• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

15

LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter yang dikutip dalam buku Management 11th edition (Coulter, Robbins, 2010, p.7) manajemen adalah aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Efisien merujuk pada maksud mendapatkan sebesar-besarnya output dari sekecil-kecilnya input. Hal ini sering kali dikatakan mengerjakan sesuatu tepat sasaran” yaitu tidak menyia-nyiakan sumber daya. Sedangkan efektivitas seringkali dijelaskan sebagai “mengerjakan hal yang tepat”, yaitu menjalankan aktivitas-aktivitas yang secara langsung membantu organisasi mencapai berbagai sasarannya. Apabila efisiensi berkenaan dengan cara mencapai suatu tujuan, maka efektivitas berkenaan dengan hasil, atau pencapaian tujuan tersebut. Sedangkan menurut Bateman dan Snell yang dikutip dari dalam buku Manajemen Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia Pendidikan yang Kompetitif (Snell, Bateman, 2008, p. 20) manajemen adalah cara bekerja manusia dan sumber-sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi tersebut. Para manajer yang baik melakukan hal-hal tersebut dengan efektif dan efisien. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses pengorganisasian dalam pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya demi pencapaian suatu tujuan yang diinginkan. 2.1.1 Manajemen operasi

Pada mulanya, manajemen operasi selalu diidentikan dengan proses produksi atau manufaktur, akan tetapi setelah kegiatan bisnis berkembang, meluas ke berbagai sektor non-manufaktur, maka dalam perkembangannya, manajemen operasi memiliki arti yang lebih luas. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, dan merupakan fungsi utama dalam suatu perusahaan.

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dari dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 40) menjelaskan bahwa produksi adalah menciptakan barang dan jasa. Manajemen operasi adalah aktivitas yang berhubungan dengan pembuatan barang maupun jasa

(2)

dengan mengubah input menjadi output. Menurut (Herjanto, Fogarty, 2007, p. 2) manajemen operasi adalah suatu proses yang secara terus menerus dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk menghubungkan berbagai sumber daya secara efisien agar mencapai tujuan. Jadi dapat disimpulkan, Manajemen operasi adalah proses pengelolaan sumber daya dari input menjadi output yang mempunyai nilai lebih baik barang maupun jasa. Manajemen operasi tidak hanya melakukan proses produksi, melainkan mengatur barang produksinya dalam kualitas, kuantitas (jumlah), harga, dan waktu sesuai dengan kebutuhannya. Manajemen operasi berkaitan dengan menghasilkan barang maupun jasa. Berikut ini adalah karakteristik yang membedakan barang dan jasa.

Tabel 2. 1 Tabel Perbedaan Antara Barang dengan Jasa

Barang Jasa

Berwujud / dapat dipegang Tidak berwujud Dapat disimpan Tidak dapat disimpan Proses banyak menggunakan

mesin

Proses banyak menggunakan tenaga manusia

Diproduksi terlebih dahulu baru dikonsumsi

Waktu produksi dengan konsumsi bersamaan

Rendahnya kontak dengan konsumen

Kontak dengan konsumen tinggi

Kualitas bersifat objektif Kualitas bersifat subjektif Sumber: Prasetya dan Lukiastuti (2009)

2.2 Peramalan (Forecasting)

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dari dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 140) mengatakan peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu mengenai peramalan tentang kejadian kedepan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Mate (2011)

(3)

Forecasting adalah metode yang digunakan untuk melakukan sesuatu yang dapat terjadi dimasa depan dan mempunyai beberapa metode dan dapat juga dihitung berdasarkan horizon waktu (Time Horizon). Menurut Olalekan, Oyewale, dan Olawande yang dikutip dari dalam buku Forecasting (Olalekan ,Oyewale, dan Olawande, 2012), menyatakan bahwa metode forecast didefinisikan sebagai tugas pemecahan solusi atau pengembangan peramalan yang menjamin bahwa identifikasinya berbeda dengan peramalan pengguna. Tujuan utama dari metode peramalan adalah untuk mengubah informasi saat ini ke masa depan dan mengubah informasi yang diproses menjadi sebuah peramalan. Menurut Lukiastuti dan Prasetya (2009:43), menjelaskan bahwa peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Sedangkan menurut Pujawan (2005:87) peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan berapa besar permintaan terhadap barang atau jasa tertentu pada suatu periode dan wilayah pemasaran tertentu. Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peramalan atau forecasting adalah kegiatan memprediksi, memperkirakan, atau meramalkan kejadian masa depan dengan memanfaatkan data masa lalu dengan mengkombinasikan data kualitatif dengan pengalaman yang sudah dialami.

2.2.1 Meramalkan horizon waktu

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dari dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 140) peramalan biasanya diklasifikasikan menurut horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori yaitu:

- Peramalan jangka pendek

Peramalan yang rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan.Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi.

(4)

Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi.

- Peramalan jangka panjang

Peramalan yang rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih.Digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi dan penelitian serta pengembangan.

2.2.2 Jenis-jenis peramalan

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dari dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 141) mengatakan pada umumnya berbagai organisasi menggunakan tiga jenis peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa depan:

Peramalan ekonomi (economis forecast)

Menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indikator perencanaan lainnya.

Peramalan teknologi (techonological forecast)

Memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

Peramalan permintaan (demand forecast)

Proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan, dimana mengendalikan produksi, kapasitas, serta system penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.

(5)

2.2.3 Peramalan permintaan (Demand Forecast)

Peramalan yang baik sangatlah penting dalam semua aspek bisnis.Peramalan merupakan satu-satunya prediksi mengenai permintaan hingga permintaan yang sebelumnya diketahui.Peramalan ekonomi dan teknologi adalah teknik khusus yang mungkinbukan termasuk bagian dari tugas manajer operasi.Peramalan permintaan mengendalikan keputusan di banyak bidang. Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 140) dibahas dampak peramalan produk pada tiga aktivitas: manajemen rantai pasokan, sumber daya manusia, dan kapasitas:

• Manajemen Rantai Pasokan

Hubungan yang baik dengan pemasok,serta harga barang dan komponen yang bersaing bergantung pada peramalan yang akurat.

• Sumber Daya Manusia

Mempekerjakan, melatih dan memberhentikan pekerja bergantung pada antisipasi permintaan.Jika departemen sumber daya manusia harus mempekerjakan pekerja tambahan tanpa adanya persiapan,akibatnya kualitas pelatihan menurun dan kualitas pekerja menurun.

• Kapasitas

Saat kapasitas tidak mencukupi, kekurangan yang diakibatkannya bisa berarti tidak terjaminnya pengiriman, kehilangan konsumen,dan kehilangan pangsa pasar.

2.2.4 Pendekatan peramalan

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 143) mengemukakan terdapat dua pendekatan umum peramalan, yaitu peramalan kuantitatif (quantitative forecast) dan peramalan kualitatif (qualitative forecast). Peramalan kuantitatif adalah peramalan yang menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan.Sedangkan peramalan kualitatif adalah peramalan yang menggabungkan faktor seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal.

(6)

Metode kualitatif, terbagi menjadi 4 teknik peramalan, yaitu: • Juri dari opini eksekutif (jury of executive opinion)

Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan untuk mendapatkan prediksi permintaan kelompok.

Metode delphi (delphi method) Ada 3 (tiga) jenis partisipan dalam metode delphi, yaitu: pengambil keputusan, karyawan, dan responden. Pengambil keputusan melakukan peramalan, karyawan menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, dan meringkas kuesioner dan hasil survei. Responden adalah sekelompok orang yangditempatkan di tempat yang berbeda di mana penliaian dilakukan.

Komposit tenaga penjual (sales force composite)

Setiap tenaga penjual memperkirakan berapa penjualan yang dapat ia capaidalam wilayahnya, dan melakukan pengkajian untuk memastikan apakahperamalan cukup realistis, baru kemudian digabungkan pada tingkat wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan.

Survei pasar konsumen (consumer market survey)

Metode ini meminta masukan dari konsumen mengenai rencana pembelianmereka di masa mendatang.Hal ini juga membantu dalam menyiapkanperamalan, tetapi juga membantu dalam merancang desain produk baru danperencanaan produk baru.Namun, metode ini dapat menjadi tidak benar karenamasukan dari konsumen yang terlalu optimis.

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 144) Metode kuantitatif, terbagi menjadi lima metode peramalan yang menggunakan data historis, dimana kelima metode tersebut dikelompokan kedalam dua model yaitu model deret waktu dan model asosiatif :

(7)

- Model Deret Waktu

Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan.

- Model Asosiatif

Model asosiatif (hubungan sebab akibat), seperti regresi linier, menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan.

2.2.5 Metode peramalan kuantitatif

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 145-162) dalam buku Manajemen Operasi menjabarkan metode - metode peramalan kuantitatif, yang terdiri dari:

1. Pendekatan Naif (Naive Method)

Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan diperiode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak,pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih.

2. Rata – Rata Bergerak (Moving Average)

Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita

(8)

ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

dimana, n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.

3. Rata – Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)

Apabila terdapat pola atau trend maka bobot (timbangan) bisa digunakan untuk menempatkan lebih banyak tekanan pada nilai baru, hal tersebut membuat teknik ini lebih responsive terhadap perubahan karena periode yang lebih baru mungkin mendapatkan bobot yang lebih besar. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkannya, oleh karena itu pemutusan bobot mana yang akan digunakan membutuhkan pengalaman jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang terlalu besar, peramalan dapat mencerminkan perubahan yang terlalu cepat dan yang tidak biasa pada permintaan atau penjualan. Pembobotan rata-rata bergerak dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

4. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)

Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerakdengan pembobotan yang canggih, dan relative masih mudah digunakan.Penghalusan eksponential dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Pembobotan rata-rata bergerak =

Peramalan periode mendatang = peramalan periode lalu + α (permintaan actual periode lalu – peramalan periode lalu)

(9)

Dimanaα adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:

dimana,

Ft = Peramalan baru

Ft-1 = Peramalan sebelumnya

Α= Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1) At-1 =Permintaan aktual periode lalu

5. Penghalusan Eksponensial dengan Penyesuaian Trend (Exponential Smoothing with Trend)

Metode peramalan ini merupakan pengembangan dari metode penghalusan eksponensial, dimana metode ini dapat memberikan respon terhadap trend yang terjadi.Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan.Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren.Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Penghalusan eksponential dengan penyesuaian trend dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

t t t FIT = +F T 1 1 1 ( ) (1 )( ) t t t t F =

α

A + −

α

F +T Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)

(10)

1 1

( ) (1 )

t t t t

T =

β

FF + −

β

T dimana,

Ft = Peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t

Tt = Tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t At = Permintaan aktual periode t

α = Konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1) β = Konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1)

6. Regresi Linear (Linear Regression)

Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. Persamaan yang didapat :

y = a + bx

dimana,

y = Nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = Persilangan sumbu y

b = Kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x

x = Variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).

(11)

) ( ) ( 2 2 x n X xy n XY b − − =

dimana,

b = Kemiringan garis regresi ∑ = Tanda penjumlahan total

X = Nilai variabel bebas yang diketahui y = Nilai variabel terkait yang diketahui

dimana,

ȳ = Rata-rata nilai y x̄ = Rata-rata nilai x

7. Analisis Tren (Trend Analysis)

Metode peramalan serangkaian waktu yang sesuai dengan garis tren terhadap serangkaian titik-titik data masa lalu, kemudian diproyeksikan ke dalam peramalan masa depan.

Persamaan yang didapat :

y = a + bx

dimana,

y = Nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = Persilangan sumbu y

b = Kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x

n Y y n X X bX y a

= = − =

(12)

x = Variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).

Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini:

dimana,

b = Kemiringan garis regresi ∑ = Tanda penjumlahan total

X = Nilai variabel bebas yang diketahui y = Nilai variabel terkait yang diketahui

n Y y n X X bX y a

= = − = dimana, ȳ = Rata-rata nilai y x̄ = Rata-rata nilai x

2.2.6 Menghitung kesalahan peramalan

Menurut Vincent dan Gaspersz yang dikutip dalam buku Total Quality Management (Gaspersz, Vincent, 2015, p. 80) menyatakan bahwa akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil. Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 149-152) mengatakan ada

) ( ) ( 2 2 x n X xy n XY b − − =

(13)

beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total.Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik.Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error – MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error – MAPE).

1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)

MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model.Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data n.

2. Kesalahan Rata – Rata Kuardrat (Mean Square Error)

MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata – rata selisih kuardrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati.Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.

n peramalan) (kesalahan = MSE 2

3. Kesalahan Persen Rata – Rata Absolut (Mean Absolute Percentage Error)

Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi sangat besar.Untuk menghindari masalah ini, kita

n | peramalan -aktual | = MAD

(14)

dapat menggunakan MAPE.MAPE dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai persentase nilai actual.

1

100 i i / i

I

aktual ramalan aktual MAPE n = − =

2.3 Persediaan 2.3.1 Definisi persediaan

Menurut Herjanto dan Eddy yang dikutip dalam buku Manajemen Operasi (Eddy, Herjanto, 2017, p. 237), menjelaskan persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Menurut Zulfikarijah dan Fien yang dikutip dalam buku Manajemen Operasional (Fien, Zulfikarijah, 2005, p. 4) persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi: bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Dengan memanfaatkan persediaan yang optimal, perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan ditangan. Sebaliknya, apabila stok di persediaan habis, konsumen akan merasa tidak puas. Sedangkan menurut (Sofjan, Assauri, 2005, p.50) menerangkan bahwa persediaan adalah sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang atau sumber daya yang disimpan dan akan digunakan untuk maksud tertentu guna mencapai tujuan akhir perusahaan. Biasanya digunakan untuk penjualan dan proses pembuatan barang jadi.

(15)

2.3.2 Peranan dan fungsi persediaan

Pada dasarnya persediaan sangat diperlukan dalam proses operasi dalam suatu perusahaan, baik saat memproduksi dari bahan baku sampai menjadi barang jadi, maupun juga saat penjualan barang sampai ke tangan konsumen. Menurut Herjanto dan Eddy yang dikutip dalam buku Manajemen Operasi edisi ketiga (Eddy, Herjanto, 2007, p. 238) beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut:

1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran.

5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.

6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.

Menurut Tita dan Deitiana yang dikutip dalam buku Manajemen Operasional Strategi dan Analisa (Deitiana, Tita, 2011, p. 186) berpendapat bahwa, persediaan berfungsi untuk melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan fleksibel. Ada tiga fungsi utama dari manajemen persediaan ini, yaitu:

1. Penyelarasan antara produksi dan distribusi 2. Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi

3. Pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian

2.3.3 Jenis-jenis persediaan

Menurut (Render, Manajemen Operasi: Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan edisi 11, 2014), mengemukakan bahwa terdapat 4 jenis persediaan yang harus dipelihara perusahaan untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, yaitu:

(16)

Bahan-bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur dan digunakan untuk melakukan decouple (memisahkan) pemasok dari proses produksi.

2. Persediaan barang setengah jadi (Work-In-Process Inventory)

Komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus).

3. MRO (Maintenance, Repair, Operating)

Persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif.

4. Persediaan barang jadi (Finished-goods inventory)

Produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman tetapi masih merupakan aset dalam perusahaan.

2.3.4 Biaya-biaya persediaan

Berdasarkan pendapat Zulfikarijah dan Fien yang dikutip dalam buku Manajemen Operasional (Fien, Zulfikarijah, 2014, p. 13-17) biaya persediaan di dalam perusahaan umum dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya tergantung pada yang dibelidan harga barang per unit.

2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan berasal dari luar

(17)

perusahaan dan biaya persiapan (setup cost). Biayapengadaaniniterdiridari2 jenis, yaitu:

- Biaya pemesanan, adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkanbarang dari luar, biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok, pengetikan pemesanan, pengiriman pemesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan.

- Biaya persiapan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi: biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja.

3. Biaya Penyimpanan (carrying cost / holding cost)

Semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk persentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi:

- Biaya modal (cost of capital) merupakan adanya penumpukan barang dalam proses persediaan sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang menyebabkan peluang untuk investasi lainnyaberkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan biaya modal diukur sebagai persenta senilai persediaan untuk periode waktu tertentu.

- Biaya penyimpanan (cost of storage) adalah biaya gudang yang dikeluarkan untuk tempat atau gudang penyimpanan barang, apabila gudangyang digunakan adalah sewa,maka biaya dapat berupa biaya sewa dan apabila gudang milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun masukan dalam biaya gudang adalah biaya tempat, asuransi, dan pajak.

- Biaya keusangan atau kadaluarsa (obsolence cost) adalah biaya keusangan atau penyimpanan barang–barang dalam waktu yang relative lama dapat berakibat menurun atau merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model dan trend konsumen.Biaya keusangan ini diukur

(18)

dalam persentase berdasarkan pengalaman yang terjadi selama ini.

- Biaya kehilangan (loss cost) dan biaya kerusakan (deterioration) adalah penyimpanan barangyang dapat mengakibatkan dan penyusutan beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan.Biaya kehilangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi.

- Biaya asuransi (insurance cost) adalah akibat lain dalam penyimpangan persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam, kebakaran, dan lain–lain. Beberapa perusahaan besar mengasuransikan persediaannya untuk mengantisipasi kerugian tersebut. Adapun jumlahnya sesuai dengan nilai,jenis persediaan dan kesepakatan dengan pihak asuransi.

- Biaya administrasi dan pemindahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada,baik pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindahkan dari dan ketempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerjadan material handling.

4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)

Mereferensikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan.Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang atau keuntungan akan hilang atau konsumen yang akan dapat pindah ke perusahaan lain karena permintaanya tidak terpenuhi yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada citra perusahaan.

Adapun yang termasuk dalam biaya stock out adalah:

- Jumlah barang yang tidak dapat terpenuhi. Adanyakehabisan barang yang menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan tidak terpenuhi sehingga perusahaanakankehilangan peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran biaya ini didasarkan pada peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya penalti dengan satuan rupiah per unit.

- Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur pada saat

(19)

perusahaan harus memesan persediaan, waktu menganggur ini merupakan biaya kehilangan pendapatan.Pengukuran biaya ini didasarkan waktu yang diperlukan untuk mengisi gudangnya dengan satuan rupiah per satuan waktu.

- Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini sering kali diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan biaya persediaan, sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih besar dibandingkan kondisi normal. Biasanya biaya ini dikarenakan pemesanan yang mendadak dimana perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir lebih jauh untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biaya-biaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada pemesanan setiap kali kehabisan persediaan.

Sedangkan, Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations

Management (Render, Heizer, 2014, p. 518-519) mengungkapkan jenis-jenis biaya persediaan, antara lain:

Biaya penyimpanan (holding cost): biaya yang terkait dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu.

Biaya pemesanan (ordering cost): mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan lainnya.

Biaya penyetelan (setup cost): biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan.

2.4. Model kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order Quantity-EOQ)

Menurut (Haryadi Sarjono, Sevenpri Candra, 2012, p. 1-14) mengungkapkan berdasarkan Heizer dan Render Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah barang yang paling ekonomis dalam memesan setiap pembelian yang telah dibuat.

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 519) menjelaskan model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity)

(20)

adalah sebuah teknik control persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Model kuantitas pesanan ekonomis ini memiliki beberapa asumsi yaitu:

1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.

2. Waktu tunggu, yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan.

3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan). 6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan

dilakukan pada waktu yang tepat.

Sumber : Eddy Herjanto (2007) Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus:

dimana,

EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*) D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun

Gambar 2.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis

H 2.D.S =

(21)

Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain: 1. 2 * Q = tersedia rata yang -rata n Persediaa 2. Q* D an diperkirak yang pesanan Jumlah = 3. .S * Q D = tahunan pemesanan Biaya 4. .H 2 * Q = n tahunan penyimpana Biaya

5. Total harga per unit = Harga per unit x D

6. Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan

2.4.1 Titik pemesanan ulang (Reorder Point)

Menurut Heizer dan Render yang dikutip dalam buku Operations Management (Render, Heizer, 2014, p. 524) menjelaskan bahwa titik pemesanan ulang adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut :

ROP = d x L

dimana,

d = Permintaan per hari

(22)

Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan.Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun:

per tahun kerja hari Jumlah D = hari per Permintaan

Titik pemesanan ulang (Reorder Point–ROP), yakni tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah lead time, tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu, dan persediaan pengaman (safety stock).

2.4.2 Lead time

Menurut Zulfikarijah dan Fien yang dikutip dalam buku Manajemen Operasional (Fien, Zulfikarijah, 2005, p. 96) menyatakan bahwa lead time merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan, sehingga leadtime berhubungan dengan reoder point dan saat penerimaan barang. Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada Jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 10 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety stock. Dari pembahasan diatas faktor waktu sangatlah penting dalam pengisian kembali persediaan karena terdapat perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pesanan untuk menggantikan atau pengisian kembali persediaan.

(23)

2.4.3 Safety stock

Menurut (Zulfikarijah, Fien, 2005, p. 96) safety stock merupakan persediaan yang digunakan dengan tujuan supaya tidak terjadi stock out (kehabisan stock). Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total, biaya penyimpanan disini akan bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permitaan tersebut. Untuk menaksir besarnya safetystock, dapat dipakai cara yang relative lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut:

1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata – rata. Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu misalnya perminggu,kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time.

2. Metode statistika.Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat digunakan program computer kuadrat terkecil (lead square).

2.5 Kerangka pemikiran

Menurut (Uma Sekaran, Sugiyono, 2011) kerangka pemikiran adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.

(24)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Penulis

Inventory Control

Menentukan jumlah persediaan kertas untuk

periode selanjutnya

Implikasi hasil penelitian

EOQ (ROP) Re-Order

point Pilih MAD dan MSE terkecil

Peramalan permintaan berikutnya Naïve Method Moving Average Weighted Moving Average Exponenti al smoothing with trend Exponenti al Smoothing Linear Regressio n

(25)

PT. Setia Budi Bakti Sukses Anugrah mengalami permintaan yang berfluktuasi, dimana pada saat tertentu perusahaan menghadapi permintaan konsumen yang tinggi, sementara di saat yang lain hanya mendapatkan sedikit pelanggan. Oleh karena itu, perlu diadakan peramalan untuk persediaan bahan baku agar tidak mengalami kekurangan barang. Peramalan dilakukan dengan berbagai metode yaitu, Naive Method, Moving Average, Exponential Smoothing with Trend, Exponential Smoothing, Weighted Moving Average, dan Linear Regression. Setelah mendapatkan beberapa hasil, pilih hasil dengan nilai MAD dan MSE terkecil. Lalu setelah mengetahui berapa banyak permintaan untuk periode selanjutnya, berikutnya perusahaan melakukan Inventory control,bertujuan untuk menentukan berapa banyak persediaan yang harus tersedia berdasarkan permintaan konsumen dan data penjualan perusahaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode ini adalah suatu metode yang dapat menentukan jumlah kuantitas barang dengan optimal agar biaya dapat seminimal mungkin. Selain dari faktor persediaan barang, perusahaan juga harus menentukan kapan barang tersebut akan dipesan lagi (Reorder point), jumlah barang yang akan dipesan dan jumlah safety stock yang harus tersedia di gudang. Setelah semua hasil didapat, implikasi hasil penelitian baru bisa didapat. Sehingga dari keterangan diatas dengan menggunakan peramalan (forecasting) dan metode EOQ perusahaan dapat menghitung stok kertas dan meningkatkan profitnya tanpa ada gangguan kekurangan stok kertas lagi, dan setelah itu dapat dihitung dan mendapatkan hasil dari metode tersebut menjadikannya perbandingan dari metode yang lama dengan metode baru, dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan saran yang dapat diberikan kepada perusahaan metode mana yang paling baik agar perusahaan dapat memaksimalkan keuntungannya.

Gambar

Tabel 2. 1 Tabel Perbedaan Antara Barang dengan Jasa
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran  Sumber : Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM KESEHATAN

Dari hasil kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal, didapat penurunan pada keluhan subyektif yaitu sakit pada leher bagian atas dari 60 % menjadi 0 %, sakit pada leher

Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan dimana dalam penelitian ini diuji

Metode Penelitian : pasien dengan tanda sepsis berat dan syok septik yang dirawat di ruang resusitasi dan ruang observasi intensf RSUD Dr.Soetomo Surabaya diikutkan dalam

dengan memvariasikan diameter dan jarak antar stone column. Agar metode perbaikan tanah yang akan diterapkan sesuai dengan tahapan kondisi pekerjaan, maka

Terlihat bahwa alat bantu studi yang telah dibuat ini dapat digunakan untuk menganalisis resonans hamburan elektron oleh atom suatu gas mulia. Distribusi sudut untuk Xenon pada

Membiasakan anak untuk mengkonsumsi sayur dan buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang diterapkan pada usia anak- sejak dini sangat penting karena pola diet yang

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan judul “ Pengaruh Gaya Hidup