dan kesyar’i-annya tetapi model dan kemodisannya.
Maraknya fenomena jilboobs di Indonesia membuat pemberitaan tentang
jilboobs begitu banyak diberitakan dibeberapa portal berita online yang menyajikan
berita mengenai fenomena jilboobs yang sedang terjadi di Indonesia. Tidak jarang kalimat yang digunakan adalah kalimat yang berlebihan atau menyudutkan salah satu pihak yang kemudian dirangkai agar menjadi kalimat yang menarik. Salah satunya yaitu pada portal berita online. Dimana portal berita online adalah bentuk
8
new media dari media massa. Pada new media Informasi yang tersebar beraneka
ragam dan cepat tersampaikannya. Tidak hanya itu, perkembangan media saat ini juga turut memberikan berbagai opsi kepada masyarakat untuk menikmati informasi dengan cara yang beragam melalui internet.
Berbagai perkembangan teknologi dalam media, terutama media online sangat terlihat lima hingga sepuluh tahun lalu. Internet masuk kedalam kategori new
media. New media merupakan istilah yang dipergunakan untuk semua bentuk media
komunikasi massa mutakhir yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi. Ini biasanya digunakan untuk media komunikasi elektronik atau digital, khususnya internet dan web (www). New Media mendefinisikan media baru sebagai produk teknologi komunikasi di media masa mendatang. Di akhir abad ke-20 sebagian besar teknologi digambarkan sebagai media baru digital.
Menurut Chatia Hastasari dalam bukunya yang berjudul Pembunuhan Media
Konvensional oleh Media Baru (2011) dengan hadirnya teknologi komunikasi saat
ini telah mempengaruhi kelangsungan hidup surat kabar (media konvensional). Informasi menjadi lebih cepat, media berita online dapat melaporkan secara langsung kepada publik. Setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi dengan hanya menggunakan mesin pencari untuk menjelajah melalui internet. Hal ini sangat menghemat waktu dan lebih nyaman daripada metode tradisional. Selain itu kehadiran prosumer dan opinion leader-opinion leader baru pada media sosial ini turut berpengaruh bagi penggunanya. Setiap pengguna dapat dengan bebas memberikan informasi apapun. Informasi yang didapat pun menjadi sangat banyak serta bebas dan tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu.
Media online mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Media online hadir seiring dengan perkembangan teknologi sebagai alat pemenuhan informasi bagi masyarakat modern. Hadirnya media online menjadi ruang bebas bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menulis dan menyebarkan berita ataupun informasi kepada khalayak pembaca, masyarakat yang berperan langsung dalam menulis ataupun
9 menyebarkan berita disebut citizen journalism. Media online berkaitan erat dengan teknologi dan sosial media. Penyebaran informasi lewat internet dan sosial media jauh lebih cepat dibanding dengan cara lisan.
Media online disini berusaha membentuk opini publik menurut kehendak media yang bersangkutan. Setiap media mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyajikan atau mengkonstruksi suatu realitas. Hal ini dapat terjadi karena setiap media memiliki ideologi yang berbeda-beda, sehingga pengambilan sudut pandang terhadap suatu realitas disesuaikan dengan ideologi media tersebut.
Dalam budaya massa, Jean P. Baudrillard menunjukkan bagaimana sesungguhnya pergeseran yang terjadi pada nilai-nilai dari media kedalam kesadaran masyarakat massa yang telah memaksakan kesadaran agar mengikuti perkembangan jaman. Dalam kenyataan seperti ini yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard dalam sebuah karyanya The Ecstasy of Communication yang menjelaskan bahwa gaya penampilan telah muncul dari pemakaian model jilbab. Keberadaan citra telah mengalahkan kenyataan yang sesungguhnya yaitu adanya keinginan untuk tampil modis dan trendi.
Saat ini, dengan mudahnya setiap orang dapat menulis mengenai suatu kegiatannya atau menyebarkan berita tertentu kemudian membagikannya kepada orang lain, tidak hanya tulisan yang dapat dikirim, namun juga file seperti gambar, musik dan video. Suatu konten dapat dikirim atau disebarluaskan sekaligus untuk banyak pihak secara serempak di dunia maya yang luas dalam hitungan detik. Konten-konten yang kita bagikan baik itu konten positif ataupun konten negatif, dengan mudah dapat dilihat dan digunakan orang secara langsung. Begitu pula pemberitaan jilboobs yang sedang tren di Indonesia saat ini. Salah satu portal berita
online yang memberitakan tentang fenomena jilboobs adalah portal berita
www.liputan6.com.
Portal berita online www.liputan6.com adalah portal berita online yang berbasis pada acara liputan6 yang ada pada stasiun televisi swasta SCTV di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1994
(https://www.facebook.com/liputan6-10
online/info?tab=page_info diakses pada 6 juni 2015 pukul 20:35). Portal berita www.liputan6.com menyediakan berbagai informasi dapat memenuhi berbagai kebutuhan pembacanya. Dimana portal berita online www.liputan6.com membagikan informasi yang aktual, tajam dan terpercaya sesuai dengan visi dan misinya. Tidak hanya informasi seputar kejadian, namun juga hiburan, olahraga, dan gaya hidup melalui siaran broadcasting, online dan mobile platform.
Dari data yang penulis kumpulkan, menurut penulis pemberitaan fenomena
jilboobs yang dibahas pada situs berita www.liputan6.com yang berupa feature
layak diteliti lebih dalam. Karena dilihat dari keberadaan jilboobs yang banyak menimbulkan kontra dari masyarakat dan ulama-ulama didalam pemberitaan di portal berita online www.liputan6.com tersebut.
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, untuk mengetahui lebih jauh isi teks feature yang ditulis oleh jurnalisme warga mengenai fenomena jilboobs dalam portal berita online www.liputan6.com, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait teks feature tersebut dan mengungkap masalah yang terkandung didalamnya menggunakan analisis framing Robert N. Entman dengan judul “Fenomena Jilboobs di Media Online Analisis framing Robert N. Entman dalam Feature Jurnalisme Warga di Liputan6.com”. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi selama satu tahun setelah tanggal 13 Oktober 2015.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumya maka dalam penelitian ini terdapat fokus penelitian yaitu bagaimana pembingkaian teks feature yang ditulis oleh jurnalisme warga tentang fenomena jilboobs dalam model Robert N. Entman pada portal berita online www.liputan6.com?
11 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana jurnalisme warga mengemas berita mengenai fenomena jilboobs pada laman www.liputan6.com
2. Untuk mengetahui bagaimana bingkai teks feature yang ditulis oleh jurnalisme warga tentang fenomena jilboobs pada laman www.liputan6.com dengan model Robert N. Entman.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis
a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, memperkaya ilmu komunikasi melalui konsep analisis framing dan metodologi penelitian kualitatif serta model Robert N. Entman.
b) Menambah pengetahuan tentang fenomena jilboobs yang terjadi dan sedang marak diberitakan di media online
c) Memahami pembingkaian yang ingin dibentuk oleh portal berita online www.liputan6.com yang memberitakan tentang fenomena jilboobs.
1.4.2 Aspek Praktis a) Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dalam bidang komunikasi khususnya diskursus pemberitaan terhadap sebuah kasus yang fenomenal serta memberikan pengetahuan yang lebih tentang fenomena jilboobs di media online yang sedang diberitakan, serta secara tidak langsung generasi mendatang dapat mengerti dengan baik motivasi yang benar dalam menggunakan jilbab yang benar.
12
b) Bagi pembaca maupun penulis lain
Bagi pembaca dan penulis lain, agar dapat berguna sebagai bahan referensi yang bermanfaat, khususnya terhadap penelitian selanjutnya yang membahas mengenai diskursus fenomena jilboobs di media online, terhadap individu ataupun kelompok yang dibahas dalam media informasi.
1.5 Tahapan Penelitian
Dalam menyusun penelitian ini, penulis membuat beberapa tahapan penelitian dan menyusun tahapan tersebut. Dengan begitu, penulis akan mengetahui secara sistematis terhadap langkah penelitian yang akan dilakukan. Sehingga mendapatkan hasil yang sistematis pula.
1.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Untuk menentukan periode dalam penelitian, penulis melakukan penelitian ini ini selama enam bulan sejak akhir bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015. Berikut merupakan tabel tahapan dan waktu penelitian :
Tabel 1.1
Waktu dan Tahapan penelitian
No. Tahapan
Penelitian
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt
1 Menentukan topik penelitian dan judul 2 Mengumpulkan keseluruhan informasi 3 Menyusun Proposal Skripsi 4 Seminar Proposal Skripsi 5 Pengumpulan Data 6 Analisis Data 7 Menyusun Skripsi 8 Sidang Skripsi