• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON VARIETAS INPARI 15 PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK ANORGANIK DI KELURAHAN SEMARANG, KOTA BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON VARIETAS INPARI 15 PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK ANORGANIK DI KELURAHAN SEMARANG, KOTA BENGKULU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON VARIETAS INPARI 15 PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK ANORGANIK DI KELURAHAN SEMARANG, KOTA BENGKULU

Irma Calista Siagian, Tri Wahyuni dan Siti Rosmanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu Surel: irmaca_lista@yahoo.com

ABSTRACT

Increased productivity of rice is being conducted by the government , one of which is through the intensification of rice fields. Intensification of land is done through fertilization technology. The proper use of fertilizer with the needs of the plant will result in increased productivity of the land. This study aims to determine the response of Inpari 15 at different doses of inorganic fertilizer. The study was conducted in Semarang Village, the City of Bengkulu in July- October 2012 covering an area of 427 m2. Research using Randomized Block Design (RBD) with repeated 5 times . The treatments used are 5 types of fertilizer are Nitrogen and Phosfat (NP) , Nitrogen and Potassium (NK ), Phosfat and Potassium (PK), Nitrogen, Phosfat, and Potassium (NPK), as well as the control treatment without fertilization (TP).Soil sampling conducted at the beginning of the activities at a depth of 0-20 cm and analyzed at the Laboratory of Soil BPTP Bengkulu. Soil analysis result is low to moderate fertility levels. Parameters observed in the form of rice production component consisting of plant height (cm), number of productive tillers, panicle length (cm), filled grains/ panicle, percentage of empty grains/panicle (%) , 1000 grain weight (g) and dup (t /ha). Data were analyzed using ANOVA , followed by Duncan's test at the 5% level . The results showed NPK fertilization respond quite well to plant height ( 73.20 cm ) , and PK fertilization respond well to the number of tillers ( 11.20 stems / clump . Treatment PK respond well to productivity dup (3.54 t/ha).

Keywords: inpari 15 , inorganic fertilizers , paddy soil

PENDAHULUAN

Peningkatan produktivitas padi terus dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya menyebabkan permintaan akan beras terus meningkat. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi tersebut, salah satunya melalui intensifikasi pada lahan sawah. Intensifikasi lahan sawah dilakukan melalui perbaikan teknologi, penggunaan benih varietas baru, keterpaduan pengelolaan sumberdaya, serta strategi ilmu pengetahuan yang lebih intensif untuk pemanfaatan semua masukan, termasuk pupuk (Siregar dan Marzuki, 2011).

(2)

Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) merupakan salah satu perbaikan teknologi. Menurut Badan Litbang (2007) varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Salah satu VUB tersebut adalah Inpari 15 dengan potensi produksi 7,5 tGKG/ha, umur genjah (117 hari setelah sebar) serta mempunyai tekstur nasi pulen (Suprihatno, et.al., 2010). Untuk mencapai hasil maksimal dari penggunaan varietas baru, diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan (Makarim dan Las, 2005). Varietas merupakan salah satu komponen produksi yang telah memberikan sumbangan sebesar 56% dalam peningkatan produksi.

Pemupukan padi sawah spesifik lokasi merupakan suatu upaya menambah atau menyediakan semua hara utama untuk kebutuhan tanaman padi sehingga dapat tumbuh optimal. Agar efektif dan efisien, penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Pupuk kimia/anorganik digunakan untuk menambah kekurangan hara yang diperlukan tanaman agar tercapai tingkat hasil tertentu, jika hara yang secara alami tersedia dari dalam tanah tidak mencukupi.

Salah satu pupuk yang berperan di dalam peningkatan produksi padi adalah pupuk N, dimana pupuk N memegang peranan penting dalam peningkatan produksi padi sawah, sedangkan sumber pupuk N yang utama adalah Urea. Akan tetapi kemampuan padi sawah untuk menyerap pupuk N hanya 30% dari total pupuk yang diberikan. Pemupukan N akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati. N berpengaruh terhadap susunan kimia tanaman. Bila pemberian N di bawah optimal, maka asimilasi ammonia menaikkan kadar protein dan pertumbuhan daun (Siregar dan Marzuki, 2011). Produksi padi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 sebesar 581.910 ton meningkat sekitar 15.79 % dari produksi padi tahun 2011, yang dihasilkan dari produksi padi sawah sebesar 550.795 ton dan produksi padi ladang sebesar 31.115 ton (BPS Provinsi Bengkulu, 2012)

Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman serta kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara, sifat-sifat tanah, kualitas air pengairan dan pengelolaan oleh petani masih belum rasional. Kelebihan pemberian pupuk selain pemborosan biaya, juga mengganggu keseimbangan unsur hara di dalam tanah dan merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. (Sri Adiningsih et al.1989). Selain

(3)

itu, pemberian pupuk yang sangat sedikit tidak dapat meningkatkan produksi secara optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon varietas Inpari 15 pada berbagai dosis pupuk anorganik padi sawah.

METODE

Penelitian dilakukan di Kelurahan Semarang Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu pada bulan Juli – Oktober 2012. Penelitian dilakukan pada lahan sawah milik petani seluas 427 m2. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan ulangan 5 kali. Perlakuan yang digunakan adalah 5 jenis pemupukan yaitu pemupukan Nitrogen dan Phosfat (NP), pemupukan Nitrogen dan Kalium (NK), pemupukan Posfat dan Kalium (PK), pemupukan Nitrogen, Phosfat dan Kalium (NPK) dan tanpa pemupukan sebagai perlakuan kontrol (TP).

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 20 Hari Setelah Semai (HSS) dengan jumlah bibit 1-3 batang/lubang tanam. Sistem tanam menggunakan sistem tegel dengan jarak tanam 20 x 25 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit serta pemupukan. Pengendalian gulma dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan herbisida yaitu sebelum pemupukan ke dua dan sebelum pemupukan ketiga. Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang dicobakan dengan waktu pemupukan pada umur 7 Hari Setelah Tanam (HST), 21-25 HST dan 45 HST.

Parameter yang diamati berupa komponen produksi padi yang terdiri dari tinggi tanaman (cm), jumlah anakan produktif, panjang malai (cm), gabah isi/malai, persentase gabah hampa/malai (%), bobot 1.000 butir (g), dan Gabah Kering Giling (GKG). Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan (Gomes dan Gomes, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN Status Iklim Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut (m dpl). Iklim di kelurahan Semarang, Kota Bengkulu ditandai dengan curah hujan yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 100 mm/tahun, dengan rata-rata hujan antara 100 – 250 hari/tahun. Pada bulan Juli hingga pertengahan Oktober 2012 kota Bengkulu mengalami curah

(4)

hujan di bawah normal atau cenderung kering (kemarau), sehingga pemupukan padi hanya dapat dilakukan sebanyak satu kali yakni pada awal penanaman. Pada bulan Februari-April di kota Bengkulu masih normal, yakni 200-250 milimeter. Namun pada Juli - Agustus curah hujan di bawah normal, 0-150 milimeter (BMKG Provinsi Bengkulu, 2012).

Unsur Hara Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada awal kegiatan pada kedalaman 0-20 cm dan dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu.Analisis tanah dilakukan sebelum kegiatan dimulai untuk mengetahui kandungan unsur tanah (Tabel 1).

Berdasarkan hasil analisis tanah, tekstur lapisan tanah atas (0-20 cm) adalah lempung berliat. Kandungan pH (H2O) sebesar 4,52 sehingga tanah tergolong sangat

masam. Hal ini menyebabkan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, dan magnesium menurun dengan cepat. Kandungan C-organik berada pada kriteria sedang, diduga hal ini dipengaruhi oleh penggunaan lahan sawah secara terus menerus tanpa diikuti pengembalian bahan organik . Pengembalian jerami sebagai bahan organik masih belum banyak dilakukan oleh petani. Petani masih membakar atau membuang jerami pada saat melakukan pengolahan tanah. Kebiasaan ini merupakan salah satu penyebab tanah miskin akan unsur hara. Menurut Husnain (2010), Ma dan Takahashi (1991) dan Tanaka (1978) dalam Husnain (2010), jerami mengandung Si02 antara

1,7-9,3% dengan kandungan K bervariasi antara 1-3%. Dengan pengomposan jerami dan mengaplikasikannya kembali maka sebagian unsur hara yang terkandung dalam jerami dapat dikembalikan ke dalam tanah. Jerami padi diketahui mengandung unsur K dan Si dalam jumlah cukup tinggi. Dengan demikian kebutuhan K dan Si dalam jumlah cukup besar dapat berasal dari jerami padi.

Kadar N dan P tanah termasuk dalam kategori sedang, hal ini cukup menguntungkan dari segi potensi kesuburan tanah, karena dapat menghemat jumlah pupuk yang diberikan. Meskipun demikian, penambahan pupuk N dan P masih diperlukan untuk mempertahankan agar statusnya menjadi tinggi. Kadar nitrogen dalam tanah umumnya mengikuti kecenderungan kadar bahan organiknya, bila kadar bahan organiknya cenderung sedang maka kadar nitrogen dalam tanah juga sedang. Kadar K dalam tanah termasuk kategori rendah, sehingga diperlukan penambahan pupuk KCl

(5)

sesuai dengan dosis pemupukan dan dilakukan bertahap 2–3 kali pemberian selama pertanaman padi. Rendahnya kadar kalium disebabkan karena tingginya kadar Mg di dalam tanah. (Purnomo.J.2008)

Berdasarkan kejenuhan Al, kondisi tanah memiliki kandungan Al rendah, hal ini disebabkan karena kandungan Ca rendah dan kandungan Mg pada tanah tinggi sehingga menyebabkan terjadinya penetralan terhadap kelarutan Al pada tanah. Kapasitas Tukar Kation atau KTK sebagai indikator kemampuan tanah untuk menukarkan kation berada pada kondisi tinggi, jika KTK tinggi maka kemampuan tanah untuk menukarkan kation juga tinggi. Tanah yang subur biasanya dicirikan dengan KTK yang tinggi, jika sebaliknya maka dapat dikatakan tanah tersebut kurang subur. Berdasarkan hasil keseluruhan kandungan unsur hara tanah, dapat disimpulkan bahwa lokasi penanaman padi varietas Inpari 15 di Kelurahan Semarang berada pada kesuburan tingkat rendah hingga sedang.

Tabel 1. Hasil analisis tanah lokasi penelitian

Parameter Nilai*) Keterangan**)

Kadar Air (%) 5.20 P HCl 25% (mg/100gr) 75.46 Sedang K HCl 25 % (mg/100gr) 4.17 Sedang Tekstur - Pasir (%) - Debu (%) - Liat (%) 1.24 61.87 36.88 pH H2O 4.52 Masam pH KCl 3.35 Sangat masam C – Organik (%) 2.23 Sedang N-total (%) 0.23 Sedang P-Bray (ppm) 9.23 Sedang

Ca-dd (me/100 gr) 0.96 Rendah

Mg – dd (me/100 gr) 9.44 Tinggi

Na-dd (me/100 gr) 0.20 Rendah

K-dd (me/100 gr) 0.15 Rendah

KTK (me/100 gr) 13.99 Rendah

Al-dd (me/100 gr) 10.29 Rendah

*) Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu, 2012 **)Balai Penelitian Tanah, 2009

(6)

Komponen Hasil

Hasil uji statistik dengan menggunakan DMRT pada taraf 5% menunjukkan perbedaan nyata antar berbagai jenis pemupukan terhadap komponen tinggi tanaman, anakan produktif, panjang malai, dan GKG. Pada komponen gabah isi, gabah hampa, persentase gabah hampa dan bobot 1.000 butir tidak menunjukkan perbedaan antara perlakuan pemupukan terhadap kontrol (Tabel 2).

Tanaman dengan pemupukan NPK menunjukkan tinggi tanaman berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lain, dimana tinggi tanaman pada perlakuan NPK 73,20 cm. Perlakuan dengan pemupukan NP menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan NK dan PK. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Siregar dan Marzuki (2011), dimana perlakuan kombinasi pemupukan NP menghasilkan tanaman yang lebih tinggi daripada tanaman pada perlakuan NK. Secara umum, tinggi tanaman yang dicapai tersebut menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan deskripsi. Tinggi tanaman varietas Inpari 15 menurut Suprihatno,

et.al (2010), adalah 105 cm, sedangkan hasil penelitian hanya mencapai tinggi 73,20

cm. Menurut Siregar (1981) dalam Hermawati (2012), penampilan genotipe tinggi rumpun tanaman dapat ditentukan oleh faktor lingkungan seperti kesuburan tanah, penyediaan air dan intensitas cahaya yang optimal. Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan.

Jumlah anakan produktif berpengaruh langsung terhadap jumlah malai yang dihasilkan. Makin banyak anakan produktif makin tinggi gabah yang akan diperoleh (Fadjry, et.al., 2012). Rata-rata jumlah anakan produktif menunjukkan perbedaan yang nyata antar masing-masing perlakuan. Jumlah anakan produktif tertinggi pada perlakuan pemberian PK (11,20 batang/rumpun). Rata-rata jumlah anakan produktif yang dihasilkan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah anakan produktif berdasarkan deskripsi dimana rata-rata jumlah anakan produktif mencapai 15 batang/rumpun. Penyebab rendahnya jumlah anakan produktif adalah kekurangan unsur hara, salah satunya adalah unsur Nitrogen (N). Berdasarkan hasil penelitian Siregar dan Marzuki (2011), kekurangan N pada petak tanpa hara eksternal dan petak perlakuan PK mempengaruhi tinggi tanaman, berkurangnya anakan, jumlah malai per satuan luas dan juga gabah per malai berkurang.

(7)

Panjang malai dibedakan menjadi tiga jenis yaitu malai pendek (20 cm), malai sedang 20-30 cm dan malai panjang > 30 cm (Norsalis, 2011). Panjang malai menunjukkan tidak berbeda nyata antar masing-masing varietas, dengan panjang malai tertinggi pada perlakuan NPK (19,00 cm). Komponen panjang malai pada seluruh perlakuan memberikan respon terhadap pemberian pemupukan, dimana panjang malai rata-rata berada pada tipe pendek (< 20 cm).

Gabah isi/malai, persentase gabah hampa dan bobot 1.000 butir menunjukkan tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan dan menunjukkan perbedaan nyata pada hasil GKG. Hasil GKG pada perlakuan tanpa pemupukan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan NK, dimana hasil GKG pada perlakuan tanpa pemupukan 2,18 t/ha dan perlakuan NK 1,82. Hasil GKG tertinggi terdapat pada perlakuan PK (3,54 t/ha) tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan pemupukan NPK (2,64 t/ha). Produktivitas hasil penelitian varietas Inpari 15 tidak sesuai dengan potensi hasil (7,5 t/ha GKG). Masih rendahnya hasil tersebut diduga dipengaruhi oleh pemupukan yang dilakukan hanya 2 kali yaitu yaitu pada 7 HST dan 21-25 HST. Hal ini dikarenakan tanah mengalami kekeringan akibat musim kemarau.

Tabel 2. Komponen hasil masing-masing perlakuan

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Anakan produktif Panjang malai (cm) Gabah isi (butir) Persentase gabah hampa (%) Bobot 1.000 butir (gram) GKG (ton/ha) NP 69,20 ab 7,20 b 17,60 ab 35,80 a 24,58 a 33,74 a 2,26 a NK 59,00 c 6,80 b 15,20 b 32,20 a 25,72 a 32,58 a 1,82 a PK 61,80 bc 11,20 a 15,20 b 37,00 a 32,39 a 34,68 a 3,54 b NPK 73,20 a 7,80 ab 19,00 a 39,20 a 27,45 a 28,32 a 2,64 ab Kontrol 68,80 bc 7,00 b 16,20 ab 32,60 a 27,61 a 35,16 a 2,18 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam lajur yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 5%.

KESIMPULAN

1. Pemupukan NPK memberikan respon cukup baik terhadap tinggi tanaman (73,20 cm), dan pemupukan PK memberikan respon baik terhadap jumlah anakan (11,20 batang/rumpun

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2009. Perakitan dan pengembangan varietas padi tipe baru. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. hal 67-89.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisa kimia tanah, tanaman, dan pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

BPS Provinsi Bengkulu.Produksi Padi dan Palawija Provinsi Bengkulu 2012. http://bengkulu.bps.go.id/pubstat/2013/padi/index.php#3/z(6 November 2013) Fadjry, D., Arifudin, K., Syafruddin, K., dan Nicholas. 2012. Pengkajian varietas

unggul baru padi yang adaptif pada lahan sawah bukaan baru untuk meningkatkan produksi >4 ton/ha GKP di Kabupaten Merauke Provinsi Papua. Prosiding Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional : 29-36.

Gomes, K.A. dan Gomes, A.A. 2007. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian (edisi

revisi). UI Press. Jakarta.

Hermawati, T. 2012. Pertumbuhan dan hasil enam varietas padi sawah dataran rendah pada perbedaan jarak tanam. Jurnal Bioplantae Volume 1 No. 2 April-Juni : 108-116.

Husnain. 2010. Kehilangan unsur hara akibat pembakaran jerami padi dan potensi pencemaran lingkungan. Makalah diterbitkan pada Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 30 November-1 Desember 2010. http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id/index.php?optionid. [18 September]

2012.

Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu. Hasil analisa tanah.September.2012

Makarim,A.K dan I.las, 2005. Terobosan Peningkatan Produktivitas Padi sawah Irigasi melalui Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).hal.115 – 127.

Norsalis, E. 2011. Padi gogo dan padi sawah. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/Padigogodansawah_ekonorsalis_17170.pdf [23 September) 2013. Purnomo.J.Pengaruh Pupuk NPK Majemuk Terhadap Hasil Padi Varietas Ciherang dan

Sifat Kimia Tanah Inceptisol,Bogor.hal.341-352.prosiding Seminar Nasional dan Dialog Sumber Daya Pertanian.Bogor.2008.

Suprihatno, B., A. A. Daradjat, Satoto, Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

(9)

Siregar, A. dan I. Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea Terhadap Serapan N dan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Budidaya Pertanian Volume 7 No. 2 : 107-112.

Sri Adinigsih.K, Moersidi.M.Sudjadi, dan A.M.Fagi.1989. Evaluasi Keperluan Posfat pada Lahan Sawah Intensifikasi di Jawa. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

www.bmkg.go.id/Bmkg_Pusat/DataDokumen/naskah_0712.pdf (diakses 6 November 2013)

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis tanah lokasi penelitian
Tabel 2. Komponen hasil masing-masing perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian model pembelajaran biokimia dengan model drill and practice yang dikemas dalam software sudah dapat digunakan untuk mengukur penguasaan konsep biokimia

Adapun tujuan tugas ahir ini adalah untuk penataan Kampung Windan sebagai kampung gerabah berbasis wisata kreatif, pengembangan kampung wisata berkelanjutan yang

Pemimpin menjadi hal yang berpengaruh dalam pergerakan sosial karena peran mereka, bagaimana mereka memberi inspirasi akan komitmen, memobilisasi sumber daya,

Beberapa langkah- langkah khusus yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah ini memberikan bantuan relokasi pasangan sebagai imbalan kerja, memberikan bantuan

model (produk), dan (3) pengujian produk. Pada tahap studi pendahuluan, lokasi dan subyek penelitian dipilih dengan menggunakan prinsip purposive sampling sehingga

Rumah Sakit Ortopedi Pupuk Kaltim Kota Bontang menerapkan sistem struktur rangka sebagai sistem struktur bangunan yang dapat menunjang kegiatan di dalam rumah sakit yang

Penelitian ini akan menggabungkan metode depolimerisasi dengan cara kimia dan fisik menggunakan asam klorida dan lama penyinaran sinar ultraviolet dengan tujuan menentukan

Dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal